Anda di halaman 1dari 4

RESUME KEDUDUKAN & KEWENANGAN HUKUM PEMERINTAH

A. Kedudukan Hukum (rechtspoditie) Pemerintahan


Pembagian hukum terbagi ke dalam hukum publik dan hukum privat yang dilakukan oleh ahli hukum Romawi,
Ulpianus, ketika ia menulis "Publicum ius est, quod ad statum rei romanea spectat, privatum quod ad singulorum
utitilatem" (hukum publik adalah hukum yang berkenaan dengan kesejahteraan negara Romawi, sedangkan hukum
privat adalah hukum yang mengatur hubungan kekeluargaan).
Dalam perspektif hukum publik, negara adalah organisasi jabatan. Menurut Logemann, "In zijn sociale
verschijningsvorm is de staat organisatie, een verband van functies. Met functie is dan bedoeld; en omschreven
werkkring in verband van het geheel. Zij heet, met betrekking tot de staat, ambt. De staat is ambtenorganisatie"
(Dalam bentuk kenyataanSosialnya, negara adalah organisasi yang berkenaan dengan berbagai fungsi titik yang
dimaksud dengan fungsi adalah lingkungan kerja yang terperinci dalam hubungannya secara keseluruhan. Fungsi-
fungsi yang dinamakan jabatan titik negara adalah organisasi jabatan).
Menurut Bagir manan, jabatan dalam lingkungan pekerjaan tetap yang berisi fungsi-fungsi tertentu yang secara
keseluruhan mencerminkan tujuan dan tata kerja suatu organisasi. Negara berisi berbagai jabatan atau lingkungan
kerja tetap dengan berbagai fungsi untuk mencapai tujuan Negara. Dengan kata lain jabatan adalah suatu
lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan dan dilakukan guna kepentingan negara.
Menurut chindir Ali ada 3 kriteria untuk menentukan suatu badan hukum publik yaitu pertama dilihat dari
pendiriannya, kedua lingkungan kerjanya, ketiga badan hukum itu diberi wewenang publik seperti membuat
keputusan atau peraturan yang mengikat umum.
1. Kedudukan Pemerintah dalam Hukum Publik
Disebutkan lagi bahwa dalam perspektif hukum publik negara adalah organisasi jabatan di antara
jabatan jabatan kenegaraan ini ada jabatan pemerintahan. Indro Hartono menyebutkan bahwa lembaga-
lembaga hukum publik itu memiliki kedudukan yang mandiri dalam statusnya sebagai badan hukum
(perdata). Lembaga-lembaga hukum publik yang menjadi induk dari badan atau jabatan TUN ini yang
besar-besar di antaranya adalah Negara, Lembaga-lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, Departemen,
Badan-badan Non Departemen, Provinsi, Kabupaten, Kotamadya, dan sebagainya. Lembaga-lembaga
hukum publik tersebut merupakan badan hukum perdata dan melalui organ organ (Badan atau jabatan
TUN) menurut peraturan perundang-undangan yang bersangkutan dapat melakukan perbuatan atau
tindakan hukum perdata.
Meskipun organ atau jabatan pemerintahan dapat melakukan perbuatan hukum perdata, mewakili
badan hukum induknya, namun yang terpenting dalam konteks Hukum Administrasi Negara adalah
mengetahui organ atau jabatan pemerintahan dalam melakukan perbuatan hukum yang bersifat publik.
Dalam Hukum Administrasi yang menempatkan organ atau jabatan pemerintahan sebagai salah satu
objek kajian utama, mengenal karakteristik jabatan pemerintahan merupakan salah satu yang tak
terelakkan. P. Nicolai dan kawan-kawan menyebutkan beberapa ciri atau karakteristik yang dapat pada
jabatan atau organ pemerintahan yaitu:
 Organ pemerintahan menjalankan wewenang atas nama dan tanggung jawab sendiri dalam
hal ini tanggung jawab pemerintah sendiri di hadapan hakim.
 Pelaksanaan wewenang dalam rangka menjaga dan mempertahankan norma hukum
administrasi dalam hal ada keberatan, banding, atau perlawanan.
 Di samping sebagai pihak tergugat, organ pemerintah juga tampil sebagai penggugat.
 Pada prinsipnya organ pemerintahan tidak memiliki harta kekayaan sendiri titik organ
pemerintahan merupakan bagian dari badan hukum menurut hukum privat dengan harta
kekayaannya. Jabatan Bupati atau walikota adalah organ-organ dari badan umum
"Kabupaten”. Berdasarkan aturan hukum badan umum inilah yang dapat memiliki harta
kekayaan, bukan organ pemerintahan.
2. Macam-macam Jabatan Pemerintahan
Dalam hal ini terdapat beberapa pendapat. Antara lain Philipus M. Hadjon mengatakan sebagai berikut.
“wewenang hukum publik hanya dapat dimiliki oleh “penguasa”. Dalam jaran inii
terkandung bahwa setiap orang atau setiap badan yang memiliki badan hukum publik harus
dimasukan dalam golongan penguasa sesuai dengan definisinya. Ini bererti bahwa setia orang
atau badan yang memiliki wewenang hukum publik dan tidak termasuk dalam daftar nama-
nam badan pemerintahan umum seperti disebutkan dalam UUD (pembuat undang-undang,
pemerintah, menteri, badan-badan provinsi dan kotapraja) harus dimasukan dalam
desentralisasi (fungsional). Bentuk organisasi yang bersifat yuridis tidak menjadi soal. Badan
yang bersangkutan dapat berbentuk suatu badan yang didirikan oleh undang-undang tetapi
dapat juga badan pemerintahan dari yayasan/lembaga yang bersifat hukum perdata yang
memiliki wewenang hukum publik.
Berdasarkan kenyataan ini Indroharto menyebutkan bahwa ukuran untuk dapat disebut badan atau
pejabat TUN adalah fungsi yang dilaksanakan, bukan nama sehari-hari, bukan pula kedudukan
strukturalnya dalam salah satu lingkungan kekuasaan dalam negara. Selanjutnya Indroharto
mengelompokan organ pemerintahan atau tata usaha negara itu sebagai berikut.
1) Instansi-instansi resmi pemerintahan yang berada dibawah presiden sebagai kepala
eksekutif;
2) Instansi-instansi dalam lingkungan negara diluar lingkungan kekuasaan eksekutif yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan melaksanakan urusan pemerintahan;
3) Badan-badan hukum perdata yang didirikan oleh pemerintah dengan maksud untuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintahan;
4) Instansi-instansi yang merupakan kerjasama antara pihak pemerintah dengan pihak swasta
yang melaksanakan tugas-tugas pemerintah;
5) Lembaga-lembaga hukum swasta yang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan
system perizinan melaksankan tugas pemerintahan.
Secara lebih terperinci SF. Marbun menyebutkan kelompok Badan atau Pejabat TUN yang
menyelengarakan urusan, fungsi atau tugas pemerintahan, yakni sebagai berikut.
1) Merekan yang termasuk dalam lingkungan eksekutif (Presiden sebagai kepala
pemerintahan, Wakil Presiden, para Menteri dan Lembaga-lembaga Non Departemen.);
2) Mereka yang menyelenggarakan desentralisasi, yaitu Kepala Daerah Tingkaat I
(Sekretariat Daerah Tingkat I dan Dinas-dinas Daerah Tingkat I), Kepala Daerah TingkT II
(termasuk Sekretaria Daerah Tingakat II dan Dinas-dinas II) dan Pemerintahan desa;
3) Mereka yang menyelenggarakan urusan dekonsentrasi, seperti Gubernur ( termasuk
Sekretariat Wilayah dan Kanwil-kanwil 、 Bupati ( termasuk Sekretariat Wilayah dan
Kandep-kandep、Walikotamadya、Walikota Administratif、Camat、serta Lurah;
4) Pihak ketiga atau pihak swasta yang mempunyai hubungan istimewa atau hubungan biasa
dengan pemerintah、baik yang diatur atas dasar hukum publik maupun hukum privat;
5) Pihak ketiga atau swasta yang memperoleh konsesi atau izin dari pemerintah;
6) Pihak ketiga atau swasta yang diberi subsidi oleh pemerintah 、misalnya sekolah-sekolah
swasta;
7) Yayasan-yayasan yang didirikan dan diawasi oleh pemerintah;
8) Pihak ketiga atau Koperasi yang didirikan dan diawasi oki pemerintah;
9) Pihak ketiga atau Bank-bank yang didirikan dan diawasi oleh pemerintah;
10) Pihak ketiga atau swasta yang bertindak bersama-sama dengan pemerintah (Persero),
seperti BUMN yang memperoleh atri- busi wewenang, PLN, Pos dan Giro, PAM, Telkom,
Garuda, dan lain-lain;
11) Ketua Pengadilan Negeri, Ketua Pengadilan Tinggi dan Ketua Mahkamah Agung serta
Panitera dalam lingkungan peradil- an;
12) Sekretariat pada Lembaga Tertinggi Negara (MPR) dan Lem- baga-lembaga Tinggi Negara
serta Sekretariat pada DPRD.
3. Kedudukan Pemerintahan dalam Hukum Privat
Negara, provinsi, kabupaten, dan lain-lain dalam hukum perdata disebut sebagai badan hukum
publik. Badan hukum (rechtspersoon) adalah; Kumpulan orang, yaitu semua yang di dalam kehidupan
masyarakat (dengan beberapa perkecualian) sesuai dengan ketentuan undang-undang dapat bertindak
sebagaimana manusia, yang memiliki hak-hak dan kewenangan-kewenangan, seperti kumpulan orang
(dalam suatu badan hukum), perseroan terbatas, perusahaan perkapalan, perhimpunan (sukarela), dan
sebagainya.
Bila berdasarkan hukum publik negara, provinsi, dan kabu- paten adalah organisasi jabatan atau
kumpulan dari organ-organ kenegaraan dan pemerintahan, maka berdasarkan hukum perdata negara,
provinsi, dan kabupaten adalah kumpulan dari badan-badan hukum yang tindakan hukumnya
dijalankan oleh pemerintah
B. Kewanangan Pemerintah
1. Asas Legalitas dan Wewenang Pemerintahan
1) Asas Legalitas (legaliteitsbeginsel)
Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dikan sebagai dasar dalam setiap
penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan di setiap negara hukum terutama bagi negara-negara
hukum dalam sistem Kontinental. Asas ini dinamakan juga dengan kekuasaan undang-undang (de
heerschappij van de wet).
Istilah asas legalitas juga dikenal dalam Hakum Pidana; nulum delictum sine praevia lege poemali
(tidak ada hukuman tanpa undang-undang), dan dikenal pula dalam Hukum Islam yang bertumpu pada
ayat; ma kaana mu’adzibiina hata nab'atsa rasuula; "Kami tidak menjatuhkan siksa sebelum Kami
mengutus seorang Rasul", yang selanjutnya dari ayat ini melahirkan kaidah hukum Islam “la hukma li
af’al al’uqola-I wurud al-nash" (tidak ada hukum bagi orang berakal sebelum ada ketentuan nash).
Kemudian asas legalitas ini digunakan dalam bidang Hukum Administrasi Negara yang memiliki
makna, "Dat het bestuur aan de wet is onderworpen” (bahwa pemerintah tunduk kepada undang-
undang) atau "Het legaliteitsbeginsel houdt in, dat alle (algemene) the burgers bin dende bepalingen op
the wet moeten berusten” (asas legalitas menentukan bahwa semua ketentuan yang mengikat warga
negara harus didasarkan pada undang-undang). Asas legalitas ini merupakan prinsip negara hukum
yang sering dirumuskan dengan ungkapan "Het beginsel van wetmatigheid van bester" yakni prinsip
keabsahan pemerintahan.
2) Wewenang Pemerintah
Meskipun asas legalitas mengandung kelemahan, namun ia tetap menjadi prinsip utama
dalam setiap negara hukum. Telah disebutkan bahwa asas legalitas merupakan dasar dalam setiap
penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan. Dengan kata lain, setiap penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintahan harus memiliki legitimasi, yaitu kewenangan yang diberikan oleh
undang-undang. Dengan demikian, substansi asas legalitas adalah wewenang.
Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan
(macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum,
wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten en plichten). Dalam kaitan dengan otonomi
daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (zelfregelen) dan mengelola
sendiri.
2. Sumber dan Cara Memperoleh Wewenang Pemerintahan
Secara teoritik, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh
melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi dan mandate. Indroharto mengatakan bahwa pada atribusi
terjadi pemberian kewenangan pemerintahan yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan. D isini dilahirkan atau diciptakan suatu wewenangan baru.
Mengenai atribusi, delegasi, dan mandat ini H.D. van Wijk/ Willem Konijnenbelt mendefinisikan
sebagai berikut:
a. Attributie: toekenning van een bestuursbevoegheid door een wetgever aan een bestuursorgaan,
(atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada
organ pemerintahan).
b. Delegatie: overdracht van een bevoegheid van het ene bestuursorgaan aan een ander, (delegasi
adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada organ
pemerintahan lainnya).
c. Mandaat: een bestuursorgaan laat zijn bevoegheid namens hem uitoefenen door een ander,
(mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ
lain atas namanya).
Dalam hal pelimpahan wewenang pemerintahan melalui delegasi ini terdapat syarat-syarat sebagai
berikut.
a. Delegasi harus definitif dan pemberi delegasi (delegans) tidak dapat lagi menggunakan sendiri
wewenang yang telah dilimpahkan itu;
b. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang- undangan, artinya delegasi hanya
dimungkinkan kalau ada ketentuan untuk itu dalam peraturan perundang-undangan;
c. Delegasi tidak kepada bawahan, artinya dalam hubungan hierarki kepegawaian tidak
diperkenankan adanya delegasi;
d. Kewajiban memberikan keterangan (penjelasan), artinya dele gans berhak untuk meminta
penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut;
e. Peraturan kebijakan (beleidsTegel), artinya delegans memberikan instruksi (petunjuk) tentang
penggunaan wewenang tersebut.
Dalam kajian HAN, mengetahui sumber dan cara memperoleh wewenang organ pemerintahan
ini penting karena berkenaan dengan pertanggungjawaban hukum daiam penggunaan wewenang
tersebut,

Anda mungkin juga menyukai