Anda di halaman 1dari 27

http://viapurwawisesasiregar.blogspot.

com/2014/03/makalah-tentang-tata-hukum-
pemerintahan.html

http://combackcampus.blogspot.com/2012/05/makalah-hukum-tata-pemerintah.html

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Pada masa lalu, istilah “teori hukum tata negara” sangat jarang sekali terdengar, apalagi
dibahas dalam perkuliahan maupun forum-forum ilmiah. Hukum Tata Negara yang dipelajari
oleh mahasiswa adalah Hukum Tata Negara dalam arti sempit. Hal ini dipengaruhi oleh watak
rezim orde baru yang berupaya mempertahankan tatanan ketatanegaraan pada saat itu yang
memang menguntungkan penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya. Pemikiran Hukum
Tata Negara secara langsung maupun tidak langsung akhirnya menjadi terhegemoni/terbelenggu.
Tatanan ketatanegaraan berdasarkan Hukum Tata Negara pada saat itu adalah pelaksanaan dari
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dengan memberlakukan asas tunggal Pancasila dan
penerapan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Akibatnya, pembahasan sisi
teoritis dari Hukum Tata Negara menjadi ditinggalkan, bahkan dikekang karena dianggap
sebagai pikiran yang “anti kemapanan” dan dapat mengganggu stabilitas nasional.
Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kepentingan umum, pemerintah banyak
melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan. Aktivita atau perbuatan itu pada garis besarnya
dibedakan kedalam dua golongan, yaitu :
1.      Golongan perbuatan hukum.
2.      Golongan yang bukan perbuatan hukum.
Perbuatan administrasi negara yang termasuk ke dalam kategori perbuatan hukum dibagi
menjadi dua, yaitu perbuatan hukum yang berdasarkan hukum privat dan perbuatan hukum yang
berdasarkan hukum publik. Perbuatan hukum yang berdasarkan hukum privat itu selalu bersegi
dua artinya suatu hubungan yang diatur hukum privat itu ada dua pihak yang dapat menentukan
kehendaknya.
B.     Rumusan Masalah
Pada makalah ini kami akan menguraikan beberapa permasalahan yang ada dalam kehidupan
sehari-hari mengenai Hukum Tata Negara antara lain yaitu :
1.     Apa pengertian Hukum Tata Negara ?
2.     Bentuk – bentuk perbuatan pemerintah?
3.    Macam – macam perbuatan administrasi Negara?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Tata Negara

Tata Negara berarti sistem penataan negara yang berisi ketentuan mengenai struktur
kenegaraan dan mengenai substansi norma kenegaraan. Dengan kata lain, Hukum Tata Negara
merupakan cabang Ilmu Hukum yang membahas mengenai tata struktur kenegaraan, mekanisme
hubungan antar struktur kenegaraan, serta mekanisme hubungan antara struktur negara dengan
warga negara.
Istilah Hukum Tata Negara berasal dari bahasa Belanda Staatsrecht yang artinya adalah
hukum Negara. Staats berarti negara-negara, sedangkan recht berarti hukum. Hukum negara
dalam kepustakaan Indonesia diartikan menjadi Hukum Tata Negara. Mengenai definisi hukum
tata negara masih terdapat perbedaan pendapat di antara ahli hukum tata negara. Perbedaan ini
antara lain disebabkan oleh masing-masing ahli berpendapat bahwa apa yang mereka anggap
penting akan menjadi titik berat perhatiannya dalam merumuskan pengertian dan pandangan
hidup yang berbeda. Berikut pengertian Hukum Tata Negara menurut beberapa ahli :

1. Cristian Van Vollenhoven


Hukum Tata Negara mengatur semua masyarakat hukum atasan dan masyarakat hukum
bawahan menurut tingkatan-tingkatannya, yang masing-masing menentukan wilayah atau
lingkungan rakyatnya sendiri-sendiri, dan menentukan badan-badan dalam lingkungan
masyarakat hukum yang bersangkutan beserta fungsinya masing-masing, serta menentukan pula
susunan dan wewenangnya dari badan-badan tersebut.
2. J. H. A. Logemann
Hukum Tata Negara adalah hukum yang mengatur organisasi negara. Negara adalah
organisasi jabatan-jabatan. Jabatan merupakan pengertian yuridis dan fungsi, sedangkan fungsi
merupakan pengertian yang bersifat sosiologis. Karena negara merupakan organisasi yang terdiri
dari fungsi-fungsi dalam hubungannya satu dengan yang lain maupun dalam keseluruhannya,
maka dalam pengertian yuridis, negara merupakan organisasi jabatan.

B.     PERBUATAN PEMERINTAH


Macam-macam perbuatan pemerintah.
Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kepentingan umum, pemerintah banyak
melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan. Aktivita atau perbuatan itu pada garis besarnya
dibedakan kedalam dua golongan, yaitu :
1.      Golongan perbuatan hukum.
2.      Golongan yang bukan perbuatan hukum.
Yang penting bagi Hukum Administrasi Negara adalah golongan perbuatan hukum, sebab
perbuatan tersebut langsung menimbulkan akibat hukum tertentu bagi Hukum Administrasi
Negara. Adapun golongan perbuatan yang bukan perbuatan hukum tidak relevan (tidak penting),
perbuatan pemerintah yang termasuk golongan perbuatan hukum dapat berupa :
a.       Perbuatan hukum menurut hukum privat (sipil)
b.      Perbuatan hukum menurut hukum public.

Perbuatan Hukum menurut Hukum Privat.


Pertama, menurut Prof. scholten, pendapat yang menyatakan bahwa Administrasi
Negara  dalam menjalankan tugas pemerinyah tidak dapat menggunakan hukum privat.
Alasannya karena sifat hukum privat itu mengatur hubungan hukum yang merupakan kehendak
kedua belah pihak dan bersifat perorangan, sedangkan Hukum Administrasi Negara merupakan
bagian dari hukum public yang merupakan hukum untuk bolehnya tindakan atas kehendak satu
pihak. Tindakan satu pihak ini dalam administrasi Negara di  lakukan dalam rangka melindungi
kepentingan umum.
Kedua, menurut Prof. Krabbe, Kranenburg, Vegting, Donner, dan Huart, menyatakan
bahwa administrasi Negara dalam menjalankan tugasnya dalam beberapa hal dapat juga
menggunakan hukum privat. Untuk menyelesaikan suatu soal khusus dalam lapangan
administrasi Negara telah tersedia peraturan-peraturan hukum publik, maka administrasi Negara
harus menggunakan hukum public itu dan tidak dapat menggunakan hukum privat.

Perbuatan Hukum menurut Hukum Publik


Perbuatan Hukum menurut Hukum Publik ini ada dua macam :
1.      Perbuatan Hukum Publik yang Bersegi Satu
S. Sybenga, mengakui adanya perbuatan hukum publik yang bersegi satu, artinya hukum publik
itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu pemerintah. Jadi menurutnya tidak ada
perbuatan hukum publik yang bersegi dua, maksudnya tidak ada perjanjian. Sebab hubungan
hukum yang diatur oleh hukum publik hanya berasal dari satu pihak saja yakni pemerintah
dengan cara menentukan kehendaknya sendiri.
2.      Perbuatan Hukum Publik yang besegi Dua
Van der Pot, Kranenberg-Vegting, Wiarda dan Donner mengakui adanya hukum publik yang
bersegi dua atau adanya perjanjian menurut hukum publik. Contoh, dengan adanya perjanjian
kerja jangka pendek yang diadakan seseorang swasta sebagai pekerja dengan pihak pemerintah
sebagai pihak pemberi pekerjaan. Disini ada penyesuaian kehendak antara pekerja dengan
pemberi pekerjaan, dan perbuatan hukum itu diatur oleh hukum istimewa yaitu peraturan hukum
publik sehingga tidak ditemui pengaturannya di dalam hukum privat (biasa)

Arti Tindakan Pemerintah


Menurut Van Vollenhoven, maksud dengan “tindakan pemerintah” adalah pemeliharaan
kepentingan Negara dan rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi dan rendahan.
Adapun menurut Komisi Van Poelje, maksud dengan “tindakan dalam hukum public
adalah tindakan-tindakan hukum yang dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsi
pemerintahan. Dan Romeijn mengemukakan bahwa tindak pemerintah adalah tiap-tiap tindakan
atau perbuatan dari satu alat administrasi Negara yang mencakup juga perbuatan atau hal-hal
yang berada di luar lapangan hukum tata pemerintahan, seperti keamanan, peradilan dan lain-lain
dengan maksud menimbulkan akibat hukum dalam bidang hukum administrasi.

Penentuan Tugas dan Kewenangan Perundang-Undangan Oleh Pemerintah


Menurut Donner di samping melakukan tindakan-tindakan hukum dalam menjalankan
fungsi pemerintahan administrasi Negara juga melakukan pekerjaan menentukan tugas
“taakstelling” ataupun tugas politik, sekalipun tugas itu bukan merupakan tugas utamanya,
administrasi Negara juga diberi tugas untuk membentuk undang-undang dan peraturan-peraturan
yang sebenarnya menjadi tugas legislatif. Pemberian tugas pembuatan peraturan-peraturan itu
menurut Donner di berikan berdasarkan lembaga “delegasi” atau pelimpahan tugas kepada
administrasi Negara yang biasa disebut dengan ‘delegasi perundang-undangan’. Kewenangan
inisiatif ini ini bisa melahirkan peraturan yang setingkat UU yaitu Peperpu, sedangkan
kewenangan atas delegasi bisa melahirkan peraturan yang derajatnya di bawah UU yaitu
Peraturan Pemerintah. Dasarnya dari kewenangan administrasi Negara untuk membuat peraturan
atas inisiatifnya sendiri adalah pasal 22 ayat (1) UUD 1945.

Cara-cara Pelaksanaan Tindakan Pemerintah


Menurut E. Utrecht tindakan pemerintah itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1.      Yang bertindak adalah administrasi Negara itu sendiri.
2.      Yang bertindak adalah subyek hukum/badan hukum lain yang tidak termasuk administrasi
Negara, dan dilakukan berdasarkan sesuatu hubungan istimewa, seperti badan hukum-badan
hukum yang diberi monopoli.
3.      Yang bertindak adalah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi Negara yang
menjalankan pekerjaan berdasarkan suatu konsesi/izin dari pemerintah. Artinya pekerjaan
tersebut diserahkan oleh pemerintah kepada badan swasta untuk menyelenggarakan kepentingan
umum, seperti Damri, Pelni, Shell, Caltec, dan sebagainya.
4.      Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi Negara yang diberi
subsidi  oleh pemerintah, seperti yayasan-yayasan pendidikan.
5.      Yang bertindak adalah pemerintah bersama-sama dengan subyek hukum lain yang bukan
administrasi Negara di mana kedua belah pihak tergabung dalam kerjasama, seperti Bank
Industri Niaga, di mana pemerintah bukan pemegang saham tetapi di dalam dewan direksinya
ada wakil-wakil pemerintah.
6.      Yang bertindak adalah yayasan yang didirikan/diawasi oleh pemerintah, seperti yayasan
Supersemar, yayasan Veteran dan sebagainya.
7.      Yang bertindak adalah koperasi yang didirikan/diawasi oleh pemerintah.
8.      Yang bertindak adalah Perusahaan Negara seperti PLN.

Dari uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa ada beberapa macam tindakan pemerintah
yang merupakan tindakan hukum dalam rangka menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu :
1.      Dengan membebankan kewajiban pada organ-organ itu untuk menyelenggarakan kepentingan
umum.
2.      Dengan mengeluarkan undang-undang yang bersifat melarang atau menyeluruh yang ditujukan
pada tiap-tiap warganegara untuk melakukan perbuatan yang perlu demi kepentingan umum.
3.      Memberikan perintah-perintah atau ketetapan-ketetapan yang bersifat memberi beban.
4.      Memberikan subsidi-subsidi atau bantuan-bantuan kepada swasta.
5.      Memberikan kedudukan hukum kepada seseorang sesuai dengan keinginannya, sehingga orang
tersebut mempunyai hak dan kewajiban.
6.      Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan swasta.
7.      Bekerjasama dengan perusahaan lain dalam bentuk-bentuk yang ditentukan untuk kepentingan
umum.
8.      Mengadakan perjanjian dengan warganegara berdasarkan hal-hal yang diatur dalam hukum.
Definisi ketetapan
Ketetapan itu adalah suatu perbuatan hukum yang bersifat sebelah pihak, dalam lapangan
pemerintahan dilakukan oleh suatu badan pemerintah berdasarkan kekuasaannya yang istimewa.
Unsure-unsur ketetapan terdiri dari:
a.       Adanya perbuatan hukum
b.      Bersifat sebelah pihak
c.       Dalam lapangan pemerintahan
d.      Berdasarkan kekuasaan yang istimewa.
Membuat ketetapan itu merupakan perbuatan huku, sebagai perbuatan hukum ketetapan
itu melahirkan hak dan atau kewajiban itu disebut ketetapan positif. Ketetapan itu merupakan
perbuatan hukum yang bersifat sebelah pihak. Maka, perbuatan hukum itu harus bersifat
berdasarkan hukum public, artinya bahwa perbuatan itu harus bersifat memaksa bukan mengatur
saja dan perbuatan yang bersifat memaksa itu pengaturannya terdapat dalam hukum public
karena ketetapan itu hanya mencerminkan kehendak satu pihak saja, pihak yang memerintah
yaitu pihak pemerintah atau administrasi Negara, sebaliknya dengan perbuatan hukum yang
bersifat dua belah pihak berdasarkan persesuaian kehendak pihak-pihak yang bersangkutan,
pengaturannya terdapat dalam hukum perdata dan perbuatan ini bukanlah menjadi masalah
pelajaran hukum administrasi Negara.
Dalam hal ini, DR. Utrecht, SH mengemukakan bahwa ketetapan itu suatu perbuatan
pemerintah dalam arti luas (over heid) yang khusus bagi lapangan pemerintah dalam arti sempit,
seperti halnya dengan UU merupakan perbuatan pemerintah dalam arti luas yang khusus bagi
lapangan perundang-undangan, sedangkan keputusan hakim (vonnis) merupakan perbuatan
pemerintah dalam arti luas yang khusus dalam lapangan mengadili.
Ketetapan sebagai perbuatan badan pemerintah
Membuat ketetapan yang melakukan peraturan UU adalah fungsi dari pemerintah yang
dilakukan oleh badan pemerintah bukan oleh badan peradilan (hakim) atau oleh badan pembuat
UU (DPR), dengan perkataan lain bahwa membuat penetapan itu adalah perbuatan pemerintah
yang dilakukan oleh badan-badan atau organ-organ pemerintah, seperti gubernur, walikota,
bupati, dan seterusnya yang merupakan eselon dari pemerintah pusat yaitu presiden sebagai
badan eksekutif tertinggi.
Membuat ketetapan berdasarkan kekuasaan istimewa
Yang dimaksud dengan kekuasaan istimewa itu adalah kekuasaan yang diperoleh dari
UU yang diberikan khusus atau istimewa hanya kepada pemerintah atau administrasi Negara saja
yang tidak diberikan kepada badan Legislative dan badan Yudikatif.
Bentuk ketetapan
Ketetapan itu ada yang berbentuk tertulis seperti surat izin mengemudi, surat izin
bangunan, dan surat izin sertifikat tanah, dst. Dan ada yang tidak tertulis, seperti perintah lisan
seorang polisi untuk tidak memparkir kendaraan di tempat yang di larang kepada seorang
pengemudi kendaraan tertentu, karena bertentangan dengan peraturan tentang izin kepolisian
untuk mengadakan rapat.
Isi ketetapan
Isi ketetapan itu harus sesuai dengan isi dari peraturan yang menjadi dasar berlakunya
dan legalitas ketetapan tersebut, seperti isi surat penetapan pajak kendaraan bermotor beroda dua.
Sifat ketetapan
Hukum mempunyai sifat mengikat, apabila hukum itu mengikat umum maka disebut
peraturan, tetapi apabila hukum itu mengikat seseorang tertentu saja, maka disebut ketetapan.
Jadi ketetapan itu adalah hukum yaitu hukum yang mengikat seseorang tertentu yang
identitasnya ada pada ketetapan tersebut.

Fungsi ketetapan
Keputusan pemerintah yang melaksanakan suatu peraturan ke dalam suatu hal atau
peristiwa konkrit tertentu disebut ketetapan. Jadi, ketetapan itu fungsinya melaksanakan
peraturan ke dalam suatu hal atau peristiwa konkrit tertentu.
Kedudukan ketetapan dalam tertib hukum Indonesia
Kedudukan ketetapan dalam tertib hukum yang digambarkan oleh Kelsen, bahwa tertib
hukum terbentuk sebuah pyramid, dimana tiap-tiap tangga pyramid terdapat kaidah-kaidah dan
ketetapan yang merupakan suatu kaidah kedudukannya ada di tangga yang paling bawah yang
melaksanakan kaidah yang ada di atasnya yang disebut peraturan. Dan peraturan ini menjadi
dasar berlakunya dan legalitas ketetapan tersebut.
Jadi, kedudukan ketetapan dalam tertib hukum Indonesia adalah melaksanakan suatu
peraturan ke dalam suatu hal tertentu.
Peraturan, ketetapan dan keputusan
Peraturan merupakan hukum in abstrakto atau general norms yang sifatnya mengikat
umum atau berlaku umum sedangkan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang umum atau hal-hal
yang masih abstrak, agar peraturan ini dapat dilaksanakan haruslah dikeluarkan ketetapan-
ketetapan yang membawa peraturan ini ke dalam peristiwa yang konkrit, yang nyata tertentu.
Ketetapan ini yang tugasnya melaksanakan peraturan ke dalam peristiwa konkrit tertentu
maka sifatnya menjadi mengikat subjek hukum tertentu, mengatur hal-hal konkrit tertentu,
karena itu ketetapan ini disebut hukum in concreeto atau individual norms.
Persamaan dan perbedaan antara keputusan, peraturan, dan ketetapan itu
Persamaannya terletak bahwa ketiga-tiganya merupakan norma-norma yang mempunyai
sifat mengikat. Sedangkan perbedaannya terletak bahwa, apabila suatu keputusan pemerintah
mengikat umum, mengikat setiap orang dalam suatu wilayah hukum atau keputusan pemerintah
yang berlaku umum yang tidak diketahui identitas orangnya, maka keputusan pemerintah itu
bersifat peraturan. Jadi, keputusan itu ada yang bersifat peraturan ada yang bersifat ketetapan.
Hal ini tergantung kepada isi dari keputusan tersebut, apabila keputusan itu isinya mengikat
umum, berlaku umum, maka keputusan itu adalah peraturan dan apabila hanya mengikat
seseorang tertentu atau individu tertentu saja, maka keputusan itu adalah ketetapan.
Jadi keputusan itu selalu peraturan apabila isinya berlaku dan mengikat secara umum dan
keputusan selalu ketetapan apabila isinya hanya berlaku dan mengikat seseorang atau individu
saja.
Macam-macam ketetapan
Prof. van Vollenhoven : bahwa cirri perbuatan pemerintah itu konkrit, dan yang
dimaksud dengan perbuatan pemerintah itu disini adalah membuat ketetapan untuk
menyelesaikan masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh pemerintah atau administrasi Negara
yang jumlahnya banyak sekali yang masing-masing berbeda yang satu dari yang lainnya.
Jadi, ketetapan itu jumlahnya banyak sekali dan bermacam-macam dan tidak mudah
untuk menggolongkan ketetapan-ketetapan itu menurut jenisnya karena sukar menentukan
ukuran untuk itu.
Macam-macam ketetapan terdiri dari:
a.       Ketetapan positif
Adalah suatu ketetapan yang pada umumnya menimbulkan keadaan hukum baru baik yang
membebankan kewajiban-kewajiban hukum baru maupun yang memberikan hak-hak baru
kepada subjek tertentu.
b.      Ketetapan yang negative
Adalah ketetapan :
1.      Untuk menyatakan tidak berhak
2.      Untuk menyatakan tidak berdasarkan hukum
3.      Untuk melakukan penolakan seluruhnya
c.       Ketetapan konstitutif
d.      Ketetapan deklarator
Jadi, ketetapan itu merupakan perbuatan administrasi Negara untuk melaksanakan
kehendak undang-undang ke dalam suatu peristiwa konkrit, karena itu dikatakan bahwa
ketetapan itu merupakan hukum yang mengatur hal yang nyata.

Ketetapan sepintas lalu dan ketetapan tetap


Mengenai ketetapan sepintas lalu ini, Prins mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
dalam perpustakaan sering ada disebut-sebut ketetapan yang pada saat dikeluarkannya, selesai
pula sekali keperluannya.
Ketetapan yang dimaksud Prins itu adalah ketetapan yang tugasnya selesai pada saat
dikeluarkannya.
Dispensasi atau bebas syarat
Prins memberikan definisi dispensasi sebagai berikut: yang dimaksud dengan dispensasi
atau bebas syarat itu adalah perbuatan yang menyebabkan suatu peraturan undang-undang
menjadi tidak berlaku lagi suatu hal yang istimewa. Tujuan dispensasi itu adalah agar seseorang
dapat melakukan suatu perbuatan hukum dengan menyimpang dari syarat-syarat undang-undang
yang berlaku untuk pemberian dispensasi ini juga harus dipenuhi syarat-syarat tertentu yang di
tentukan oleh undang-undang yang bersangkutan.
Vergunning atau izin.
Utrecht memberikan pengertian Vergunning ini sebagai berikut : bilamana pembuat
peraturan tidak umumnya melarang suatu perbuatan tetapi masih juga memperkenankan asala
saja diadakan secara yang di tentukan untuk masing-masing hal konkrit, maka perbuatan
administrasi Negara yang memperkenankan perbuatan tersebut bersifat suatu izin (vergunnning)
Perbedaan antara izin dengan dispensasi,keduanya mempunyai pengertian yang hampir
sama. Perbedaan antara keduanya adalah : pada izin, memuat uraian yang limitatif tentang
alasan-alasan penolakannya, sedangkan bebas syarat atau dispensasi memuat uraian yang
limitatif tentang hal-hal yang untuknya dapat diberikan dispensasi itu tetapi perbedaan ini tidak
selamanya jelas.
Lisensi.
Mengenai lisensi Prins mengemukakan pendapatnya sebagai berikut : adalah tepat
kiranya untuk izin guna menjalankan sesuatu perusahaan dengan leluasa.
Jadi agar tidak mendapat gangguan-gangguan karena sesuatu dan lain alasan dari pihak
pemerintah, maka orang dengan telah mendapatnya lisensi dari pemerintah itu ia dapat dengan
leluasa menjalankan perusahaannya.
Konsesi.
Mengenai konsesi ini adalah Van Vollenhoven mengemukakan pendapat sebagai
berikut : bilamana orang-orang partikulir setelah berdamai dengan pemerintah, melakukan
sebagian dari pekerjaan pemerintah.
Maka menurut rumus ini telah terjadi suatu deligasi kekuasaan dari pemerintah kepada
seseorang partikulir atau swasta untuk melakukan suatu pekerjaan atau tugas dari pemerintah
sedangkan yang dimaksud dengan tugas dari pemerintah mengusahakan atau menyelenggarakan
kesejahteraan umum.
Perintah.
Prins berpendapat sebagai berikut : pernyataan kehendak pemerintah yang ditujukan
kepada seseorang atau lebih yang tegasnya disebutkan siapa-siapanya dan bagi orang-orang  itu
melahirkan kewajiban tertentu yang sebelumnya bukanlah kewajibannya.
Pengertian Pegawai Negri.
Kranenburg-Vegting berpendapat bahwa untuk membedakan pegawai negri dengan
pegawai lainnya dilihat dari sisitem pengangkatannya untuk menjabat dalam suatu dinas public.
Pegawai negri adalah pejabat yang ditunjuk, jadi tidak termasuk mereka yang memangku suatu
jabatan mewakili seperti seorang anggota parlemen, mentri, presiden dan sebagainya.

Hubungan hukum antara pegawai negri dengan Negara.


Hubungan hukum antara pegawai negri dengan Negara merupakan hubungan dinas
public. Hubungan dinas public ini timbul semenjak sesorang mengikat dirinya untuk tunduk pada
pemerintah untuk melakukan suatu atau beberpa macam jabatan tertentu. Dan hubungan antara
pejabat Negara dengan Negara atau pemerintah, meskipun merupakan hubungan dinas akan
tetapi digolongkan dalam hubungan dinas public yang khusus. Kekhususan ini sebagai akibat
karena dalam hubungan hukum tersebut terkandung unsure-unsur kontrak, sehingga lebih
bersifat kontraktual, lagi pula pengangkatan para penjahat Negara ini hanyalah berupa
pengesahan serta pengakuan dari hasil pemilihan.

Pengangkatan dalam pangkat pegawai negri sipil.


Pengangkatan pegawai negri sipil termasuk salah satu kegiatan dalam proses pengadaan
pegawai negri sipil. Maksud diadakannya pengumuman tentang kebutuhan pegawai negri sipil
seluas-luasnya melalui masa media yang ada, adalah agar diketahui oleh masyarakat umum,
sebab pada dasarnya semua warga Negara sama haknya untuk dapat diangkat menjadi pegawai
negri sipil. Dan dengan banyaknya pendaftaran, pemerintah lebih mudah dalam memilih dan
mengangkat pegawai negri sipil yang betul-betul mampu dan berkualitas tinggi.
Dalam kegiatan pengajuan lamaran, si pelamar sudah diharuskan memenuhi syarat-syarat
tertentu, yang meliputi syarat umum dah syarat khusus. Dengan ujian saringan dimaksudkan
untuk dapat memperoleh calon pegawai negeri sipil yang benar-benar mempunyai kecakapan
yang diperlukan. Oleh karenanya, ujian meliputi pengetahuan umum, pengetahuan teknis, dan
pengetahuan lainnya yang dipandang perlu.
Bentuk-Bentuk Perbuatan Pemerintahan
Pengertian pemerintahan dibedakan menjadi dua :
1. Pemerintahan dalam arti luas, yaitu pemerintahan yang terdiri dari tiga kekuasaan yang
masing-masing terpisah satu sama lain. Ketiga kekuasaan itu adalah :
a. Kekuasaan legislatif.
b. Kekuasaan eksekutif.
c. Kekuasaan yudikatif.

Pemerintahan kekuasaan diatas berdasarkan teori Trias Politica dari Montesquieu. Tetapi,
menurut Van Vollenhoven, pemerintahan dalam arti luas berbeda dengan tori trias politica.
Menurut Van Vollenhoven pemerintahan dalam arti luas mencakup :
a. Tindakan / kegiatan pemerintahan dalam arti sempit (bestuur).
b. Tindakan / kegiatan polisi (politie).
c. Tindakan / kegiatan peradilan (rechts praak).
d. Tindakan membuat peraturan (regeling, wetgeving).

Sedangkan pemerintahan dalam arti luas menurut Lemaire adalah pemerintahan yang meliputi :
a. Kegiatan penyelengaraan kesejahteraan umum (bestuur zorg).
b. Kegiatan pemerintahan dalam arti sempit.
c. Kegiatan kepolisian.
d. Kegiatan peradilan.
e. Kegiatan membuat peraturan.

Sedangkan Donner berpendapat, bahwa pemerintahan dalam arti luas dibagi menjadi dua
tingkatan (dwipraja), yaitu :
a. Alat-alat pemerintahan yang menentukan hukum negara / politik negara.
b. Alat-alat perlengkapan pemerintahan yang menjalankan politik negara yang telah ditentukan.
2. Pemerintahan dalam arti sempit ialah badan pelaksana kegiatan eksekutif saja tidak termasuk
badan kepolisian, peradilan dan badan perundang-undangan. Pemerintahan dalam arti sempit itu
dapat disebut dengan istilah lain, yaitu ”administrasi negara”. 

Bentuk perbuatan pemerintahan atau bentuk tindakan administrasi negara secara garis besar
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Perbuatan hukum / tindakan hukum.
2. Bukan perbuatan hukum.

Perbuatan pemerintahan menurut hukum publik dibedakan menjadi dua, yaitu :


1. Perbuatan menurut hukum publik bersegi satu.
2. Perbuatan menurut hukum publik bersegi dua.

Perbuatan menurut hukum publik bersegi satu, yaitu suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh
aparat administrasi negara berdasarkan wewenang istimewa dalam hal membuat suatu ketetapan
yang megatur hubungan antara sesama administrasi negara maupun antara administrasi negara
dan warga masyarakat. Misalnya, ketetapan tentang pengangkatan seseorang menjadi pegawai
negeri. 
Perbuatan menurut hukum publik bersegi dua, yaitu suatu perbuatan aparat administrasi negara
yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih secara sukarela. Misalnya mengadakan perjanjian
pembuatan gedung, jembatan dengan pihak swasta (pemborong).

Macam – macam perbuatan pemerintah :


1.       Perbuatan yang bukan perbuatan hukum
2.       Perbuatan yang merupakan perbuatan hukum
3.       Perbuatan nyata

Perbutan pemerintah yang bukan perbuatan hukum.


Pengertian perbuatan pemerintah yang bukan perbuatan hukum adalah tindakan pemerintah
terhadap masyarakat yang tidak mempunyai akibat hukum.
Contoh-contoh :
-          Presiden menghimbau masyarakat untuk hidup sederhana.
-          Menteri perhubungan meresmikan jembatan.
-          Gubernur mengunjungi panti asuhan.

Perbuatan pemerintah yang merupakan perbuatan hukum.


Adalah suatu perbuatan atau tindakan oleh pemerintah kepada masyarakat yang dapat
menimbulkan akibat hukum. (bentuk keputusan dan peraturan).

Perbuatan nyata
Adalah perbuatan pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan.

Yang menjadi obyek kajian dalam HAN adalah perbuatan pemerintah yang merupakan
perbuatan hukum.

Perbuatan yang merupaka perbuatan hukum


Terdiri dari :
1.       Perbuatan hukum menurut hukum privat
2.       Perbuatan hukum menurut hukum publik

erbuatan hukum menurut hukum privat


Pemerintah atau pejabat adaministrasi negara dalam menjalankan tugasnya dalam keadaan
tertentu menggunakan aturan-aturan hukum privat.
Contoh : pemerintah menyewa pesawat terbang untuk haji.

Perbuatan hukum menurut hukum publik


1.       Perbuatan hukum publik yang bersegi satu --> tidak memerlukan persetujuan pihak lain.
Contoh : surat keputusan.
2.       Perbuatan hukum publik yang bersegi dua --> memerlukan persetujuan pihak lain.

Perbuatan hukum publik yang bersegi satu


  Perbuatan hukum/tindakan hukum oleh pemerintah bersifat sepihak. Dilakukan atau tidak
dilakukan sangat tergantung pada kehendak pemerintah/badan administrasi negara.
  Akibat hukumnya adalah dapat timbul karena perbuatan dari pemerintah saja, tidak menunggu
reaksi dari pihak yang dilayani/yang terkena tindakan/perbuatan pemerintah.

Perbuatan hukum publik bersegi satu digolongkan sebagai berikut :


a.       Mengeluarkan keputusan (beschikking)
Misal : keputusan tentang pengangkutan/pemberhentian seorang PNS.
b.      Mengeluarkan peraturan (regeling)
Suatu pengaturan yang bersifat umum dan abstrak. Peraturan yang dimaksud dapat berupa UU,
PP, Permen, Perda, dll.

Perbuatan hukum publik yang bersegi dua


  Perbuatan pemerintah tersebut, perbuatan hukum dan akibat hukumnya baru dapat timbul setelah
adanya kata sepakat antara pemerintah dengan pihak lainnya.
Contoh : pemerintah kota (pemkot) Semarang bekerjasama mengadakan penelitian mengenai
cara mengatasi rob/banjir dengan pihak UNDIP. Pemkot Semarang menyerahkan ke pihak
UNDIP untuk melaksanakan dan memimpin penelitian tersebut, dengan memakai kontrak
kerjasana dengan pihak UNDIP.
  Perbuatan dan akibat hukumnya baru timbul setelah penandatanganan kesepakatan dari para
pihak.
Contoh : pemkot Semarang dan UNDIP

Perbedaan keputusan dan peraturan


a.       Keputusan (beschikking)
Keputusan dibuat untuk menyelesaikan hal-hal yang sudah diketahui oleh administrasi negara
(konkrit).
Misal : keputusan mengangkat A menjadi kepala bagian, keadaan yang ada pada A sudah
diketahui oleh yang mengeluarkan keputusan. Keputusan berisi hak dan kewajiban yang melekat
pada A.
Keputusan mempunyai sifat individual, konkrit dan final.
-          Individual : keputusan dibuat dan ditujukan kepada seseorang yang jelas identitasnya.
-          Konkrit : keputusan dibuat untuk mengatur hal-hal yang bersifat realita atau kejadian nyata.
-          Final : keputusan dibuat langsung untuk dijalankan oleh yang terkena keputusan tersebut,
dengan tidak perlu adanya persetujuan dengan pihak manapun.
b.      Peraturan (regeling)
Peraturan : untuk menyelesaikan hal-hal yang belum diketahui secara terperinci terlebih dahulu,
tapi mungkin akan terjadi.
Peraturan merupakan ketentuan umum dan ditujukan pada hal-hal yang masih abstrak.

Peraturan dalam keadaan tidur (slapende regeling)


Peraturan ketika diundangkan belum dapat berlaku di beberapa daerah, berlakunya ditunda atau
penentuan berlakunya diserahkan kepada organ pemerintah.

Dasar hukum melakukan perbuatan hukum :


Bagi pemerintah dasar untuk melakukan perbuatan hukum publik adalah kewenangan yang
berkaitan dengan suatu jabatan.

Kewenangan
Philipus M. Hadjon :
Kewenangan membuat keputusan diperoleh dengan dua cara :
-       Atribusi : adanya pemberian kewenangan yang baru kepada lembaga/aparat pemerintah.
-       Delegasi : adanya pemindahan/pengalihan suatu kewenangan kepada lembaga/aparat
pemerintah.

Freis Ermessen / Diskresi (kebebasan bertindak)


  Kebebasan/kemerdekaan untuk dapat bertindak atas inisiatifnya sendiri dalam mengatasi soal
mendesak, yang peraturan penyelesaiannya belum dibuat oleh badan legislatif.
  Dengan freis ermessen berarti sebagian kekuasaan yang dipegang oleh badan pembuat UU
dipindahkan ke dalam tangan pemerintah/administrasi negara.

Macam Freis Ermessen / Diskresi


 Diskresi bebas : pejabat administrasi negara bebas mengambil keputusan yang mana saja menurut
pendapatnya sendiri asal tidak melampaui batas-batas yang ditentukan oleh UU.
 Dikresi terikat : pejabat administrasi negara bebas mengambil keputusan yang mana saja menurut
pendapatnya sendiri dengan jalan memilih alternatif yang ditetapkan oleh UU.

Detournement de Pouvoir (penyalahgunaan wewenang)


Alat negara/administrasi negara menggunakan wewenangnya untuk kepentingan umum, yang
lain daripada kepentingan umum yang dimaksud oleh peraturan yang menjadi dasarnya.

C.     BENTUK PERBUATAN ADMINISTRASI NEGARA


Bentuk berbuatan administrasi negara diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu:
1. Kategori perbuatan hukum (rechtshandelingen)
2. Kategori bukan perbuatan hukum (feiteliykehandelingen) atau perbuatan nyata/perbuatan biasa

Perbuatan administrasi negara yang termasuk ke dalam kategori perbuatan hukum dibagi
menjadi dua, yaitu perbuatan hukum yang berdasarkan hukum privat dan perbuatan hukum yang
berdasarkan hukum publik. Perbuatan hukum yang berdasarkan hukum privat itu selalu bersegi
dua artinya suatu hubungan yang diatur hukum privat itu ada dua pihak yang dapat menentukan
kehendaknya. Sedangkan perbuatan hukum yang berdasarkan hukum publik ada yang bersegi
satu dan ada pula yang bersegi dua.

Menurut Utrecht, perbuatan administrasi negara yang berdasarkan hukum publik bersegi satu itu
hanya terdapat satu pihak saja yang dapat menentukan kehendaknya, yaitu pemerintah.
Perbuatan administrasi negara yang berdasarkan hukum publik ini menjadi dasar ketetapan.
Sedangkan pada perbuatan administrasi negara yang berdasarkan hukum publik bersegi dua itu
terdapat dua pihak yang dapat menentukan kehendaknya dalam suatu hubungan yang diatur oleh
hukum publik.

Karakteristik perbuatan administrasi negara

 Harus dibuat oleh badan/organisasi yang berwenang membuatnya;


 Pembentukannya tidak boleh mengandung kekurangan yuridis, yaitu tidak boleh
mengandung paksaan, kekeliruan, dan penipuan;
 Harus diberi bentuk yang ditetapkan dalam peraturan yang menjadi dasarnya. Dan
perbuatannya harus juga memperhatikan tata cara membuat ketetapan itu. Bilamana tata
cara ini ditetapkan dengan tegas dalam peraturan dasar tsb;
 Isi dan tujuannya harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya.
PERBUATAN PEMERINTAH
Diposkan oleh M. Lutfi Chakim di 08.04 Minggu, 19 Februari 2012

A.     Pengertian Perbuatan Pemerintah


Pengertian perbuatan pemerintah (bustuurhandeling) menurut Van Volenhoven adalah
pemeliharaan kepentingan Negara dan rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi
dan rendahan.
Komisi Van Poelje dalam laporannya Tahun 1972 yang dimaksud dengan Puliek
Rechtelijke Handeling atau tindakan dalam hukum publik adalah tindakan-tindakan hukum yang
dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsi pemerintahan.

B.     Macam-macam perbuatan pemerintah


Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kepentingan-kepentingan umum,
pemerintah banyak melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan. Aktivitas atau perbuatan itu
pada garis besarnya dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu:
1.      Rechthandelingen (golongan perbuatan hukum)
2.      Feitelijk handelingen (golongan yang bukan perbuatan hukum)
Dari kedua golongan perbuatan tersebut yang penting bagi hukum administrasi negara
adalah golongan perbuatan hukum (rechthendelingen), sebab perbuatan tersebut langsung
menimbulkan akibat hukum tertentu bagi Hukum Administrasi Negara, oleh karena perbuatan
hukum ini membawa akibat pada hubungan hukum atau keadaan hukum yang ada, maka
perbuatan tersebut tudak boleh mengandung cacat, seperti kehilafan (dwaling), penipuan
(bedrog), paksaan (dwang).
Disamping itu tindakan hukum tersebut harus didasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Maka dengan sendirinya tindakan tersebut tidak boleh menyimpang atau
bertentangan dengan peraturan-peraturan yang bersangkutan. Sedangkan golongan perbuatan
yang bukan perbuatan hukum tidak relevan (tidak penting).
Perbuatan pemerintah yang termasuk golongan perbuatan hukum dapat berupa:
a)      Perbuatan hukum menurut hukum privat
b)      Perbuatan hukum menurut hukum publik

a.       Perbuatan hukum menurut hukum privat


Administrasi negara sering juga mengadakan hubungan hukum dengan subyek hukum-subyek
hukum lain atas dasar kebebasan kehendak atau diperlukan persetujuan dari pihak yang dikenai
tindakan hukum, hal ini karena hubungan hukum perdata  itu bersifat sejajar. Seperti sewa-
menyewa, jual-beli, dan sebagainya.
b.      Perbuatan hukum menurut hukum publik
Perbuatan hukum menurut hukum publik ada dua macam
1)      Hukum publik bersegi satu
Artinya hukum publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu pemerintah. Jadi
didalamnya tidak ada perjanjian, jadi hubungan hukum yang diatur oleh hukum peblik hanya
bersal dari satu pihak saja yakni pemerintah dengan cara menentukan kehendaknya sendiri.
2)      Hubungan publik yang bersegi dua
Menurut Van Der Ppr. Kranenberg-Vegting. Wiarda dan Donner mengakui adanya hukum
publik yang bersegi dua atau adanya perjanjian menurut hukum publik. Mereka memberi contoh
tentang adanya “Kortverband Contract” (perjanjian kerja jangka pendek) yang diadakan seorang
swasta sebagai perkerja dengan pihak pemerintah sebagai pihak pemberi pekerjaan.
Pada kortverband contract ada persesuaian kehendak antara pekerja dengan pemberi pekrjaan,
dan perbuatan hukum itu diatur oleh hukum istimewa yaitu peraturan hukum publik sehingga
tidak di temui pengaturanya didalam hukum privat.

C.     Unsur-unsur tindakan pemerintahan


Muchsan menyebutkan unsur-unsur tindakan pemerintahan sebagai berikut:
a)      Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintahan dalam kedudukanya sebagai penguasa
maupun sebagai alat pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri.
b)      Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan.
c)      Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di bidang
hukum administrasi.
d)      Perbuatan tersebut menyangkut pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat.
e)      Perbuatan itu harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D.     Cara-cara pelaksanaan perbuatan pemerintahan


Menurut E. Utrech tindakan pemerintahan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:
1.      Yang bertindak ialah administrasi Negara sendiri.
2.      Yang bertindak ialah subyek hukum (sama dengan badan hukum) lain yang tidak termasuk
administrasi Negara dan yang mempunyai hubungan istimewa atau hubungan biasa dengan
pemerintah.
3.      Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi Negara dan
menjalani pekerjaanya berdasarkan suatu keonsesi atau berdasarkan izin (vergunning) yang
diberikan oleh pemerinta.
4.      Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak masuk administrasi Negara dan yang
diberi subsidi pemerintah.
5.      Yang bertindak ialah pemerintah bersama-sama subyek hukum lain yang bukan administrasi
negara dan kedua belah pihak itu bergabung dalam bentuk kerjasama (vorm van samenwerking)
yang diatur oleh hukum privat.
6.      Yang bertindak ialah yayasan yang didirikan oleh pemerintah atau diawasi pemerintah.
7.      Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang bukan administrasi Negara tetapi diberi sesuatu
kekuasaan memerintah (delegasi perundang-undangan).
Pada dasarnya semua tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah harus didasarkan
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maka tindakan tersebut tidak boleh
menyimpang atau bertentanga dengan peraturan-peraturan yang bersangkutan. Dalam hal ini
pemerintah memiliki kedudukan yang khusus (do overhead als bijzonder persoon), sebagai satu-
satunya pihak yang diserahi kewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan kepentingan
umum dimana dalam rangka melaksanakan kewajiban ini kepada pemerintah diberikan
wewenang membuat peraturan perundang-undangan, menggunakan paksaan pemerintahan, atau
menerapkan sanksi-sanksi hukum.
Pemerintah juga mempunyai kedudukan yang tidak dimiliki oleh seseorang ataupun
badan hukum perdata. Ini menyebabkan hubungan hukum antara pemerintah dengan seseorang
dan badan hukum perdata bersifat ordinatif. Tetapi meskipun hubungan hukumnya bersifat
ordonatif, pemerintah tidak dapat melakukan tindakan hukum secara bebas dan semena-mena
terhadap warga negara.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Tata Negara berarti sistem penataan negara yang berisi ketentuan mengenai struktur
kenegaraan dan mengenai substansi norma kenegaraan. Dengan kata lain, Hukum Tata Negara
merupakan cabang Ilmu Hukum yang membahas mengenai tata struktur kenegaraan, mekanisme
hubungan antar struktur kenegaraan, serta mekanisme hubungan antara struktur negara dengan
warga negara.
Aktivita atau perbuatan itu pada garis besarnya dibedakan kedalam dua golongan, yaitu :
1.      Golongan perbuatan hukum.
2.      Golongan yang bukan perbuatan hukum.
Macam – macam perbuatan pemerintah :
1.       Perbuatan yang bukan perbuatan hukum
2.       Perbuatan yang merupakan perbuatan hukum
3.       Perbuatan nyata

Perbutan pemerintah yang bukan perbuatan hukum.


Pengertian perbuatan pemerintah yang bukan perbuatan hukum adalah tindakan pemerintah
terhadap masyarakat yang tidak mempunyai akibat hukum.
Contoh-contoh :
-          Presiden menghimbau masyarakat untuk hidup sederhana.
-          Menteri perhubungan meresmikan jembatan.
-          Gubernur mengunjungi panti asuhan.

BENTUK PERBUATAN ADMINISTRASI NEGARA


Bentuk berbuatan administrasi negara diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu:
1. Kategori perbuatan hukum (rechtshandelingen)
2. Kategori bukan perbuatan hukum (feiteliykehandelingen) atau perbuatan nyata/perbuatan biasa
Perbuatan administrasi negara yang termasuk ke dalam kategori perbuatan hukum dibagi
menjadi dua, yaitu perbuatan hukum yang berdasarkan hukum privat dan perbuatan hukum yang
berdasarkan hukum publik. Perbuatan hukum yang berdasarkan hukum privat itu selalu bersegi
dua artinya suatu hubungan yang diatur hukum privat itu ada dua pihak yang dapat menentukan
kehendaknya. Sedangkan perbuatan hukum yang berdasarkan hukum publik ada yang bersegi
satu dan ada pula yang bersegi dua.

B.     Saran

Makalah saya ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan dari para pembaca sekalian demi tercapainya kesempurnaan
dari makalah saya ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA
[1] ST. Marbun, Moh. Mahfud MD, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, (Liberti:
Yogyakarta,1987), 70
[2] Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: UII Press, 2003 ), 90
CoMback Campus
Dimulai dari hati, berakhir pada jati diri.

Makalah Hukum Tata Pemerintah

Senin, 07 Mei 2012


| Diposting oleh Unknown | di 23.11 |

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama kurang lebih tiga puluh dua tahun masa pemerintahan Orde Baru, bangsa
Indonesia mengalami suatu kondisi dimana terjadi pemusatan/ sentralisasi dan penyeragaman
dalam sistem pemerintahan. Seruan- seruan untuk kehidupan yang demokratis diabaikan oleh
penguasa. Segala proses pengambilan kebijakan publik berada di tangan kaum elit politik.
Pemerintah menjadi sangat berkuasa sehingga melahirkan kesewenang- wenangan/ otoriter dan
cenderung represif. Keberhasilan di bidang pembangunan dan ekonomi membuat pemerintah
pusat semakin percaya kepada sistem sentralisasi dan penyeragaman. Birokrasi pun dirancang
untuk berkiblat dan memenuhi kebutuhan pemerintah pusat sehingga menjadi tidak inovatif dan
tidak tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Hal tersebut berbalik menjadi bumerang bagi
pemerintah ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1997, disaat pemerintah pusat mengalami
keterbatasan ternyata birokrasi menjadi kelimpungan untuk menopang peran pusat. Kegagalan-
kegagalan pemerintah untuk mengatasi krisis tersebut membuat tingkat kepercayaan masyarakat
menjadi menurun. Kondisi tersebut menunjukkan kerapuhan sistem pemerintahan yang
sentralistik sehingga diperlukan perubahan kepemimpinan dan reformasi di segala bidang
kehidupan.

Di era reformasi, ketika kebijakan desentralisasi menggantikan kebijakan sentralisasi,


masyarakat masih tetap pesimis. Pesimisme masyarakat tetap timbul karena praktik- praktik
negatif seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang mewarnai perilaku aparat pemerintah daerah,
peraturan daerah yang tidak mengakomodasi kepentingan warga masyarakat dan sulitnya ber
investasi karena rumitnya proses perijinan. Intinya, permasalahan yang terjadi tidak banyak
berubah yaitu buruknya penyelenggaraan tata pemerintahan (poor governance). Buruknya
penyelenggaraan tata pemerintahan di indikasikan oleh beberapa hal, antara lain:

1.      Dominasi kekuasaan oleh satu pihak terhadap pihak-pihak lainnya, sehingga pengawasan
menjadi sulit dilakukan
2.      Terjadinya tindakan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme)
3.      Rendahnya kinerja aparatur termasuk dalam pelayanan kepada publik atau masyarakat di
berbagai bidang
Selain unsur diatas, buruknya birokrasi di Indonesia juga dapat dilihat dari:
1.      Penyalahgunaan wewenang dan masih besarnya praktek KKN
2.      Rendahnya kinerja sumber daya manusia dan kelembagaan aparatur
3.      Sistem kelembagaan (organisasi) dan tata laksana (manajemen) pemerintahan yang belum
memadai
4.      Rendahnya efisiensi dan efektivitas kerja
5.      Rendahnya kualitas pelayanan umum
6.      Rendahnya kesejahteraan PNS
7.      Banyaknya peraturan perundang-undangan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan
keadaan dan tuntutan pembangunan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimanakah fungsi hukum tata pemerintahan (fungsi hukum Administrasi Negara) dalam
mewujudkan pemerintahan yag bersih dan Bebas KKN?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hukum
Dalam berbagai literatur dapat ditemukan berbagai pengertian/ definisi tentang hukum.
Pengertian- pengertian tersebut dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, antara lain:

1. Sudut pandang etimologis/ asal kata:


a. Hukum:
Kata “hukum” berasal dari bahasa adalah Arab dan merupakan bentuk tunggal. Kata jamaknya
adalah “alkas”, yang selanjutnya diambil alih bahasa Indonesia menjadi “hukum”. Didalam
pengertian “hukum” terkandung pengertian bertalian erat dengan pengertian yang dapat
melakukan paksaan.

b. Recht:
Kata “Recht” berasal dari kata “Rectum” dalam bahasa latin yang mempunyai arti “bimbingan”
atau “tuntutan” atau “pemerintahan”. Kata “rectum” bertalian dengan kata “rex” yang dapat
diartikan sebagai “raja” atau “orang yang pekerjaannya memberikan bimbingan atau
memerintah”. Kata “rectum” juga dapat dihubungkan dengan kata “directum” yang berarti
“orang yang mempunyai pekerjaan membimbing atau mengarahkan”.
Kata “recht” atau bimbingan atau pemerintahan selalu didukung oleh kewibawaan. Seseorang
yang membimbing atau memerintah harus mempunyai kewibawaan. Kewibawaan mempunyai
hubungan erat dengan ketaatan sehingga orang yang mempunyai kewibawaan akan ditaati oleh
orang lain. Dengan demikian kata “recht” mengandung pengertian kewibawaan dan hukum
ditaati orang secara sukarela.

Dari kata “recht” timbul istilah “gerechtigheid” (istilah dalam bahasa Belanda) atau
“gerechtigkeit” (istilah dalam bahasa Jerman) yang berarti “keadilan” sehingga hukum juga
mempunyai kaitan yang erat dengan keadilan. jadi dengan demikian “recht” dapat diartikan
hukum yang mempunyai dua unsur penting, yaitu kewibawaan dan keadilan.

c. Ius:
Kata “ius” berasal dari bahasa Latin yang berarti “hukum”. Kata “ius” berakar dari kata “iubere”
yang berarti “mengatur” atau “memerintah”. Kata “ius” bertalian dengan kata “iustitia” atau
“keadilan”. Dalam mitologi Yunani, “iustitia” adalah nama dewi keadilan. Dewi keadilan
tersebut digambarkan sebagai seorang wanita dengan kedua mata tertutup, tangan kirinya
memegang neraca sedangkan tangan kanannya memegang pedang. Gambaran tersebut
mempunyai arti sebagai berikut:
Jadi secara etimologi dapat disimpulkan bahwa “ius” yang berarti “hukum” bertalian erat dengan
“iustitia” yang berarti “keadilan” yang terdiri dari unsur- unsur wibawa, keadilan dan tata
kedamaian.

d. Lex:
Kata “lex” berakar dari kata “lesere” dalam bahasa Latin yang berarti “mengumpulkan orang-
orang untuk diberi perintah”, disini terkandung makna wibawa dan otoritas sehingga kata “lex”
yang berarti hukum sangat berkaitan erat dengan perintah dan wibawa.
2. Sudut pandang dari pendapat para pakar:

a.       Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H:


Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan- peraturan atau kaedah- kaedah dalam suatu
kehidupan bersama; keseluruhan peraturan tentang tingkah laku yang berlaku dalam suatu
kehidupan bersama, yang dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

b.      Prof. Dr. P. Borst:


Hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam
masyarakat, yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau
keadilan.
c.       Prof. Dr. van Kan:
Hukum adalah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi
kepentingan manusia di dalam masyarakat.

B.     Hukum Tata Pemerintahan (Administrasi Negara)


Dalam ilmu hukum, hukum tata pemerintahan disebut juga sebagai hukum tata usaha
negara atau hukum adminitsrasi negara. Hukum tata pemerintahan mempunyai pengertian/
definisi. Berikut beberapa pengertian yang di simpulkan oleh para pakar:
1.      Pendapat Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H:
Hukum yang mengatur negara dalam keadaan bergerak, yaitu hubungan yang timbul dari
kegiatan administrasi antara bagian- bagian negara dan antara negara dengan masyarakat.
2.      Pendapat R. Soeroso, S.H:
Hukum yang mengatur susunan dan kekuasaan alat perlengkapan Badan Umum atau hukum
yang mengatur semua tugas dan kewajiban dari pejabat- pejabat pemerintah didalam
menjalankan tugas dan kewajibannya.
3.      Pendapat J.M Baron de Gerando:
Hukum yang mengatur hubungan timbal- balik antara pemerintah dan rakyat.
4.      Pendapat C. van Vollenhoven:
Merupakan pembatasan terhadap kebebasan pemerintah, jadi merupakan jaminan bagi mereka
yang harus taat kepada pemerintah; akan tetapi untuk sebagian besar hukum administrasi
megandung arti pula, bahwa mereka yang harus taat kepada pemerintah menjadi dibebani
pelbagai kewajiban yang tegas bagaimana dan sampai dimana batasnya, dan berhubung dengan
itu, berarti juga, bahwa wewenang pemerintah menjadi luas dan tegas.

C.    Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN


Konsep pemerintahan yang bersih dan bebas KKN identik dengan konsep Good
Governance (pemerintahan yang baik). Terdapat beberapa penafsiran mengenai pengertian Good
Governance, antara lain:

1.      Definisi dari UNESCAP (United Nations Economic and Social Comission for Asia and the
Pacific/ Komisi Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Sosial dan Ekonomi Asia Pasifik):
 “Good governance adalah suatu pengertian yang tidak ditentukan, (pengertian tersebut)
digunakan dalam pengembangan kepustakaan untuk menggambarkan bagaimana institusi-
institusi publik melaksanakan urusan- urusan kemasyarakatan dan mengelola sumber daya
(milik) umum dalam rangka menjamin realisasi hak- hak asasi. Pemerintahan menggambarkan
proses pembuatan keputusan dan proses pelaksanaannya (atau proses tidak dilaksanakannya).
Istilah pemerintahan dapat dipakai untuk menunjuk kepada korporat, internasional, nasional,
pemerintahan daerah atau pada hubungan- hubungan antar sektor- sektor lain dalam
masyarakat”.

2.      Definisi yang umum di masyarakat:


Good Governance pada umumnya diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik. Kata
‘baik’ disini dimaksudkan sebagai mengikuti kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-
prinsip dasar Good Governance.
Menurut UNESCAP, Konsep pemerintahan yang bersih dan bebas KKN mempunyai
beberapa  ciri- ciri umum, antara lain:

1.      Partisipasi (Participation):


 “Partisipasi oleh pria dan wanita adalah pedoman kunci good governance. Partisipasi dapat
dilakukan secara langsung atau melalui perwakilan- perwakilan atau institusi- institusi perantara
yang sah. Penting untuk ditunjukkan bahwa dalam demokrasi perwakilan tidak selalu berarti
kekuatiran pihak- pihak yang paling lemah dalam masyarakat akan selalu dipertimbangkan
dalam pembuatan kebijakan. Partisipasi perlu untuk disebar luaskan pada masyarakat dan
diorganisasi. Ini berarti kebebasan berserikat dan menyatakan pendapat pada satu sisi dan
masyarakat sipil pada sisi yang lain”.
2.      Tegaknya hukum (Rule of law):
Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN memerlukan kerangka kerja hukum yang adil yang
penegakan hukumnya dilaksanakan secara menyeluruh dan tidak sepotong- sepotong. Hal
tersebut juga memerlukan perlindungan penuh terhadap hak- hak asasi manusia, lebih khusus
lagi kepada kaum minoritas. Penegakan hukum yang menyeluruh memerlukan peradilan yang
bebas dan kepolisian yang bebas dari korupsi.
3.      Transparansi (Transparency):
 “Transparansi berarti bahwa keputusan- keputusan yang diambil dan pelaksanaannya dilakukan
dalam tata cara yang sesuai dengan peraturan- peraturan dan regulasi- regulasi. Hal tersebut juga
berarti bahwa informasi tersedia secara bebas dan dapat diakses secara langsung oleh pihak-
pihak yang akan dipengaruhi oleh keputusan- keputusan dan pelaksanaannya. Hal tersebut juga
berarti bahwa informasi yang cukup tersedia dan disediakan dalam bentuk dan media yang
mudah untuk dipahami”.
4.      Sikap tanggap (Responsiveness):
Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN memerlukan institusi- institusi dan proses- proses
yang melayani semua pihak yang berkepentingan dalam kurun waktu yang masuk akal atau
pantas.
5.      Orientasi pada kesepakatan (Consensus oriented):
 “Terdapat beberapa pelaku dan sudut pandang dalam masyarakat. Pemerintahan yang bersih dan
bebas KKN memerlukan mediasi kepentingan- kepentingan dalam masyarakat untuk mencapai
kesepakatan yang luas tentang apa yang menjadi kepentingan paling utama seluruh anggota
masyarakat dan bagaimana hal tersebut dapat dicapai. Hal tersebut juga memerlukan suatu
perspektif jangka panjang yang luas tentang apa yang diperlukan dalam pembangunan manusia
yang berkelanjutan.

Dan sesuai dengan landasan hukum menurut UU RI No. 28 Tahun 1999 Tentang
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Dari KKN

UNDANG-UNDANG REPUBLK INDONESIA


NOMOR 28 TAHUN 1999
TENTANG
PENYELENGGARAAN NEGARA YANG BERSIH DAN BEBAS
DARI KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang :

a.       bahwa Penyelenggara Negara mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam
penyelenggaraan negara untuk mencapai cita2 perjuangan bangsa mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Dasar 1945;
b.       bahwa untuk mewujudkan Penyelenggara Negara yang mampu menjalankan fungsi
dan tugasnya secara sungguh2 dan penuh tanggung jawab, perlu diletakkan
asas2 penyelenggaraan negara.
c.       bahwa praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme tidak hanya dilakukan antar
Penyelenggara Negara melainkan juga antara Penyelenggara Negara dengan
pihak lain yang dapat merusak sendi2 kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara serta membahayakan eksistensi negara, sehingga diperlukan
landasan hukum untuk pencegahannya;
d.      bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c
perlu dibentuk Undang-undang tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Mengingat :
1.      Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;
2.      Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI No. XI/MPR/1998 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

Dengan persetujuan:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


Memutuskan:
Menetapkan :

UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARA NEGARA YANG BERSIH DAN


BEBAS DARI KORUPSI, KOLUSI, DAN NEPOTISME.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan :


1.      Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif,
legislatif, atau yudikatif, dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya
berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
2.      Penyelenggara Negara yang bersih adalah Penyelenggara Negara yang menaati
asas2 umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktek korupsi, kolusi,
dan nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya.
3.      Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang tindak pidana korupsi.
4.      Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar
Penyelenggara Negara atau antara Penyelenggara Negara dan pihak lain yang
merugikan orang lain, masyarakat, dan atau negara.
5.      Nepotisme adalah setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum
yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas
kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
6.      Asas Umum Pemerintahan Negara yang Baik adalah asas yang menjunjung tinggi
norma kesusilaan, kepatutan, dan norma hukum, untuk mewujudkan Penyelenggara Negara yang
bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
7.      Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara yang selanjutnya disebut
Komisi Pemeriksa adalah lembaga independen yang bertugas untuk memeriksa
kekayaan Penyelenggara Negara dan mantan Penyeienggara Negara untuk
meneegah praktek korupsi, kolusi. dan nepotisme.

D.    Fungsi Hukum Tata Pemerintahan dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih dan
bebas KKN
Dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN terdapat beberapa
hambatan utama dalam kaitannya dengan penegakan hukum, antara lain:
1.      Anggapan mengenai korupsi yang dianggap sebagai budaya sehingga sulit untuk dirubah.
2.      Masih kurangnya keikutsertaan masyarakat dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih
dan bebas KKN sehingga hanya menjadi slogan dan hanya menjadi wacana belaka.
Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, hukum tata
pemerintahan memegang peranan atau “fungsi” yang sangat penting, antara lain:

1.      Sebagai alat/ sarana untuk memberikan dasar yuridis dan panduan dalam upaya menuntaskan
penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk praktek-praktek Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN). Dalam praktik operasionalnya, dapat dilakukan dengan cara:
a.       Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang bersih dan bebas KKN pada semua tingkat
dan lini pemerintahan dan semua kegiatan;
b.      Pemberian sanksi yang seberat-beratnya bagi pelaku KKN sesuai dengan ketentuan yang
berlaku;
c.       Peningkatan efektivitas pengawasan aparatur negara melalui koordinasi dan sinergi pengawasan
internal, eksternal dan pengawasan masyarakat;
d.      Peningkatan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif, dan bertanggung
jawab;
e.       Percepatan pelaksanaan tindak lanjut hasil-hasil pengawasan dan pemeriksaan;
f.       Peningkatan pemberdayaan penyelenggaraan antar dunia usaha dan masyarakat dalam
pemberantasan KKN.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, hukum tata
pemerintahan (administrasi Negara) mempunyai fungsi sebagai berikut:

1.      Sebagai alat/ sarana untuk memberikan dasar yuridis dan panduan dalam upaya menuntaskan
penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk praktek-praktek Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN).
2.      Sebagai alat/ sarana untuk memberikan dasar yuridis dan panduan dalam upaya meningkatkan
peran serta masyarakat dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, terutama
dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.

B.     Saran
Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, selain pemberian
penghargaan (reward) kepada peran serta masyarakat, pemberian penghargaan aparat pemerintah
perlu untuk diberikan payung hukum. Dengan sistem pemberian penghargaan kepada peran serta
masyarakat dan aparat pemerintah maka diharapkan akan terjadi peningkatan motivasi untuk
mewujudkan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN.

Anda mungkin juga menyukai