com/2014/03/makalah-tentang-tata-hukum-
pemerintahan.html
http://combackcampus.blogspot.com/2012/05/makalah-hukum-tata-pemerintah.html
BAB I
PENDAHULUAN
Tata Negara berarti sistem penataan negara yang berisi ketentuan mengenai struktur
kenegaraan dan mengenai substansi norma kenegaraan. Dengan kata lain, Hukum Tata Negara
merupakan cabang Ilmu Hukum yang membahas mengenai tata struktur kenegaraan, mekanisme
hubungan antar struktur kenegaraan, serta mekanisme hubungan antara struktur negara dengan
warga negara.
Istilah Hukum Tata Negara berasal dari bahasa Belanda Staatsrecht yang artinya adalah
hukum Negara. Staats berarti negara-negara, sedangkan recht berarti hukum. Hukum negara
dalam kepustakaan Indonesia diartikan menjadi Hukum Tata Negara. Mengenai definisi hukum
tata negara masih terdapat perbedaan pendapat di antara ahli hukum tata negara. Perbedaan ini
antara lain disebabkan oleh masing-masing ahli berpendapat bahwa apa yang mereka anggap
penting akan menjadi titik berat perhatiannya dalam merumuskan pengertian dan pandangan
hidup yang berbeda. Berikut pengertian Hukum Tata Negara menurut beberapa ahli :
Dari uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa ada beberapa macam tindakan pemerintah
yang merupakan tindakan hukum dalam rangka menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu :
1. Dengan membebankan kewajiban pada organ-organ itu untuk menyelenggarakan kepentingan
umum.
2. Dengan mengeluarkan undang-undang yang bersifat melarang atau menyeluruh yang ditujukan
pada tiap-tiap warganegara untuk melakukan perbuatan yang perlu demi kepentingan umum.
3. Memberikan perintah-perintah atau ketetapan-ketetapan yang bersifat memberi beban.
4. Memberikan subsidi-subsidi atau bantuan-bantuan kepada swasta.
5. Memberikan kedudukan hukum kepada seseorang sesuai dengan keinginannya, sehingga orang
tersebut mempunyai hak dan kewajiban.
6. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan swasta.
7. Bekerjasama dengan perusahaan lain dalam bentuk-bentuk yang ditentukan untuk kepentingan
umum.
8. Mengadakan perjanjian dengan warganegara berdasarkan hal-hal yang diatur dalam hukum.
Definisi ketetapan
Ketetapan itu adalah suatu perbuatan hukum yang bersifat sebelah pihak, dalam lapangan
pemerintahan dilakukan oleh suatu badan pemerintah berdasarkan kekuasaannya yang istimewa.
Unsure-unsur ketetapan terdiri dari:
a. Adanya perbuatan hukum
b. Bersifat sebelah pihak
c. Dalam lapangan pemerintahan
d. Berdasarkan kekuasaan yang istimewa.
Membuat ketetapan itu merupakan perbuatan huku, sebagai perbuatan hukum ketetapan
itu melahirkan hak dan atau kewajiban itu disebut ketetapan positif. Ketetapan itu merupakan
perbuatan hukum yang bersifat sebelah pihak. Maka, perbuatan hukum itu harus bersifat
berdasarkan hukum public, artinya bahwa perbuatan itu harus bersifat memaksa bukan mengatur
saja dan perbuatan yang bersifat memaksa itu pengaturannya terdapat dalam hukum public
karena ketetapan itu hanya mencerminkan kehendak satu pihak saja, pihak yang memerintah
yaitu pihak pemerintah atau administrasi Negara, sebaliknya dengan perbuatan hukum yang
bersifat dua belah pihak berdasarkan persesuaian kehendak pihak-pihak yang bersangkutan,
pengaturannya terdapat dalam hukum perdata dan perbuatan ini bukanlah menjadi masalah
pelajaran hukum administrasi Negara.
Dalam hal ini, DR. Utrecht, SH mengemukakan bahwa ketetapan itu suatu perbuatan
pemerintah dalam arti luas (over heid) yang khusus bagi lapangan pemerintah dalam arti sempit,
seperti halnya dengan UU merupakan perbuatan pemerintah dalam arti luas yang khusus bagi
lapangan perundang-undangan, sedangkan keputusan hakim (vonnis) merupakan perbuatan
pemerintah dalam arti luas yang khusus dalam lapangan mengadili.
Ketetapan sebagai perbuatan badan pemerintah
Membuat ketetapan yang melakukan peraturan UU adalah fungsi dari pemerintah yang
dilakukan oleh badan pemerintah bukan oleh badan peradilan (hakim) atau oleh badan pembuat
UU (DPR), dengan perkataan lain bahwa membuat penetapan itu adalah perbuatan pemerintah
yang dilakukan oleh badan-badan atau organ-organ pemerintah, seperti gubernur, walikota,
bupati, dan seterusnya yang merupakan eselon dari pemerintah pusat yaitu presiden sebagai
badan eksekutif tertinggi.
Membuat ketetapan berdasarkan kekuasaan istimewa
Yang dimaksud dengan kekuasaan istimewa itu adalah kekuasaan yang diperoleh dari
UU yang diberikan khusus atau istimewa hanya kepada pemerintah atau administrasi Negara saja
yang tidak diberikan kepada badan Legislative dan badan Yudikatif.
Bentuk ketetapan
Ketetapan itu ada yang berbentuk tertulis seperti surat izin mengemudi, surat izin
bangunan, dan surat izin sertifikat tanah, dst. Dan ada yang tidak tertulis, seperti perintah lisan
seorang polisi untuk tidak memparkir kendaraan di tempat yang di larang kepada seorang
pengemudi kendaraan tertentu, karena bertentangan dengan peraturan tentang izin kepolisian
untuk mengadakan rapat.
Isi ketetapan
Isi ketetapan itu harus sesuai dengan isi dari peraturan yang menjadi dasar berlakunya
dan legalitas ketetapan tersebut, seperti isi surat penetapan pajak kendaraan bermotor beroda dua.
Sifat ketetapan
Hukum mempunyai sifat mengikat, apabila hukum itu mengikat umum maka disebut
peraturan, tetapi apabila hukum itu mengikat seseorang tertentu saja, maka disebut ketetapan.
Jadi ketetapan itu adalah hukum yaitu hukum yang mengikat seseorang tertentu yang
identitasnya ada pada ketetapan tersebut.
Fungsi ketetapan
Keputusan pemerintah yang melaksanakan suatu peraturan ke dalam suatu hal atau
peristiwa konkrit tertentu disebut ketetapan. Jadi, ketetapan itu fungsinya melaksanakan
peraturan ke dalam suatu hal atau peristiwa konkrit tertentu.
Kedudukan ketetapan dalam tertib hukum Indonesia
Kedudukan ketetapan dalam tertib hukum yang digambarkan oleh Kelsen, bahwa tertib
hukum terbentuk sebuah pyramid, dimana tiap-tiap tangga pyramid terdapat kaidah-kaidah dan
ketetapan yang merupakan suatu kaidah kedudukannya ada di tangga yang paling bawah yang
melaksanakan kaidah yang ada di atasnya yang disebut peraturan. Dan peraturan ini menjadi
dasar berlakunya dan legalitas ketetapan tersebut.
Jadi, kedudukan ketetapan dalam tertib hukum Indonesia adalah melaksanakan suatu
peraturan ke dalam suatu hal tertentu.
Peraturan, ketetapan dan keputusan
Peraturan merupakan hukum in abstrakto atau general norms yang sifatnya mengikat
umum atau berlaku umum sedangkan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang umum atau hal-hal
yang masih abstrak, agar peraturan ini dapat dilaksanakan haruslah dikeluarkan ketetapan-
ketetapan yang membawa peraturan ini ke dalam peristiwa yang konkrit, yang nyata tertentu.
Ketetapan ini yang tugasnya melaksanakan peraturan ke dalam peristiwa konkrit tertentu
maka sifatnya menjadi mengikat subjek hukum tertentu, mengatur hal-hal konkrit tertentu,
karena itu ketetapan ini disebut hukum in concreeto atau individual norms.
Persamaan dan perbedaan antara keputusan, peraturan, dan ketetapan itu
Persamaannya terletak bahwa ketiga-tiganya merupakan norma-norma yang mempunyai
sifat mengikat. Sedangkan perbedaannya terletak bahwa, apabila suatu keputusan pemerintah
mengikat umum, mengikat setiap orang dalam suatu wilayah hukum atau keputusan pemerintah
yang berlaku umum yang tidak diketahui identitas orangnya, maka keputusan pemerintah itu
bersifat peraturan. Jadi, keputusan itu ada yang bersifat peraturan ada yang bersifat ketetapan.
Hal ini tergantung kepada isi dari keputusan tersebut, apabila keputusan itu isinya mengikat
umum, berlaku umum, maka keputusan itu adalah peraturan dan apabila hanya mengikat
seseorang tertentu atau individu tertentu saja, maka keputusan itu adalah ketetapan.
Jadi keputusan itu selalu peraturan apabila isinya berlaku dan mengikat secara umum dan
keputusan selalu ketetapan apabila isinya hanya berlaku dan mengikat seseorang atau individu
saja.
Macam-macam ketetapan
Prof. van Vollenhoven : bahwa cirri perbuatan pemerintah itu konkrit, dan yang
dimaksud dengan perbuatan pemerintah itu disini adalah membuat ketetapan untuk
menyelesaikan masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh pemerintah atau administrasi Negara
yang jumlahnya banyak sekali yang masing-masing berbeda yang satu dari yang lainnya.
Jadi, ketetapan itu jumlahnya banyak sekali dan bermacam-macam dan tidak mudah
untuk menggolongkan ketetapan-ketetapan itu menurut jenisnya karena sukar menentukan
ukuran untuk itu.
Macam-macam ketetapan terdiri dari:
a. Ketetapan positif
Adalah suatu ketetapan yang pada umumnya menimbulkan keadaan hukum baru baik yang
membebankan kewajiban-kewajiban hukum baru maupun yang memberikan hak-hak baru
kepada subjek tertentu.
b. Ketetapan yang negative
Adalah ketetapan :
1. Untuk menyatakan tidak berhak
2. Untuk menyatakan tidak berdasarkan hukum
3. Untuk melakukan penolakan seluruhnya
c. Ketetapan konstitutif
d. Ketetapan deklarator
Jadi, ketetapan itu merupakan perbuatan administrasi Negara untuk melaksanakan
kehendak undang-undang ke dalam suatu peristiwa konkrit, karena itu dikatakan bahwa
ketetapan itu merupakan hukum yang mengatur hal yang nyata.
Pemerintahan kekuasaan diatas berdasarkan teori Trias Politica dari Montesquieu. Tetapi,
menurut Van Vollenhoven, pemerintahan dalam arti luas berbeda dengan tori trias politica.
Menurut Van Vollenhoven pemerintahan dalam arti luas mencakup :
a. Tindakan / kegiatan pemerintahan dalam arti sempit (bestuur).
b. Tindakan / kegiatan polisi (politie).
c. Tindakan / kegiatan peradilan (rechts praak).
d. Tindakan membuat peraturan (regeling, wetgeving).
Sedangkan pemerintahan dalam arti luas menurut Lemaire adalah pemerintahan yang meliputi :
a. Kegiatan penyelengaraan kesejahteraan umum (bestuur zorg).
b. Kegiatan pemerintahan dalam arti sempit.
c. Kegiatan kepolisian.
d. Kegiatan peradilan.
e. Kegiatan membuat peraturan.
Sedangkan Donner berpendapat, bahwa pemerintahan dalam arti luas dibagi menjadi dua
tingkatan (dwipraja), yaitu :
a. Alat-alat pemerintahan yang menentukan hukum negara / politik negara.
b. Alat-alat perlengkapan pemerintahan yang menjalankan politik negara yang telah ditentukan.
2. Pemerintahan dalam arti sempit ialah badan pelaksana kegiatan eksekutif saja tidak termasuk
badan kepolisian, peradilan dan badan perundang-undangan. Pemerintahan dalam arti sempit itu
dapat disebut dengan istilah lain, yaitu ”administrasi negara”.
Bentuk perbuatan pemerintahan atau bentuk tindakan administrasi negara secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Perbuatan hukum / tindakan hukum.
2. Bukan perbuatan hukum.
Perbuatan menurut hukum publik bersegi satu, yaitu suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh
aparat administrasi negara berdasarkan wewenang istimewa dalam hal membuat suatu ketetapan
yang megatur hubungan antara sesama administrasi negara maupun antara administrasi negara
dan warga masyarakat. Misalnya, ketetapan tentang pengangkatan seseorang menjadi pegawai
negeri.
Perbuatan menurut hukum publik bersegi dua, yaitu suatu perbuatan aparat administrasi negara
yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih secara sukarela. Misalnya mengadakan perjanjian
pembuatan gedung, jembatan dengan pihak swasta (pemborong).
Perbuatan nyata
Adalah perbuatan pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan.
Yang menjadi obyek kajian dalam HAN adalah perbuatan pemerintah yang merupakan
perbuatan hukum.
Kewenangan
Philipus M. Hadjon :
Kewenangan membuat keputusan diperoleh dengan dua cara :
- Atribusi : adanya pemberian kewenangan yang baru kepada lembaga/aparat pemerintah.
- Delegasi : adanya pemindahan/pengalihan suatu kewenangan kepada lembaga/aparat
pemerintah.
Perbuatan administrasi negara yang termasuk ke dalam kategori perbuatan hukum dibagi
menjadi dua, yaitu perbuatan hukum yang berdasarkan hukum privat dan perbuatan hukum yang
berdasarkan hukum publik. Perbuatan hukum yang berdasarkan hukum privat itu selalu bersegi
dua artinya suatu hubungan yang diatur hukum privat itu ada dua pihak yang dapat menentukan
kehendaknya. Sedangkan perbuatan hukum yang berdasarkan hukum publik ada yang bersegi
satu dan ada pula yang bersegi dua.
Menurut Utrecht, perbuatan administrasi negara yang berdasarkan hukum publik bersegi satu itu
hanya terdapat satu pihak saja yang dapat menentukan kehendaknya, yaitu pemerintah.
Perbuatan administrasi negara yang berdasarkan hukum publik ini menjadi dasar ketetapan.
Sedangkan pada perbuatan administrasi negara yang berdasarkan hukum publik bersegi dua itu
terdapat dua pihak yang dapat menentukan kehendaknya dalam suatu hubungan yang diatur oleh
hukum publik.
Tata Negara berarti sistem penataan negara yang berisi ketentuan mengenai struktur
kenegaraan dan mengenai substansi norma kenegaraan. Dengan kata lain, Hukum Tata Negara
merupakan cabang Ilmu Hukum yang membahas mengenai tata struktur kenegaraan, mekanisme
hubungan antar struktur kenegaraan, serta mekanisme hubungan antara struktur negara dengan
warga negara.
Aktivita atau perbuatan itu pada garis besarnya dibedakan kedalam dua golongan, yaitu :
1. Golongan perbuatan hukum.
2. Golongan yang bukan perbuatan hukum.
Macam – macam perbuatan pemerintah :
1. Perbuatan yang bukan perbuatan hukum
2. Perbuatan yang merupakan perbuatan hukum
3. Perbuatan nyata
B. Saran
Makalah saya ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan dari para pembaca sekalian demi tercapainya kesempurnaan
dari makalah saya ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
[1] ST. Marbun, Moh. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, (Liberti:
Yogyakarta,1987), 70
[2] Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: UII Press, 2003 ), 90
CoMback Campus
Dimulai dari hati, berakhir pada jati diri.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama kurang lebih tiga puluh dua tahun masa pemerintahan Orde Baru, bangsa
Indonesia mengalami suatu kondisi dimana terjadi pemusatan/ sentralisasi dan penyeragaman
dalam sistem pemerintahan. Seruan- seruan untuk kehidupan yang demokratis diabaikan oleh
penguasa. Segala proses pengambilan kebijakan publik berada di tangan kaum elit politik.
Pemerintah menjadi sangat berkuasa sehingga melahirkan kesewenang- wenangan/ otoriter dan
cenderung represif. Keberhasilan di bidang pembangunan dan ekonomi membuat pemerintah
pusat semakin percaya kepada sistem sentralisasi dan penyeragaman. Birokrasi pun dirancang
untuk berkiblat dan memenuhi kebutuhan pemerintah pusat sehingga menjadi tidak inovatif dan
tidak tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Hal tersebut berbalik menjadi bumerang bagi
pemerintah ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1997, disaat pemerintah pusat mengalami
keterbatasan ternyata birokrasi menjadi kelimpungan untuk menopang peran pusat. Kegagalan-
kegagalan pemerintah untuk mengatasi krisis tersebut membuat tingkat kepercayaan masyarakat
menjadi menurun. Kondisi tersebut menunjukkan kerapuhan sistem pemerintahan yang
sentralistik sehingga diperlukan perubahan kepemimpinan dan reformasi di segala bidang
kehidupan.
1. Dominasi kekuasaan oleh satu pihak terhadap pihak-pihak lainnya, sehingga pengawasan
menjadi sulit dilakukan
2. Terjadinya tindakan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme)
3. Rendahnya kinerja aparatur termasuk dalam pelayanan kepada publik atau masyarakat di
berbagai bidang
Selain unsur diatas, buruknya birokrasi di Indonesia juga dapat dilihat dari:
1. Penyalahgunaan wewenang dan masih besarnya praktek KKN
2. Rendahnya kinerja sumber daya manusia dan kelembagaan aparatur
3. Sistem kelembagaan (organisasi) dan tata laksana (manajemen) pemerintahan yang belum
memadai
4. Rendahnya efisiensi dan efektivitas kerja
5. Rendahnya kualitas pelayanan umum
6. Rendahnya kesejahteraan PNS
7. Banyaknya peraturan perundang-undangan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan
keadaan dan tuntutan pembangunan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah fungsi hukum tata pemerintahan (fungsi hukum Administrasi Negara) dalam
mewujudkan pemerintahan yag bersih dan Bebas KKN?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hukum
Dalam berbagai literatur dapat ditemukan berbagai pengertian/ definisi tentang hukum.
Pengertian- pengertian tersebut dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain:
b. Recht:
Kata “Recht” berasal dari kata “Rectum” dalam bahasa latin yang mempunyai arti “bimbingan”
atau “tuntutan” atau “pemerintahan”. Kata “rectum” bertalian dengan kata “rex” yang dapat
diartikan sebagai “raja” atau “orang yang pekerjaannya memberikan bimbingan atau
memerintah”. Kata “rectum” juga dapat dihubungkan dengan kata “directum” yang berarti
“orang yang mempunyai pekerjaan membimbing atau mengarahkan”.
Kata “recht” atau bimbingan atau pemerintahan selalu didukung oleh kewibawaan. Seseorang
yang membimbing atau memerintah harus mempunyai kewibawaan. Kewibawaan mempunyai
hubungan erat dengan ketaatan sehingga orang yang mempunyai kewibawaan akan ditaati oleh
orang lain. Dengan demikian kata “recht” mengandung pengertian kewibawaan dan hukum
ditaati orang secara sukarela.
Dari kata “recht” timbul istilah “gerechtigheid” (istilah dalam bahasa Belanda) atau
“gerechtigkeit” (istilah dalam bahasa Jerman) yang berarti “keadilan” sehingga hukum juga
mempunyai kaitan yang erat dengan keadilan. jadi dengan demikian “recht” dapat diartikan
hukum yang mempunyai dua unsur penting, yaitu kewibawaan dan keadilan.
c. Ius:
Kata “ius” berasal dari bahasa Latin yang berarti “hukum”. Kata “ius” berakar dari kata “iubere”
yang berarti “mengatur” atau “memerintah”. Kata “ius” bertalian dengan kata “iustitia” atau
“keadilan”. Dalam mitologi Yunani, “iustitia” adalah nama dewi keadilan. Dewi keadilan
tersebut digambarkan sebagai seorang wanita dengan kedua mata tertutup, tangan kirinya
memegang neraca sedangkan tangan kanannya memegang pedang. Gambaran tersebut
mempunyai arti sebagai berikut:
Jadi secara etimologi dapat disimpulkan bahwa “ius” yang berarti “hukum” bertalian erat dengan
“iustitia” yang berarti “keadilan” yang terdiri dari unsur- unsur wibawa, keadilan dan tata
kedamaian.
d. Lex:
Kata “lex” berakar dari kata “lesere” dalam bahasa Latin yang berarti “mengumpulkan orang-
orang untuk diberi perintah”, disini terkandung makna wibawa dan otoritas sehingga kata “lex”
yang berarti hukum sangat berkaitan erat dengan perintah dan wibawa.
2. Sudut pandang dari pendapat para pakar:
1. Definisi dari UNESCAP (United Nations Economic and Social Comission for Asia and the
Pacific/ Komisi Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Sosial dan Ekonomi Asia Pasifik):
“Good governance adalah suatu pengertian yang tidak ditentukan, (pengertian tersebut)
digunakan dalam pengembangan kepustakaan untuk menggambarkan bagaimana institusi-
institusi publik melaksanakan urusan- urusan kemasyarakatan dan mengelola sumber daya
(milik) umum dalam rangka menjamin realisasi hak- hak asasi. Pemerintahan menggambarkan
proses pembuatan keputusan dan proses pelaksanaannya (atau proses tidak dilaksanakannya).
Istilah pemerintahan dapat dipakai untuk menunjuk kepada korporat, internasional, nasional,
pemerintahan daerah atau pada hubungan- hubungan antar sektor- sektor lain dalam
masyarakat”.
Dan sesuai dengan landasan hukum menurut UU RI No. 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari KKN
a. bahwa Penyelenggara Negara mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam
penyelenggaraan negara untuk mencapai cita2 perjuangan bangsa mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945;
b. bahwa untuk mewujudkan Penyelenggara Negara yang mampu menjalankan fungsi
dan tugasnya secara sungguh2 dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkan
asas2 penyelenggaraan negara.
c. bahwa praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak hanya dilakukan antar
Penyelenggara Negara melainkan juga antara Penyelenggara Negara dengan
pihak lain yang dapat merusak sendi2 kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara serta membahayakan eksistensi negara, sehingga diperlukan
landasan hukum untuk pencegahannya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c
perlu dibentuk Undang-undang tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI No. XI/MPR/1998 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Dengan persetujuan:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
D. Fungsi Hukum Tata Pemerintahan dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih dan
bebas KKN
Dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN terdapat beberapa
hambatan utama dalam kaitannya dengan penegakan hukum, antara lain:
1. Anggapan mengenai korupsi yang dianggap sebagai budaya sehingga sulit untuk dirubah.
2. Masih kurangnya keikutsertaan masyarakat dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih
dan bebas KKN sehingga hanya menjadi slogan dan hanya menjadi wacana belaka.
Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, hukum tata
pemerintahan memegang peranan atau “fungsi” yang sangat penting, antara lain:
1. Sebagai alat/ sarana untuk memberikan dasar yuridis dan panduan dalam upaya menuntaskan
penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk praktek-praktek Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN). Dalam praktik operasionalnya, dapat dilakukan dengan cara:
a. Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada semua tingkat
dan lini pemerintahan dan semua kegiatan;
b. Pemberian sanksi yang seberat-beratnya bagi pelaku KKN sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
c. Peningkatan efektivitas pengawasan aparatur negara melalui koordinasi dan sinergi pengawasan
internal, eksternal dan pengawasan masyarakat;
d. Peningkatan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif, dan bertanggung
jawab;
e. Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil-hasil pengawasan dan pemeriksaan;
f. Peningkatan pemberdayaan penyelenggaraan antar dunia usaha dan masyarakat dalam
pemberantasan KKN.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, hukum tata
pemerintahan (administrasi Negara) mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Sebagai alat/ sarana untuk memberikan dasar yuridis dan panduan dalam upaya menuntaskan
penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk praktek-praktek Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN).
2. Sebagai alat/ sarana untuk memberikan dasar yuridis dan panduan dalam upaya meningkatkan
peran serta masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, terutama
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.
B. Saran
Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, selain pemberian
penghargaan (reward) kepada peran serta masyarakat, pemberian penghargaan aparat pemerintah
perlu untuk diberikan payung hukum. Dengan sistem pemberian penghargaan kepada peran serta
masyarakat dan aparat pemerintah maka diharapkan akan terjadi peningkatan motivasi untuk
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN.