NIM : 0301203220
T.A 2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Agama kita memperlakukan manusia sebagai kesatuan yang utuh, terdapat persambungan
yang jelas antara sisi keduniaan dan keakhiratan, manusia telah membawa fungsi ke-Tuhan-
an sebagai khalifah Allah di muka bumi dengan tugas kesejahteraan dan kemakmuran
kehidupan manusia sendiri.
Permasalahan pendidikan yang ada pada jaman sekarang ini adalah kurangnya
pengamalan dari hasil pendidikan, khususnya pendidikan agama Islam yang ada di sekolah
umum. Sehingga yang peserta didik ketahui hanyalah sekedar teoritis saja padahal di dalam
mata pelajaran pendidikan agama Islam, teori tanpa praktek akan sis-sia. Karena justru nilai-
nilai yang terkandung dalam pendidikan agama Islam adalah pada segi perbuatannya. Oleh
karena itu salah satu untuk mewujudkan agar peserta didik memahami nilai-nilai pendidikan
agama Islam lebih mendalam, peserta didik dapat mengamalkan nilai-nilai pendidikan agama
Islam.
Namun, mewujudkan manusia seutuhnya bukanlah hal yang mudah. Banyak halangan
dan rintangan bahkan tingkat kegagalan dijumpai dalam upaya pengembangan diri
sendiri. Sumber kegagalan tersebut dari sifat dan prilaku manusia yang sering melampaui
batas, kekurangan kemampuan dalam bersosialisasi, kelemahan sarana, prasana dan upaya,
dan hubungan yang tidak harmonis dengan lingkungannya.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, yang berlangsung di sekolah
dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat
memainkan peran dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang.
Pendidikan Agama Islam merupakan sub sistem dari pendidikan nasional mendapat
perhatian yang serius dari masyarakat dan pemerintah sejak Taman Kanak-Kanak sampai
perguruan tinggi sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 1989
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 Ayat 6 bahwa “pendidikan keagamaan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan
yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.”3
Tumbuh dan berkembangnya keimanan pada diri siswa, dan semakin mampu
mengembangkan akhlak/budi pekerti yang baik serta mengenal nilai moral agama dalam
hubungan manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan Tuhannya.
Peserta didik pada tingkat SLTP sedang mengalami perubahan jasmani yang sangat
cepat dan mengakibatkan kegoncangan emosi, sehingga sangat memerlukan agama untuk
menentramkan batinnya. Pertumbuhan jasmani terjadi baik dari dalam maupun dari luar
seperti perubahan karena berakhirnya kelenjar kanak-kanak bergantung dengan kelenjar yang
memproduksi hormon seks, yang mengakibatkan banyak perubahan pada tubuhnya.
Pertumbuhan jasmani yang berjalan cepat itu tidak seimbang sehingga terjadi ketidak
serasian gerak dan prilaku. Diantara perubahan yang merisaukan remaja yang tidak mengerti
perubahan yang sedang dilaluinya adalah perubahan suara, perubahan kelenjar menyebabkan
mimpi atau mulai haid.
Perkembangan kecerdasan telah sampai kepada mampu memahami hal yang abstrak
(pada usia lebih kurang 13 Tahun) dan mampu mengambil kesimpulan yang abstrak dari
kenyataan yang ditemuinya (pada usia lebih kurang 14 Tahun). Kegiatan pendidikan agama
hendaknya mampertimbangkan semua perubahan dan kegoncangan yang dialami oleh
siswa SLTP ini. Guru diharapkan mampu memahami keadaan jiwanya yang sedang goncang
dan dapat membantunya dalam mengatasi berbagai kesulitan yang dialaminya. Dalam
hubungan ini kegiatan sosial keagamaan akan membantu pengembangan kepribadian remaja.4
Dengan kata lain, disamping anak didik mendapatkan ilmu pengetahuan agama,
menghayatinya hingga menimbulkan peningkatan kesadaran beragama, juga mendorong anak
didik untuk mengamalkan ajaran agamanya. Namun, apakah Pendidikan Agama Islam
berhubungan positif dengan Pengamalan Nilai-nilai Islami Siswa? Atas dasar latar belakang
masalah tersebut, penulis tertarik membahas permasalahan tersebut dalam bentuk skripsi
dengan judul : “HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN
PENGAMALAN NILAI-NILAI ISLAMI SISWA”,
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pendidikan Agama Islam adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada
tingkat SLTP, khususnya berdasarkan kurikulum
2. Pengamalan Nilai-nilai Islami Siswa adalah prilaku siswa yang diamati secara
langsung dan data yang dikumpulkan berdasarkan angket.
D. Perumusan Masalah
KAJIAN TEORITIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Adapun pengertian Pendidikan Agama Islam diartikan sebagai usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan Islam diselenggarakan dengan memperhatikan tuntutan untuk
menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat
untuk mewujudkan persatuan nasional.
Pendidikan agama dapat dilihat dari segi tujuan Islam diturunkan yaitu sebagai
rahmat sekalian alam. Tujuan tersebut memiliki implikasi bahwa Islam adalah sebuah
agama wahyu yang memberikan petunjuk dan peraturan yang bersifat menyeluruh;
meliputi kehidupan dunia dan ukhrawi, lahiriyah dan batiniyah, jasmaniyah dan
rohaniyah.
Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dalam rangka membimbing,
mengarahkan, mengajarkan serta melatih jiwa anak didik agar mereka menjadi orang
yang berkepribadian muslim. Dengan demikian, anak didik tidak hanya menguasai
pengetahuan agama Islam saja, tetapi juga keseluruh aspek kepribadiannya dilandasi
oleh nilai-nilai Islam yang di aktualisasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
aspek, antara lain aspek keagamaan, spek kesejahteraan, aspek kebahasaan, aspek
ruang lingkup dan aspek tanggung jawab.4
Islam serat akan nilai-nilai ajaran yang berhubungan erat dengan pendidikan. Konsep
pendidikan Islam perlu dilihat dari dua sudut pandang, yaitu konsep pendidikan
Islam secara umum dan konsep pendidikan secara khusus.
1) Pendidikan Umum
Secara umum konsep pendidikan Islam mengacu kepada makna dan asal kata
yang membentuk kata pendidikan itu sendiri dalam hubungannya dengan ajaran
Islam.
Ada tiga istilah yang umum digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu Al-
Tarbiyat, Al-Ta’lim, dan AL-Ta’dib. Tarbiyat mengandung arti memelihara,
membesarkan dan mendidik yang kedalamannya sudah termasuk makna mengajar
atau allama. Berangkat dari pengertian ini makna tarbiyat didefinisikan sebagai
proses bimbingan terhadap potensi manusia (jasmani, ruh dan akal) secara
maksimal agar dapat menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan dan masa depan
(Ummi, 1993:40).
a. Hakikat penciptaan manusia yaitu, agar manusia menjadi pengabdi Allah yang
taat dan setia.
b. Peran dan tanggung jawab manusia sejalan dengan statusnya selaku adb
Alllah, al-Basyr, al-Insan, al-Nas, Bani Adam maupun khalifah Allah.
c. Tugas utama Rasul yaitu membentuk akhlak yang mulia serta memberi rahmat
bagi seluruh alam (rahmat li al-alamin).
2) Pendidikan Khusus
Untuk merumuskan konsep pendidikan khusus ada babarapa aspek yang perlu
dijadikan pertimbangan. Aspek-aspek yang dinilai pendidikan untuk
dipertimbangkan antara lain, yang menyangkut faktor kodrat atau fitrah dan
lingkungan manusia itu sendiri. Faktor kodrat sebagai komponen yang berasal dari
potensi fitrah manusia, sedang factor lingkungan merupakan komponen yang
menyangkut kebutuhan hidup manusia sesuai dengan tuntutan masyarakat dan
peradaban dimana mereka hidup.
Adanya faktor ini menunjukkan bahwa konsep pendidikan islam dalam pengertian
khusus dirumuskan sebagai usaha utuk membimbing dan mengembangkan potensi
manusia baik sebagai makhluk individu, maupun sebagai makhluk sosial secara
bertahap sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, jenis kelamin,
bakat, tingkat kecerdasan serta potensi spiritual yang dimiliki masing-masing
secara maksimal. Maka konsep pendidikan islam secara khusus akan terdiri dari:
Mengacu pada dimensi ini, maka tujuan Islam diarahkan kepada upaya
pembentukan sikap taqwa. Dengan demikian pendidikan ditujukan kepada
upaya untuk membimbing dan mengembangkan potensi peserta didik secara
optimal agar dapat menjadi hamba Allah yang taqwa. Diantara ciri mereka
yang taqwa adalah beriman kepada yang gaib, mendirikan sholat, menafkahkan
sebagian rizqi anugrah Allah, beriman kepada al- Qur‟an dan kitab-kitab
samawi sebelum al- Qur‟an, serta keyakinan hidup akhirat (QS. 2:3).
c) Dimensi Moral
yaitu:
yang tidak mempunyai nilai-nilai akan hancur sendiri. Ambil sebagai nilai
misal kejujuran, dengan pengertian mengatakan apa yang tergerak di hati dan
bertindak sesuai dengan itu. Suatu masyarakat hanya bisa hidup lanjut kalau
anggota-anggotanya mengatakan apa yang benar, dan masing-masing setuju
terhadap definisi kebenaran. Kalau masing- masing mempunyai definisi sendiri
terhadap segala sesuatu dan bertindak seenaknya saja, tentulah masyarakat itu
tidak akan wujud. Sedangkan masyarakat perampokpun mempunyai kejujuran,
dalam makna apa yang dikatakan, itulah yang di hati, kalau tidak setiap
anggota kumpulan perampok itu akan mencurigai satu sama lain, akhirnya
mereka hancur sendiri, sebelum berhadapan dengan musuh yang betul.
a. Pengukuran Pendidikan Agama Islam
Salah satu tujuan pendidikan Islam yang paling luhur adalah terwujudnya
akhlak mulia pada pribadi, keluarga, masyarakat dan sekitarnya sehingga akan
terbentuknya kehidupan yang dirahmati Allah, inilah pula yang menjadi citi-
cita Rasulullah SAW sehubungan dengan diutusnya beliau ke alam raya ini,
melalui sabdanya yang diriwayatkan oleh Malik dari Abu Hurairah ra. Yang
menyatakan bahwa Rasulullah SAWbersabda: “sesungguhnya aku diutus
(Allah ke muka bumi ini) untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (H.R.
Malik).
Tiada yang lebih utama dari keutamaan seorang „abdi Allah kecuali
taqwa kepada Allah. Adapun manifestasi keimanan seseorang itu dikaitkan
dengan ilmu yang dimilikinya sehingga ia mengamalkan apa yang
dilaksanakannya itu dengan ilmunya. Begitu pentingnya ilmu sehingga
diibaaratkan seperti curahan air hujan yang dapat menyuburkan tanah bumi
setelah kegarsangannya, sedangka ilmu dapat menghidupkan hati yang keras,
tandus dan mati. Ilmu pula yang dapat mengangkat derajat seorang hamba
dihadapan Allah.
Ilmu yang harus diketahui pertamakali oleh pribadi-pribadi jema‟ah
adalah ilmu yang mengenal Allah, untuk mentaatinya, untuk menegakkan
dirinya dan yang menjauhkan mereka dari bermaksiat kepada-Nya.13
Akhlak yang baik (Akhlaqul karimah) ialah pola prilaku yang
dilandaskan pada dan memanifestasikan nilai-nilai iman, islam dan ihsan. Ihsan
berarti berbuat baik. Orang yang ihsan disebut muhsin berarti orang yang
berbuat baik.14
d. Nilai Musyawarah