Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

INOVASI KURIKULUM PAI TENTANG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM DI SEKOLAH/ MADRASAH

DISUSUN OLEH

1. YOLA GUSTIRA

2. MUHAMMAD IQBAL

3. MUHAMMAD ASLORI

UNIVERSITAS ISLAM KUANTAN SINGINGI

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TAHUN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH Swt karena berkat rahmat Nya penyusunan makalah ini dapat di
selesaikan.makala ini merupakan makala Inovasi kurikulum PAI,secara khusus pembahasan dalam makala ini
diatur sedimikian rupa sehingga materi yang di sampaikan sesuai dengan mata kuliah. Dalam penyusunan
tugas atau materi ini ,tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.Namun kami menyadari bahwa kelancaran
dalam penyusun makala ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-
kendala yang kahadapi teratasi oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih.

Kami sadar ,bahwa dalam pembuatan makala ini terdapat banyak kesalahan. Untuk itu kami meminta
ma’af apabila ada kekurangan. Kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna
meningkatkan kualitas makala penulis selanjutnya. kebenaran dan kesempurnaan hanya milik ALLAH-lah
yang punya dan maha kuasa.Harapan kami, semoga makala yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat
bagi kita semua dan generasi muda islam yang akan datang.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionalpada Bab II Pasal 3 dinyatakan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan danmembentuk watak serta peradaban


bangsa yang bermartabat dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untukberkembangnya
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggung
jawab. Tujuan pendidikan yang bersifat umum itu kemudian dirumuskan kedalam tujuan yang lebih khusus
yakni tujuan institusional dan tujuankurikuler yang harus dicapai oleh setiap mata pelajaran. Salah satu
kelompok mata pelajaran yang ada dalam muatankurikulum 2006, adalah kelompok mata pelajaran agama
dan akhlakmulia, yang memiliki tujuan membentuk peserta didik menjadi manusiayang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sertaberakhlak mulia. Diketahui bahwa agama (Islam) dan
pendidikan adalah dua hal yangsatu sama lain saling berhubungan. Melalui agama, manusia
diarahkanmenjadi manusia seutuhnya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Proses pengembangannya
adalah melalui pendidikan. Karena dengan pendidikanorang akan menjadi lebih dewasa dan lebih mampu
baik dari segikecerdasannya maupun sikap mentalnya. Agama dimaksudkan untukmembentuk manusia
Indonesia seutuhnya, dengan pertama-tamamengarahkan siswa menjadi "manusia Indonesia yang beriman
danbertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa".

Di samping itu juga, agamamemberikan tuntunan yang jelas kepada manusia, mana yang baik danmana yang
buruk, mana yang harus dikerjakan dan mana pula yangharus ditinggalkan, mana yang menguntungkan dan
mana yangmerugikan.Harapan yang paling fundamental dengan adanya pendidikan Agama Islam di
sekolah/madrasah adalah diharapkan lahirnya sosok-sosok yang benar-benar mampu memahami substansi
agama itusendiri sekaligus dapat mengimplementasikannya dalam kehidupandengan indikasi prilaku dan
kesalehan yang nyata. Kenyataannya, pendidikan Agama Islam di sekolah atau madarasahmasih dianggap
kurang memberikan kontribusi kearah tersebut. MenurutMuhaimin, menyoroti kegiatan Pendidikan Agama
Islam yang selama iniberlangsung di sekolah, antara lain; Pendidikan Agama Islam selama inilebih
terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis; Pembelajaranpendidikan agama Islam yang selama ini
berlangsung kurangmemperhatikan persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agamayang bersifat
kognitif menjadi "makna" dan "nilai" yang perludiinternalisasikan dalam diri siswa, untuk selanjutnya menjadi
sumberminat bagi siswa untuk bergerak, berbuat dan berperilaku secara kongkret-agamis dalam kehidupan
praksis sehari-hari; Isu kenakalan remaja,tauran, tindak kekerasan, kriminalitas, dan sebagainya, sekalipun
tidak sepenuhnya secara langsung terkait dengan metodologi pendidikanagama yang selama ini berlangsung
secara konvensional dan tradisionalmerupakan bukti kurang tepatnya sasaran pendidikan Agama Islam.

Munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataan ini,walaupun bukan sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pendidikan AgamaIslam, namun kenyataannya pendidikan Agama Islam memeganngperanan dalam
pembentukan kepribadian peserta didik. Permasalahannyaadalah bagaimana mengimplementasikan
Pendidikan Agama Islamsebagai bagian dari kurikulum secara nyata sesuai dengan tujuan yangtelah
ditetapkan pada sekolah atau madrasah. Implementasi dari kurikulumini adalah melalui proses
pembelajaran.Menurut Soedijarto, pada umumnya tujuan pendidikan yang telahdijabarkan dan demikian
ideal itu, selama ini tidak pernah dengan sunguh-sungguh diterjemahkan secara operasional
(diimpelementasikan). Salahsatu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalahlemahnya
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurangdidorong untuk mengembangkan
kemampuan berpikir. Prosespembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak
untukmenghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbunberbagai informasi tanpa
dituntut untuk memahami informasi yangdiingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-
hari. Akibatnya ketika anak didik lulus dari sekolah, mereka pintar secarateoritis, akan tetapi mereka miskin
aplikasi.

Berdasarkkan uraian di atas, dalam makalah ini akan dibahasmengenai persoalan implementasi kurikulum
Pendidikan Agama Islamdalam hal pembelajaran
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kurikulum Pendidikan Agama Islam

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 dan peraturanpemerintah nomor 19 tahun 2005
menetapkan Pengertian kurikulumsebagai "Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
danbahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu", dengan kata lain Kurikulum adalah seperangkatrencana
pengajaran yang digunakan guru sebagai pedoman dalamkegiatan belajar mengajar di sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan.

Pengertian yang hampir sama dikemukakan oleh Hilda Taba, bahwa :

“ A curriculum is a plan for learning: therefore, what is known about thelearning process and depelopment of
the individual has bearing on theshaping of a curriculum”. Kurikulum merupakan rencana untuk belajaryang
diwujudkan dalam proses pembelajaran.Kurikulum dalam pendidikan Islam, dikenal dengan kata manhaj
yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknyauntuk mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirosah) dalam
kamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikanacuan oleh lembaga pendidikan
dalam mewujudkan tujuan-tujuanpendidikan.

Pengertian kurikulum dalam pandangan modern merupakan programpendidikan yang disediakan oleh
sekolah yang tidak hanya sebatas bidangstudi dan kegiatan belajarnya saja, akan tetapi meliputi segala
sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi siswasesuai dengan tujuan
pendidikan yang diharapkan sehingga dapatmeningkatkan mutu kehidupannya yang pelaksanaannya tidak
hanya disekolah tetapi juga di luar sekolah.Jika diaplikasikan dalam pendidikan Agama Islam, maka
kurikulumberfungsi sebagai pedoman yang digunakan oleh pendidik untukmembimbing peserta didiknya ke
arah tujuan tertinggi pendidikan agamaIslam, melalui akumulasi sejumlah pengetahuan, keterampilan dan
sikap.Dalam hal ini proses pendidikan agama Islam bukanlah suatu proses yangdapat dilakukan secara
serampangan, tetapi hendaknya mengacu kepadakonseptualisasi manusia paripurna (insan kamil) yang
strateginya telahtersusun secara sistematis dalam kurikulum pendidikan agama Islam.Sebagai sebuah sistem,
kurikulum terdiri dari beberapa komponenyang saling terkait dan terintegrasi. Terkait dengan komponen-
komponentersebut Ralph W. Tayler menyajikannya dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang mendasar.

1. What educational purpose should the school seek to attain?

2. What educational experiences can be provide that are likely to attainthese purpose?

3. How can these educational experiences be effectively organized?

4.How can we determine wheter these purpose are being attained?


Pertanyaan pertama pada hakikatnya sebagai landasan penentuanarah dan tujuan yang hendak dicapai
dalam pembelajaran (al-ahdaf al-Ta’limiyah), Pertanyaan kedua berkenaan dengan materi pembelajaranyang
akan diberikan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan (al-muhtawa), pertanyaan ketiga adalah
bagaimana strategi atau metode yangdigunakan untuk menyampaikan materi yang telah dikembangkan
(turuqu tadris wawasailihi), dan pertanyaan keempat berkenaan dengan evaluasiatau penilaian (al-taqwim),
terkait pertimbangan dalam menentukankeberhasilan pencapaian tujuan.Tujuan Pendidikan Agama Islam
secara umum sebagai penjabarandari tujuan kurikulum dalam rangka mencapai tujuan nasional
adalahmembentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwakepada Tuhan Yang Maha Esa
serta berakhlak mulia, melalui pemberiandan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengamalan
pesertadidik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terusberkembang keimanan dan
ketaqwaannya. Adapun ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di sekolah memuatmateri al-Quran dan Hadis,
Aqidah/Tauhid, Akhlak, Fiqih, dan SejarahKebudayaan Islam (SKI). Ruang lingkup tersebut menggambarkan
materipendidikan agama yang mencakup perwujudan keserasian, keselarasan,dan keseimbangan hubungan
manusia dengan Allah SWT, diri sendiri,sesama manusia, makhluk lainnya, maupun lingkungannya
(hablumminallah, hablum minannas wahablum minal ’alam). Dalam penyampaianmateri pembelajaran untuk
mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan strategidan metode yang tepat, umumnya strategi dan metode yang
digunakanoleh guru PAI sama dengan strategi atau metode pada mata pelajaranlainnya. Terakhir untuk
mengukur sejauh mana ketercapaian tujuan yangtelah ditetapkan dilakukan evaluasi, baik melalui formatif
maupun sumatif. Ada beberapa karakteristik kurikulum pendidikan Agama Islam diantaranya; memiliki sistem
pengajaran dan materi yang selaras denganfitrah manusia; harus mewujudkan tujuan pendidikan Agama
Islam; harusrealistis dan tidak bertentangan dengan niali-nilai Islam; harus memperhatikan aspek pendidikan
prilaku yang bersifat aktivitaslangsung.

B. Implementasi Kurikulum PAI dalam Pembelajaran

Menurut Oemar Hamalik, mengatakan bahwa implementasi kurikulummencakup tiga kegiatan pokok, yaitu
pengembangan program,pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi. Pengembangan programmencakup
program pembelajaran, program bimbingan dan konseling atauremedial. Pelaksanaan pembelajaran meliputi
proses interaksi antarapeserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilakuyang lebih
baik. Sementara evaluasi adalah proses penilaian yangdilakukan sepanjang pelaksanaan kurikulum.

Salah satu bentuk implementasi kurikulum adalah pelaksanaanpembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran


mengacu pada programpembelajaran yang disusun oleh guru, di antaranya dalam bentukRencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Komponen RPP harusmencakup perencanaan seluruh kegiatan pelaksanaan
pembelajaranberdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.Dalam pengimplementasian kurikulum diperlukan
komitmen semuapihak yang terlibat, seperti dukungan kepala sekolah, guru dan dukunganinternal dalam
kelas. Peran guru dalam implementasi kurikulum di sekolahsangat menentukan sekali. Bagaimanapun
baiknya sarana dan prasaranapendidikan, jika guru tidak melaksanakan tugasnya dengan baik
makaimpelementasi kurikulum tidak akan berhasil secara maksimal.Sejak tahun 2006 Sistem Pendidikan
Nasional menggunakanKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Secara umum KTSP memiliki beberapa
kelebihan, di antaranya memberikan keleluasan kepada Stake holder sekolah/madrasah untuk
meningkatkakan kreativitasnya,termasuk guru. Keleluasan tersebut tentunya memberikan peluang bagiguru
untuk menciptakakan proses pembelajaran yang lebih menarik.Peluang ini belum sepenuhnya dimanfaatkan
guru. Guru masih terjebakdalam keasyikan menggunakan metode lama, salah satu yang palingpopuler adalah
metode ceramah.Hal ini tentunya berimplikasi terhadap proses pembelajaran yangmonoton dan cenderung
kurang menarik, karena bersifat teoritis dan tidakmenyentuh aspek pembentukan pribadi dan
akhlak.Demikian pula dengan pendekatan pembelajaran yang lebihmenekankan pada penguasaan apek
kognitif seperti hapalan danpengetahuan. Sementara afektif dan psikomotorik siswa jarang
tersentuh,akibatnya pembelajaran jadi kurang bermakna. Padahal agama adalahakhlak yang berkaitan
dengan sikap, perkataan, dan prilaku keseharian.Selain itu, sebagian guru agama masih terpaku pada
ketuntasankurikulum. Sehingga beranggapan, bahwa pembelajaran dianggap sukses jika target kurikulum
tercapai. Oleh karena itu tidak heran jika selama inipembelajaran hanya sebatas pengajaran bukan
pendidikan, sebatas transfer of knowledge belum menyentu transfer of value.

Faktor lain yang menjadi kendala dalam implementasi kurikulumPendidikan Agama Islam adalah
keterbatasan waktu pelaksanaanpembelajaran terutama di sekolah umum yang hanya diberikan dua
jampelajaran dalam satu minggu. Dengan muatan pelajaran yang banyak,tentunya tidak cukup untuk
menyampaikan materi yang sangat kompleks.Kondisi lainnya adalah adanya paradigma dikotomis,
aspekkehidupan dipandang dengan sangat sederhana, dan kata kuncinyaadalah dikotomi atau diskrit,
sehingga dikenal ada istilah pendidikanagama dan pendidikan umum. Karena itu, pengembangan
pendidikanagama Islam hanya berkisar pada aspek kehidupan ukhrowi yang pengetahuan. Sementara afektif
dan psikomotorik siswa jarang tersentuh,akibatnya pembelajaran jadi kurang bermakna. Padahal agama
adalahakhlak yang berkaitan dengan sikap, perkataan, dan prilaku keseharian.Selain itu, sebagian guru agama
masih terpaku pada ketuntasankurikulum. Sehingga beranggapan, bahwa pembelajaran dianggap sukses jika
target kurikulum tercapai. Oleh karena itu tidak heran jika selama inipembelajaran hanya sebatas pengajaran
bukan pendidikan, sebatas transfer of knowledge belum menyentuh transfer of value.Faktor lain yang
menjadi kendala dalam implementasi kurikulumPendidikan Agama Islam adalah keterbatasan waktu
pelaksanaanpembelajaran terutama di sekolah umum yang hanya diberikan dua jampelajaran dalam satu
minggu. Dengan muatan pelajaran yang banyak,tentunya tidak cukup untuk menyampaikan materi yang
sangat kompleks.Kondisi lainnya adalah adanya paradigma dikotomis, aspekkehidupan dipandang dengan
sangat sederhana, dan kata kuncinyaadalah dikotomi atau diskrit, sehingga dikenal ada istilah
pendidikanagama dan pendidikan umum. Karena itu, pengembangan pendidikanagama Islam hanya berkisar
pada aspek kehidupan ukhrowi yang terpisah dengan kehidupan duniawi, atau aspek kehidupan rohani yang
terpisahdengan kehidupan jasmani. Pendidikan (agama) Islam hanya mengurusipersoalan ritual dan spiritual,
sementara kehidupan ekonomi, politik, seni-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan
sebagainyadianggap sebagai urusan duniawi yang menjadi bidang garap pendidikannon agama.Kondisi di atas
tentu saja menjadikan pendidikan Agama Islammenjadi tidak maksimal dan wajar jika belum bisa membentuk
pribadisiswa yang berakhlak mulia. Hal ini tentu harus disadari semua pihak,terutama guru sebagai pemeran
utama dalam implementasi kurikulum.

C. Pendekatan Dalam Implementasi Kurikulum PAI

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam implementasi kurikulumPAI, dapat digunakan dua model
pendekatan, yaitu pendekatan makro danmikro.

Pendekatan makro, model pendekatan makro berupaya untukmenghadirkan proses pembelajaran


pendidikan Agama Islam yang dapatmemberikan nuansa yang berbeda dan harapan kolektif semua pihak,
baiksekolah maupun madrasah. Langkah-langkah yang harus ditempuhsebagai berikut:
1. Merancang program pembelajaran yang unggulProgram pembelajaran yang unggul merupakan bagian dari
prinsip,strategi dan tujuan implementasi kurikulum. Melalui pembelajaran yangunggul, pelaksanaan
pendidikan Agama Islam akan tampak sebagainilai plus guna melahirkan lulusan memilki karakter islami yang
tangguh.Pendidikan agama Islam dilaksanakan dengan model-model pembelajaran yang mudah dipahami,
dihayati dan dilaksanakan olehpeserta didik.

2. Merumuskan kembali tujuan kurikulum PAIUntuk mencapai kualitas penerapan kurikulum yang unggul,
dibutuhkan mindset baru yang memandang PAI memiliki cakupan yang luasmeliputi semua aspek kehidupan
manusia. Formulasi dapat dituangkandalam kontent dan tujuan di sekolah.

3. Menciptakan sumber belajar unggulSumber belajar dapat memanfaatkan lingkungan, fenomena


dankejadian alam atau sosial yang nyata dan kontekstual sebagai meteripendidikan Agama Islam. Dengan
memanfaatkan konteks danfenomena yang nyata, siswa dapat dengan mudah
mengaplikasikanpengetahuannya secara nyata dalam kehidupan.

Pendekatan Mikro, yaitu suatu tahapan secara praktis dan sistem

D. Proses Pembelajaran Yang Bermaknaatisyang memperhatikan situasi dan kondisi sumber daya dukung
lembagapendidikan. Melalui pendekatan mikro ini dimaksudkan agar tujuanimplementasi kurikulum
pendidikan Agama Islam di sekolah ataumadrasah dapat tercapai secara terukur dan berhasil secara
maksimal.Pendekatan ini meliputi pengembangan materi, peran guru dan siswadalam interaksi
pembelajaran.

Secara normatif pendidikan Agama Islam menciptakan sistem makna untuk mengarahkan prilaku kesalehan
dalam kehidupan manusia.Pendidikan Agama harus mampu memenuhi kebutuhan dasar, yaitukebutuhan
memenuhi tujuan agama yaitu memberikan kontribusi terhadapterwujudnnya kehidupan religiusitas.Hal
yang harus diperhatikan adalah asumsi terhadap siswa. Siswamerupakan input utama dalam pembelajaran.
Siswa merupakan elemenyang memiliki potensi yang bisa mengarah pada realitas negatif maupun positif.
Pembelajaran harus mengarahkan siswa kearah terwujudnya sikapdan prilaku siswa yang positif. Dalam
konteks ini, pembelajaran harusmampu menjawab, memberikan dan menyelesaikan problematika
siswa.Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa “Proses
pembelajaran pada satuan pendidikandiselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang,memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikanruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuaidengan minat, bakat dan perkembangan fisik serta psikologis
pesertadidik ”. Artinya pembelajaran harus dikemas dengan sedemikian rupaagar tercipta pembelajaran yang
bermakna dan menyenangkan.Untuk memperoleh gambaran proses pembelajaran yang bermakna,Philip
Phenix mengidentifikasikan enam wilayah yang bermakna untukmenjadikan peserta didik memahami dunia
yang sesungguhnya. Ke-enamwilayah makna tersebut yaitu : symbolics, empirics, esthetics, synnoetics,ethics
dan synoptics.

Salah satu wilayah tersebut adalah synoptic s “The sixth realm,synoptics refers to meanings that are
comprehensively integrative. Itinclude history, religion, and philosophy. Theses discipline combineempirical,
ethic and synnoethic meanings into coherent whole” Agama merupakan wilayah synoptics, dimana dalam
disiplin tersebutadanya proses pembelajaran yang mengedepankan etika dan
pengalamankeberagamaan.Selanjutnya bahwa untuk mengimplementasikan kurikulumpendidikan yang baik
harus memperhatikan empat pilar belajar menurutUnesco, yaitu Keempat pilar itu menyangkut proses
bagaimanapeserta didik memperoleh kemampuan belajar; melatih danmengembangkan kemampuan
berpikir; melatih dan mengembangkankemampuan memecahkan masalah; dan pusat pembudayaan nilai,
sikapdan kemampuan.Untuk mencapai kompetensi yang diharapkan dalam pembelajaransesuai tujuan yang
ditetapkan diperlukan pembelajaran yang efektif danbermakna, sebab selama ini proses pembelajaran
dirasakan belummemiliki makna yang berarti kepada peserta didik. Ada beberapa metode dan strategi
pembelajaran yang bisaditerapkan dalam proses pembelajaran Agama Islam di sekolah ataumadarasah di
antaranya :

1. Student Centered Instruction, yaitu pembelajaran yang berpusat padapeserta didik, seperti diskusi dalam
berbagai variasi, demonstrasi dangames. Dituntut peran aktif siswa, dan guru sebagai fasilitator.

2. Collaborative Learning, yaitu pembelajaran aktif dimana siswa danguru berkolaborasi atau dengan warga
sekolah lainnya.

3. Cooperative learning, yaitu proses pembelajaran yang memberikankesempatan kepada peserta didik
terlibat langsung dalampembelajaran secara berkelompok dalam mengerjakan tugas yangdiberikan guru.

4. Self discovery learning, yaitu belajar melalui penemuan merekasendiri, melalui observasi dan pengamatan
terhadap masalah yangharus mereka pecahkan.

5. Quantum learning, yaitu strategi pembelajaran yang melibatkanseluruh komponen diri siswa, dengan
pendekatan individu dankelompok.

6. Contextual Teaching and Learning (CTL), yaitu strategi yangdigunakan untuk untuk membantu peserta
didik untuk memahamimakna dan materi pelajaran dengan mengaitkan mata pelajarantersebut dengan
konteks kehidupan mereka.Selain dengan pemilihan dan penggunaan strategi pembelajaranyang tepat dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam sebagaiimplementasi kurikulum PAI, ada beberapa hal terkait
denganimplementasi tersebut.

Pertama, keteladanan, merupakan upaya konkritdalam menanamkan nilai-nilai luhur pendidikan Agama
Islam kepadapeserta didik. Secara psikologis anak memang senang meniru; tidak sajayang baik, tetapi juga
yang tidak baik. Prilaku yang ditiru siswa akan terusmelekat sehingga akan menjadi karakter dalam dirinya.
Mengingatpentingnya keteladanan, maka menurut Zakiah Darajat menyebutkanuntuk menjadi seorang guru
harus memenuhi syarat: bertakwa kepada Allah, berilmu, sehat jasmani dan rohani, dan berkelakuan baik.
Guruharus menjadi tauladan bagi siswa dan lingkungannya.

Kedua, tugas pendidikan Agama Islam, bukanlah sepenuhnyatanggung jawab sekolah/madrasah dalam hal ini
guru Agama Islam, akantetapi juga menjadi tanggung jawab keluarga dan lingkungan masyarakat.Tidak
sedikit anak yang mendapat pendidikan Agama Islam yang baik disekolah, tetapi karena di rumah atau
lingkungannya tidak pernahditanamkan nilai-nilai religiusitas yang baik, maka anak tersebut menjadirusak.
Oleh karena itu peranan keluarga dan masyarakat terhadappenanaman nilai-nilai pendidikan Agama Islam
terhadap anak sangatdibutuhkan.

Ketiga, pentingnya evaluasi, evaluasi bukan hanya dilakukan disekolah/madrasah secara formal baik formatif
maupun sumatif. Lebih dari itu, evaluasi yang dilakukan oleh lingkungan sosial masyarakat sangatlahpenting.
Jika di sekolah siswa dinilai lebih pada nilai akademis, namun dimasyarakat, siswa dinilai akan kesalehan
pribadinya yang tercermin darisikap dan prilakunya (akhlaq).
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas, sebagai penutup dapat disimpulkanbeberapa hal sebagai berikut:

1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam selanjutnya dijabarkan sebagaipedoman yang digunakan oleh pendidik
untuk membimbing pesertadidik ke arah tujuan pendidikan agama Islam, dan tujuan PendidikanNasional
secara umum melalui akumulasi sejumlah pengetahuan,keterampilan dan sikap secara sistematis.

2. Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam, diwujudkan dalambentuk proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang dilakukanselama ini masih menemui banyak kendala, di antaranya guru
masihmenggunakan strategi dan metode yang konvensional, sehinggapembelajaran terkesan monoton, dan
kurang bermakna.

3. Beberapa pendekatan agar implementasi kurikulum menjadi maksimal,dapat diterakan di anataranya


dengan pendekatan makro dan mikrodengan melibatkan seluruh stake holder sekolah atau madrasah.
4. Dalam pembelajaran sebagai implementasi kurikulum PAI, agar lebihbermakna dapat diterapkan berbagai
strategi dan pendekatan yanglebih berpusat pada siswa seperti strategi, Quantum learning, danContextual
Teaching and Learning (CTL).

5. Tugas pendikan Agama Islam untuk membentuk peserta didik yangberiman dan bertaqwa, serta berakhlak
mulia bukan hanya menjaditanggung jawab guru PAI di sekolah/madrasah, tetapi juga
komponensekolah/madrasah lainnya termasuk keluarga dan lingkungan.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Darajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2000.

Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung, PT.Remaja Rosdakarya, 2009.

Majid, Abdul, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Muhaimin,et. Al, Paradigma Pendidikan Islam Upaya MengefektifkanPendidikan Agama Islam di Sekolah,
Bandung:PT. RemajaRosdakarya, 2002.

Mujtahid,“Pendekatan Penerapan Kurikulum PAI”, makalah, Jurnal UINMaulana Malik Ibrahim Malang, 2011.

Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar NasionalPendidikan.

Phenix, Philip, The Realms Of Meaning: A Philosophy of the CurriculumFor General Education, New York: Mc.
Graw Hill Book co. 1964.

Raharjo, M. Dawam, Islam dan Transformasi Budaya,.Yogyakarta: DanaBhakti Prima Yasa, 2002.

Soedijarto,Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita, Jakarta:Kompas, 2008.

Taba, Hilda,Curriculum Development : Theory and Practice. New York:Harcourt, Brace & World, Inc. 1962.

Tyler, Ralph W., Basic Principles Of Curriculum And Instruction, Chicago &

London: The University Of Chicago Press, 1949.UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 3.

Anda mungkin juga menyukai