Disusun oleh :
(Kelompok Dua)
Cucu Sintawati 21030802211145
Dian Annisa 21030802221108
Alhamdulillah dan puji syukur kami ucapkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tanpa ridha dan petunjuk dari-Nya
mustahil makalah ini dapat di rampungkan.Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak selaku dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Pendidikan Islam sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul “Konsep dasar dan Tujuan Ilmu pendidikan Islam ”
Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat di
jadikan sebagai pegangan dalam mempelajari materi tentang konsep dasar dan
tujuan ilmu pendidikan islam. Juga merupakan harapan kami dengan hadirnya
makalah ini, akan mempermudah semua pihak dalam proses perkuliahan pada
mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam. Sesuai kata pepatah “tiada gading tak retak”,
kami mengharapkan saran dan kritik, khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan
mahasiswi. Kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata, semoga segala
daya dan upaya yang kami lakukan dapat bermanfaat, aamiin
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................4
A. Konsep Dasar Pendidikan Islam......................................................................4
B. Tujuan Pendidikan Islam...............................................................................10
BAB III PENUTUP...........................................................................17
A. Simpulan........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk
pribadi muslim seutuhnya, pendidikan islam mengajarkan setiap manusia
umumnya dan umat islam khususnya untuk mencapai dan mewujudkan sebuah
tujuan yang sesungguhnya yaitu untuk selalu taat dan mengabdi kepada Allah
Swt. Tujuan ini merupakan dasar yang paling utama sebagai bentuk pengabdian
seorang hamba kepada Tuhannya. Pendidikan agama telah terbukti mampu
menjadi sarana filtrasi hegemoni budaya. Hanya saja pendidikan agama masih
dianggap sebatas pendidikan formal karena berangkat dari kewajiban sebagai
warga negara bahwa negara Indonesia adalah negara berketuhanan. Hal ini
memunculkan agama sebatas kewajiban akademik yang muaranya hanya
kecerdasan kognitif. Seharusnya tuntutan masyarakat akan kebutuhan pendidikan
agama Islam membuat pendidikan terus berkembang sejalan dengan
perkembangan global. Pendidikan agama idealnya berorientasi kepada
keterlibatan sosial, mempersiapkan diri untuk hidup berinteraksi dengan
masyarakat dan bertanggung jawab. Sebagaimana diketahui bahwa tujuan
pendidikan secara umum adalah membentuk manusia yang baik. Namun tujuan
pendidikan itu akan sulit tercapai apabila tidak memperhatikan langkah-langkah
pembelajaran dalam pendidikan. Lahirnya konsep dan teori belajar dalam dunia
pendidikan karena berangkat dari kebutuhan generasi masa depan dalam rangka
mencetak kader berkualitas sesuai bidang yang digeluti.
Konsep pendidikan diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan seluruh potensi alamiah manusia sehingga menjadi individu
yang relatif lebih baik, lebih berbudaya dan lebih manusiawi. Guna mencapai hal
tersebut, salah satu bentuk penyesuaian yang dilakukan adalah dengan
dikeluarkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang menunjukan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan
1
terencana pada proses pembelajaran, dimana tujuan akhirnya mencapai tujuan
pembelajaran. Pada UU tersebut dijelaskan 1bahwa tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai yakni peserta didik mampu menumbuhkan kemauan dalam diri
peserta didik untuk dapat belajar mengetahui atau mempelajari lebih banyak apa
yang telah dipelajari (learning to know), selanjutnya peserta didik mampu dan
berkeinginan mengaktualisasikan keterampilan yang dimiliki (learning to do),
mampu hidup berdampingan dengan orang lain (learning to live together) dan
memiliki kepribadian emosional dan intelektual (learning to be). Atas dasar itulah,
hendaknya proses pembelajaran tidak lagi menjadi wahana mengajar (teaching)
tetapi lebih diarahkan sebagai wahana belajar (learning), karena pembelajaran di
sekolah merupakan proses pendewasaan dari peserta didik.
Wahana belajar (learning) dituntut harus lebih menyenangkan, mengasikkan
dan mencerdaskan peserta didik. Oleh karena itulah, guru dituntut mampu
mengembangkan pola pikir dan mengubah sikap serta perilaku peserta didik.
Caranya dengan menciptakan situasi dan kondisi belajar yang efektif dengan
mempertimbangkan situasi dan kondisi peserta didik beserta lingkungan sekolah.
Atau dengan kata lain, guru harus memfokuskan pada aspek kognitif, afektif dan
psikomotor dalam proses pembelajaran. Pendidikan adalah sesuatu yang universal
dan berlangsung terus tak terputus darigenerasi ke generasi di manapun di dunia
ini. Tujuan dapat tercapai dengan melakukan proses pendidikan, yaitu kegiatan
yang memobilisas setiap komponen pendidikan oleh pendidik terarah kepada
pencapaian tujuan. Yang menjadi tujuan utama pengelolaan proses
pendidikanyaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar yang optimal.
Manusia yang telah diberi amanah sebagai khalifah diperintahkan untuk
membangun sebuah sistem kehidupan praktis dalam segala aspek dalam rangka
mengamalkan nilai dan norma Islam dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu di
dalam ajaran Islam terdapat pilar-pilar penyangga tegaknya pendidikan Islam
1
Aunurrohman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2012), h. 4
2
Rusdiana & Bambang Samsul Arifin, Andragogi, Metode dan Teknik Memanusiakan Manusia
(Bandung : Pustaka Tresna Bhakti Cibiru, 2020), h.4-5
2
yaitu tauhid sebagai dasar pendidikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini
makalah ini akan mengakaji mengenai dasar dasar dan tujuan pendidikan islam.
B. Rumusan Masalah
Dari paparan diatas, maka dapat diperoleh rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
bagi perilaku tercela kecuali kerusakan. Menurut Al-Ghozali, agar pendidikan bisa
melahirkan keindahan watak manusia, maka harus memperbaiki empat unsur yang
ada pada diri manusia secara seimbang dan serasi. Empat unsur tersebut yaitu:
a. Kekuatan Ilmu.
Ilmu merupakan pondasi amaliyah karena di dalamnya terdapat berbagai
informasi pengetahuan, sehingga wajar salah satu ciri ilmu adalah adanya
pengetahuan yang mendalam terdahadap sesuatu. sementara sifat pengetahuan
yang baik dan kuat ialah yang dapat membedakan antara pernyataan yang benar
dengan yang salah, antara kepercayaan yang benar dengan yang keliru, dan antara
perbuatan yang baik dengan yang buruk. Melalui cara kerja pengetahuan yang
demikian, maka kebijakan atau hikmah akan timbul dalam jiwa. Hikmah ini
menjadi inti dari akhlak terpuji, sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surah
al-baqarah ayat 269.
ِ يُْؤ تِي ْال ِح ْك َمةَ َم ْن يَ َشا ُء ۚ َو َم ْن يُْؤ تَ ْال ِح ْك َمةَ فَقَ ْد ُأوتِ َي خَ ْيرًا َكثِيرًا ۗ َو َما يَ َّذ َّك ُر ِإاَّل ُأولُو اَأْل ْلبَا
ب
Kekuatan ilmu menurut imam al-Ghozali yang paling utama adalah ilmu
agama (‘ilmu ad-diny). Dengan ilmu agama, maka ilmu-ilmu yang lain bisa
bermanfaat untuk kemaslahatan karena adanya penyeimbang antara ilmu umum
dengan ilmu agama. Ilmu agama lebih kepada pembentukan karakter, sedangkan
ilmu umum lebih kepada pengaruh kecerdasan yang bersifat pragmatis. Dengan
adanya potensi ilmu yang berangkat dari keingintahuan manusia secara naluri,
maka lembaga pendidikan harus berusaha untuk mengarahkan potensi
keingintahuan itu sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat.
b. Kekuatan “ghodbah”.
4
Muhammad Turmuzi, Konsep Pendidikan dan Islam Sebagai Altenatif dalam Memanusiakan
Manusia, Turast: Jurnal Pendidikan Islam Vol. 19, No. 1 2021
5
Ghodbah secara teks memiliki pengertian kemarahan atau emosi. Ghodbah,
kalaupun pengertiannya dipahami secara tekstual, ketika dilihat dari sudut
pandang yang positif, maka akan berpengaruh terhadap perilaku positif.Pada
dasarnya kemarahan merupakan anugrah illahi yang positif, hanya saja perlu
penempatan secara proporsional. Marah jika dikendalikan dengan baik akan
melahirkan keberanian (syuja’ah).
c. Kekuatan syahwat.
Syahwat selama ini memiliki konotasi negatif, padahal syahwat adalah
bagian terpenting yang harus dikelola dalam diri setiap individu untuk membentuk
perilaku mulia. Kalimat syahwat disebut al-Qur'an dalam berbagai kata
bentukannya sebanyak tiga belas kali, lima kali di antaranya dalam bentuk
masdar, yakni dua kali dalam bentuk mufrad dan tiga kali dalam bentuk jama'
Secara lughawi dari akar kata syaha-yasha-syahwatan.
d. Keadilan.
Sesungguhnya kerusakan rakyat disebabkan oleh kerusakan para
penguasanya dan kerusakan penguasa disebabkan ketidak adilan mereka. Rakyat
yang damai karena pemimpin yang bisa menegakkan keadilan. Pendidikan
sebagai institusi kader generasi masa depan, keadilan harus diperkenalkan dengan
perilaku nyata dalam bentuk keteladanan disamping kreteria-kreteria adil yang
dikenalkan melalui pembelajaran.
Dari empat unsur bathin manusia yang dikemukakan oleh imam al-Ghozali,
harus dipadukan dan diperlakukan secara proporsional. Suatu lembaga pendidikan
tidak akan pernah berhasil mencapai tujuan utamanya yakni membentuk manusia
yang bermoral atau berakhlakul karimah, bilamana empat konsep pendidikan di
atas dikesampingkan dan bahkan tidak menjadi perhatian dalam lembaga
pendidikan. Tawaran konsep pendidikan yang dikemukakan oleh al-Ghozali
sangat logis dan relevan dengan sebagian fakta hasil (output dan outcome)
pendidikan saat ini.
Untuk mewujud nyatakan empat unsur bathin manusia dalam keserasian,
lembaga pendidikan hendaknya memberikan penekanan dengan memperhatikan
beberapa hal sebagai sebuah proses, yaitu:
6
a. Pengaruh pendidik terhadap anak didik.
Peran pendidik disamping sebagai media transformsi ilmu, ia juga sebagai
fasilitator. Artinya, ketika guru sebagai fasilitator, bukan berarti ia tidak mampu
memberikan pengaruh, justru guru sangat berperan dan memiliki pengaruh besar
terhadap peserta didiknya bila mana setiap keperluan siswa dalam belajar
terpenuhi kebutuhan intelektualnya. Untuk bisa memediasi sekaligus
memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik, maka pendidik harus menguasai
materi yang diajarkan serta telaten dan sabar dalam memberikan pelayanan agar
terjadi pembelajaran yang aktif, sehingga belajar tidak lagi hanya terjadi pada satu
arah yakni dari pendidik kepada peserta didik. Seorang pendidikan tidak akan
memberikan pengaruh positif khususnya terhadap perilaku peserta didik jika tidak
ada keteladanan dalam bertingkah laku.
b. Pelaksanaan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Keteladanan tidak hanya dari perbuatan sehari-hari selama di lembaga
pendidikan, tetapi kesesuaian antara peraturan dengan aplikasi di lapangan. Ketika
dalam peraturan diterapkan hukuman bagi pelanggar peraturan, maka harus
diterapkan kepada siapapun, tanpa memilah antara satu peserta didik dengan
peserta didik lainnya, atau satu pendidik berbeda dalam memperlakukan satu
peraturan dengan pendidik yang lain. Kesesuaian peraturan dengan praktek
lapangan adalah bagian dari proses pembelajaran yang harus diterapkan guna
mendidik empat unsur bathin manusia.
c. Evaluasi.
Evaluasi bertujuan untuk melihat sejauh mana usaha yang diterapkan
mencapai tujuan. Setiap usaha pembentukan karakter melaluimenyerasikan empat
unsur di atas, perlu diadakan evaluasi agar selalu ada perbaikan guna mencapai
tujuan yang diharapkan.
1. Dasar Utama Pendidikan Islam
Dasar pendidikan Islam tertumpu dalam Al-Qur`an dan sunnah Nabi. Di
atas dua pilar inilah dibangun konsep dasar pendidikan Islam. Titik tolaknya
dimulai dari konsep manusia menurut Islam. Dalam konteks individu, pendidikan
termasuk salah satu kebutuhan asasi manusia. Sebab, ia menjadi jalan yang lazim
7
untuk memperoleh pengetahuan atau ilmu. Sedangkan ilmu akan menjadi unsur
utama penopang kehidupannya. Oleh karena itu, Islam tidak saja mewajibkan
manusia untuk menuntut ilmu, bahkan memberi dorongan serta arahan agar
dengan ilmu itu manusia dapat menemukan kebenaran hakiki dan mendayungkan
ilmunya diatas jalan kebenaran. Rosulullah SAW bersabda, “Tuntutlah oleh kalian
akan ilmu pengetahuan, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri
kepada Allah SWT, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya
adalah shodaqoh. Sesungguhnya ilmu itu akan menempatkan pemiliknya pada
kedududkan tinggi lagi mulia. Ilmu adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan
akhirat. (HR. ar-Rabi’).
8
untuk dapat memahaminya maka diperlukan sebuah metode pembelajaran yang
efektif dan efisien serta adanya sarana dan fasilitas yang sesuai.
2. Komponen Dasar Pendidikan
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam
keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan sistem,
komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang
menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan,
bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan
diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut, Komponen-komponen
yang memungkinkan terjadinya proses pendidikan atau terlaksananya proses
mendidik minimal terdiri dari 5 komponen yaitu :
a. Pendidik
Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik terdapat
beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan,
yang tidak terbatas pada pendidikan sekolah saja. Guru sebagai pendidik
dalam lembaga sekolah, orang tua sebagi pendidik dalam lingkungan keluarga,
dan pimpinan masyarakat baik formal maupun informal sebagai pendidik di
lingkungan masyarakat sehubungan dengan hal tersebut diatas syaifulloh
( 1982 ) mendasarkan pada konsep pendidikan sebagi gejala kebudayaan,
adapun yang termasuk kategori pendidik ialah :
1) Orang Dewasa
2) Orang Tua
3) Guru/Pendidik
4) Pemimpim kemasyarakatan, dan pemimpin keagamaan.
b. Peserta Didik
Sehubungan dengan persoalan anak didik disekolah Amstrong 1981
mengemukakan beberapa persoalan anak didik yang harus di pertimbangkan
dalam pendidkan, persoalan tersebut mencakup :
1) Latar belakang budaya masyarakat peserta didik ?
2) Bagaiman tingkat kemampuan anak didik ?
3) Bagaimanakah tingkat kemampuan anak didik ?
9
c. Isi Pendidikan
Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan, isi
pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan
manusia ideal yang dicita citakan untuk mencapai manusia yang ideal yang
berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia
perlu diidi dengan bahan pendidikan. Macam macam isi pendidikan tersebut
terdiri dari pendidikan agama, pendidikan moril, pendidikan estetis,
pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan intelektual, pendidikan
keterampilan dan pendidikan jasmani.
d. Konteks yang mempengaruhi suasana pendidikan
Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan, hal
ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan,
yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Lingkungan pendidikan
dapat dikelompokan berdasarkan lingkungan kebudayaan yang terdiri dari
lingkuran kultural ideologis, lingkungan sosial politis, lingkungan sosisal.
Yakni meliputi ;
1) Sarana
2) Metode
3) Sistem/Kurikulum
10
diketahui manusia dengan batas-batas kemanusiaan. Termasuk juga berakhlak
dengan akhlak Allah SWT., dengan meneladani al-Asma' al-Husna'-Nya. Jadi,
tujuan pendidikan Islam, terluas, terdalam, terkomprehensif. Tinggal lagi yang
perlu adalah operasionalisasi pendidikan tujuan tersebut dapat dicapai, termasuk
aplikasi teori-teori dan nilai-nilai pensehingga didikan. Pendidikan Islam pada
masa Rasulullah SAW., juga mencakup hal- hal yang disebut di atas. Akan tetapi
pendalaman, penekanannya tentu tidak sesuai dengan zaman kekinian. Tujuan-
tujuan tersebut ialah sebagai berikut :
ال َسَأ َلَ َصهَيْبٌ ق ِ يَ ْعنِي ابْن عَليَّة ع َْن َع ْب ُد ال َع ِز- يل
ُ ُيز َوه َُو ابْن َ حدثني زهير بن حرب حدثنا إ ْس َما ِع
ال " َكانَ َأكث ُر َد ْع َوةَ يَ ْدعُو بِهَا َ قَتَا َدةَ َأنَاسًا " َأيُّ َد ْع َوهُ َكانَ يَ ْدعُو بِهَا النَّبي
َ َصلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أكثر ؟ " ق
(رواه مسلم.يَقُو ُل " اللهم آتِنَا فِي ال ُّد ْنيَا َح َسنَة وفي ال ب األ خ َر ِة َح َسنَة وقنا عذاب النار
11
akhirnya lupa dan terpaksa atau tidak terpaksa mencari jalan pintas, meski
terlarang. Di dunia adalah tempat keluh kesah, kecuali orang yang memiliki iman
dan ketakwaan.
Dalam era reformasi, pendidikan harus mampu mengembangkan peserta
didik menjadi sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa, mandiri, kreatif,
dan berwawasan masa depan. Peserta didik yang berpribadi pariipurna akan
mampu merencanakan perjalanan hidupnya serta mewujudkannya secara efektif
sehingga lebih bermakna baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain,
masyarakat, bangsa dan Negara.
12
pendidikan Islam, karena dasar ayat yang digunakan sebagai landasannya adalah
QS. al-Baqarah 2: 30 menyatakan bahwa:
Qurtubi, mengatkan bahwa khalifah yang terdapat dalam surat al- Baqarah, ayat
30, bermakna fa'il, yakni orang yang menggantikan orang sebelumnya di bumi,
selain malaikat. Bisa juga bermakna maful, yakni digantikan. Artinya seseorang
yang menggantikan tempat orang lain dalam beberapa persoalan. Khalifah bisa
berarti penguasa besar atau paling tinggi (al-sulthan al-'azam). Menurut Al-
Maududi, khalifah adalah pemimpin tertinggi dalam urusan agama dan dunia
sebagai pengganti Rasul. Adapun dalil yang menjelaskan, bahwa tujuan
pendidikan adalah untuk mendidik seseorang menjadi pemimpin yang
bertanggung jawab.
4. Pengembangan potensi
Kelebihan manusia dari makhluk lainnya adalah multipotensi dan
multidimensi manusia. Dimensi manusia terdiri dari dimensi jasmani dan ruhani.
Dalam struktur jasmani dan ruhani itu, Allah memberikan seperangkat
kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang. dalam psikologi
disebut potensialitas atau disposisi. Menurut aliran 3
behaviorisme disebut
prepotence reflexes (kemampuan dasar yang secara otomatis berkembang).
35
Sulaemang, Tujuan Pendidikan Jadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasalam , (Turast: Jurnal At-Ta’dib
Vol. 8 No. 1, Januari-Juni 2015), hlm. 158
13
Dengan pendidikan, sifat-sifat jelek manusia akan dapat dikurangi ¹º Dalam hadis
dikemukakan bahwa setiap insan itu dilahirkan dalam keadaan memilki fitrah
Fitrah tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan lingkungan pendidikan yang
mengitarinya, sebagai tertuang dalam hadis berikut:
رسول هللا صلى هللا. عَن أبي صالح ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ قَا َل قَا َل حدثنا زهير بن،دثنا جرير عن األغش
َ عليه وسلم "ما من مولود إال يلد على الفطرة َما يَ َواهُ يُهَاُؤ دَانِ ِه َويُن
ص َرانِ ِه ويشتركانه "فقال رجل " يارسول
هللا أرأيت لو مات قبل ذلك ؟" قَا َل هللاُ َأ ْعلَ ُم بِ َما َكانُوا عاملين (رواه
Artinya: Menceritakan kepada kami Zuhair ibn Harb, menceritakan kepada kami
Jarir, dari A'masy, dari Abu Shalih, dari Abu Hurairat, katanya Rasulullah: saw
bersabda, "Tidak seorang jua pun bayi yang baru lahir melainkan dalam keadaan
fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan anak itu menjadi Yahudi.
Nasrani, dan musyrik. Lalu bertanya seorang laki-laki, "Ya. Rasulullah!
Bagaimana kalau anak itu mati sebelumnya (sebelum disesatkan orang
tuanya) ?" Jawab beliau, "Allah jualah yang Maha Tahu apa yang mereka
lakukan." (HR.
Muslim)
Dari uraian hadis di atas yang telah dikomentari oleh Abdurrahman Saleh
'Abdullah, maka penulis dapat membesikan suatu komentar kedua bahwa, setiap
anak yang dilahirkan adalah suci bersih membawa potensi, bakat, yang dimiliki
masing-masing anak. Maka kedua orang tuanyalah yang menentukan anaknya,
mau dijadikan Islam, nasrani, majuzi, atau kafir Dan juga pengembangan potensi
atau bakat tergantung pula dari orang tuanya masing-masing anak tersebut.
14
pembentukan dan pengembangan kepribadian Islam sebagaiman yang pernah
diterapkan Rasulullah SAW.
b. Persiapan kehidupan di dunia dan Akhirat
c. Menumbuhkan ruh ilmiyah
d. Menyiapkan peserta didik dari segi profesional
1) Mengusai Tsaqofah Islam
Katakanlah (hai Muhammad), apakah sama orang-orang yang
berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan.” (Qs. az-
Zumar: 9).
Tsaqofah adalah ilmu yang didapatkan tidak lewat eksperimen
(percobaan), tetapi lewat pemberitaan, pemberitahuan, atau pengambilan
kesimpulan semata, tsaqofah Islam adalah tsaqofah yang muncul karena
dorongan seseorang untuk terikat pada Islam dalam kehidupannya.
2) Menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih
bergantinyamalam dan siang terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
orang-orang yang berakal.” (Qs. Ali-Imran : 190).
Mengusai iptek dimaksudkan agar umat Islam dapat menjalankan
fungsinya sebagai khalifah Allah SWT dengan baik dan optimal di muka
bumi ini. Lebih dari itu, Islam bahkan menjadikannya sebagai fardlu
kifayah, yaitu suatu kewajiban yang harus dikerjakan oleh sebagian rakyat
apabila ilmu-ilmu tersebut sangat dibutuhkan umat, seperti ilmu
kedokteran, rekayasa industri, dan lain-lain.
3) Memiliki Ketrampilan Memadai
“Siapkanlah bagi mereka kekuatan dan pasukan kuda yang kamu
sanggupi.” (Qs. al-Anfaal : 60).
Penguasaan ketrampilan yang serba material, misalnya ketrampilan dalam
industri, penerbangan dan pertukangan, juga merupakan tuntutan yang
harus dilakukan oleh umat Islam dalam rangka pelaksanaan tugasnya
sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sebagaimana halnya iptek, Islam
juga menjadikannya sebagai fardlu kifayah.
15
e. Persiapan dalam berusaha untuk mencari rezeki
Sedangkan menurut As Syaibany bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat. Dari pengertian di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam yang utama adalah membentuk
pribadi seorang muslim dan muslimat untuk menjadi hamba yang taat, tunduk dan
patuh Kepada Allah. Selain itu, Tujuan Pendidikan Islam juga berorientasi kepada
perwujuan suatu sikap yang selalu menghadirkan Allah sebagai Tuhan yang selalu
mengawasi setiap makhluknya. Oleh karenaya, jika ini terwujud, maka akan
terlahirlah bibit-bibit manusia yang bertaqwa dan beriman dan selalu berada
dijalan yang benar dengan kehidupan bahagia dunia dan akhirat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Konsep dasar pendidikan islam adalah suatu ide pokok proses pembelajaran
sesuai dengan agama islam yang bersumber dari al-quran, as-sunnah dan ijtihad
para ulama guna mengembangkan potensi diri.
Tujuan pendidikan islam yang utama adalah membentuk pribadi seorang
muslim dan muslimat untuk menjadi hamba yang taat, tunduk dan patuh kepda
allah, selain itu tujuan pendidikan islam juga berorientasi kepada perwujudan
suatu sikap yang selalu menghadirkan allah sebagai tuhan yang selalu mengawasi
mahluknya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Rahmat Hidayat & Abdillah, Ilmu Pendidikan Konsep Teori dan Aplikasinya,
(Medan; LPPPI, 2019)
iii