Anda di halaman 1dari 16

PENTINGNYA PENDIDIKAN ANAK DALAM ISLAM DAN

KEBUKTIAN ANAK PADA ORANGTUA PENDIDIKAN


ISLAM

Mata Kuliah: Seminar Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:
Kelompok 5

Husnidar 11202278
Yusmanidar 11202304
Khtijah 11202311

Mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Hamizan, S. Pd.I.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN
(STAI-PTIQ) ACEH
2023/1444 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT. Atas rahmat dan
hidayah-Nya, yang telah memberikan nikmat sehat sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Pentingnya Pendidikan Pada
Anak Dalam Islam dan Kebuktian Anak Pada Orangtua Pendidikan Islam” dengan
tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah: Seminar
Pendidikan Agama Islam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hamizan, S.Pd.I Selaku


dosen mata kuliah yang telah memberi penghantar perkuliahan, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan selesai. Ucapan terima kasih juga
kami sampaikan kepada teman-teman semuanya yang telah membantu kami
dalam membuat makalah ini. Sehingga kami bisa mengerjakan makalah ini
dengan selesai, dan tepat meskipun masih jauh dari kata sempurna.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena kami masih dalam proses belajar. Oleh sebab itu, kami meminta saran dan
kritik yang membangun dari Bapak diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian dari kami Terima kasih. Selanjutnya kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu kami
terbuka untuk menerima kritik dan saran dari semua pembaca demi perbaikan
penyusunan makalah berikutnya.

Banda Aceh, Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1

BAB II PEMBAHASA

2.1 Pendidikan Anak Dalam Islam.......................................................... 2


2.2 Kebuktian Anak Pada Orangtua Pendidikan Islam............................ 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 

Anak merupakan amanah Allah SWT dan sebagai generasi penerus bangsa
memiliki berbagai potensi yang perlu dikembangkan secara optimal. Kemampuan
anak yang luar biasa hendaknya dapat dikembangkan sesuai dengan tahapan
perkembangannya. Untuk itu, perlu adanya pendidikan anak sejak dini untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal. Persoalan anak
bukan hanya kepentingan keluarga dari yang bersangkutan, tetapi juga
kepentingan negara bahkan kepentingan internasional. Semua negara mengakui
bahwa anak adalah masa depan bangsa dan negara.

Pendidikan anak sudah seharusnya menjadi perhatian, agar kiranya setiap


anak dapat menikmati hak-hak kemanusiannya sebagai warga negara antara lain
mendapatkan pendidikan yang layak. Perhatian pemerintah Indonesia terhadap
pemenuhan hak-hak anak, khususnya dalam hak memperoleh pendidikan, telah
ditunjukkan dalam hasil kesepakatan ratifikasi Konvensi Hak Anak pada Pasal 28
ayat 1 yang berbunyi, "Negara peserta mengakui hak anak atas pendidikan dan
memperoleh kesempatan yang sama, termasuk mendapatkan pendidikan dasar
secara cumacuma. Hasil konvensi ini diperkuat oleh keikutsertaan pemerintah
Indonesia dalam menyepakati Deklarasi Dakkar pada tahun 2000 tentang program
dan strategi Education for All atau pendidikan untuk semua.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan pentingnya Pendidikan anak dalam islam?


2. Bagaimana kebuktian anak pada orangtua Pendidikan islam?

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pendidikan Anak Dalam Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada


term al-Tarbiyah, al-Ta'dīb, dan al-Ta'līim. Dari ketiga istilah tersebut term yang
popular digunakan dalam praktik pendidikan Islam ialah term al-Tarbiyah,
sedangkan term al-Ta'dīb dan al-Ta'līm jarang sekali digunakan. Terlepas dari
perdebatan makna dari ketiga term di atas, secara terminologi, para ahli
pendidikan Islam telah mencoba menformulasikan pengertian pendidikan Islam.
Di antara batasan yang sangat variatif tersebut adalah:

a. Al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah


proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada
kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Proses
tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan pengajaran sebagai
suatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak profesi
asasi dalam masyarakat.1
b. Muhammad Fadhil al-Jamaly mendefinisikan pendidikan Islam
sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak
peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai
yang tinggi dan kehidupan mulia. Dengan proses tersebut,
diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih

1Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan


Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 399.

4
sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan,
maupun perbuatannya.2
c. Ahmad Tafsir mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan
yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara
maksimal sesuai dengan ajaran Islam.3
d. Achmadi memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan
mengembangkan fitrah manusia secara sumber daya manusia yang
ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan
kamil) sesuai dengan norma Islam.4

Beberapa pengertian pendidikan Islam di atas, dapat disebutkan bahwa


pendidikan Islam adalah suatu sistem yang memungkinkan seseorang (peserta
didik) dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan ideologi Islam.
Hakikatnya pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa Muslim yang bertakwa
secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan
fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal
pertumbuhan dan perkembangannya.

Pendidikan secara teoritis mengandung pengertian "memberi makan"


(opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniah,
juga sering diartikan dengan menumbuhkan kemampuan dasar manusia. Bila
ingin diarahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam, maka harus
berproses melalui sistem pendidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun
melalui sistem kurikuler. Esensi daripada potensi dinamis dalam setiap diri

2Muhammad Fadhil al-Jamaly, Nahwa Tarbiyah Mukminat, (Al-Syarikat al-Tunisiyat li al-Tauzi,


1977), h. 3
3Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992),
h. 32.
4Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), h. 29

5
manusia terletak pada keimanan/kenyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak
(moralitas) dan pengamalannya, yang keempatnya merupakan potensi esensial
yang menjadi tujuan fungsional pendidikan Islam. Karenanya, dalam strategi
pendidikan Islam, keempat potensi dinamis yang esensial tersebut menjadi titik
pusat dari lingkaran proses pendidikan Islam sampai kepada tercapainya tujuan
akhir pendidikan Islam, yakni terbentuknya manusia dewasa yang
mukmin/Muslim, muhsin, muchlisin dan muttaqin.5

2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

Sebagai kegiatan yang bergerak dalam usaha pembinaan kepribadian


Muslim, tentu pendidikan Islam memerlukan asas atau dasar yang dijadikan
landasan kerja. Dengan dasar ini akan memberikan arah bagi pelaksanaan
kegiatan pendidikan yang diprogramkan. Dalam hal ini, dasar yang menjadi acuan
pendidikan Islam hendaknya merupakan sumber nilai kebenaran dan kekuatan
yang dapat mengantarkan peserta didik ke arah pencapaian tujuan pendidikan.
Dasar pendidikan Islam ialah Islam dengan segala ajarannya yang tertuang dalam
Al-Qur’an dan Sunnah (hadis) Rasulullah SAW.6

Penetapan Al-Qur’an dan Hadis sebagai dasar pendidikan Islam, hal ini
dikarenakan kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima
oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman
kemanusiaan. Sebagai pedoman, Al-Qur’an tidak ada keraguan padanya,
terpelihara kesucian dan kebenarannya. Demikian juga dengan kebenaran hadis
sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam.

Dalam kedudukannya sebagai dasar pendidikan Islam, sunnah Rasul


mempunyai dua fungsi, yaitu; pertama, menjelaskan sistem pendidikan Islam

5M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), h. 32.


6Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 30.

6
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat di
dalamnya. Kedua, menyimpulkan metode pendidikan dari kehidupan Rasulullah
bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan
yang pernah dilakukannya.7 Adapun tujuan pendidikan Islam ialah menanamkan
takwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia
yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran Islam.

Tujuan pendidikan Islam pada intinya merupakan penjabaran dari tujuan


hidup manusia yaitu memperoleh keridhaan Allah. Dengan demikian, tujuan akhir
pendidikan Islam ialah terciptanya manusia yang diridhai Allah, yakni manusia
yang menjalankan peranan idealnya sebagai hamba dan khalifah Allah secara
sempurna.8 Lebih bervariasi lagi, ada beberapa ahli pendidikan Islam yang
merumuskan tujuan pendidikan antara lain adalah; al-Syaibani, mengemukakan
bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia
dan akhirat.9 Sementara tujuan akhir yang ingin dicapai adalah mengembangkan
fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akal secara dinamis, sehingga
akan terbentuk pribadi yang utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya
sebagai khālifah fil ardh.10

3. Pentingnya Pendidikan Anak Dalam Islam

Pendidikan anak dalam islam sangatlah penting karena hal ini akan
membentuk karakter anak di kemudian hari. Orangtua berkewajiban untuk
menanamkan nilai-nilai islam dalam diri seorang anak. Pendidikan itu sendiri
artinya adalah cara untuk mendidik atau mengajar. Sehingga pendidikan islam
berarti cara mendidik yang sesuai dengan tuntunan atau syariat agama islam.
7Abdurrahman An-Nahwali, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:
Diponegoro, 1992), h. 47.
8Aly, Ilmu Pendidikan…, h. 78
9Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 410.
10Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, (Jakarta:
Pustaka al Husna, 1989), h. 67.

7
Tuntunan atau syariat islam yang dimaksud disini adalah yang sesuai dengan
ajaran di dalam Alqur’an serta dalam hadits. Dalam hal ini keluarga memiliki
tanggung jawab penuh untuk mendidik dan mengasuh sang anak dengan
berlandaskan kaidah dalam agama islam. Anak dapat dididik dengan mengatur
pola pembiasaan, dengan menggunakan nasihat, contoh, serta dengan memberikan
wawasan kepada anak.

Dalam pendidikan islam terutama bagi anak usia dini terdapat beberapa
hal pokok yang perlu diperhatikan. Diantaranya adalah menegtahui bentuk-bentuk
pendidikan agama islam yang nantinya akan diajarkan kepada anak. Adapun
bentuk-bentuk pendidikan yang semestinya diajarkan sejak dini mencakup hal-hal
berikut ini:

a. Pendidikan Aqidah

Hal yang pertama kali diajarakan kepada anak adalah tentang akidah
atau keesaan Allah SWt diimana anak diberikan pengertian bahwa
tuhan yang pantas di sembah hanyalah Allah SWT hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Luqman ayat 13 yang berbunyi:

ْ ُ‫َوِإ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ ِال ْبنِ ِه َو ُه َويَ ِعظُهُ يَابُنَ َّي الَت‬
‫ش ِركْ ِباهللِ ِإنَّ الش ِّْر َك لَظُ ْل ٌم َع ِظ ْي ٌم‬

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia


memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kelaliman yang besar”. (Luqman :13)

Dari ayat diatas kita dapat mengetahui bahwa hal pertama yang
ditanamkan Luqman kepada anaknya dalah soal ketauhidan dan ia
melarang anaknya untuk tidak menyekutukan Allah SWT karena
menyekutukan Allah atau Syirik merupakan dosa besar yang termasuk

8
dalam dosa yang tidak diampuni. Selain itu anak perlu diajari untuk
menghormati ayah dan ibunya, menghargai keduanya serta senantiasa
berbuat baik kepada keduanya karena berkat orangtuanya lah ia dapat
terlahir ke dunia ini sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat
Luqman ayat 14 yang bunyinya:

‫ش ُك ْرلِي َولِ َوالِ َد ْي َك‬ َ ِ‫سانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ ُأ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَي َو ْه ٍن َوف‬
ْ ‫صالُهُ فِي عَا َم ْي ِن َأ ِن ا‬ َ ‫ص ْينَااِإل ْن‬
َّ ‫َو َو‬
ِ ‫ِإلَ َّي ال َم‬
‫ص ْي ُر‬

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua


orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan
lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu. (Luqman :14)

b. Pendidikan ibadah

Sejak usia dini anak sudah harus diajarkan tentang bagaimana


menjalankan ibadah wajib seperti shalat wajib, puasa dan lainnya.
Pendidikan ibadah pada anak dapat dilakukan dengan metode
pembiasaan serta mencontohkan. Mengajari anak gerakan shalat dan
mengajak anak shalat berjamaah di masjid serta berdiri di shaf adalah
salah satu usaha orangtua untuk menanamkan pendidikan ibadah bagi
anaknya. Acara keagamaan seperti halnya di bulan ramadhan dapat
menjadi ajang orangtua untuk lebih mengajarkan anaknya untuk
berpuasa. Jika anak belum kuat berpuasa maka biarkan ia berpuasa
setengah hari lalu berbuka disiang hari kemudian melanjutkan lagi
berpuasa hingga adzan maghrib. Anak-anak yang tumbuh dengan
beribadah adalah anak-anak yang dicintai dan dijanjikan oleh Allah
pahala yang melimpah sebagaimana hadits berikut ini:

9
“Tidaklah seorang anak tumbuh dalam ibadah sampai ajal
menjemput dirinya, melainkan Allah akan memberi dia pahala setara
dengan 99 pahala shiddiq (orang-orang yang benar dan jujur).”

c. Pendidikan Akhlak

Selain pendidikan aqidah, dan ibadah, pendidikan akhlak tidak kalah


penting untuk ditanamkan kepada anak. Pentingnya akhlak dalam
kehidupan manusia juga disebutkan dalam hadits bahwasanya
Rasulullah SAW diutus ke dunia ini adalah untuk memperbaiki akhlak
manusia. Akhlak yang baik pada anak dapat ditanamkan melalui
berbagai pendekatan diantaranya adalah dengan mengajarkannya
sopan santun, memberikan contoh serta suri tauladan yang baik pada
anak. Hal ini bisa juga dilakukan dengn membacakan kisah-kisah suri
tauladan Rasulullah ataupun kisah-kisah nabi dan sahabat yang
memiliki akhlak mulia. Adapaun tujuan pendidikan akhlak pada anak
adalah untuk membentuk orang-orang yang berakhlak mulia, memiliki
moral yang baik, tingkah laku yang sopan, sifat yang bijaksana,ikhlas,
jujur, suci serta beradab.11

2.2 Kebuktian Anak Pada Orangtua Pendidikan Islam

Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua dalam
wacana Islam adalah persoalan utama, dalm jejeran hukum-hukum yang terkait
dengan berbuat baik terhadap sesama manusia. Allah sudah cukup menegaskan
wacana ‘berbakti’ itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah dalam
banyak sabdanya, dengan memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus, agar dapat
diperhatikan secara lebih saksama.

11https://dalamislam.com/hukum-islam/anak/pendidikan-anak-dalam-islam.

10
Di antara tumpukan bukti tersebut adalah sebagai berikut:

1. Allah menggandengkan’ antara perintah untuk beribadah kepada-Nya,


dengan perintah berbuat baik kepada orang tua:

“Allah telah menetapkan agar kalian tidak beribadah melainkan kepada-


Nya; dan hendaklah kalian berbakti kepada kedua orang tua.” (Al-
Israa:23)

2. Allah memerintahkan setiap muslim untuk berbuat baik kepada orang


tuanya, meskipun mereka kafir.

“Kalau mereka berupaya mengajakmu berbuat kemusyrikan yang jelas-


jelas tidak ada pengetahuanmu tentang hal itu, jangan turuti; namun
perlakukanlah keduanya secara baik di dunia ini.” (Luqmaan:15)

Imam Al-Qurthubi menjelaskan, “Ayat diatas menunjukkan


diharuskannya memelihara hubungan baik dengan orang tua, meskipun
dia kafir. Yakni dengan memberikan apa yang mereka butuhkan. Bila
mereka tidak membutuhkan harta, bisa dengan cara mengajak mereka
masuk Islam.”

3. Berbakti kepada kedua orang tua adalah jihad.

Abdullah bin Amru bin Ash meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki
meminta ijin berjihad kepada Rasulullah, Beliau bertanya, “Apakah kedua
orang tuamu masih hidup?” Lelaki itu menjawab, “Masih.” Beliau
bersabda, “Kalau begitu, berjihadlah dengan berbuat baik terhadap
keduanya.” (Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)

11
4. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Surga.

Rasulullah bersabda, “Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh


kasihan.” Salah seorang sahabat bertanya, “Siapa yang kasihan, wahai
Rasulullah?” Beliau menjawab, “Orang yang sempat berjumpa dengan
orang tuanya, kedua-duanya, atau salah seorang di antara keduanya, saat
umur mereka sudah menua, namun tidak bisa membuatnya masuk Surga.”
(Riwayat Muslim)

Beliau juga pernah bersabda: “Orang tua adalah ‘pintu pertengahan’


menuju Surga. Bila engkau mau, silakan engkau pelihara. Bila tidak mau,
silakan untuk tidak memperdulikannya.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi,
dan beliau berkomentar, “Hadits ini shahih.” Riwayat ini juga dinyatakan
shahih, oleh Al-Albani.) Menurut para ulama, arti ‘pintu pertengahan’,
yakni pintu terbaik.

5. Keridhaan Allah, berada di balik keridhaan orang tua.

“Keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua.


Kemurkaan Allah, bergantung pada kemurkaan kedua orang tua.”

6. Berbakti kepada kedua orang tua membantu meraih pengampunan dosa.

Ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah sambil mengadu, “Wahai


Rasulullah! Aku telah melakukan sebuah perbuatan dosa.” Beliau
bertanya, “Engkau masih mempunyai seorang ibu?” Lelaki itu menjawab,
“Tidak.” “Bibi?” Tanya Rasulullah lagi. “Masih.” Jawabnya.
Rasulullah bersabda, “Kalau begitu, berbuat baiklah kepadanya.”

Dalam pengertian yang ‘lebih kuat’, riwayat ini menunjukkan bahwa


berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu, dapat

12
membantu proses taubat dan pengampunan dosa. Mengingat, bakti kepada
orang tua adalah amal ibadah yang paling utama.

Perlu ditegaskan kembali, bahwa birrul waalidain (berbakti kepada kedua


orang tua), lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul
walidain memiliki nilai-nilai tambah yang semakin ‘melejitkan’ makna kebaikan
tersebut, sehingga menjadi sebuah ‘bakti’. Dan sekali lagi, bakti itu sendiripun
bukanlah balasan yang setara untuk dapat mengimbangi kebaikan orang tua.
Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang
bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul waalidain yaitu berbuat
baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan
berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada
teman-teman mereka.”

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan anak dalam islam sangatlah penting karena hal ini akan
membentuk karakter anak di kemudian hari. Orangtua berkewajiban untuk
menanamkan nilai-nilai islam dalam diri seorang anak. Pendidikan itu sendiri
artinya adalah cara untuk mendidik atau mengajar. Sehingga pendidikan islam
berarti cara mendidik yang sesuai dengan tuntunan atau syariat agama islam.

Ada setumpuk bukti, bahwa berbakti kepada kedua orang tua dalam
wacana Islam adalah persoalan utama, dalm jejeran hukum-hukum yang terkait
dengan berbuat baik terhadap sesama manusia. Allah sudah cukup menegaskan
wacana ‘berbakti’ itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah dalam
banyak sabdanya, dengan memberikan ‘bingkai-bingkai’ khusus, agar dapat
diperhatikan secara lebih saksama.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman An-Nahwali, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam,


Bandung, Diponegoro, 1992.

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris,


Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung, Remaja


Rosdakarya, 1992.

Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan; Suatu Analisa Psikologi dan


Pendidikan, Jakarta, Pustaka al Husna, 1989.

Hery Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999.
Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abd ke-21, Jakarta, Pustaka
Al Husna,1988.

https://dalamislam.com/hukum-islam/anak/pendidikan-anak-dalam-islam.

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta, Bumi Aksara,1993.

Muhammad Fadhil al-Jamaly, Nahwa Tarbiyah Mukminat, Al-Syarikat al-


Tunisiyat li al-Tauzi, 1977.

Omar Mohammad Al-Thoumy Al-Syaibany, Filsafat Pendidikan Islam,


terjemahan Hasan Langgulung, Jakarta, Bulan Bintang, 1979.

15

Anda mungkin juga menyukai