hukum publik dipertahankan oleh pemerintah dan hukum privat oleh orang per orang; asas hukum,
hukum publik memuat asas-asas istimewa dan hukum privat memuat asas-asas biasa; hubungan
hukum, hukum publik mengatur hubungan vertikal (pemerintah dengan warga negara) dan hukum
privat mengatur hubungan horizontal (hubungan antarwarga negara); sifat hukum, hukum publik
adalah hukum yang a priori (telah dari pangkal, karena sudah menjadi asas) memaksa sedangkan
hukum privat tidak a priori memaksa. Terhadap masing-masing kriteria tersebut tidak ada kata
sepakat di kalangan para sarjana, dan seiring dengan perkembangan pemikiran hukum dan realitas
hukum di tengah masyarakat, perbedaan hukum publik dengan hukum perdata ini pada akhirnya
bersifat relatif. Uraian lebih lengkap tentang perbedaan pendapat ini dapat dibaca, antara lain pada,
E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta: Ichtiar, 1957), hlm. 86-100, L.J. van
Apeldoorn, op.cit., hlm. 142-151, N.E. Algra, et.al., op.cit., hlm. 163-173, Sudikno Mertokusumo,
op.cit., hlm. 116-117, dan lain-lain.
2Logemann, Over de Theorie van een Stellig Staatsrecht, (Jakarta: Saksama, 1954), hlm. 88.
3N.E. Algra en H.C.J.G. Janssen, op.cit., hlm. 175.
4Bagir Manan, Pengisian Jabatan Presiden Melalui (dengan) Pemilihan Langsung, Makalah,
hlm.1.
5E. Utrecht, op.cit., hlm. 200.
blijft, de ambtsdragers wisselen (als gevolg van verkiezingen of benoeming)"
yakni jabatan itu tetap, para pejabat berganti-ganti (sebagai akibat pemilihan atau
pengangkatan),6 sebagai contoh, jabatan Presiden, Wakil Presiden, Menteri,
Gubernur, dan lain-lain, relatif bersifat tetap, sementara pemegang jabatan atau
pejabatnya sudah berganti-ganti.
6F.C.M.A. Michiels, Hoofdzaken van het Bestuursrecht, 3e Druk, Kluwer, Deventer, 2003, hlm.
43.
7Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung: Alumni, 1987), hlm. 62.
a. Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Publik
Terjemahannya:
10Ciri-ciri organ pemerintahan ini disarikan dari P. Nicolai, et.al., op.cit., hlm. 24-26.
pemerintah sendiri di hadapan Hakim. Organ pemerintah adalah
pemikul kewajiban tanggung jawab.
2) Pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan mempertahankan
norma hukum administrasi, organ pemerintahan dapat bertindak
sebagai pihak tergugat dalam proses peradilan, yaitu dalam hal ada
keberatan, banding, atau perlawanan.
3) Di samping sebagai pihak tergugat, organ pemerintahan juga dapat
tampil menjadi pihak yang tidak puas, artinya sebagai penggugat.
4) Pada prinsipnya organ pemerintahan tidak memiliki harta kekayaan
sendiri. Organ pemerintahan merupakan bagian (alat) dari badan
hukum menurut hukum privat dengan harta kekayaannya. Jabatan
Bupati atau Walikota adalah organ-organ dari badan umum
"Kabupaten". Berdasarkan aturan hukum badan umum inilah yang
dapat memiliki harta kekayaan, bukan organ pemerintahannya.
Oleh karena itu, jika ada putusan Hakim yang berupa denda atau uang
paksa (dwangsom) yang dibebankan kepada organ pemerintah atau
hukuman ganti kerugian dari kerusakan, maka kewajiban membayar
dan ganti kerugian itu dibebankan kepada badan hukum (sebagai
pemegang harta kekayaan).
Apa yang disebutkan P. Nicolai khususnya pada ciri yang keempat dapat
menimbulkan salah pengertian bagi sebagian orang, karena dalam praktik
penyelenggaraan pemerintahan para pejabat itu terlibat dan menggunakan harta
kekayaan. Ada kesan kuat bahwa jabatan pemerintahan itu memiliki harta
kekayaan dan digunakan untuk penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan. Jika
berpegang pada teori tentang badan hukum, yang salah satu unsurnya memiliki
harta kekayaan yang terpisah sebagaimana akan terlihat di bawah, maka apa yang
dikemukakan oleh Nicolai tersebut sejalan dengan teori ilmu hukum. Dengan kata
lain, jabatan tidak memiliki harta kekayaan, yang memiliki harta kekayaan adalah
badan umum (openbaar lichaam) yang menjadi induk dari jabatan tersebut. Apa
yang dikemukakan P. Nicolai sejalan dengan pendapat yang dikemukakan F.R.
Bothlingk, yakni "Dat een veroordeling tot schadevergoeding wordt uitgesproken
niet tegen het orgaan doch tegen het betreffende openbaar lichaam, want slecht
het openbaar lichaam kan betalen, is vermoegenssubject" 11 (pembebanan untuk
membayar ganti kerugian itu tidak diucapkan [ditujukan] terhadap organ, tetapi
kepada badan umum terkait, karena hanya badan umum yang dapat membayar,
[sebagai] subjek harta kekayaan).
(Bila tuan P seorang menteri, maka dalam hal ini dapat diterapkan
pendapat yang membedakan antara tuan P selaku pribadi dan tuan P dalam
kualitasnya (sebagai menteri. pen.}. Kedudukan tuan yang terakhir ini kita
namakan "organ". Jadi kita mengenal seorang P dengan dua kepribadian: di satu
sisi personifikasi P selaku pribadi (manusia pribadi), dan di sisi lain personifikasi
P dalam kualitasnya selaku {menteri), dan kedudukan terakhir ini merupakan
personifikasi organ).
(Pada keduanya (jabatan dan pejabat, pen.) diterapkan jenis hukum yang
berbeda. Jabatan inspektur pajak berwenang mengeluarkan keputusan pajak.
Jabatan ini dijalankan oleh wakilnya, yaitu pejabat. Wakil ini adalah manusia
yang bertindak sebagai inspektur pajak, yakni pegawai, dan dalam kualitasnya
sebagai pegawai ia tunduk pada hukum kepegawaian. Wakil ini hanya sekadar
menjalankan keputusan jabatan. Dengan demikian, pengangkatan sebagai
inspektur pajak telah mengantarkan kewenangan untuk jabatan inspektur pajak,
guna mewakilinya).
Kriteria yang terkesan longgar dari Indroharto dan kualifikasi dari SF.
Marbun di atas secara teoretik tampaknya mudah diterima, namun dalam praktik-
terutama dalam proses peradilan di PTUN-kriteria dan kualifikasi tersebut
tidaklah mudah diterapkan, masih menyimpan sejumlah persoalan. Dengan kata
lain, beberapa pejabat yang disebutkan di atas tidak begitu saja dapat
dikategorikan sebagai pejabat administrasi negara; Pertama, Ketua Pengadilan dan
Ketua Mahkamah Agung, yang disebutkan SF. Marbun dalam point sebelas,
adalah organ kenegaraan yang bertindak untuk dan atas nama negara, bukan
sebagai administrasi negara. Oleh karena itu, keputusan yang dikeluarkan oleh
Ketua Mahkamah Agung tidak dapat dikategorikan sebagai beschikking dalam
konsep Hukum Administrasi Negara sehingga tidak dapat menjadi objek sengketa
tata usaha negara; Kedua, ketika pemerintah mengadakan kerja sama dengan
pihak swasta, tidak dengan sendirinya pihak swasta itu tergolong sebagai Badan
atau Pejabat TUN, sebab dapat saja kerja sama itu dilakukan atas dasar perjanjian
dalam konteks perdata, dan pemerintah mewakili negara sebagai
privaatrechtelijke rechtspersoon; Ketiga, badan-badan swasta yang dibentuk,
diawasi, dan dibiayai oleh pemerintah, seperti yayasan, koperasi, bank, sekolah-
sekolah swasta, dan sebagainya dalam kegiatannya diatur dan tunduk pada hukum
perdata. Dengan kata lain, adanya pembentukan, pengawasan, dan pembiayaan
dari pemerintah tidak serta merta menjadikan badan swasta tersebut tergolong
sebagai Badan atau Pejabat TUN.
21H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, op.cit., hlm. 160-161, bandingkan juga dengan J.B.J.M.
ten Berge, op.cit., hlm. 94-97.
publik-pada bidang pertanian/perkebunan, pendidikan, pelayanan kesehatan, dan
angkutan jalan).
Dalam kepustakaan hukum dikenal ada beberapa unsur dari badan hukum,
yaitu sebagai berikut.
(Organ dan badan hukum dapat dibedakan dengan tegas. Dalam berbagai
hal keduanya tidak sama. Pada wilayah kabupaten terdapat organ-organ seperti
DPRD, pemerintahan harian, dan bupati/walikota. Badan hukumnya adalah badan
umum kabupaten. Artinya kita tidak dapat membuat perjanjian dengan DPRD,
pemerintahan harian, dan bupati/walikota, tetapi hanya dengan kabupaten.
Pembuatan keputusan yang bersifat privat bagi kabupaten dilakukan oleh dewan,
atau berdasarkan delegasi, oleh pemerintahan harian. Dalam berbagai hal,
bupati/walikota bertindak sebagai wakil (dari kabupaten}. Perbedaan antara organ
dengan badan hukum ini sangat penting dalam proses hukum. Dalam hal upaya
administratif atau peradilan administrasi, gugatan ditujukan terhadap organ yang
membuat keputusan tersebut. Organ inilah yang menjadi pihak dalam proses
DAFTAR PUSTAKA
Algra, N.E. en H.C.J.G. Jansen. Rechtsingang, een Orientatie in het Recht. H.D.
Tjeenk Willink bv, Groningen, 1974.