Anda di halaman 1dari 129

TUGAS

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA


PEREBUTAN HUKUM ALAT ADMINISTRASI NEGARA
DALAM BENTUK PUBLIK BERSEGI 1 BERSIFAT
INDIVIDUAL

Oleh:
Raihan rifandi p
160710101478
Hukum Administrasi Negara (E)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS JEMBER
2017

1|Page
DAFTAR ISI

Daftar isi..............................................................................................................2

Artikel 1................................................................................................................3

Artikel 2.............................................................................................................19

Artikel 3.............................................................................................................28

Artikel 4.............................................................................................................41

Artikel 5.............................................................................................................53

Artikel 6.............................................................................................................57

Artikel 7 ............................................................................................................65

Artikel 8 .............................................................................................................67

Artikel 9..............................................................................................................82

Artikel 10..........................................................................................................115

Penutup............................................................................................................128
Daftar pustaka.................................................................................................129

2|Page
ARTIKEL 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
HAN merupakan sekumpulan peraturan yang memberi wewenang kepada pemerintah
untuk mengatur masyarakat yang artinya pemerintah mempunyai fungsi untuk mengatur
masyarakat dengan mendapatkan wewenang dari HAN sebagai landasan hukum.
Dalam menjalankan fungsinya mengatur masyarakat, pemerintah melakukan
bermacam-macam perbuatan/tindakan untuk menyelenggarakan kepentingan
umum.Tindakan pemerintah tersebut yang disebut juga Bestuurs handeling adalah
tindakan yang dilakukan oleh alat perlengkapan pemerintah/penguasa dalam tingkat
tinggi dan rendahan secara spontan dan mandiri untuk memelihara kepentingan negara
dan rakyat. Peran pemerintah dalam tata usaha negara adalah sangat penting, ada
beberapa tindakan yang harus dilaksanakan oleh pemerintah dalam hukum administrasi
negara.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud tindakan pemerintah?


2. Apakah yang dimaksud dengan tindakan pemerintah menurut hukum publik
bersegi satu?
3. Apa macam-macam tindakan pemerintah menurut hukum publik bersegi satu
dalam prakteknya?
4. Apa saja contoh Tindakan Pemerintah Bersegi Satu Menurut Hukum Publik?
1.3 Tujuan

1. Mengerti apa yang dimaksud tindakan pemerintah.


2. Memahami tindakan pemerintah menurut hukum publik bersegi satu.
3. Macam-macam tindakan pemerintah menurut hukum publik bersegi satu
dalam prakteknya.
4. Contoh Tindakan Pemerintah Bersegi Satu Menurut Hukum Publik

3|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tindakan Pemerintah

Hukum Administrasi Negara menurut E. Utrecht diartikan sebagai himpunan


peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab negara berfungsi. Dengan kata lain Hukum
Administrasi Negara merupakan sekumpulan peraturan yang memberikan wewenang kepada
administrasi negara untuk mengatur masyarakat. Hal itu dapat diartikan bahwa administrasi
negara mempunyai fungsi mengatur warga masyarakat dengan mendapat wewenang dari
Hukum Administrasi Negara sebagai landasan hukum.

Perbuatan administrasi negara yang disebut juga bestuur handeling/overheids


handeling adalah perbuatan yang dilakukan oleh alat pemerintah/penguasa dalam tingkat
tinggi dan rendahan secara spontan dan mandiri (zelfstanding) untuk pemeliharaan
kepentingan negara dan rakyat.

Dalam hal ini kita harus membedakan antara perbuatan hukum administrasi negara
(recht handelingen) dan perbuatan yang bukan perbuatan hukum (feitelijke
handeligen).Perbedaannya adalah terdapat atau tidaknya akibat hukum dan perbuatan
pemerintah termaksud.De Haan cs (Bestuursrecht in sociale rechtstaat) menyebutkan sebagai
perbuatan materiil atau tindakan nyata. De Haan (1986:113) menyebutkan perbedaan antara
keduanya ialah bahwa dalam perbuatan hukum ada maksud untuk melakukan akibat hukum,
sedangkan perbuatan materiil tidak punya maksud itu.

Dalam melakukan aktifitasnya, pemerintah melakukan dua macam tindakan, tindakan


biasa (feitelijkehandelingen) dan tindakan hukum (rechtshandelingen).Dalam kajian hukum,
yang terpenting untuk dikemukakan adalah tindakan dalam katagori kedua,
rechtshandelingen.

Tindakan hukum pemerintahan adalah tindakan yang dilakukan oleh Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan.

Tindakan pemerintahan memiliki beberapa unsur yaitu sebagai berikut:

4|Page
 Perbuatan itu dilakukan oleh aparat Pemerintah dalam kedudukannya sebagai
Penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan (bestuurs-organen) dengan
prakarsa dan tanggung jawab sendiri;
 Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan;
 Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di
bidang hukum administrasi;
 Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan
negara dan rakyat.
Menurut van Vollenhoven, tindakan pemerintah adalah pemeliharaan kepentingan negara
dan rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi dan rendahan.

Menurut van Poelje, tindakan pemerintah adalah tindakan-tindakan hukum yang


dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsi pemerintahan, sedangkan menurut
Romeijn adalah tiap-tiap tindakan atau perbuatan dari satu alat administrasi negara yang
mencakup juga perbuatan atau hal-hal yang berada di luar lapangan hukum tata
pemerintahan, peradilan dan lain-lain dengan maksud menimbulkan akibat hukum dalam
bidang hukum administrasi.

Yang relevan dalam tindakan hukum TUN adalah unsur-unsur sebagai berikut:

a. Tindakan hukum publik

b. Bersifat sepihak

c. Konkret

d. Individual

Tindakan hukum yang demikian disebut Beschikking (ketetapan atau keputusan).

Perbuatan hukum pemerintah dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Perbuatan hukum menurut Hukum Privat


Administrasi negara sering juga mengadakan hubungan-hubungan hukum
dengan subyek hukum-subyek hukum lain berdasarkan hukum privat seperti sewa
menyewa, jual beli dan sebagainya. Berkaitan dengan ini ada dua pendapat yang
menanggapi tentang diperbolehkannya administrasi negara mengadakan hubungan
hukum berdasarkan hukum privat.Pendapat yang pertama bahwa administrasi negara

5|Page
dalam menjalankan tugas pemerintahan tidak dapat menggunakan hukum privat
dengan alasan sifat hukum privat itu mengatur hubungan hukum yang mengatur
hubungan kehendak dua belah pihak dan bersifat perorangan.Sedangkan hukum
administrasi negara merupakan bagian dari hukum publik yang merupakan hukum
untuk bolehnya tindakan atas kehendak satu pihak.

Kedua yaitu administrasi negara dalam menjalankan tugasnya dalam beberapa


hal dapat juga menggunakan hukum privat, tetapi untuk menyelesaikan suatu soal
yang khusus dalam lapangan administrasi negara telah tersedia peraturan-peraturan
hukum publik.

b. Perbuatan hukum menurut Hukum Publik


Perbuatan hukum menurut Hukum Publik itu ada dua yaitu:

1) Perbuatan Hukum Publik yang bersegi satu

Beberapa sarjana seperti S. Sybenga hanya mengakui adanya perbuatan


hukum publik yang bersegi satu, artinya hukum publik itu lebih merupakan kehendak
satu pihak saja yaitu pemerintah.Menurut mereka tidak ada perbuatan hukum publik
yang bersegi dua, tidak ada perjanjian, misalnya yang diatur oleh hukum publik.Jika
ada perjanjian dengan pihak swasta maka perjanjian itu menggunakan hukum privat,
karena itu merupakan perbuatan hukum bersegi dua karena dilakukan oleh kehendak
kedua belah pihak dengan sukarela. Itulah tidak ada perjanjian hukum publik, karena
hubungan hukum yang diatur hukum publik hanya berasal dari satu pihak saja yakni
pemerintah dengan cara menentukannya dengan kehendaknya sendiri.

2) Perbuatan Hukum Publik yang bersegi dua

Van der Pot, Kranenberg, Vegting, Wiarda dan Donner mengakui adanya
Hukum Publik yang bersegi dua atau adanya perjanjian menurut Hukum Publik,
mereka memberi contoh dengan adanya perjanjian kerja jangka pendek yang diadakan
seorang swasta sebagai pekerja dengan pihak pemerintah sebagai pihak yang pemberi
pekerjaan.

2.2 Tindakan Pemerintah Bersegi Satu Menurut Hukum Publik

Perbuatan Hukum Publik bersegi satu ini dikenal dengan nama keputusan
(beschikking). Beberapa sarjana seperti S. Sybenga hanya mengakui adanya perbuatan
6|Page
Hukum Publik yang bersegi satu, artinya Hukum Publik itu lebih merupakan kehendak satu
pihak saja yaitu pemerintah.Menurut mereka tidak ada perbuatan Hukum Publik yang bersegi
dua, tidak ada perjanjian, misalnya yang diatur oleh Hukum Publik.Jika ada perjanjian
dengan pihak swasta maka perjanjian itu menggunakan Hukum Privat, karena itu merupakan
perbuatan hukum bersegi dua karena dilakukan oleh kehendak kedua belah pihak dengan
sukarela. Itulah tidak ada perjanjian Hukum Publik, karena hubungan hukum yang diatur
Hukum Publik hanya berasal dari satu pihak saja yakni pemerintah dengan cara
menentukannya dengan kehendaknya sendiri.

Keputusan tata usaha negara (beschikking) oleh E. Utrecht disebut sebagai


‘ketetapan’, sedangkan Prajudi Atmosudirdjo menyebutnya dengan ‘penetapan’. E. Utrecht,
Prins, dan Van der Pot, juga menjelaskan bahwa beschikking merupakan perbuatan Hukum
Publik bersegi satu atau merupakan perbuatan sepihak dari pemerintah dan bukan merupakan
hasil persetujuan dua belah pihak.

Berangkat dari beberapa pendapat tersebut S.F. Marbun menyimpulkan bahwa


beschikking ialah suatu perbuatan Hukum Publik bersegi satu, yang dilakukan oleh alat
pemerintah (dalam arti sempit) berdasarkan suatu kekuasaan atau wewenang istimewa
dengan maksud terjadinya perubahan hubungan hukum.

Beschikking menurut UU No. 5 Tahun 1986 jo. UU No. 9 Tahun 2004

Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan
bahwa Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual,
dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Dari
definisi menurut UU Nomor 5 Tahun 1986 tersebut dapat dirumuskan unsur-unsur keputusan
sebagai berikut, yaitu:

- Penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,

- Berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara,

- Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

- Bersifat konkrit, individual, dan final,

7|Page
- Serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan Hukum Perdata.

Dengan dasar pemikiran yang demikian, maka ketetapan berfungsi menetapkan situasi
hukum yang konkrit dan mempunyai akibat hukum bagi yang dikenai ketetapan tersebut.

2.3 Macam – Macam Tindakan Hukum Publik bersegi satu yang dilakukan
oleh Pemerintah

 Ketetapan atau Keputusan (Beschikking)


Istilah ketetapan di Belanda dikenal dengan nama “beschikking” merupakan suatu
wujud dari tindakan hukum publik bersegi satu yang dilakukan oleh pemerintah. Menurut
Van Der Pot dan Van Vollenhoven, ketetapan adalah suatu tindakan hukum yang bersifat
sebelah pihak, dalam lapangan pemerintahan dilakukan oleh suatu badan Pemerintah
berdasarkan kekuasaan istimewa.

Menurut UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dalam Pasal 1
angka 3 menyebutkan :

“ Keputusan Tata Usaha adalah suatu penetapan tertulis yang dilakukan oleh badan atau
pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara (TUN) yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual,
dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.”

Dengan definisi yang diberikan UU No. 5 Tahun 1986 ini, maka hanya penetapan
tertulis saja yang dapat digugat di pengadilan TUN dengan memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:

a) Konkret, artinya objek yang diputuskan tidak abstrak tapi berwujud tertentu atau
dapat ditentukan, misalnya keputusan pemberian izin mendirikan bangunan (IMB)
untuk si A.
b) Individual, artinya keputusan TUN tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu, baik
nama, alamat maupun hal yang dituju.

8|Page
c) Final, artinya sudah definitif, tidak lagi memerlukan persetujuan atasan dan karenanya
menimbulkan akibat hukum.
d) Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Walau demikian ketetapan yang ada bukan hanya ketetapan tertulis, tetapi ada juga
ketetapan tidak tertulis atau lisan. Ketetapan lisan hanya dapat dibuat bila:

a) Tidak membawa akibat yang kekal


b) Tidak begitu penting bagi administrasi Negara
c) Dikehendaki suatu akibat yang timbul dengan segera
Ketetapan tertulis lebih sering digunakan dengan alasan kebiasaan, di mana apabila
ketetapan tersebut dibuat secara tertulis maka dapat lebih memberikan kepastian hukum.
Ketetapan tertulis harus berisikan:

a) Badan atau pejabat yang mengeluarkan


b) Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan
c) Kepada siapa ditujukan dan apa yang ditetapka di dalamnya jelas bersifat individual,
konkret dan final
d) Menimbulkan suatu akibat hukum bagi seseorang atau suatu badan hukum perdata
Berdasarkan jenisnya, Ketetapan dibedakan atas 2 macam, yaitu:

a) Ketetapan positif
Menurut W.F. Prins, dalam garis besar ketetapan positif yang mempunyai akibat hukum
terbagi atas 5 (lima) golongan:

a. Ketetapan yang pada umumnya baru melahirkan keadaan hukum yang baru
b. Ketetapan yang melahirkan keadaan hukum baru bagi objek yang tertentu
c. Ketetapan yang menyebabkan berdirinya atau bubarnya suatu badan hokum
d. Ketetapan yang memberikan hak-hak baru kepada seseorang atau lebih
e. Ketetapan yang membebankan kewajiban baru kepada seseorang atau lebih
Penggolongan tersebut dibagi berdasarkan akibat hukum yang ditimbulkan dari suatu
ketetapan positif.Jadi ketetapan positif adalah suatu ketetapan yang pada umumnya
menimbulkan suatu keadaan hukum baru baik pembebanan kewajiban baru maupun
pemberian hak baru kepada subjek tertentu. Misalnya Surat keputusan Rektor sebuah
universitas yang mengangkat dosen A sebagai anggota panitia penyelenggara Ujian dinas
Universitas. Akibat hukum dari dikeluarkanny Surat keputusan Rektor tersebut memberikan
suatu kewajiban dan hak bagi dosen A yaitu kewajibannya untuk menguji pegawai-pegawai

9|Page
yang ditunjuk untuk mengikuti ujian dinas dan haknya untuk mendapat honorarium sebagai
akibat dari pengangkatannya tersebut.

b) Ketetapan negatif adalah ketetapan yang:


a. Untuk menyatakan tidak berhak
b. Untuk menyatakan tidak berdasarkan hokum
c. Untuk melakukan penolakan seluruhnya
Ketetapan negatif ini tidak menyebabkan lahirnya suatu hukum yang baru tetapi hanya
hukum yang lahir untuk menyelesaikan suatu masalah/kasus dimana setelah kasus tersebut
selesai maka ketetapan ini pun akan hilang.

Macam-macam ketetapan lainnya:

 Ketetapan deklaratoir dan ketetapan konstitutif


Ketetapan deklaratoir adalah ketetapan yang menyatakan atau menetapkan mengikatnya
suatu hubungan hukum.Misalnya ketetapan yang menyatakan B mendapatkan cuti 12 hari
kerja.

Ketetapan konstitutif adalah ketetapan yang melahirkan/menghapus suatu hubungan


hukum.Misalnya ketetapan tentang pemberhentian pegawai.

 Ketetapan yang Menguntungkan dan Ketetapan yang Membebankan


Ketetapan yang menguntungkan adalah ketetapan yang memberikan hak-hak yang
sebelumnya tidak ada.Misalnya subsidi, pengangkatan pegawai dan sebagainya.

Ketetapan yang membebankan adalah ketetapan yang memberikan suatu beban yang
sebelumnya tidak ada.Misalnya penetapan pajak, pemberhentian pegawai.

 Ketetapan Eenmalig dan Ketetapan Permanen


Ketetapan eenmalig adalah suatu ketetapan yang habis masa berlakunya setelah sekali
dipergunakan, misalnya IMB.

Ketetapan permanen adalah ketetapan yang berlakunya untuk masa yang lama, misalnya
ketetapan pemberhentian pegawai.

 Ketetapan Terikat dan Ketetapan Bebas


Ketetapan yang terikat adalah ketetapan yang sudah ditentukan oleh peraturan=
dasar.Misalnya ketetapan pemberian izin cuti.

10 | P a g e
Ketetapan bebas adalah ketetapan yang oleh peraturan dasar diberikan kebebasan kepada
pejabat TUN untuk/tidak mengeluarkan suatu ketetapan. Misalnya pemberian subsidi BBM
tergantung kepada anggaran negara.

Berdasarkan hubungan yang diatur, ketetapan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1) Ketetapan Intern adalah ketetapan yang dibuat untuk mengatur hubungan dalam
lingkungan badan pemerintah yang membuatnya.Misalnya keputusan pemberian cuti
tahunan 12 hari kerja kepada seorang pejabat TUN yang diberikan oleh atasannya.
2) Ketetapan Ekstern adalah ketetapan yang mengatur hubungan antara Pemerintah
dengan seorang warga negaranya atau antara pemerintah dengan badan swasta seperti
surat izin perumahan.
Ketetapan ini bukan hanya dapat dibuat oleh badan pemerintahan saja tetapi juga oleh
badan pembuat undang-undang (badan legislatif) dan hakim.Ketetapan yang dibuat bersifat
kasuistis artinya ketetapan tersebut dibuat untuk menyelesaikan suatu kasus/permasalahan.

Dalam pembuatan suatu ketetapan harus ada persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:

1. Ketetapan harus dibuat oleh badan yang berwenang membuatnya


2. Ketetapan harus dibuat tanpa adanya unsur paksaan, kekeliruan dan penipuan
3. Ketetapan yang dibuat harus memperhatikan bentuk dan prosedur yang telah
ditetapkan dalam peraturan dasar
Isi dan tujuan ketetapan harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya

Jika suatu ketetapan dianggap tidak sah, maka akan ada 3 jenis akibat yang dapat
timbul, yaitu:

a. Ketetapan tersebut dinyatakan batal berarti bahwa bagi hukum akibat perbuatan yang
dilakukan tersebut dianggap tidak pernah ada. Misalnya Si A telah diangkat menjadi
PNS berdasarkan Surat Keputusan Pengangkatan yang dikeluarkan oleh dinas
kepegawaian. Akan tetapi setelah dikeluarkan SK tersebut dinas kepegawaian
menemukan adanya suatu kecurangan saat penerimaan si A menjadi PNS, maka SK
pengangkatan tersebut dianggap batal dan jabatannya sebagai PNS dianggap tidak
pernah ada.

11 | P a g e
b. Ketetapan tersebut dinyatakan batal demi hukum berarti, bahwa akibat suatu
perbuatan, untuk sebagian atau seluruhnya bagi hukum dianggap tidak ada tanpa suatu
keputusan hakim atau badan pemerintah yang berkompeten menyatakan pembatalan
sebagian atau seluruh akibat itu.
c. Ketetapan tersebut dapat dibatalkan berarti, bahwa bagi hukum perbuatan tersebut
yang dilakukan dan akibatnya dianggap ada sampai waktu pembatalan oleh hukum
atau oleh suatu badan pemerintahan lain yang berkompeten.
Suatu ketetapan yang sah mempunyai kekuatan hukum dimana kekuatan hukum ini
dibedakan atas 2 (dua) yaitu:

1. Kekuatan hukum formal artinya suatu ketetapan mempunyai kekuatan hukum formal
bilamana ketetapan itu tidak lagi dapat dibantah dan ditarik oleh suatu alat adminitrasi
negara karena ketetapan tersebut telah memenuhi syarat-syarat undang-undang
tentang berlakunya suatu ketetapan dimana hak banding bagi pihak yang dikenai
ketetapan tersebut tidak dapat dipakai.
2. Kekuatan hukum materiil artinya suatu ketetapan mempunyai kekuatan hukum
materiil bilamana ketetapan itu dapat dibantah dan ditarik kembali oleh alat
administrasi negara yang membuatnya dimana ketetapan ini dikeluarkan berdasarkan
asas kebebasan bertindak dan memungkinkan untuk menggunakan hak banding
kepada pihak yang dikenai.
 Peraturan Kebijaksanaan
Peraturan Kebijakan adalah peraturan yang sesungguhnya bukan dibuat oleh pembuat
UU yang diumumkan kepada publik sebagai langkah-langkah yang dilakukan oleh
pemerintah untuk melaksanakan ketentuan UU. Peraturan Kebijakan ini dibuat berdasarkan
atas asas kebebasan bertindak (Freis Ermessen). Dalam praktek pelaksanaannya, Peraturan
Kebijakan ini dapat dibuat dalam bentuk keputusan, pengumuman, instruksi ataupun surat
edaran.

Penerapan Peraturan Kebijaksanaan harus memperhatikan :

a. Sesuai dan serasi dengan undang-undang yang memberikan kebebasan bertindak.


b. Sesuai dengan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB).
c. Sesuai dan serasi dengan tujuan yang hendak dicapai.

 Perencanaan

12 | P a g e
Perencanaan yaitu keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari
pada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan
yang telah ditentukan. Perencanaan merupakan fungsi organik pertama dari administrasi dan
manajemen karena tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha pencapaian tujuan.

Perencanaan terbagi dalam tiga kategori yaitu :

a. Perencanaan informatif (Informatieve Planning) yaitu rancangan estimasi mengenai


perkembangan masyarakat yang dituangkan dalam alternatif-alternatif kebijakan
tertentu. Rencana semacam ini tidak memiliki akibat hukum bagi warganya.
b. Perencanaan indikatif (Indicatieve Planning) yaitu rencana yang memuat kebijakan-
kebijakan yang akan ditempuh dan mengindikasikan bahwa rencana itu akan
ditempuh. Kebijakan ini masih perlu diterjemahkan dalam keputusan-keputusan
operasional atau normatif. (memiliki akibat yang tidak langsung).
c. Perencanaan Operasional (Operationele Planning) yaitu rencana-rencana yang terdiri
dari persiapan –persiapan, perjanjian-perjanjian, dan ketetapan-ketetapan. Misalnya
RTRK, rencana Subsidi, rencana pengembangan kota, dll. (memiliki akibat hukum
langsung baik bagi pemerintah maupun warganya.

 Regeling
Peraturan adalah suatu tindakan pemerintah yang berupa pengaturan yang bersifat
umum dan abstrak yang artinya tindakan pemerintah ini berlaku untuk seluruh
masyarakat dan dibuat untuk menyelesaikan hal-hal yang belum dapat diketahui terlebih
dahulu dan mungkin akan terjadi. Pengaturan ini dapat berbentuk undang-undang,
peraturan pemerintah, peraturan menteri dsb.

2.4 Contoh Tindakan Pemerintah Bersegi Satu Menurut Hukum Publik

 121 Honorer dan 394 Guru Bantu jadi CPNS


Sebanyak 121 tenaga honorer daerah Pemerintah Kabupaten Lamongan Selasa
(21/10) menyambut gembira pengumuman pengangkatan mereka menjadi Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) formasi tahun 2008. Salah seorang karyawan di Bagian Humas dan

13 | P a g e
Protokol Rustamadji menyatakan senang akhirnya diangkat CPNS setelah bekerja sebagai
penyiar dan kamerawan kegiatan Pemerintah Daerah Lamongan selama lima tahun.

Pengangkatan CPNS dan SK CPNS akan menunggu proses pemberkasan selesai


dan keputusan lebih lanjut dari BKN. Semua CPNS harus melengkapi persyaratan
administrasi agar tidak terjadi keterlambatan dan perlu revisi karena adanya berkas tidak
lengkap.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Kabupaten Lamongan Aries Wibawa


mengatakan Kabupaten Lamongan mendapat kuota mengangkat sebanyak 551 oarng
CPNS, terdiri 121 tenaga honorer dan sisanya lewat jalur umum sebanyak 356 orang dan
Sekretaris Desa sebanyak 74 orang. Sementara seleksi CPNS jalur umum dilaksanakan
pada November mendatang. Kuoata tersebut sesuai surat Badan Kepegawaian Negara
tertanggal 23 September 2008 Nomor E.26-30/V.114.8/99 terkait revisi daftar nama
tenaga honorer.

Badan Kepegawaian Daerah mulai Rabu (22/10) akan memberikan pembekalan


terhadap 121 tenaga honorer dario 25 instansi di lingkungan Pemkab Lamongan 44 orang
diantaranya dari dinas pendidikan. Golongan yang akan ditentukan untuk Sekdes yaitu
paling tinggi SLTA atau II (b), Sekdes akan menerima gaji bulanan sesuai golongan dan
tambahan kesejakhteraan. Sekdes yang berusia berusia diatas 51 tahun per Oktober akan
diberikan uang pensiun terhitung masa kerjanya, dan maksimal akan diberikan senilai Rp
20 juta untuk masa kerja selama 20 tahun.

Sementara itu sebanyak 394 guru bantu telah menerima Surat Keputusan (SK)
CPNS. Secara simbolis SK diberikan kepada Rufi ah guru TK Kembangbahu, Rachmatun
guru SD, Muntiqoh guru SMP, M Yatmin Heri guru SMA dan Sugeng Mujari guru SMK
Negeri 2 Lamongan oleh Bupati Lamongan Masfuk. Penandatanganan ratusan SK
tersebut telah dikebut sehingga bisa keluar semua.Masfuk berharap agar pendidik tidak
terpaku pada pakem saja. Hidup jangan rata-rata, karena kalau hanya rata-rata tidak akan
ada prestasi yang diraih, katanya berpesan.

 Dua PNS di Ende Dipecat

14 | P a g e
Rofinus Noe dan Mohamad Aqsa telah diberhentikan dengan tidak hormat sebagai
pegawai negeri sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Ende di Flores, Nusa Tenggara
Timur.Keduanya diberhentikan terhitung 22 Juli 2008.Rofinus terakhir bertugas di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil, sedangkan Mohamad Aqsa di Kantor Kecamatan
Kotabaru.

Keduanya telah meninggalkan tugas lebih dari enam bulan berturut-turut.Sanksi


yang dijatuhkan terhadap mereka mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1979 tentang Pemberhentian PNS.

Namun, Rofinus dan Aqsa menolak keputusan itu dan tak bersedia menerima surat
keputusan pemberhentian yang diberikan kepada yang bersangkutan. Meski Rofinus dan
Aqsa tak mau menerima SK pemberhentian itu, mereka tetap mempunyai hak jika
keberatan dapat mengadu ke BPK (Badan Pertimbangan Kepegawaian) di Badan
Kepegawaian Nasional di Jakarta.Tapi, waktunya hanya 14 hari sejak SK dikeluarkan,
mereka harus segera mengajukan pengaduan ke BPK.

 Wajib Belajar 12 Tahun Dirintis Mulai 2012


JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mulai tahun 2012 merintis terwujudnya
wajib belajar 12 tahun. Sebagai langkah awal, siswa SMA/SMK juga bakal mendapat
kucuran dana bantuan operasional sekolah seperti yang selama ini diberikan kepada siswa
jenjang pendidikan dasar SD dan SMP.

”Anggaran pendidikan nasional beberapa tahun ke depan cukup tinggi,” kata


Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, Senin (26/9). Karena itu, setelah biaya
operasional sekolah (BOS) SD dan SMP terpenuhi, pemerintah berupaya memberikan
BOS kepada SMA/SMK dan madrasah aliyah (MA) supaya wajib belajar 12 tahun
terwujud. Menurut Nuh, pendidikan di jenjang SMA/SMK/MA dirasakan masih sulit
dijangkau karena masalah biaya sekolah. Hal ini terlihat dari angka partisipasi kasar
(APK) pendidikan menengah tahun 2009/2010 yang baru mencapai 69,6 persen. ”Karena
itu, untuk mengatasi kendala keterjangkauan, diberikan dana BOS untuk setiap siswa
SMA, SMK, dan MA,” kata Nuh.

15 | P a g e
Pada tahap rintisan ini, dana BOS yang diberikan pada 2012 sebesar Rp 200.000
per siswa. Saat ini ada sekitar sembilan juta siswa di jenjang pendidikan menengah
sehingga dana yang dibutuhkan sekitar Rp 1,8 triliun.

Tingkatkan kapasitas

Untuk mempersiapkan wajib belajar 12 tahun, Nuh mengatakan, pihaknya juga akan
menambah kapasitas SMA dan SMK pada tahun 2013. Apabila wajib belajar 12 tahun
diberlakukan, APK SMA/SMK yang saat ini 69,6 persen diyakini akan naik. Jika APK naik
10 persen saja, sudah ada tambahan 900.000 siswa baru.Konsekuensinya, perlu ruang kelas
baru dan penambahan guru.

”Diharapkan nantinya di setiap kecamatan ada SMA atau SMK negeri yang baru,” ujarnya.

Secara terpisah, Raihan Iskandar, anggota Komisi X DPR, mengatakan, rencana pemerintah
menyelenggarakan program rintisan BOS untuk sekolah menengah atau rintisan wajib belajar
12 tahun mulai tahun 2012, perlu diikuti dengan kesiapan aparat pemerintah. ”Pemerintah
perlu melakukan sosialisasi dan memberikan penyadaran kepada setiap penyelenggara
pendidikan untuk tidak melakukan pungutan dan komersialisasi,” kata Raihan.

Menurut Raihan, pemerintah juga harus mengantisipasi berbagai persoalan yang bisa
menghambat terwujudnya program ini, misalnya persoalan mekanisme penyaluran dana BOS
SMA. Semua celah potensi penyalahgunaan dana harus diatasi. ”Rintisan program wajib
belajar 12 tahun ini harus benar-benar tepat sasaran,” ujarnya.(ELN/LUK)

 Purnawirawan Gugat SK Panglima TNI-AD


Ratusan orang terdiri dari para purnawirawan TNI bersama keluarganya
menggelar apel akbar peringatan hari ulang tahun (HUT) TNI ke-65, Selasa, (6/10/2010).
Apel akbar tersebut digelar didepan Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat, Jalan
Kenderal Sudirman Makassar.Purnawirawan TNI bersama keluarga besarnya itu
merupakan anggota organisasi Forum Koordinasi Penghuni Rumah Negara (FKPRN)
Kemhan-Polri, Pengda Sulawesi Selatan. Dalam peringatan HUT TNI itu, mereka
menggugat SK Kasad bernomor 409/2010 yang ditandatangani oleh Jenderal TNI George
Toisutta.

16 | P a g e
Ketua FKPRN Pengda Sulsel, Letkol Gultom menegaskan, SK tentang
kepemilikan rumah Negara itu telah merampas hak purnawirawan. Banyak UU yang
dilangar dengan munculnya SK tersebut. Seperti UU 72 tahun 1957 tentang penjualan
rumah Negara kepada pegawai negeri serta UU nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan
dam pemukiman, tegas Gultom kepada wartawan di Makassar.Makanya itu,
Purnawirawan meminta kepada Presiden SBY agar SK Kasad yang dikeluarkan Agustus
lalu dicabut kembali. Alasannya, banyak para purnawirawan yang umumnya prajurit kecil
saat ini belum memiliki rumah pribadi.

Dengan SK tersebut, akan menutup peluang ribuan purnawirawan memiliki rumah


pribadi.FKPRN juga meminta SBY untuk mengambil alih masalah tersebut, karena
purnawirawan sejak awal kepemimpinan SBY, mereka mengalami banyak masalah. Baik
intimidasi maupun kekerasan secara langsung termasuk penggusuran.FKPN juga
mendukung Panja asset tanah/rumah negara Komisi I DPR RI dilingkungan Kemenhan
untuk menyelesaikan rumah yang mereka huni saat ini.

Pada poin terakhir, FKPRN Sulsel yang terdiri dari sekitar 1500 KK ini
memberikn ultimatum akan melakukan perlawanan terhadap semua kebijakan yang akan
mengambil rumah mereka. Hal itu dilakukan guna mempertahankan hak-hak mereka
sebagai mantan prajurit TNI.

17 | P a g e
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1) Arti dari tindakan pemerintahan yaitu pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat secara
spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi dan rendahan.

 Hukum Administrasi Negara merupakan sekumpulan peraturan yang memberikan


wewenang kepada administrasi negara untuk mengatur masyarakat.Hal itu dapat
diartikan bahwa administrasi negara mempunyai fungsi mengatur warga masyarakat
dengan mendapat wewenang dari Hukum Administrasi Negara sebagai landasan
hukum.
 Perbuatan administrasi negara terdiri atas feitelijke handelingen (tindakan nyata) dan
rechts handelingen (tindakan hukum). Tindakan hukum TUN ada dua macam, yairu
sebagai berikut :
2) Tindakan hukum TUN berdasar hukum perdata (hukum privat), misalnya menyewakan
ruangan (Pasal 1548 BW), jual beli (Pasal 1457 BW) ataupun perjanjian kerja (BK III BW)
yang dilakukan oleh pejabat TUN untuk kepentingan jabatan.

3) Tindakan hukum TUN berdasarkan hukum publik, yaitu tindakan menurut hukum publik
yang bersifat sepihak yang dilakukan oleh badan atau pejabat TUN dalam rangka
melaksanakan urusan pemerintahan dengan maksud menimbulkan akibat hukum.

 Tindakan Hukum TUN berdasarkan hukum publik terbagi atas 4 yaitu ketetapan
(Beschikking), Kebijakan, Perencanaan dan Peraturan (Regeling).

18 | P a g e
ARTIKEL 2
TINDAK ADMINISTRASI NEGARA, KEPUTUSAN AN DAN
PERMASALAHANNYA
Pd mulanya : tugas pemerintah adalah hanya membuat dan mempertahankan hukum atau
menjaga ketertiban dan keamanan saja/ orde en rust (Koentjoro Purbopra noto );

Sekarang, dalam negara hukum modern : tugas pemerin tah tdk hanya membuat dan
mempertahankan hukum, tetapi juga menyelenggarakan kepentingan umum (public service)
sebagaimana dikemukakan Kranenburg.

Pemerintah welfare state diberi lapangan pekerjaan yang sangat luas untuk
menyelenggarakan kepentingan umum (kesehatan, pengajaran, pe rumahan, pembagian tanah
. Menurut Lemaire : negara menyelenggarakan Bestuurszorg (penyelenggaraan kesejahteraan
umum yg dilaks pem, dimana pemerintah turut serta secara aktif dalam kehidupan
masyarakat.

Irving Swerdlow :

administrasi negara pada negara kesejahteraan saat ini ditandai dengan banyaknya campur
tangan penguasa ke dalam kehidupan masyarakat.

Dalam rangka penyelenggaraan kepentingan umum (pada negara welfare state):

Pejabat Adm. Negara melakukan

Tindak Administrasi Negara/

Perbuatan Administrasi Negara (Rechtshandelingen/ Bestuursdaad)

Campur Tangan Pemerintah dalam Negara Kesejahteraan (Irving Swerdlow):

Operasi langsung (operations) : pemerintah menjalankan sendiri kegiatan pemerintahan;

Pengendalian langsung (direct control) : pemerintah memberikan berbagai perizinan, tarif


dsb.

Pengendalian tak lsg (indirect control) : pemerintah memberikan pengaturan.

Pemengaruhan langsung (direct influence) : memberikan persuasi dan nasehat kpd


masyarakat agar turut sec aktif dlm penyelenggaraan kesejahteraan.

Pemengaruhan tak langsung (indirect influnece) : campur tangan yg paling ringan dg


memberikan informasi, menjelaskan kebijakan2 pemerintah

19 | P a g e
TINDAK AN/PERBT AN (Bestuursdaad /Rechtshandelingen)

Seorang Pej AN setelah mendapat pelekatan kewenangan secara sah, mk barulah ia dpt
melakukan tugasnya, yg disbt tindak/ perbuatan AN :

1. Perbt Materil (non hukum):

yaitu menjlnkan fungsi AN dan tdk menimbulkan akibat yg diatur oleh hukum;

2. Perbt Hukum ( yuridis ) :

menyel fungsi Hk AN dan bila tdk ditaati memp sanksi yg diatur hukum.

Perbuatan Hukum :

1. Hk.Privat;

2. HK Publik :

a. bersegi dua : perj yg diatur oleh hk publik, namun berdsrkan kesepktan kedua belah
pihak

20 | P a g e
b. bersegi satu :

1) Pengaturan (regerings besluit): umum,abstrak, terus menerus (dauer haftig) : Perat


Per-UU-an;

2) Penetapan/Keputusan (Beschikking) : individual,konkrit, sekali selesai (einmalig).


Kepts dpt dibuat di bid. Keks Per-uu-an (UU APBN, Ratifikasi), Keks kehakim (vonnis),
Keks Administratif (beschiking)

TINDAK HUKUM PUBLIK BERSEGI DUA :

Adalah perjanjian yg diatur oleh hk publik, namun tetap kesepakatan awal bedsrkan hk
perdata, krn adanya kesepakatan dr kedua belah pihak.

TINDAK HUKUM PUBLIK BERSEGI SATU :

adalah tindakan hkm sepihak di bidang Pemerintahan yg

berasal dan dijlnkan oleh organ penguasa (bdn Pem) ber

dasarkan wewenang yg luar biasa. Jadi terdiri dr 4 unsur:

a. Tindakan hukum

b. Sepihak;

c. Di bidang Pemerintahan;

d. Di buat dan dijlnkan oleh organ penguasa;

e. Berdsrkan wewenang yg luar biasa.

B .Guy Peters :

fungsi rules application dikatakan sebagai aktivitas menyel. undang-undang secara


konkrit, kasual dan individual, dalam bentuk keputusan.

Dibandingkan dengan keputusan yang dihasilkan oleh organ legislatif, maka keputusan
yang dihasilkan oleh Administrasi Negara jauh lebih banyak.

( H.W.R.Wade and C.F.Forsyth, Administrative Law, seventh edition, Oxford : Calrendon Perss, 1994, p.
859 )

Keputusan administrasi negara didefinisikan sebagai sebuah tindakan hukum yang


bersifat sepihak dalam bidang pemerintahan, dilakukan oleh badan pemerintah berdasarkan
wewenang yang luar biasa. Salah satu bentuk Keputusan adalah IZIN.

(Prins dan Kosim Adisapoetra, Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, cetakan ke enam, Jakarta : PT
Pradnya Paramitha, 1987)

Keputusan merupakan salah satu bentuk dari tindak administrasi negara yang dijalankan oleh
pejabat administrasi negara.
21 | P a g e
Klasifikasi tindak administrasi negara :

 Pertama, dilihat dari segi sifat, terdapat tindak administrasi negara yang bersifat
perintah, pelayanan dan pembangunan.
 Kedua, dilihat dari segi akibat, ada tindak administrasi negara yang berakibat hukum
dan ada pula yang tidak berakibat hukum.
 Ketiga dilihat dari segi daya laku, tindak administrasi negara dapat berdaya laku
umum dan dapat pula berdaya laku khusus (individual).
 Keempat, dilihat dari segi oposabilitas (dapat ditentang), tindak administrasi negara
ada yang intern dan ada yang ekstern.
 Kelima, dari segi manifestasi kehendak, tindak administrasi negara dapat berbentuk
unilateral, bilateral dan multilateral.
 Keenam, dilihat dari segi struktur, tindak administrasi negara ada yang berstruktur
sederhana dan kompleks. Ketujuh, dilihat dari jangka waktu berlakunya, tindak
administrasi negara ada yang jangka waktu berlakunya hanya satu kali dan saat itu
(eenmalig) dan ada tindak administrasi negara yang jangka waktu berlakunya terus
menerus (dauerhaftig).
(Safri Nugraha etal, Hukum Administrasi Negara, Badan penerbit FHUI, 2005)

Keputusan adm. negara dpt dibtk dlm posisi selaku pej.pemerintah dan dapat juga selaku
pejabat administrasi negara.

Selaku pejabat pemerintah, kept.Adm.neg. tdk dirasakan efeknya oleh warga masy. secara
langsung, karena kept. pejabat pemerintah (regeringsbesluit) bersifat umum, abstrak dan
impersonal (pengendalian tak langsung);

Kep adm. negara selaku pejabat administrasi negara memp.efek langsung krn Kep.Adm.Neg
(administrative beschikking) bersifat individual, kasual & konkrit (pengendalian langsung)

Setiap Keputusan Pemerintah mengandung suatu pengaturan (Regeling)

Setiap Keputusan Administrasi Negara mengandung suatu penetapan (Beschikking).

Bentuk dr Keputusan sangat beragam :

a. Keputusan wajib: (Perat.Perundng2an/Regeling);

b. Keputusan harus (menurut konsekuensi logika/Beleidsregel) :

SE, surat pemberitahuan, surat nota, juklak, juknis, pedoman;

c. Keputusan berbentuk formal/Beschikking (besluit, SK).

Dalam penyelenggaraan negara, kep.adm.negara mrpkn kept. terbanyak yg dibuat olh


adm.negara daripd kept. yg dibuat oleh organ negara lainnya.

Keputusan tsb dibuat oleh para pejabat adm. neg yg didsrkan atas pengangkatn ,bukan
pemilihan.

22 | P a g e
Pengaruh keputusan tsb sangat besar terhadap perkembangan masyarakat.

Pembuatan kept. sangat bergantung pada kemampuan orientasi dan nilai para pejabat yg
berakar pd latar belakang, pendidikn & pelatihan para pejabat tsb. ( Frederick C. Mosher,
Democracy and the Public Service).

Penetapan (Beschikking) menurut Prayudi

mrpk perbuatan hukum sepihak yg bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat adm
negara yang berwenang, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
bersifat konkrit, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata.

VALIDITAS KEPTSN (Van Der Pot)

Keputusan dibuat oleh organ yang berwenang.

Seringkali terjadi ketidak berwenangan dalam membuat keputusan (de incompetentie) yg


dpt berupa:

(a) tidak berwenang ratione materiae (isi atau pokok atau objek). Artinya seorang pej
mengeluarkan kep. tentang materi yang menjadi wewenang pejabat lain;

(b) tidak berwenang ratione loci. Artinya dr segi wilyh atau tempat, bukan menjadi kewen
pejabat ybs;

(c) tidak berwenang ratione temporis. Artinya berlaku atau dikeluarknnya suatu kept. yg
menyimpang dr seharusnya waktu berlakunya kewenangan.

Dalam pembtkn kep, kehendak dr organ pemerintah yg mengeluarkan kep tdk boleh
mengandung cacat yuridis/ kekurangan yuridis, yg dpt disebabkan oleh salah kira (dwaling),
adanya paksaan ataupun adanya tipuan, yang mempengaruhi berlakunya keputusan.

Kept hrs diberi btk sesuai dg perat yg menjadi dsrnya, yg dpt berbtk: (a) lisan (mondelinge
beschikking) yg dibuat dlm hal akibatnya tdk membawa akibat lama dan tdk begitu penting
bg adm neg dan biasanya dikehendaki suatu akibat yg timbul dg segera, (b) tertulis
(schriftelijke beschikking), sering digunakan krn penting dlm penyusunan alasan ataupun
motivasi.

Isi dan tujuan dr kep yg dibuat sesuai perat yg mnjd dsr nya. Syarat ini hrs dipenuhi dlm neg.
hkm.

Keputusan ada dua bentuk, yaitu :

a. Kepts Negatif : berisi penolakan thd permohonan masy krn tdk terpenuhinya syarat
tertentu, jadi dpt diulang.

b. Kepts Positif : pengabulan suatu permohonan baik seluruhnya maupun sebagian, terdiri
dari :

23 | P a g e
1. Kepts yg menciptakan keadaan hk baru pd umumnya( Kepts ttg pengangkatan PNS ) ;

2. Kpts yg menciptakan keadaan hk baru utk objek ttt ( penetapan ujung kulon sbg cagar
alam );

3. Kepts yg membentuk / membubarkan badan hukum;

4. Kepts yg membebani orang/badan hukum ttt;

5. Kepts yg menguntungkan : dispensasi, izin, lisensi dan konsesi.

KEPTS YG MENGUNTUNGKAN

 DISPENSASI :
Adalah pengabulan oleh pem thd permohonan masy, shg menyebabkan suatu keharusan
menjadi tidak berlaku.

 IZIN :
Adalah pengabulan oleh pem thd permohonan masy, shg menyebabkan suatu larangan
menjadi tidak berlaku.

 LISENSI :
Pengabulan oleh pemerintah bagi masy yg mengajukan permohonan untk mendirikan suatu
perusahaan.

 KONSESI:
Spt lisensi tetapi dg kewen dan wil yg sangat luas berlakunya.

 IZIN
Izin merupakan perkenan bagi suatu tindakan yang karena alasan kepentingan umum
mengharuskan pengawasan khusus dari Pemerintah.

Jadi tindakan-tindakan yang diperkenankan tersebut pada dasarnya merupakan larangan dari
undang-undang (Ten Berge)

Izin merupakan instrumen yang paling banyak digunakan dlm hukum adm.negara.
Pemerintah menggunakan izin sbg sarana untuk mengendalikan tingkah laku dan tindakan
warga masyarakat.

Izin merupakan suatu tindakan pengecualian yang diperkenankan thd suatu larangan dari
suatu UU

Pengecualian tersebut dapat diteliti dengan memberi batasan-2 tertentu bagi pemberian izin
tertentu.

24 | P a g e
Dg dmkn penolakan izin dpt dilakukan jika kriteria yang ditetapkan oleh penguasa tdk
dipenuhi atau bila karena suatu alasan tdk mungkin mberi izin kpd semua orang .

Jd penguasa mberi alasan kesesuaian tuj (doelmatig heid) yg dianggap perlu utk menjalankan
pemberian izin sec restriktif dan mbatasi jml pemegang izin.

Hageenars – Dankers

izin (vergunning) adalah keputusan (beschikking) yang diberikan pada suatu kegiatan
(aktivitas) berdasarkan peraturan perundang-undangan (algemene verbindende voorschriften)
yang mengharuskan prosedur tertentu guna pelaksanaan aktivitas dimaksud.

Pada umumnya aktivitas dimaksud tidak dilarang namun secara prosedural mengharuskan
prosedur administratif, tanpa izin aktivitas dari padanya dilarang.

WF Prins:

izin disebut dengan istilah “verguning” termasuk kategori izin publik, merupakan
penetapan dari suatu larangan yang ditetapkan oleh undang-undang.

Izin merupakan perkenan dari penguasa kepada orang yg memohon utk melakukan
tindakan tertentu yg pada dasarnya dilarang dalam suatu undang-undang;

Prayudi :

Izin merupakan penetapan (beschikking), yg diartikan mrpk suatu perbuatan hukum


sepihak yang bersifat administrasi negara, yang dilakukan oleh suatu instansi atau badan
pemerintah (penguasa) yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu berdsrkan wewn
khusus.”

(Prayudi Atmosudirdjo: Hk.Adm. Negara, Pradnya Paramitha,1997).

 UNSUR IZIN
Adanya perbuatan hukum : sebagai perbuatan hukum, maka ketetapan melahirkan hak dan
kewajiban bagi pihak tertentu;

Bersifat sebelah pihak : ketetapan merupakan perbuatan sebelah pihak yang berdasarkan
hukum publik (Publiekrechtelijk ). Berarti perbuatannya mencerminkan kehendak satu pihak
saja, yaitu pemerintah yang memp. wewenang, sehingga walaupun bersifat sebelah pihak
tetap mengikat umum.

Dalam lapangan pemerintahan : yang membuat ketetapan dan yang melaksanakan peraturan
adalah fungsi dari pemerintah yang dilakukan oleh badan pemerintah (eksekutif), bukan oleh
peradilan (yudikatif) atau bukan juga oleh pembuat peraturan perundang-undangan
(legislatif). Dengan perkataan lain, ketetapan adalah perbuatan pemerintah (overheid) yang
khusus berada dalam lapangan pemerintahan yang dilakukan oleh organ-organ atau badan-
badan pemerintah (bestuur).

25 | P a g e
Berdasarkan kekuasaan khusus : kekuasaan khusus adalah kekuasaan yang diperoleh dari
undang-undang yang diberikan khusus kepada pemerintah saja dan tidak diberikan kepada
badan-badan lainnya (legislatif dan yudikatif).

 Dispensasi (Hagenaars – Dankers)


dispensasi (Dispensatie) adalah keputusan (beschikking ) yang membebaskan sesuatu
perbuatan dari pelarangan undang-undang (yang menimbulkan keharusan/kewajiban).

Jadi pada hakekatnya menolak perbuatan yang dihrskan oleh undang-undang atas izin
Pemerintah.

Misalnya dispensasi diberikan kepada seorang anak perempuan untuk kawin di bawah batas
usia tertentu.

 Konsesi
konsesi (concessie) sebenarnya mrpk bentuk khusus dari beschikking yg mrpk sbuah izin yg
diberikan kepada suatu aktivitas yg pd umumnya terpaut dgn kepent. umum (publik) dan
orang banyak, namun diberikan kepada swasta atau BUMN/BUMD (Hagenaars – Dankers)

Pada dasarnya tindakan tersebut tanpa izin akan dilarang.

Menurut Van Wijk concessie diberikan bagi aktivitas yang berkaitan dengan “openbaar
belang” yang tidak mampu dijalankan sendiri oleh Pemerintah, lalu diserahkan kepada
perusahaan swasta.

Penerima konsesi pada hakekatnya mengambil alih sebagian misi bestuurszorg dari adm.
negara sehubungan dgn tipe negara kesejahteraan modern (modern welfare state).

Jd konsesi berhubungan dgn tindakan yang oleh penguasa dianggap sangat perlu, namun
dibiarkan dilakukan oleh perusahaan swasta dengan diberikan syarat tertentu.

Karena itu pemegang konsesi dibebani dengan kewajiban tertentu dan pada sisi lain
ditetapkan pula hak-hak tertentu dari pemegang konsesi.

Jadi konsesi didsrkan pada suatu persetujuan, dmn hak dan kewajiban kedua belah pihak
dicantumkan. Kadang kala konsesi diberikan dlm btk KONTRAK.

 Lisensi
Pengabulan oleh pemerintah bagi masyarakat yang mengajukan permohonan untuk
mendirikan suatu perusahaan.

26 | P a g e
Prayudi : lisensi mrpk Izin utk melakk suatu yg bersifat komersial yg mendtgkan laba.
Berasal dr AS dg istilah “Licence” yg digunakan pd perdagangan yg terikat dg Devisa, shg
setiap importir memerlukan lisensi utk dpt mengimpor barang dan jasa.

 Keputusan yang tidak sah :


1. Batal (nietig) atau Batal Mutlak (absoluut nietig):

Pembatalan oleh hakim krn adanya kekurangan esensil,bagi hukum akibat suatu perbuatan
yg dilakukan dianggap tidak ada ( EX TUNC ).

2. Batal demi hukum (nietig van rechtswege) :

Pembatalan tanpa diperlukan putusan hakim atau badan pemerintah lainnya, bagi hukum
akibat suatu perbuatan untuk sebagian atau seluruhnya dianggap tidak ada ( EX TUNC )

3. Dapat dibatalkan (vernietigbaar) :

Pembatalan oleh hakim atau badan pemerintah lainnya, krn ada suatu kekurangan, bg hkm
perbuatan yg dilakkn akibatnya dianggp sah smp wkt pembtlan ( EX NUNC )

 Pencabutan Keputusan :
1. Keputusan yg dibuat krn tipuan, setiap wkt dpt dinyatakan tidak berlaku secara ab-ovo
(sejak awal dianggap tdk ada)

2. Keputusan yg isinya blm diberathukan kpd ybs, yg berarti blm melahirkan hub hukum, dpt
dinyatakan tdk berlaku secara ab-ovo.

3. Kept yg menguntungkan yg diberikan dg syarat, dpt dicabut bila persyaratan dilalaikan.

4. Kept yg menguntungkan tdk dpt dicabut setlh jk wkt ttt, kalau dg pencabutan
menyebabkan keadaan yg semula sah menjadi tidak sah.

5. Bila sbg akibat kept yg tdk benar terjadi keadaan tdk sah.Keadaan tdk sah ini tdk blh
dicabut, bila yg terkena akibat pencabutan akan dirugikan.

6. Pencabutan hrs memenuhi persyartn yg sm spt wkt pembtn

27 | P a g e
ARTIKEL 3
 Tindakan Pemerintah Bersegi Satu Menurut Hukum
Publik

BAB I

LATAR BELAKANG

HAN merupakan sekumpulan peraturan yang memberi wewenang kepada pemerintah untuk
mengatur masyarakat yang artinya pemerintah mempunyai fungsi untuk mengatur
masyarakat dengan mendapatkan wewenang dari HAN sebagai landasan hukum.

Dalam menjalankan fungsinya mengatur masyarakat, pemerintah melakukan bermacam-


macam perbuatan/tindakan untuk menyelenggarakan kepentingan umum. Tindakan
pemerintah tersebut yang disebut juga Bestuurs handeling adalah tindakan yang dilakukan
oleh alat perlengkapan pemerintah/penguasa dalam tingkat tinggi dan rendahan secara
spontan dan mandiri untuk memelihara kepentingan negara dan rakyat.

Peran pemerintah dalam tata usaha negara adalah sangat penting, ada beberapa tindakan yang
harus dilaksanakan oleh pemerintah dalam hukum administrasi negara. Tindakan Pemerintah
itu ada 2 macam, yaitu :

1.             Tindakan Hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Hukum Perdata atau Hukum
Privat.

2.             Tindakan Hukum Tata Usaha Negara berdasarkan Hukum Publik yaitu tindakan
Hukum Publik yang bersegi satu dan bersegi dua.

Dalam makalah ini kelompok kami akan mengangkat topik mengenai Tindakan Hukum
Publik Bersegi satu yang dilakukan oleh Pemerintah.

28 | P a g e
BAB II

RUMUSAN MASALAH

1.    Apakah itu tindakan pemerintah?

2.    Apakah yang dimaksud dengan tindakan pemerintah menurut hukum publik bersegi
satu?

3.    Macam-macam tindakan pemerintah menurut hukum publik bersegi satu dalam
prakteknya?

4.    Contoh Tindakan Pemerintah Bersegi Satu Menurut Hukum Publik

BAB III

PEMBAHASAN

I.              TINDAKAN PEMERINTAH

Hukum Administrasi Negara menurut E. Utrecht diartikan sebagai himpunan peraturan-


peraturan tertentu yang menjadi sebab negara berfungsi. Dengan kata lain Hukum
Administrasi Negara merupakan sekumpulan peraturan yang memberikan wewenang kepada
administrasi negara untuk mengatur masyarakat. Hal itu dapat diartikan bahwa administrasi
negara mempunyai fungsi mengatur warga masyarakat dengan mendapat wewenang dari
Hukum Administrasi Negara sebagai landasan hukum.

Perbuatan administrasi negara yang disebut juga bestuur handeling/overheids handeling


adalah perbuatan yang dilakukan oleh alat pemerintah/penguasa dalam tingkat tinggi dan
rendahan secara spontan dan mandiri (zelfstanding) untuk pemeliharaan kepentingan negara
dan rakyat.

Dalam hal ini kita harus membedakan antara perbuatan hukum administrasi negara (recht
handelingen) dan perbuatan yang bukan perbuatan hukum (feitelijke handeligen).
Perbedaannya adalah terdapat atau tidaknya akibat hukum dan perbuatan pemerintah
termaksud. De Haan cs (Bestuursrecht in sociale rechtstaat) menyebutkan sebagai perbuatan
materiil atau tindakan nyata. De Haan (1986:113) menyebutkan perbedaan antara keduanya
ialah bahwa dalam perbuatan hukum ada maksud untuk melakukan akibat hukum, sedangkan
perbuatan materiil tidak  punya maksud itu.

Dalam melakukan aktifitasnya, pemerintah melakukan dua macam tindakan, tindakan biasa
(feitelijkehandelingen) dan tindakan hukum (rechtshandelingen). Dalam kajian hukum, yang
terpenting untuk dikemukakan adalah tindakan dalam katagori kedua, rechtshandelingen.

Tindakan hukum pemerintahan adalah tindakan yang dilakukan oleh Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan.

29 | P a g e
Tindakan pemerintahan memiliki beberapa unsur yaitu sebagai berikut:

·                Perbuatan itu dilakukan oleh aparat Pemerintah dalam kedudukannya sebagai
Penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan (bestuurs-organen) dengan
prakarsa dan tanggung jawab sendiri;

·                Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan;

·                Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum
di bidang hukum administrasi;

·                Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan


negara dan rakyat.

Menurut van Vollenhoven, tindakan pemerintah adalah pemeliharaan kepentingan negara dan
rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi dan rendahan.

Menurut van Poelje, tindakan pemerintah adalah tindakan-tindakan hukum yang dilakukan
oleh penguasa dalam menjalankan fungsi pemerintahan, sedangkan menurut Romeijn adalah
tiap-tiap tindakan atau perbuatan dari satu alat administrasi negara yang mencakup juga
perbuatan atau hal-hal yang berada di luar lapangan hukum tata pemerintahan, peradilan dan
lain-lain dengan maksud menimbulkan akibat hukum dalam bidang hukum administrasi.

Yang relevan dalam tindakan hukum TUN adalah unsur-unsur sebagai berikut:

a.              Tindakan hukum publik

b.             Bersifat sepihak

c.              Konkret

d.             Individual

Tindakan hukum yang demikian disebut Beschikking (ketetapan atau keputusan).

Perbuatan hukum pemerintah dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a.              Perbuatan hukum menurut Hukum Privat

Administrasi negara sering juga mengadakan hubungan-hubungan hukum dengan subyek


hukum-subyek hukum lain berdasarkan hukum privat seperti sewa menyewa, jual beli dan
sebagainya. Berkaitan dengan ini ada dua pendapat yang menanggapi tentang
diperbolehkannya administrasi negara mengadakan hubungan hukum berdasarkan hukum
privat. Pendapat yang pertama bahwa administrasi negara dalam menjalankan tugas
pemerintahan tidak dapat menggunakan hukum privat dengan alasan sifat hukum privat itu
mengatur hubungan hukum yang mengatur hubungan kehendak dua belah pihak dan bersifat
perorangan. Sedangkan hukum administrasi negara merupakan bagian dari hukum publik
yang merupakan hukum untuk bolehnya tindakan atas kehendak satu pihak.

30 | P a g e
Pendapat yang kedua yaitu administrasi negara dalam menjalankan tugasnya dalam beberapa
hal dapat juga menggunakan hukum privat, tetapi untuk menyelesaikan suatu soal yang
khusus dalam lapangan administrasi negara telah tersedia peraturan-peraturan hukum publik.

b.             Perbuatan hukum menurut Hukum Publik

Perbuatan hukum menurut Hukum Publik itu ada dua yaitu:

1)             Perbuatan Hukum Publik yang bersegi satu

Beberapa sarjana seperti S. Sybenga hanya mengakui adanya perbuatan hukum publik yang
bersegi satu, artinya hukum publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu
pemerintah. Menurut mereka tidak ada perbuatan hukum publik yang bersegi dua, tidak ada
perjanjian, misalnya yang diatur oleh hukum publik. Jika ada perjanjian dengan pihak swasta
maka perjanjian itu menggunakan hukum privat, karena itu merupakan perbuatan hukum
bersegi dua karena dilakukan oleh kehendak kedua belah pihak dengan sukarela. Itulah tidak
ada perjanjian hukum publik, karena hubungan hukum yang diatur hukum publik hanya
berasal dari satu pihak saja yakni pemerintah dengan cara menentukannya dengan
kehendaknya sendiri.

2)             Perbuatan Hukum Publik yang bersegi dua

Van der Pot, Kranenberg, Vegting, Wiarda dan Donner mengakui adanya Hukum Publik
yang bersegi dua atau adanya perjanjian menurut Hukum Publik, mereka memberi contoh
dengan adanya perjanjian kerja jangka pendek yang diadakan seorang swasta sebagai pekerja
dengan pihak pemerintah sebagai pihak yang pemberi pekerjaan.

II.           TINDAKAN PEMERINTAH BERSEGI SATU MENURUT HUKUM


PUBLIK

Perbuatan Hukum Publik bersegi satu ini dikenal dengan nama keputusan (beschikking).
Beberapa sarjana seperti S. Sybenga hanya mengakui adanya perbuatan Hukum Publik yang
bersegi satu, artinya Hukum Publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu
pemerintah. Menurut mereka tidak ada perbuatan Hukum Publik yang bersegi dua, tidak ada
perjanjian, misalnya yang diatur oleh Hukum Publik. Jika ada perjanjian dengan pihak swasta
maka perjanjian itu menggunakan Hukum Privat, karena itu merupakan perbuatan hukum
bersegi dua karena dilakukan oleh kehendak kedua belah pihak dengan sukarela. Itulah tidak
ada perjanjian Hukum Publik, karena hubungan hukum yang diatur Hukum Publik hanya
berasal dari satu pihak saja yakni pemerintah dengan cara menentukannya dengan
kehendaknya sendiri.

Keputusan tata usaha negara (beschikking) oleh E. Utrecht disebut sebagai ‘ketetapan’,
sedangkan Prajudi Atmosudirdjo menyebutnya dengan ‘penetapan’. E. Utrecht, Prins, dan
Van der Pot, juga menjelaskan bahwa beschikking merupakan perbuatan Hukum Publik

31 | P a g e
bersegi satu atau merupakan perbuatan sepihak dari pemerintah dan bukan merupakan hasil
persetujuan dua belah pihak.

Berangkat dari beberapa pendapat tersebut S.F. Marbun menyimpulkan bahwa beschikking
ialah suatu perbuatan Hukum Publik bersegi satu, yang dilakukan oleh alat pemerintah
(dalam arti sempit) berdasarkan suatu kekuasaan atau wewenang istimewa dengan maksud
terjadinya perubahan hubungan hukum.

Beschikking menurut UU No. 5 Tahun 1986 jo. UU No. 9 Tahun 2004


Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebutkan
bahwa Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual,
dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata. Dari
definisi menurut UU Nomor 5 Tahun 1986 tersebut dapat dirumuskan unsur-unsur keputusan
sebagai berikut, yaitu:

-      Penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh badan atau Pejabat Tata Usaha  Negara,

-      Berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara,

-      Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

-      Bersifat konkrit, individual, dan final,

-      Serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan Hukum Perdata.

Dengan dasar pemikiran yang demikian, maka ketetapan berfungsi menetapkan situasi
hukum yang konkrit dan mempunyai akibat hukum bagi yang dikenai ketetapan tersebut.

III.        Macam – Macam Tindakan Hukum Publik bersegi satu yang dilakukan oleh
Pemerintah

3.1.Ketetapan atau Keputusan (Beschikking)

   Istilah ketetapan di Belanda dikenal dengan nama “beschikking” merupakan suatu wujud
dari tindakan hukum publik bersegi satu yang dilakukan oleh pemerintah. Menurut Van Der
Pot dan Van Vollenhoven, ketetapan adalah suatu tindakan hukum yang bersifat sebelah
pihak, dalam lapangan pemerintahan dilakukan oleh suatu badan Pemerintah berdasarkan
kekuasaan istimewa.

Menurut UU No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara dalam Pasal 1 angka 3
menyebutkan :

“ Keputusan Tata Usaha adalah suatu penetapan tertulis yang dilakukan oleh badan atau
pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan hukum tata usaha negara (TUN) yang
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkret, individual,
dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.”

32 | P a g e
Dengan definisi yang diberikan UU No. 5 Tahun 1986 ini, maka hanya penetapan tertulis saja
yang dapat digugat di pengadilan TUN dengan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a.              Konkret, artinya  objek yang diputuskan tidak abstrak tapi berwujud tertentu atau
dapat ditentukan, misalnya keputusan pemberian izin mendirikan bangunan (IMB) untuk si
A.

b.             Individual, artinya keputusan TUN tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu,
baik nama, alamat maupun hal yang dituju.

c.              Final, artinya sudah definitif, tidak lagi memerlukan persetujuan atasan dan
karenanya menimbulkan akibat hukum.

d.             Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Walau demikian ketetapan yang ada bukan hanya ketetapan tertulis, tetapi ada juga ketetapan
tidak tertulis atau lisan. Ketetapan lisan hanya dapat dibuat bila:

ü   Tidak  membawa akibat yang kekal

ü   Tidak begitu penting bagi administrasi negara

ü   Dikehendaki suatu akibat yang timbul dengan segera

Ketetapan tertulis lebih sering digunakan dengan alasan kebiasaan, di mana apabila ketetapan
tersebut dibuat secara tertulis maka dapat lebih memberikan kepastian hukum. Ketetapan
tertulis harus berisikan:

ü   Badan atau pejabat yang mengeluarkan

ü   Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan

ü   Kepada siapa ditujukan dan apa yang ditetapka di dalamnya jelas bersifat individual,
konkret dan final

ü   Menimbulkan suatu akibat hukum bagi seseorang atau suatu badan hukum perdata

Berdasarkan jenisnya, Ketetapan dibedakan atas 2 macam, yaitu:

a.              Ketetapan positif

Menurut W.F. Prins, dalam garis besar ketetapan positif yang mempunyai akibat hukum
terbagi atas 5 (lima) golongan:

ü   Ketetapan yang pada umumnya baru melahirkan keadaan hukum yang baru

ü   Ketetapan yang melahirkan keadaan hukum baru bagi objek yang tertentu

ü   Ketetapan yang menyebabkan berdirinya atau bubarnya suatu badan hukum

ü   Ketetapan yang memberikan hak-hak baru kepada seseorang atau lebih

33 | P a g e
ü   Ketetapan yang membebankan kewajiban baru kepada seseorang atau lebih

Penggolongan tersebut dibagi berdasarkan akibat hukum yang ditimbulkan dari suatu
ketetapan positif. Jadi ketetapan positif adalah suatu ketetapan yang pada umumnya
menimbulkan suatu keadaan hukum baru baik pembebanan kewajiban baru maupun
pemberian hak baru kepada subjek tertentu. Misalnya Surat keputusan Rektor sebuah
universitas yang mengangkat dosen A sebagai anggota panitia penyelenggara Ujian dinas
Universitas. Akibat hukum dari dikeluarkanny Surat keputusan Rektor tersebut memberikan
suatu kewajiban dan hak bagi dosen A yaitu kewajibannya untuk menguji pegawai-pegawai
yang ditunjuk untuk mengikuti ujian dinas dan haknya untuk mendapat honorarium sebagai
akibat dari pengangkatannya tersebut.

b.             Ketetapan negatif adalah ketetapan yang:

ü   Untuk menyatakan tidak berhak

ü   Untuk menyatakan tidak berdasarkan hukum

ü   Untuk melakukan penolakan seluruhnya

Ketetapan negatif ini tidak menyebabkan lahirnya suatu hukum yang baru tetapi hanya
hukum yang lahir untuk menyelesaikan suatu masalah/kasus dimana setelah kasus tersebut
selesai maka ketetapan ini pun akan hilang.

Macam-macam ketetapan lainnya:

1)             Ketetapan deklaratoir dan ketetapan konstitutif

Ketetapan deklaratoir adalah ketetapan yang menyatakan atau menetapkan mengikatnya


suatu hubungan hukum. Misalnya ketetapan yang menyatakan B mendapatkan cuti 12 hari
kerja.

Ketetapan konstitutif adalah ketetapan yang melahirkan/menghapus suatu hubungan hukum.


Misalnya ketetapan tentang pemberhentian pegawai.

2)             Ketetapan yang Menguntungkan dan Ketetapan yang Membebankan

Ketetapan yang menguntungkan adalah ketetapan yang memberikan hak-hak yang


sebelumnya tidak ada. Misalnya subsidi, pengangkatan pegawai dan sebagainya.

Ketetapan yang membebankan adalah ketetapan yang memberikan suatu beban yang
sebelumnya tidak ada. Misalnya penetapan pajak, pemberhentian pegawai.

3)             Ketetapan Eenmalig dan Ketetapan Permanen

Ketetapan eenmalig adalah suatu ketetapan yang habis masa berlakunya setelah sekali
dipergunakan, misalnya IMB.

Ketetapan permanen adalah ketetapan yang berlakunya untuk masa yang lama, misalnya
ketetapan pemberhentian pegawai.

34 | P a g e
4)             Ketetapan Terikat dan Ketetapan Bebas

Ketetapan yang terikat adalah ketetapan yang sudah ditentukan oleh peraturan dasar.
Misalnya ketetapan pemberian izin cuti.

Ketetapan bebas adalah ketetapan yang oleh peraturan dasar  diberikan kebebasan  kepada
pejabat TUN untuk/tidak mengeluarkan suatu ketetapan. Misalnya pemberian subsidi BBM
tergantung kepada anggaran negara.

Berdasarkan hubungan yang diatur, ketetapan terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

1)             Ketetapan Intern adalah ketetapan yang dibuat untuk mengatur hubungan dalam
lingkungan badan pemerintah yang membuatnya. Misalnya keputusan pemberian cuti
tahunan 12 hari kerja kepada seorang pejabat TUN yang diberikan oleh atasannya.

2)             Ketetapan Ekstern adalah ketetapan yang mengatur hubungan antara Pemerintah
dengan seorang warga negaranya atau antara pemerintah dengan badan swasta seperti surat
izin perumahan.

Ketetapan ini bukan hanya dapat dibuat oleh badan pemerintahan saja tetapi juga oleh badan
pembuat undang-undang (badan legislatif) dan hakim. Ketetapan yang dibuat bersifat
kasuistis artinya ketetapan tersebut dibuat untuk menyelesaikan suatu kasus/permasalahan.

   Dalam pembuatan suatu ketetapan harus ada persyaratan yang harus dipenuhi antara lain:

1.             Ketetapan harus dibuat oleh badan yang berwenang membuatnya

2.             Ketetapan harus dibuat tanpa adanya unsur paksaan, kekeliruan dan penipuan

3.             Ketetapan yang dibuat harus memperhatikan bentuk dan prosedur yang telah
ditetapkan dalam peraturan dasar

4.             Isi dan tujuan ketetapan harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya

Jika suatu ketetapan dianggap tidak sah, maka akan ada 3 jenis akibat yang dapat timbul,
yaitu:

a.              Ketetapan tersebut dinyatakan batal berarti bahwa bagi hukum akibat perbuatan
yang dilakukan tersebut dianggap tidak pernah ada. Misalnya Si A telah diangkat menjadi
PNS berdasarkan Surat Keputusan Pengangkatan yang dikeluarkan oleh dinas kepegawaian.
Akan tetapi setelah dikeluarkan SK tersebut dinas kepegawaian menemukan adanya suatu
kecurangan saat penerimaan si A menjadi PNS, maka SK pengangkatan tersebut dianggap
batal dan jabatannya sebagai PNS dianggap tidak pernah ada.

b.             Ketetapan tersebut dinyatakan batal demi hukum berarti, bahwa akibat suatu
perbuatan, untuk sebagian atau seluruhnya bagi hukum dianggap tidak ada tanpa suatu

35 | P a g e
keputusan hakim atau badan pemerintah yang berkompeten menyatakan pembatalan sebagian
atau seluruh akibat itu.

c.              Ketetapan tersebut dapat dibatalkan berarti, bahwa bagi hukum perbuatan tersebut
yang dilakukan dan akibatnya dianggap ada sampai waktu pembatalan oleh hukum atau oleh
suatu badan pemerintahan lain yang berkompeten.

Suatu ketetapan yang sah mempunyai kekuatan hukum dimana kekuatan hukum ini
dibedakan atas 2 (dua) yaitu:

1)             Kekuatan hukum formal artinya suatu ketetapan mempunyai kekuatan hukum
formal bilamana ketetapan itu tidak lagi dapat dibantah dan ditarik oleh suatu alat adminitrasi
negara karena ketetapan tersebut telah memenuhi syarat-syarat undang-undang tentang
berlakunya suatu ketetapan dimana hak banding bagi pihak yang dikenai ketetapan tersebut
tidak dapat dipakai.

2)             Kekuatan hukum materiil artinya suatu ketetapan mempunyai kekuatan hukum
materiil bilamana ketetapan itu dapat dibantah dan ditarik kembali oleh alat administrasi
negara yang membuatnya dimana ketetapan ini dikeluarkan berdasarkan asas kebebasan
bertindak dan memungkinkan untuk menggunakan hak banding kepada pihak yang dikenai.

3.2.Peraturan Kebijaksanaan

Peraturan Kebijakan adalah peraturan yang sesungguhnya bukan dibuat oleh  pembuat UU
yang diumumkan kepada publik sebagai langkah-langkah yang dilakukan oleh pemerintah
untuk melaksanakan ketentuan UU. Peraturan Kebijakan ini dibuat berdasarkan atas asas
kebebasan bertindak (Freis Ermessen). Dalam praktek pelaksanaannya, Peraturan Kebijakan
ini dapat dibuat dalam bentuk keputusan, pengumuman, instruksi ataupun surat edaran.

Penerapan Peraturan Kebijaksanaan harus memperhatikan :

a.       Sesuai dan serasi dengan undang-undang yang memberikan kebebasan bertindak.

b.      Sesuai dengan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB).

c.       Sesuai dan serasi dengan tujuan yang hendak dicapai.

3.3.Perencanaan

Perencanaan yaitu keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-
hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditentukan. Perencanaan merupakan fungsi organik pertama dari administrasi dan
manajemen karena tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha pencapaian tujuan.

Perencanaan terbagi dalam tiga kategori yaitu :

36 | P a g e
1.   Perencanaan informatif (Informatieve Planning) yaitu rancangan estimasi mengenai
perkembangan masyarakat yang dituangkan dalam alternatif-alternatif kebijakan tertentu.
Rencana semacam ini tidak memiliki akibat hukum bagi warganya.

2.   Perencanaan indikatif (Indicatieve Planning) yaitu rencana yang memuat kebijakan-
kebijakan yang akan ditempuh dan mengindikasikan bahwa rencana itu akan ditempuh.
Kebijakan ini masih perlu diterjemahkan dalam keputusan-keputusan operasional atau
normatif. (memiliki akibat yang tidak langsung).

3.   Perencanaan Operasional (Operationele Planning) yaitu rencana-rencana yang terdiri dari
persiapan –persiapan, perjanjian-perjanjian, dan ketetapan-ketetapan. Misalnya RTRK,
rencana Subsidi, rencana pengembangan kota, dll. (memiliki akibat hukum langsung baik
bagi pemerintah maupun warganya

3.4.Regeling

Peraturan adalah suatu tindakan pemerintah yang berupa pengaturan yang bersifat umum dan
abstrak yang artinya tindakan pemerintah ini berlaku untuk seluruh masyarakat dan dibuat
untuk menyelesaikan hal-hal yang belum dapat diketahui terlebih dahulu dan mungkin akan
terjadi. Pengaturan ini dapat berbentuk undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
menteri dsb.

IV. CONTOH TINDAKAN PEMERINTAH BERSEGI SATU MENURUT HUKUM


PUBLIK

Ø   121 Honorer dan 394 Guru Bantu jadi CPNS

Sebanyak 121 tenaga honorer daerah Pemerintah Kabupaten Lamongan Selasa (21/10)
menyambut gembira pengumuman pengangkatan mereka menjadi Calon Pegawai Negeri
Sipil (CPNS) formasi tahun 2008. Salah seorang karyawan di Bagian Humas dan Protokol
Rustamadji menyatakan senang akhirnya diangkat CPNS setelah bekerja sebagai penyiar dan
kamerawan kegiatan Pemerintah Daerah Lamongan selama lima tahun.

Pengangkatan CPNS dan SK CPNS akan menunggu proses pemberkasan selesai dan
keputusan lebih lanjut dari BKN. Semua CPNS harus melengkapi persyaratan administrasi
agar tidak terjadi keterlambatan dan perlu revisi karena adanya berkas tidak lengkap.

Kepala Bagian Humas dan Protokol Kabupaten Lamongan Aries Wibawa mengatakan
Kabupaten Lamongan mendapat kuota mengangkat sebanyak 551 oarng CPNS, terdiri 121
tenaga honorer dan sisanya lewat jalur umum sebanyak 356 orang dan Sekretaris Desa
sebanyak 74 orang. Sementara seleksi CPNS jalur umum dilaksanakan pada November
mendatang. Kuoata tersebut sesuai surat Badan Kepegawaian Negara tertanggal 23
September 2008 Nomor E.26-30/V.114.8/99 terkait revisi daftar nama tenaga honorer.

Badan Kepegawaian Daerah mulai Rabu (22/10) akan memberikan pembekalan terhadap 121
tenaga honorer dario 25 instansi di lingkungan Pemkab Lamongan 44 orang diantaranya dari

37 | P a g e
dinas pendidikan. Golongan yang akan ditentukan untuk Sekdes yaitu paling tinggi SLTA
atau II (b), Sekdes akan menerima gaji bulanan sesuai golongan dan tambahan
kesejakhteraan. Sekdes yang berusia berusia diatas 51 tahun per Oktober akan diberikan uang
pensiun terhitung masa kerjanya, dan maksimal akan diberikan senilai Rp 20 juta untuk masa
kerja selama 20 tahun.

Sementara itu sebanyak 394 guru bantu telah menerima Surat Keputusan (SK) CPNS. Secara
simbolis SK diberikan kepada Rufi ah guru TK Kembangbahu, Rachmatun guru SD,
Muntiqoh guru SMP, M Yatmin Heri guru SMA dan Sugeng Mujari guru SMK Negeri 2
Lamongan oleh Bupati Lamongan Masfuk. Penandatanganan ratusan SK tersebut telah
dikebut sehingga bisa keluar semua. Masfuk berharap agar pendidik tidak terpaku pada
pakem saja. Hidup jangan rata-rata, karena kalau hanya rata-rata tidak akan ada prestasi yang
diraih, katanya berpesan.

Ø   Dua PNS di Ende Dipecat/

Rofinus Noe dan Mohamad Aqsa telah diberhentikan dengan tidak hormat sebagai pegawai
negeri sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Ende di Flores, Nusa Tenggara Timur.
Keduanya diberhentikan terhitung 22 Juli 2008. Rofinus terakhir bertugas di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil, sedangkan Mohamad Aqsa di Kantor Kecamatan Kotabaru.

Keduanya telah meninggalkan tugas lebih dari enam bulan berturut-turut. Sanksi yang
dijatuhkan terhadap mereka mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1979
tentang Pemberhentian PNS.

Namun, Rofinus dan Aqsa menolak keputusan itu dan tak bersedia menerima surat keputusan
pemberhentian yang diberikan kepada yang bersangkutan. Meski Rofinus dan Aqsa tak mau
menerima SK pemberhentian itu, mereka tetap mempunyai hak jika keberatan dapat mengadu
ke BPK (Badan Pertimbangan Kepegawaian) di Badan Kepegawaian Nasional di Jakarta.
Tapi, waktunya hanya 14 hari sejak SK dikeluarkan, mereka harus segera mengajukan
pengaduan ke BPK.

Ø   Wajib Belajar 12 Tahun Dirintis Mulai 2012

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mulai tahun 2012 merintis terwujudnya wajib


belajar 12 tahun. Sebagai langkah awal, siswa SMA/SMK juga bakal mendapat kucuran dana
bantuan operasional sekolah seperti yang selama ini diberikan kepada siswa jenjang
pendidikan dasar SD dan SMP.

”Anggaran pendidikan nasional beberapa tahun ke depan cukup tinggi,” kata Menteri
Pendidikan Nasional Mohammad Nuh, Senin (26/9).

Karena itu, setelah biaya operasional sekolah (BOS) SD dan SMP terpenuhi, pemerintah
berupaya memberikan BOS kepada SMA/SMK dan madrasah aliyah (MA) supaya wajib
belajar 12 tahun terwujud.

38 | P a g e
Menurut Nuh, pendidikan di jenjang SMA/SMK/MA dirasakan masih sulit dijangkau karena
masalah biaya sekolah. Hal ini terlihat dari angka partisipasi kasar (APK) pendidikan
menengah tahun 2009/2010 yang baru mencapai 69,6 persen. ”Karena itu, untuk mengatasi
kendala keterjangkauan, diberikan dana BOS untuk setiap siswa SMA, SMK, dan MA,” kata
Nuh.

Pada tahap rintisan ini, dana BOS yang diberikan pada 2012 sebesar Rp 200.000 per siswa.
Saat ini ada sekitar sembilan juta siswa di jenjang pendidikan menengah sehingga dana yang
dibutuhkan sekitar Rp 1,8 triliun.

Tingkatkan kapasitas

Untuk mempersiapkan wajib belajar 12 tahun, Nuh mengatakan, pihaknya juga akan
menambah kapasitas SMA dan SMK pada tahun 2013. Apabila wajib belajar 12 tahun
diberlakukan, APK SMA/SMK yang saat ini 69,6 persen diyakini akan naik. Jika APK naik
10 persen saja, sudah ada tambahan 900.000 siswa baru. Konsekuensinya, perlu ruang kelas
baru dan penambahan guru.

”Diharapkan nantinya di setiap kecamatan ada SMA atau SMK negeri yang baru,” ujarnya.

Secara terpisah, Raihan Iskandar, anggota Komisi X DPR, mengatakan, rencana pemerintah
menyelenggarakan program rintisan BOS untuk sekolah menengah atau rintisan wajib belajar
12 tahun mulai tahun 2012, perlu diikuti dengan kesiapan aparat pemerintah.

”Pemerintah perlu melakukan sosialisasi dan memberikan penyadaran kepada setiap


penyelenggara pendidikan untuk tidak melakukan pungutan dan komersialisasi,” kata Raihan.

Menurut Raihan, pemerintah juga harus mengantisipasi berbagai persoalan yang bisa
menghambat terwujudnya program ini, misalnya persoalan mekanisme penyaluran dana BOS
SMA. Semua celah potensi penyalahgunaan dana harus diatasi.

”Rintisan program wajib belajar 12 tahun ini harus benar-benar tepat sasaran,” ujarnya.
(ELN/LUK)

Ø   Purnawirawan Gugat SK Panglima TNI-AD

Ratusan orang terdiri dari para purnawirawan TNI bersama keluarganya menggelar apel
akbar peringatan hari ulang tahun (HUT) TNI ke-65, Selasa, (6/10/2010). Apel akbar tersebut
digelar didepan Monumen Mandala Pembebasan Irian Barat, Jalan Kenderal Sudirman
Makassar.Purnawirawan TNI bersama keluarga besarnya itu merupakan anggota organisasi
Forum Koordinasi Penghuni Rumah Negara (FKPRN) Kemhan-Polri, Pengda Sulawesi
Selatan. Dalam peringatan HUT TNI itu, mereka menggugat SK Kasad bernomor 409/2010
yang ditandatangani oleh Jenderal TNI George Toisutta.

Ketua FKPRN Pengda Sulsel, Letkol Gultom menegaskan, SK tentang kepemilikan rumah
Negara itu telah merampas hak purnawirawan. Banyak UU yang dilangar dengan munculnya
SK tersebut. Seperti UU 72 tahun 1957 tentang penjualan rumah Negara kepada pegawai
negeri serta UU nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dam pemukiman, tegas Gultom

39 | P a g e
kepada wartawan di Makassar.Makanya itu, Purnawirawan meminta kepada Presiden SBY
agar SK Kasad yang dikeluarkan Agustus lalu dicabut kembali. Alasannya, banyak para
purnawirawan yang umumnya prajurit kecil saat ini belum memiliki rumah pribadi.

Dengan SK tersebut, akan menutup peluang ribuan purnawirawan memiliki rumah


pribadi.FKPRN  juga meminta SBY untuk mengambil alih masalah tersebut, karena
purnawirawan sejak awal kepemimpinan SBY, mereka mengalami banyak masalah. Baik
intimidasi maupun kekerasan secara langsung termasuk penggusuran. FKPN juga mendukung
Panja asset tanah/rumah negara Komisi I DPR RI dilingkungan Kemenhan untuk
menyelesaikan rumah yang mereka huni saat ini.

Pada poin terakhir, FKPRN Sulsel yang terdiri dari sekitar 1500 KK ini memberikn
ultimatum akan melakukan perlawanan terhadap semua kebijakan yang akan mengambil
rumah mereka. Hal itu dilakukan guna mempertahankan hak-hak mereka sebagai mantan
prajurit TN

BAB IV

KESIMPULAN

Ø   Hukum Administrasi Negara merupakan sekumpulan peraturan yang memberikan


wewenang kepada administrasi negara untuk mengatur masyarakat. Hal itu dapat diartikan
bahwa administrasi negara mempunyai fungsi mengatur warga masyarakat dengan mendapat
wewenang dari Hukum Administrasi Negara sebagai landasan hukum.

Ø   Perbuatan administrasi negara terdiri atas feitelijke handelingen (tindakan nyata) dan
rechts handelingen (tindakan hukum). Tindakan hukum TUN ada dua  macam, yairu sebagai
berikut :

1.             Tindakan hukum TUN berdasar hukum perdata (hukum privat),     misalnya
menyewakan ruangan (Pasal 1548 BW), jual beli (Pasal 1457 BW) ataupun perjanjian kerja
(BK III BW) yang dilakukan oleh pejabat TUN untuk kepentingan jabatan.

2.             Tindakan hukum TUN berdasarkan hukum publik, yaitu tindakan menurut hukum
publik yang bersifat sepihak yang dilakukan oleh badan atau pejabat TUN dalam rangka
melaksanakan urusan pemerintahan dengan maksud menimbulkan akibat hukum.

Ø   Tindakan Hukum TUN berdasarkan hukum publik terbagi atas 4 yaitu ketetapan
(Beschikking), Kebijakan, Perencanaan dan Peraturan (Regeling).

40 | P a g e
ARTIKEL 4
PERLINDUNGAN HUKUM WARGA NEGARA TERHADAP TINDAKAN
PEMERINTAH DALAM MEMBUAT KEPUTUSAN ADMINISTRASI NEGARA

ABSTRAK

Perkembangan tugas-tugas negara pasca memasuki abad ke 20 menuntut negara semakin


aktif dalam pergaulan di dalam masyarakat. Era ini merupakan babakan perkembangan
negara yang menuntut negara hukum modern semakin mempunyai banyak kewajiban-
kewajiban. Negara tidak hanya dibebani kewajiban sebagai penjaga kemanan dan ketertiban
di masyarakat, namun negara juga dibebani berbagai macam kewajiban dalam rangka
pencapaian masyarakat sejahtera. Tindakan atau perbuatan pemerintah semakin beragam,
baik dalam rangka menjalankan undang-undang, membuat undang-undang, perencanaan,
membuat keputusan, termasuk kewenangan bebas. Keputusan administrasi negara merupakan
salah satu tindakan pemerintah dalam rangka menjalankan undang-undang. Tindakan ini
merupakan tindakan hukum pemerintah dalam menjalankan funsi publiknya. Memahami
tindakan pemerintah dalam membuat keputusan administrasi negara merupakan hal penting
untuk menjaga dan melindungi warga negara dari tindakan itu. Tindakan pemerintah melalui
organ/pejabatnya ini terkait dengan akibat hukum yang ditimbulkannya terhadap warga
negara.

Kata Kunci : keputusan administrasi negara, tindakan hukum pemerintah, dan perlindungan
hukum warga negara.

ABSTRACT

Development tasks after entering the country 20th century demanding increasingly active in
the association state in society. This era is the scene of the development of the country
demanding more modern constitutional state has many obligations. State not only burdened
with the obligation as security guards and order in the community, but the country also
burdened with a wide range of obligations in order to achieve a prosperous society. The act or
acts of government increasingly diverse, both in order to carry out the laws, enact laws,
planning, making decisions, including free authority. The decision of state administration is
one of the government's actions in order to carry out the law. This action is the government's
legal action in the run function is public. Understanding the actions of the government in

41 | P a g e
making decisions of state administration is essential to maintain and protect the citizens of the
action. Government action through organ / officials is related to the legal consequences
arising against citizens.

Keywords: decision of the state administration, the government's legal action, and legal
protection of citizens.

Pendahuluan

Dinamika masyarakat pada saat ini, apalagi ditunjang oleh teknologi dan dengan akses
informasi yang cepat menuntut administrasi negara mampu mengikuti dinamika dari
masyarakat itu. Administrasi negara selaku pemangku kewajiban dalam melaksanakan fungsi
publiknya dituntut cepat tanggap terhadap permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat
dengan perubahannya yang cepat. Untuk mencapai kesejahteraan masyarakat, maka
pemerintah mempunyai kedudukan sebagai penguasa dengan kewenangan membuat
peraturan perundang-undangan, dan kedudukan sebagai pelayan masyarakat (public servant),
bertugas mengurus, menyelenggarakan, dan melayani segala urusan dan kepentingan
masyarakat (Sibuea, 2010). Penguasa itu bisa pemerintah sebagai pemerintah (penguasa
eksekutif) dan bisa juga pemerintah sebagai administrator (penguasa administrasi). Keduanya
merupakan Penguasa Negara (overheid). Keputusan pemerintah selaku pemerintah tidak
dirasakan efeknya oleh masyarakat secara langsung karena suatu keputusan pemerintah
(regeringsbesluit) selalu bersifat umum, prinsipil, abstrak, dan impersonal. Keputusan ini
tidak berkenaan dengan seorang individu tertentu dalam kasus tertentu. Efek langsung dari
keputusan

pemerintah sebagai administratorlah yang menimbulkan berbagai dampak karena keputusan


administrasi (administratieve beschikking) selalu bersifat individual, kasual, konkret, dan
khas (Atmosudirjo ,1994). Pemerintah dalam hukum administrasi sebagai kesatuan, sebagai
badan yang diberi kewenangan, dengan demikian berwenang untuk menetapkan tindakan,
menurut hukum administrasi, dan olehnya itu mempengaruhi keadaan atau kondisi hukum
orang lain, atau untuk menjalankan tindakan hukum (berdasarkan hukum perdata) arti badan
pemerintah secara hukum. Kepustakaan Belanda mengartikan administrasi dengan istilah
administratief recht dengan administrare, besturen. Besturen mempunyai pengertian
fungsional—berarti fungsi pemerintahan, dan institusional atau struktural— keseluruhan
organ pemerintah. Bestuur merupakan lingkungan di luar pembentukan peraturan

42 | P a g e
(regelgeving), dan peradilan (rechtspraak)( Hadjo, 2002). Dalam menjalankan fungsi publik
dari administrasi negara inilah akan menimbulkan berbagai macam dampak, terutama
berkenaan dengan hak- hak dari masyarakat, temasuk badan usaha di dalamnya yang dimiliki
oleh masyarakat. Antara pemerintah selaku pemerintah dengan pemerintah selaku

administraisi negara mengambil keputusan dengan wewenang yang sama, yakni “wewenang
kenegaraan" atau wewenang publik. Namun Pemerintah selaku pemerintah mengambil
keputusan pemerintahan, dan sebagai Administrator mengambil keputusan administratif.
Selain itu keputusan pemerintah yang diambil merupakan pelaksanaan atau eksekutif
(politieke daad)— penegakan undang-undang dan wibawa negara, sedangkan keputusan
administratif diambil sebagai keputusan penyelenggaraan atau realisasi (materiele daad)
(Atmosudirjo). Tindakan Pemerintah Tugas-tugas publik yang ada dipundak administrasi
negara ini tidak dapat dilepaskan dari landasan yang menjadi dasar administrasi negara dalam
bertindak. Landasan dari tindakan yang diambil oleh administrasi negara tentunya
berdasarkan pada ketentuan peraturan di dalam hukum administrasi negara (administratieve
rechtsregels), sebagai dasar yang membenarkan tindakan itu secara hukum (juridische
rechtsvaardiging), sesuai dengan konsep dari negara hukum. Peraturan hukum (rechtsregels)
ini terkait dengan organisasi dari instansi administrasi negara (organische rechtsregels), dan
mengenai fungsi-fungsi administrasi negara (functionele rechtsregels). Atribusi, delegasi dan
mandat merupakan sumber wewenang dalam negara hukum yang

demokratis—salah satu asas negara hukum yang demokratis, bahwa setiap tindakan
pemerintah harus berdasarkan atas hukum (asas legalitas, asas rechtmatigheid van bestuur).
Setiap tindakan badan/pejabat tata usaha negara harus berdasarkan pada undang- undang
formal sebagai wujud dari pengakuan dan penghargaan terhadap kedaulatan rakyat. Atribusi
dalam hal ini lebih penting artinya, apabila dikaitkan dengan adanya tindakan pemerintah
yang meletakkan beban tertentu atau kewajiban tertentu kepada rakyatnya (Marbun , 2011).
Van Vollenhoven berpendapat, bahwa tindakan pemerintahan (Bestuurshandeling)
merupakan merupakan suatu tindakan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara dan
rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi dan rendahan. Komisi Van Poelje
berdasarkan laporannya pada tahun 1972 mengartikan publiek rechtelijke handeling (tindakan
dalam hukum publik) adalah tindakan hukum yang dilakukan oleh penguasa dalam
menjalankan fungsi pemerintahan. Romeijn berpendapat bahwa tindakan pemerintahan
adalah tiap-tiap tindakan atau perbuatan dari alat administrasi negara (bestuurs organ) yang
mencakup juga perbuatan atau hal-hal yang berada di luar lapangan hukum tata

43 | P a g e
pemerintahan, seperti keamanan, peradilan dan lain-lain dengan maksud menimbulkan akibat
hukum dalam bidang hukum administrasi (Marbun , 2012). Keterikatan dan keharusan untuk
bertindak secara konsisten berdasarkan hukum yang berlaku

bagi subjek hukum erat kaitannya dengan tanggung jawab atau tanggung gugat
(responsibility or liability). Hukum merupakan instrumen dalam rangka kontrol terhadap
setiap subjek hukum, termasuk pemerintah. Asas the rule of law menggariskan, bahwa
pemerintah sekalipun, dalam kedudukan strukturalnya yang superior terhadap warga negara,
harus bertindak berdasarkan hukum, seperti halnya warga negara biasa. Warga negara
maupun kepada pemerintah, hukum harus berlaku sama sebagai panglima. Konsepsi ini
dikenal sebagai asas supremasi hukum (supremacy of the law). Menurut Tamanaha, asas the
rule of law berarti "Government officials and citizens be bound by and to act consistently
with the law (Darumurti , 2012). Asas legalitas adalah prinsip utama sebagai dasar
penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan yang berdasarkan hukum. Penyelenggaraan
pemerintahan dan kenegaraan dalam negara hukum berdasarkan undang-undang, serta
terdapatnya jaminan hak dasar rakyat, dan azas legalitas merupakan dasar legitimasi tindakan
pemerintah dan jaminan perlindungan hak rakyat (Sudrajat , 2012). Istilah perbuatan
pemerintah merupakan terjemahan dari istilah bestuurhandeling (Belanda). Para ahli berbeda-
beda dalam menerjemahkannya, ada yang menggunakan istilah perbuatan, dan ada pula yang
menggunakan dengan istilah tindakan, bahkan ada yang menggunakan keduanya istilah
"perbuatan atau tindakan". Perbuatan atau tindakan

pemerintah merupakan tiap-tiap tindakan atau perbuatan dari suatu alat administrasi negara
(bestuur organ), melingkupi juga perbuatan ataupun hal-hal yang berada di luar lapangan
hukum administrasi negara, misalnya keamanan, peradilan dan yang lainnya. Tindakan ini
dimaksudkan menimbulkan akibat hukum dalam bidang hukum administrasi, atau perbuatan
pemerintah adalah perbuatan yang dilakukan oleh pejabat tata usaha negara dalam rangka
melaksanakan urusan pemerintahan (Jufri , 2011).

Tindakan Hukum Pemerintah E. Utrecht berpendapat, bahwa tindakan pemerintah itu dapat
dilakukan dengan berbagai cara, yaitu ;

1. Yang bertindak adalah administrasi negara itu sendiri.

44 | P a g e
2. Yang bertindak adalah subyek hukum/badan hukum Iain yang tidak termasuk administrasi
negara, dan dilakukan berdasarkan sesuatu hubungan istimewa, seperti badan hukum yang
diberi monopoli.

3. Yang bertindak adalah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi negara yang
menjalankan pekerjaan berdasarkan suatu konsesi/izin dari pemerintah. Pekerjaan tersebut
diserahkan oleh pemerintah kepada badan swasta untuk menyelenggarakan kepentingan
umum.

4. Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi negara yang
diberi subsidi oleh pemerintah, seperti yayasan- yayasan pendidikan.

5. Yang bertindak adalah pemerintah bersama-sama dengan subyek hukum lain yang bukan
administrasi negara di mana kedua belah pihak tergabung dalam kerjasama, seperti Bank
Industri Niaga (di mana pemerintah bukan pemegang saham tetapi di dalam dewan direksinya
ada wakil-wakil pemerintah).

6. Yang bertindak adalah yayasan yang didirikan/diawasi oleh pemerintah, seperti yayasan
Supersemar, yayasan Veteran dan sebagainya.

7. Yang bertindak adalah koperasi yang didirikan/diawasi oleh pemerintah.

8. Yang bertindak adalah Perusahaan Negara, misalnya PLN.

Berdasarkan pendapat E. Utrecht di atas, maka tindakan pemerintah yang merupakan


tindakan hukum untuk penyelenggaraan kepentingan umum, yaitu ;

1. Membebankan kewajiban pada organ-organ itu untuk menyelenggarakan kepentingan


umum.

2. Mengeluarkan undang- undang yang bersifat melarang atau yang ditujukan pada tiap-tiap
warganegara untuk melakukan perbuatan (tingkah laku) yang perlu demi kepentingan umum.

3. Perintah-perintah atau ketetapan-ketetapan yang bersifat memberikan beban.


4.Memberikan subsidi-subsidi atau bantuan-bantuan kepada swasta.

5. Memberikan kedudukan hukum (rechtstatus) kepada seseoran sesuai dengan keinginannya,


sehingga orang tersebut mempunyai hak dan kewajiban.

6. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan swasta.

45 | P a g e
7. Bekerjasama dengan perusahaan lain dalam bentuk-bentuk yang ditentukan untuk
kepentingan umum.

8. Mengadakan perjanjian dengan warganegara berdasarkan hal-hal yang diatur dalam


hukum.

Tindakan pemerintah (bestuurshandeling) adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan alat
perlengkapan pemerintahan (bestuursorgaan) dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan
(bestuursfunctie). Tindakan yang dilakukan oleh pemerintah ini ada yang merupakan
Tindakan hukum (rechtshandeling) dan yang berupa tindakan nyata (feitelijkehandeling).
Tindakan hukum (rechtshandeling) berdasarkan sifatnya merupakan tindakan yang dapat
menimbulkan akibat hukum (menciptakan hak dan kewajiban). Tindakan hukum
pemerintahan adalah tindakan yang diambil oleh badan atau pejabat tata usaha negara dalam
melaksanakan urusan pemerintahan. Tindakan pemerintah memiliki unsur-unsur, yaitu
(Syahrial, 2012):

1. Perbuatan tersebut dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai


penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan (bestuurs-organen) dengan
prakarsa dan tanggung jawab sendiri;

2. Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan;

3. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum pada
bidang hukum administrasi;

4. Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara


dan rakyat.

Tindakan hukum pemerintah memiliki unsur-unsur, sebagai berikut (Sadjijono, 2001) :

1. tindakan tersebut dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam kedudukannya sebagai


penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan (bestuursorgaan);

2. tindakan dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan (bestuursfunctie);


3. tindakan dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum (rechtsgevolgen)
di bidang hukum administrasi;

4. tindakan yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan umum;

46 | P a g e
5. tindakan dilakukan berdasarkan norma wewewenang pemerintah;

6. tindakan tersebut berorientasi pada tujuan tertentu ber- dasarkan hukum.

Macam-macam Tindakan Hukum Pemerintah Tindakan administrasi negara tidak selamanya


menimbulkan akibat hukum bagi masyarakat, oleh karena tindakan itu sifatnya non yuridis
(tidak menciptakan akibat hukum), namun terdapat tindakan adminsitrasi negara yang
menimbulkan akibat hukum (perbuatan hukum).

Ada empat macam perbuatan hukum (rechtshandelingen) administrasi negara,


yaitu(Atmosudirjo ) :

1. Penetapan (beschikking, administrative discretion);

2. Rencana (Plan);

3. Norma Jabaran (concreto normgeving);

4. Legislasi Semu (pseudo- wetgeving).

Tindakan hukum yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam hukum administrasi negara,
yaitu (Syahrial ):

1. Tindakan hukum pemerintah/tata usaha negara berdasarkan hukum perdata atau hukum
privat. Dua pendapat yang timbul tentang diperbolehkannya administrasi negara mengadakan
hubungan hukum berdasarka hukum privat, yaitu:

a. Administrasi negara dalam menjalankan tugas pemerintahan tidak dapat menggunakan


hukum privat, karena sifat hukum privat adalah hubungan hukum yang mengatur hubungan
kehendak pada kedua belah pihak, serta bersifat perorangan. Hukum administrasi negara
sebagai bagian dari hukum publik, serta merupakan hukum untuk bolehnya tindakan atas
kehendak satu pihak.

b. Administrasi negara dapat menggunakan hukum privat. Akan tetapi, untuk menyelesaikan
suatu soal khusus yang dalam lapangan administrasi negara telah tersedia peraturan-peraturan
hukum publik.

2. Tindakan hukum tata usaha negara berdasarkan hukum publik ada 2 macam, yaitu:

47 | P a g e
a. Perbuatan Hukum Publik Bersegi Satu adalah perbuatan hukum publik yang merupakan
kehendak satu pihak dari pemerintah, tidak melibatkan masyarakat.

b. Perbuatan Hukum Publik yang Bersegi Dua. Tindakan hukum pemerintah ada yang
berdasarkan hukum publik (Stroink), dan berdasarkan hukum privat. Tindakan berdasarkan
hukum publik (publiekrechttelijke handeling) merupakan tindakan pemerintahan yang
didasarkan pada hukum publik (bersifat hukum administratif dan memiliki akibat hukum
administratif). Tindakan hukum publik ada yang bersifat sepihak (eenzijdig
publiekrechtelijke handeling), dan yang bersifat dua pihak atau lebih (meerzijdik
publiekrechtelijke handeling). Tindakan hukum publik yang bersifat sepihak (bersegi satu)
yang dilakukan oleh alat-alat perlengkapan pemerintah ini disebut beschiking", yang dalam
bahasa Indonesia disebut dengan istilah ketetapan atau keputusan",

sedangkan tindakan hukum publik yang bersegi dua atau lebih, misalnya perjanjian kontrak
kerja dengan pemerintah, atau "kortverband contract' (perjanjian kerja yang berlaku selama
jangka pendek, yang dilakukan antara swasta dengan pemerintah) (Sadjijono ).

Tindakan hukum publik yang bersegi satu maupun bersegi dua dapat dikatagorikan menjadi
tiga bagian, yakni:

a. Tindakan membuat keputusan (beschikking); Tindakan hukum publik yang bersifat


sepihak (bersegi satu) dapat dibedakan menjadi tiga, yakni:

1) Sepihak - konkrit - individual;

2) Sepihak - konkret - umum; dan

3) Lebih dari satu jabatan tata usaha negara - konkrit -umum.

b. Tindakan membuat peraturan (regeling), dan Tindakan hukum pemerintah bidang hukum
publik ini yang juga bersifat sepihak (bersegi satu) dan peraturan yang dikeluarkan bersifat
umum-abstrak. Tindakan hukum dapat berbentuk peraturan pemerintah, peraturan presiden,
peraturan menteri, peraturan gubernur dan lain-lain.

c. Tindakan materiil (materiele daad). Tindakan yang dilakukan dalam bentuk tindakan
materiil dilakukan untuk kepentingan umum yang melibatkan dua pihak atau lebih, yakni
pemerintah dan sipil (swasta) maupun pihak-pihak lain. Tindakan hukum publik ini, misalnya
membuat perjanjian kerja, membuat memorandum of understanding (MOU), vortband

48 | P a g e
contract, dan sebagainya. Tindakan pemerintah yang berbentuk hukum privat merupakan
tindakan pemerintah dalam kedudukannya bukan sebagai pemerintah. Tindakan ini sebagai
wakil dari badan hukum (lichaam) dan bukan tugas untuk kepentingaan umum, sehingga
tindakannya didasarkan pada ketentuan hukum privat (keperdataan). Apabila pemerintah
bertindak dalam kualitasnya sebagai pemerintah, maka hukum publiklah yang berlaku dan
apabila bertindak tidak dalam kualitasnya sebagai pemerintah, maka hukum privatlah yang
berlaku (Jeddawi, 2012). Keputusan Administrasi Negara Keputusan administrasi negara
pertama kali diperkenalkan oleh Otto Meyer dengan istilah verwaltungsakt. Di Belanda
dikenal dengan nama beschikking oleh van Vollenhoven dan C. W. van der Port oleh
beberapa penulis seperti AM. Donner, H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt, dan yang lainnya
dianggap sebagai "de vader van het moderne beschikkingsbegrip", (bapak dari konsep
beschikking yang modern). Di indonesia sendiri, istilah beschikking ini pertama kali
diperkenalkan oleh WF. Prins (Ridwan, 2011).

Beberapa defenisi keputusan administrasi negara dari para ahli, yaitu :

a. Van der Wel: Suatu pernyataan kehendak dari alat pemerintahan.

b. W.F. Prins : Perbuatan hukum sepihak dalam lapangan pemerintahan yang dilakukan oleh
penguasa, berdasarkan wewenang istimewa (diberikan oleh peraturan perundang- undangan).
c. Van der Pot: perbuatan hukum dari alat-alat pemerintahan (bestuurs organ), yang
merupakan pernyataa kehendaknya dalam suatu peristiwa khusus yang dilakukan dengan
maksud mengadakan perubahan dalam hubungan hukum.

d. A. M. Donner: Perbuatan pemerintah yang dilakukan oleh jabatan pemerintah yang dalam
hal tertentu dilakukan secara sepihak, dan dengan sengaja untuk menegakkan suatu hubungan
hukum atau suatu kehendak yang telah ada atau yang telah menimbulkan suatu hubungan
hukum, atau suatu keadaan hukum yang baru atau menolaknya (Anggriani, 2011).

e. H.J. Romeijn: Keputusan adalah suatu pernyataan kehendak yang disebabkan oleh surat
permohonan yang diajukan, atau setidak-tidaknya keinginan atau keperluan yang dinyatakan
(Beschikking; een wilsverklaring naar aanleiding van een ingediend verzoekschrift, of althans
een gebleken wensch ofbehoefte).

f. C.J.N. Versteden: mendefinisi keputusan sebagai suatu tindakan hukum publik sepihak
dari organ pemerintahan yang ditujukan pada peristiwa konkret (Eenvoudig geworden een

49 | P a g e
definitie van het begrip beschikking te geven: Een eenzijdige publiekrechtelijke
rechtshandeling van een bestuursorgaan gericht op een concreet geval).

g. J.B.M. ten Berge: Beschikking adalah keputusan hukum publik yang bersifat konkret dan
individual: keputusan Itu berasal dari organ pemerintahan, yang didasarkan pada kewenangan
publik...Dibuat untuk satu atau lebih individu atau berkenaan dengan satu atau lebih perkara
atau keadaan. Keputusan itu memberikan suatu kewajiban pada seseorang atau organisasi,
memberikan kewenangan atau hak pada mereka (Een beschikking is een individuele of
concrete publiekrechtelijke rechts-beslissing: een beslissing van een bestuursorgaan,
gebaseerd op een publiek-rechtelijke bevoegheid…Geschapen voor een of meer individuen of
met betrekking tot een of meer concrete zaken of situaties. Die beslissing verplicht mensen of
organisaties tot iets, geeft ze bevoegdheden of geeft ze aanspraken).

h. R.J.H.M. Huisman: Secara umum, beschikking diartikan; keputusan yang berasal dari
organ pemerintahan yang ditujukan untuk menimbulkan akibat hukum (Onder 'beschikking'
kan in zijn algemeenheid worden verstaan: een besluit afkomstig van ten bestuursorgaan, dat
gericht is op rechtsgevolg).

i. Sjachran Basah: Beschikking adalah keputusan tertulis dari administrasi negara yang
mempunyai akibat hukum

j. E. Utrecht: Beschikking adalah perbuatan hukum publik bersegi satu (yang dilakukan oleh
alat-alat pemerintahan berdasarkan suatu kekuasaan istimewa).

k. Soehino: keputusan administrasi negara adalah perbuatan hukum alat-alat perlengkapan


administrasi negara yang dilakukan berdasarkan wewenang yang diberikan kepadanya oleh
aturan hukum inabstrakto dan unpersonal, berupa pembentukan aturan hukum inkonkrito
mengenai suatu hal yang konkrit, dan terhadap subyek hukum yang konkrit (Soehino, 2000).

l. Paulus Effendi Lotulung: keputusan administrasi negara adalah produk yang diterbitkan
oleh pejabat tata usaha negara (atau jabatan tata usaha negara) berdasarkan wewenang yang
ada padanya (attributie) atau diberikan padanya dalam bidang urusan pemerintah (delegate)
(Lotulung, 2013). Keputusan Administrasi negara merupakan pengertian yang umum dan
abstrak, dan dalam realisasinya mempunyai bentuk yang berbeda-beda, akan tetapi semua
keputusan dari administrasi negara ini memiliki ciri dan sifat yang sama. Memahami
keputusan administrasi negara ini penting, karena keputusan ini mempunyai konsekuensi
dalam hukum positif yang mengakibatkan suatu akibat hukum. Sehingga dalam pengujiannya

50 | P a g e
(toetsingsgronden), apabila terjadi permasalahan dapat diselesaikan secara baik dan benar
berdasarkan hukum. keputusan yang dibuat berdasarkan pada suatu undang-undang yang
jelas dan tegas disebut dengan keputusan terikat (gebonden beschikking) diuji oleh hakim
berdasarkan peraturan perundang-undangan, dan suatu keputusan yang tidak secara tegas

(sifatnya tersirat) disebut keputusan bebas (vrije beschikking) diuji oleh hakim berdasarkan
pada asas-asas umum pemerintahan yang baik (Ridwan , 2001). Sasaran keputusan ini
terdapat dua kemungkinan, yaitu ditujukan ke dalam (naar binnen gericht), adalah keputusan
berlaku ke dalam lingkungan administrasi sendiri, dan ditujukan ke luar (naar buiten gericht),
yang berlaku bagi warga negara atau badan hukum perdata. Berdasarkan pembagiannya,
maka terdapat dua jenis keputusan, yaitu keputusan intern (interne beschikking) dan
keputusan ekstern (externe beschikking). E. Utrecht berpendapat, bahwa terdapat berbagai
macam keputusan, pertama, keputusan positif (menimbulkan hak dan kewajiban) dan negatif
(tidak menimbulkan perubahan dalam keadaan hukum yang telah ada, kedua, keputusan
deklaratur (menyatakan bahwa hukumannya demikian, rechtsvastellende beschikking) dan
konstitutif (keputusan membuat hukum, rechtsheppend), ketiga, keputusan kilat dan
keputusan yang tetap (blijvende), dan keempat, keputusan yang merupakan dispensasi, izin
(vergunning), licentie, dan konsesi (Triwulan, 2011). Berdasarkan sifatnya keputusan
pemerintah dibedakan menjadi, pertama, keputusan pemerintah dalam arti eksekutif
merupakan keputusan yang bersifat umum, prinsipil, abstrak dan impersonal—tidak
berkenaan dengan seorang individu, dan tidak dalam suatu kasus tertentu (bentuknya adalah
peraturan),

merupakan keputusan pelaksana/eksekutif (politieke daad) dalam rangka penegakan undang-


undang dan wibawa negara, kedua, keputusan pemerintah sebagai administrasi negara adalah
keputusan yang sifatnya individual, kasuistis, konkrit atau nyata (bentuknya adalah
keputusan, beschikking), merupakan keputusan penyelenggaraan/realisaasi (materiale daad)
(Anggriani ). Produk hukum dari badan/pejabat administrasi pemerintah yang berupa
dokumen-dokumen yang mengandung materi penetapan yang bersifat konkret, individual,
dan final dalam hukum administrasi disebut dengan keputusan (beschikking) (Syahrial).
Syarat material keputusan adalah:

1. Dibuat oleh organ pemerintah berwenang.


2. Tidak boleh memuat kekurangan atau cacat hukum.

3. Tidak boleh bertentangan dengan peraturan dasarnya.

51 | P a g e
Syarat formal keputusan adalah:

1. Dibuat berdasarkan prosedur yang ditentukan dalam peraturan dasarnya.

2. Diberi bentuk yang sudah ditentukan

3. Penentuan waktu berlaku.

4. Pengumuman (bekendmaking) atau pemberitahuan kepada yang terkena keputusan.

5. Tandatangan (ondertekening) pejabat yang berwenang. Antara keputusan administrasi


negara dengan peraturan terdapat perbedaan, keputusan dibuat dalam rangka menyelesaikan
hal konkrit, bersifat kasuistik, yang ditujukan kepada orang/individu tertentu. Peraturan
dibuat untuk hal-hal yang bersifat abstrak yang belum diketahui sebelumnya, bersifat umum,
dan yang mungkin akan terjadi di kemudian hari (Kusdarini, 2011). Kesukaran membedakan
antara keputusan dengan peraturan, ketika peraturan itu bersifat einmalig—suatu peraturan
yang dibuat untuk menyelesaikan suatu perkara konkret dan setelah penyelesaian itu
terlaksana kemudian peraturan itu berhenti dengan sendirinya tanpa dicabut, misalnya
peraturan sebuah universitas yang mengatur tata cara pemilihan rektor antar waktu
dikarenakan rektor yang terdahulu berhalangan tetap atau meninggal dunia.

Simpulan Keputusan yang sah menurut hukum adalah keputusan yang memenuhi syarat
formal dan syarat material. Hal ini didasarkan pada prinsip praduga rechtmatig,

yaitu het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa (Setiap keputusan yang
dikeluarkan oleh pemerintah atau administrasi negara itu dianggap sah menurut hukum).
Prinsip ini berarti, bahwa setiap keputusan tidak untuk dicabut kembali, kecuali ada
pembatalan (vernietiging) (Soetomo, 1981) dari pengadilan yang erat kaitannya dengan
prinsip kepastian hukum (rechtszekerheidbeginsel). Perubahan atau pencabutan suatu
keputusan berlaku prinsip contrarius actus similiter fit (prosedur dan ketentuan perubahan
atau pencabutan keputusan berlaku sama dengan prosedur dan ketentuan pembuatan), yang
terkait dengan prinsip kewenangan (bevoegdheidsbeginsel) (Ridwan). Sifat norma hukum
keputusan administrasi negara adalah individual dan konkrit, dan dalam rangakaian norma
hukum merupakan norma penutup.

52 | P a g e
ARTIKEL 5
PERBUATAN PEMERINTAH

A.     Pengertian Perbuatan Pemerintah

Pengertian perbuatan pemerintah (bustuurhandeling) menurut Van Volenhoven adalah


pemeliharaan kepentingan Negara dan rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa
tinggi dan rendahan.

Komisi Van Poelje dalam laporannya Tahun 1972 yang dimaksud dengan Puliek Rechtelijke
Handeling atau tindakan dalam hukum publik adalah tindakan-tindakan hukum yang
dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsi pemerintahan.

B.     Macam-macam perbuatan pemerintah

Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kepentingan-kepentingan umum, pemerintah


banyak melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan. Aktivitas atau perbuatan itu pada garis
besarnya dibedakan ke dalam dua golongan, yaitu:

1.      Rechthandelingen (golongan perbuatan hukum)

2.      Feitelijk handelingen (golongan yang bukan perbuatan hukum)

Dari kedua golongan perbuatan tersebut yang penting bagi hukum administrasi negara adalah
golongan perbuatan hukum (rechthendelingen), sebab perbuatan tersebut langsung
menimbulkan akibat hukum tertentu bagi Hukum Administrasi Negara, oleh karena
perbuatan hukum ini membawa akibat pada hubungan hukum atau keadaan hukum yang ada,
maka perbuatan tersebut tudak boleh mengandung cacat, seperti kehilafan (dwaling),
penipuan (bedrog), paksaan (dwang).

Disamping itu tindakan hukum tersebut harus didasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Maka dengan sendirinya tindakan tersebut tidak boleh menyimpang
atau bertentangan dengan peraturan-peraturan yang bersangkutan. Sedangkan golongan
perbuatan yang bukan perbuatan hukum tidak relevan (tidak penting).

Perbuatan pemerintah yang termasuk golongan perbuatan hukum dapat berupa:

a)      Perbuatan hukum menurut hukum privat

53 | P a g e
b)      Perbuatan hukum menurut hukum publik

a.       Perbuatan hukum menurut hukum privat

Administrasi negara sering juga mengadakan hubungan hukum dengan subyek hukum-
subyek hukum lain atas dasar kebebasan kehendak atau diperlukan persetujuan dari pihak
yang dikenai tindakan hukum, hal ini karena hubungan hukum perdata  itu bersifat sejajar.
Seperti sewa-menyewa, jual-beli, dan sebagainya.

b.      Perbuatan hukum menurut hukum publik

Perbuatan hukum menurut hukum publik ada dua macam

1)      Hukum publik bersegi satu

Artinya hukum publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu pemerintah. Jadi
didalamnya tidak ada perjanjian, jadi hubungan hukum yang diatur oleh hukum peblik hanya
bersal dari satu pihak saja yakni pemerintah dengan cara menentukan kehendaknya sendiri.

2)      Hubungan publik yang bersegi dua

Menurut Van Der Ppr. Kranenberg-Vegting. Wiarda dan Donner mengakui adanya hukum
publik yang bersegi dua atau adanya perjanjian menurut hukum publik. Mereka memberi
contoh tentang adanya “Kortverband Contract” (perjanjian kerja jangka pendek) yang
diadakan seorang swasta sebagai perkerja dengan pihak pemerintah sebagai pihak pemberi
pekerjaan.

Pada kortverband contract ada persesuaian kehendak antara pekerja dengan pemberi
pekrjaan, dan perbuatan hukum itu diatur oleh hukum istimewa yaitu peraturan hukum publik
sehingga tidak di temui pengaturanya didalam hukum privat.

C.     Unsur-unsur tindakan pemerintahan

Muchsan menyebutkan unsur-unsur tindakan pemerintahan sebagai berikut:

a)      Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintahan dalam kedudukanya sebagai
penguasa maupun sebagai alat pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri.

b)      Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan.

54 | P a g e
c)      Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di
bidang hukum administrasi.

d)      Perbuatan tersebut menyangkut pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat.

e)      Perbuatan itu harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D.     Cara-cara pelaksanaan perbuatan pemerintahan

Menurut E. Utrech tindakan pemerintahan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu:

1.      Yang bertindak ialah administrasi Negara sendiri.

2.      Yang bertindak ialah subyek hukum (sama dengan badan hukum) lain yang tidak
termasuk administrasi Negara dan yang mempunyai hubungan istimewa atau hubungan biasa
dengan pemerintah.

3.      Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi Negara dan
menjalani pekerjaanya berdasarkan suatu keonsesi atau berdasarkan izin (vergunning) yang
diberikan oleh pemerinta.

4.      Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak masuk administrasi Negara dan
yang diberi subsidi pemerintah.

5.      Yang bertindak ialah pemerintah bersama-sama subyek hukum lain yang bukan
administrasi negara dan kedua belah pihak itu bergabung dalam bentuk kerjasama (vorm van
samenwerking) yang diatur oleh hukum privat.

6.      Yang bertindak ialah yayasan yang didirikan oleh pemerintah atau diawasi pemerintah.

7.      Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang bukan administrasi Negara tetapi diberi
sesuatu kekuasaan memerintah (delegasi perundang-undangan).

Pada dasarnya semua tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah harus didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Maka tindakan tersebut tidak boleh
menyimpang atau bertentanga dengan peraturan-peraturan yang bersangkutan. Dalam hal ini
pemerintah memiliki kedudukan yang khusus (do overhead als bijzonder persoon), sebagai
satu-satunya pihak yang diserahi kewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan

55 | P a g e
kepentingan umum dimana dalam rangka melaksanakan kewajiban ini kepada pemerintah
diberikan wewenang membuat peraturan perundang-undangan, menggunakan paksaan
pemerintahan, atau menerapkan sanksi-sanksi hukum.

Pemerintah juga mempunyai kedudukan yang tidak dimiliki oleh seseorang ataupun badan
hukum perdata. Ini menyebabkan hubungan hukum antara pemerintah dengan seseorang dan
badan hukum perdata bersifat ordinatif. Tetapi meskipun hubungan hukumnya bersifat
ordonatif, pemerintah tidak dapat melakukan tindakan hukum secara bebas dan semena-mena
terhadap warga negara.

56 | P a g e
ARTIKEL 6
PERBUATAN PEMERINTAH
PENDAHULUAN

Menurut Wirjono Prodjodikoro, pemerintah dapat dibagi dalam arti luas dan dalam arti
sempit.

Pemerintah dalam arti luas meliputi seluruh fungsi kegiatan kenegaraan yaitu lembaga-
lembaga kenegaraan yang diatur secara langsung oleh UUD 1945 maupun lembaga-lembaga
yang diatur oleh Undang-Undang.

Dengan kata lain, segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam rangka penyelenggaraan
kesejahteraan rakyat dan kepentingan Negara,

Sedangkan pemerintah dalam arti sempit adalah Presiden/eksekutif.

sedangkan arti sempit adalah menjalankan tugas eksekutif saja.

 PENGERTIAN PERBUATAN PEMERINTAH


Perbuatan pemerintah merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh penguasa dalam
menjalankan fungsi pemerintahan.

Menurut Romijen, perbuatan pemerintah yang merupakan “ bestuur handling “ yaitu tiap-tiap
dari alat perlengkapan pemerintah.

Menurut E. Utrecht :

“perbuatan pemerintah ialah tiap-tiap perbuatan yang dilakukan pemerintah dengan


maksud untuk menyelenggarakan kepentingan umum, termasuk perbuatan mengadakan
peraturan maupun perbuatan mengadakan ketetapan atau perjanjian”

Menurut Van Vallen Hoven,

”Perbuatan pemerintah merupakan tindakan secara spontan atas inisiatif sendiri dalam
menghadapi keadaan dan keperluan yang timbul tanpa menunggu perintah atasan, dan atas
tanggung jawab sendiri demi kepentingan umum.”

Sudargo Gautama menyatakan bahwa kepentingan umum sama dengan kesejahteraan umum.
Dengan demikian tugas dan fungsi alat administrasi negara dalam negara kesejahteraan
(welfare state) menjadi sangat luas, tidak semata-mata menjalankan roda pemerintahan, akan
tetapi juga berperan dalam kehidupan social, ekonomi dan cultural

 JENIS-JENIS PERBUATAN PEMERINTAH


Perbuatan pemerintah dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu :

 Perbuatan pemerintah berdasarkan fakta (Fiete Logtie Handilugen )


 Perbuatan pemerintah berdasarkan hukum (Recht Handilugen )

57 | P a g e
 Perbuatan Pemerintah Berdasarkan Fakta
Perbuatan pemerintah berdasarkan fakta atau tidak berdasarkan hukum adalah tindakan
penguasa yang tidak mempunyai akibat hukum, misalnya Walikota mengundang masyarakat
untuk menghadiri 17 agustus, Presiden menghimbau masyarakat untuk hidup sederhana dan
lain-lain.

 Perbuatan Pemerintah Berdasarkan Hukum


Perbuatan pemerintah berdasarkan hukum (Recht Handilugen ) adalah tindakan penguasa
yang mempunyai akibat hukum, ini dapat digolongkan dalam dua golongan, yaitu:

 Perbuatan pemerintah dalam lapangan hukum privat;


 Perbuatan pemerintah dalam lapangan hukum publik.
 Perbuatan pemerintah dalam lapangaan hukum privat, dimana penguasa mengadakan
hubungan hukum berdasarkan hukum privat.
Menurut Prof. Krobbe Kranenburg, Vegtig, Donner dan Hassh, bahwa pejabat administrasi
Negara dalam menjalankan tugasnya dalam hal-hal tertentu dapat menggunakan hukum
privat, umpanya perbuatan sewa-menyewa, jual-beli tanah dan perjanjian-perjanjian lainnya.

Perbuatan pemerintah dalam lapangan Hukum Publik

Perbuatan hukum dalam lapangan Hukum Publik ada dua macam, yaitu :

58 | P a g e
a.Perbuatan Hukum Publik bersegi dua, yaitu adanya dua kehendak/ kemauan yang terikat,
misalnya dalam perjanjian/ kontrak kerja. Mengenai hal ini ada beberapa sarjana yang
menentang adanya prbuatan hukum bersegi dua missal Meijers Cs mengatakan bahwa tidak
ada persesuaian kehendak antara para pihak.

b. Perbuatan Hukum Publik bersegi satu, yaitu perbuatan yang dilakukan atas kehendak dari
satu pihak yaitu perbuatan dari pemerintah itu sendiri.Misalnya adalah ketetapan / keputusan
pemerintah

 KETETAPAN/KEPUTUSAN (BESCHIKKING)
a. PENGERTIAN KETETAPAN/KEPUTUSAN
Utrecht, menerjemahkan dengan istilah Ketetapan, sedangkan Koentjoro Purbopranoto
menyebutnya dengan istilah Keputusan.

Menurut Para Ahli:

a. Prins, memberikan definisi keputusan/ketetapan sebagai perbuatan hukum bersegi


satu dalam lapangan pemerintahan dalam arti sempit (bestuur) dilakukan oleh alat
pemerintahan dalam arti yang luas berdasarkan kekuasaan istimewa.
b. Utrecht menyatakan bahwa ketetapan adalah suatu perbuatan pemerintah dalam arti
kata luas yang khusus bagi lapangan pemerintahan dalam arti kata sempit (dalam
menyelenggarakan kepentingan umum).
A.M. Donner mengatakan, Ketetapan adalah suatu perbuatan hukum yang dilakukan oleh alat
pemerintahan berdasarkan suatu ketentuan yang mengikat dan berlaku umum.

Stellinga, Ketetapan adalah keputusan sesuatu alat pemerintahan yang isinya terletak didalam
lapangan, pembuatan peraturan, kepolisian, dan pengadilan.

ketentuan Pasal 1 angka 3 UU No.5 Tahun 1986 jo UU No 9 tahun 2004 (UU Peratun)

“Keputusan TUN adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau
Pejabat TUN yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan
perundangan yang berlaku, bersifat konkrit, individual dan final yang menimbulkan akibat
hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.”

Unsur-unsur utama Keputusan TUN seperti dirumuskan dalam Pasal 1 angka 3 UU Peratun,
yaitu :

Penetapan tertulis;

Oleh Badan atau Pejabat TUN;

Konkrit;

Individual;

Final;serta

59 | P a g e
Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

Menurut Van Vallen Hoven Perbuatan Pemerintah mempunyai tiga sifat, yaitu:

Konkrit artinya nyata dan mengatur hal yang tertentu

Kasuistis, artinya menyelesaikan kasus-per kasus

Individual artinya berlaku terhadap seseorang tertentu yang jelas identitasnya.

 SYARAT SUATU KETETAPAN


Suatu Ketetapan harus memenuhi syarat-syarat agar ketetapan itu menjadi sah, yaitu :

 Dibuat oleh alat/ pejabat yang berwenang


 Tidak boleh kekurangan Yuridis
 Bentuk dan cara sesuai dengan peraturan dasar
 Isi dan tujuannya sesuai dengan peraturan dasar
 Menimbulkan akibat hukum
Dengan demikian ketetapan itu tidak boleh dibuat atas dasar :

1. Salah perkiraan / divaling

2. Tipuan/ dwang

3. Bedrog

Dalam praktek banyak ketetapan yang isi dan tujuannya tidak ssuai dengan peraturan dasar,
hal ini merupakan dotournement den pouvois, yaitu dimana pejabat Negara menggunakan
kewenangannya untuk menyelenggarakan kepentingan umum yang lain untuk kepentingan
umum yang dimaksud oleh peraturan yang menjadi dasar wewenang itu atau merupakan
penyalahgunaan wewenang

 PERBEDAAN KETETAPAN/KEPUTUSAN DENGAN PERATURAN


Keputusan/Ketetapan : dibuat untuk menyelesaikan hal-hal yang konkret yang telah diketahui
lebih dulu oleh alat AN dan bersifat kasuistik. Sebagai contoh : SK penerimaan pegawai, di
sana disebut secara tegas nama-nama pelamar yang diterima sebagai calon pegawai, sehingga
SK tersebut hanya diperuntukkan bagi para pelamar yang diterima sebagai calon pegawai
yang disebut dalam SK itu.

 SEDANGKAN PERATURAN
Peraturan : dibuat untuk menyelesaikan hal-hal yang bersifat abstrak yang belum diketahui
sebelumnya dan bersifat umum, dan yang mungkin akan terjadi. Sebagai contoh : peraturan
(Keputusan) yang mengatur tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelamar PNS. Di
sana tidak bisa disebut satu persatu calon pelamar, melainkan diperuntukkan bagi semua
calon pelamar sebagai PNS, sehingga dikatakan berlaku umum dan bersifat abstrak karena
belum diketahui siapa sajakah nama-nama orang yang berniat melamar sebagai PNS.

60 | P a g e
Kadang-kadang perbedaan antara keputusan dengan peraturan itu tidak jelas, karena produk
hukum Alat Tata Usaha Negara yang kita kenal dengan peraturan ini juga bentuk formalnya
merupakan keputusan tapi isinya bersifat mengatur. Apalagi dalam suatu peraturan yang
sifatnya einmalig, yaitu suatu peraturan yang dibuat untuk menyelesaikan suatu perkara
konkrit dan setelah penyelesaian itu terlaksana kemudian peraturan itu berhenti berlaku tanpa
dicabut.

Di dalam Pasal 2 UU No 9 Tahun 2004 Perubahan Atas UU No.5 tahun 1986 menyebutkan
bahwa Tidak termasuk dalam pengertian Keputusan Tata Usaha Negara menurut Undang-
Undang ini:

 Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan perbuatan hukum perdata;


 Keputusan Tata Usaha Negara yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;
 Keputusan Tata Usaha Negara yang masih memerlukan persetujuan;
 Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana dan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana
atau peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;
 Keputusan Tata Usaha Negara yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan
peradilan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
 Keputusan Tata Usaha Negara mengenai tata usaha Tentara Nasional Indonesia;
 Keputusan Komisi Pemilihan Umum baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil
pemilihan umum.

 MACAM-MACAM KEPUTUSAN TUN (BECSHIKKING)


Menurut Utrecht, keputusan TUN dibedakan atas:

Ketetapan positif dan negatif

a. ketetapan positif menimbulkan hak dan kewajiban bagi yang dikenai


ketetapan;
b. ketetapan Negatif tidak menimbulkan perubahan dlm keadaan hukum yang
telah ada. Misal: pernyataan tidak menerima (niet ontvankelijk) atau suatu
penolakan (afwijzing)
c. Ketetapan Deklaratur dan Ketetapan Konstitutif
d. ketetapan Deklaratur hanya menyatakan bahwa hukumnya demikian
(rechtsvastellende beschikking)
e. Ketetapan Konstitutif adalah membuat hukum (rechtscheppend)
f. Ketetapan Kilat dan ketetapan yang tetap (blijvend)
g. Dispensasi, Izin (vergunning), lisensi dan Konsensi

MACAM-MACAM SECARA UMUM KETETAPAN TUN

 KETETAPAN POSITIF

61 | P a g e
Yaitu ketetapan yang dapat menimbulkan hak atau kewajiban bagi mereka yang
dikenai, juga suatu ketetapan yang menimbulkan suatu keadaan hukum yang baru atau suatu
ketetapan yang membatalkan suatu ketetapan yang lama.

Misalnya :

Keputusan Rektor mengangkat dosen menjadi anggota panitia ujian Negara. Negara.
Keputusan Rektor ini meletakan keawjiban b Surat Keputusan Rektor tersebut didasarkan
kepada beberapa surat Keputusan Menteri P dan K tentang penyelenggaraan ujian dan
sekaligus memberikan hak baru bagi dosen yang diangkat menjadi anggota panitia ujian
Negara. Kewajiban baru adalah kewajiban untuk menguji dan hak baru adalah hak untuk
mendapatkan honorarium sebagai akibat pengangkatan tersebut.

Mr. Prins mengemukakan bahwa ketetapan positif mempunyai akibat-akibat hukum dalam
lima golongan:

 Ketetapan yang pada umumnya melahirkan keadaan hukum yang baru.


 Ketetapan yang melahirkan keadaan hukum baru bagi obyek tertentu.
 Ketetapan yang menyebabkan berdirinya atau bubarnya suatu badan hukum.
 Ketetapan yang membrimkan hak-hak baru kepada seseorang atau lebih ( ketetapan
yang menguntungkan)
 Ketetapan yang mebebankan kewajiban baru kepada seseorang atau lebih (perintah-
perintah)

 . KETETAPAN NEGATIF
Adalah tiap penolakan atas sesuatu permohonan untuk mengubah sesuatu keadaan
hukum tertentu yang telah ada.

Bentuk-bentuk dari ketetapan negative adalah :

a. Suatu pernyataan tidak berwenang

b. Pernyataan tidak diterima

c. Suatu penolakan

 KETETAPAN DECLARATOIR
Yaitu ketatapan yang isinya menyatakan apa yang sudah ada/ sudah diatur dalam
undang-undang, misalnya hak seorang pegawai negeri untuk mendapatkan cuti libur 12 hari
kerja. Hak cuti ini sudah ditentukan dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1974.( uu terbaru)

62 | P a g e
 . KETETAPAN KONSTITUTIF
Ialah ketatapan yang melahirkan hak baru, hak baru ini sebelumnya tidak dipunyai
oleh orang yang ditetapkan dalam ketetapan itu.

 KETETAPAN KILAT
Yaitu ketetapan yang hanya berlaku pada saat tertentu waktunya pendek, misalnya
SIM.

 KETETAPAN FOTOGRAFIS
Ketetapan yang berlaku seumur hidup, sekali dikeluarkan tetap berlaku, misalnya
Ijazah, Piagam.

 KETATAPAN TETAP
Yaitu Ketetapan yang masa berlakunya untuk waktu sampai diadakan perubahan/
penarikan kembali.

 KETETAPAN INTERN
Yaitu ketetapan yang diselenggarakan di lingkungan sendiri, misalnya pemindahan
pegawai dari bagian keuangan menjadi bagian pembekalan

 KETETAPAN EXTERN
Yaitu ketetapan yang penyelenggaraannya berhubungan dengan orang luar, misalnya
pemberian izin bangunan.

PERBUATAN PEMERINTAH LAINNYA

 DISPENSASI
Dispensasi adalah suatu ketetapan yang menghapuskan akibat daya mengikatnya suatu
peraturan perundang-undangan.

Prajudi Atmosudirdjo mengatakan :

Dispensasi merupakan suatu pernyataan alat pemerintahan yang berwenang bahwa kekuatan
undang-undang tertentu tidak berlaku terhadap masalah/ kasus yang diajukan oleh seseorang

Van Der Pot mengatakan :

Dispensasi adalah keputusan alat pemerintah yang membebaskan suatu perbuatan dari
cengkraman dari suatu peraturan yang melarang perbuatan itu.

Tujuan pemberian dispensasi adalah agar seseorang dapat melakukan suatu perbuatan hukum
dengan menyimpang dari syarat-syarat yg dimuat dlm undang-undang yang berlaku.

Misalnya : pemberian izin bagi seorang wanita yang berumur 15 tahun untuk menikah,
meskipun peraturan menentukan syarat-syarat untuk wanita harus berumur 16 tahun.

 . I Z I N / Vergunning
Izin adalah ketetapan yang menguntungnkan, misalnya memberikan izin untuk menjalankan
perusahaan.

63 | P a g e
Ada dasarnya izin diberikan karena ada peraturan yang melarang.

 LISENSI
Merupakan izin untuk menjalankan suatu perusahaan, misalnya Lisensi untuk impor barang-
barang atau Ekspor hasil bumi.

 KONSESI
Merupakan suatu perjanjian bersyarat antara pemerintah dengan seorang/ swasta untuk
melakukan suatu tugas pemerintah.

Van Vollen Hoven mengatakan :

“Bilamana pihak swasta atas izin pemerintah melakukan suatu usaha besar yang
menyangkut kepentingan masyarakat, misalnya: Konsesi pertambangan, kehutanan dan lain
sebagainya,

Van de Pot mengatakan : Konsesi adalah keputusan administrasi Negara yang


mempertahankan suatu subyek hukum swasta bersama pemerintah melakukan perbuatan
penting bagi umum.

64 | P a g e
ARTIKEL 7
Macam - Macam Perbuatan Pemerintah
Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kepentingan umum, pemerintah banyak
melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan. Aktivita atau perbuatan itu pada garis
besarnya dibedakan kedalam dua golongan, yaitu :

1. Golongan perbuatan hukum.

2. Golongan yang bukan perbuatan hukum.

Yang penting bagi Hukum Administrasi Negara adalah golongan perbuatan hukum, sebab
perbuatan tersebut langsung menimbulkan akibat hukum tertentu bagi Hukum Administrasi
Negara. Adapun golongan perbuatan yang bukan perbuatan hukum tidak relevan (tidak
penting), perbuatan pemerintah yang termasuk golongan perbuatan hukum dapat berupa :

a. Perbuatan hukum menurut hukum privat (sipil)

b. Perbuatan hukum menurut hukum public.

 Perbuatan Hukum menurut Hukum Privat


1. Pertama, menurut Prof. scholten, pendapat yang menyatakan bahwa Administrasi
Negara  dalam menjalankan tugas pemerinyah tidak dapat menggunakan hukum
privat. Alasannya karena sifat hukum privat itu mengatur hubungan hukum yang
merupakan kehendak kedua belah pihak dan bersifat perorangan, sedangkan Hukum
Administrasi Negara merupakan bagian dari hukum public yang merupakan hukum
untuk bolehnya tindakan atas kehendak satu pihak. Tindakan satu pihak ini dalam
administrasi Negara di  lakukan dalam rangka melindungi kepentingan umum.

2. Kedua, menurut Prof. Krabbe, Kranenburg, Vegting, Donner, dan Huart, menyatakan
bahwa administrasi Negara dalam menjalankan tugasnya dalam beberapa hal dapat
juga menggunakan hukum privat. Untuk menyelesaikan suatu soal khusus dalam
lapangan administrasi Negara telah tersedia peraturan-peraturan hukum publik, maka
administrasi Negara harus menggunakan hukum public itu dan tidak dapat
menggunakan hukum privat.

 Perbuatan Hukum menurut Hukum Publik


Perbuatan Hukum menurut Hukum Publik ini ada dua macam :

1. Perbuatan Hukum Publik yang Bersegi Satu

S. Sybenga, mengakui adanya perbuatan hukum publik yang bersegi satu, artinya hukum
publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu pemerintah. Jadi menurutnya tidak

65 | P a g e
ada perbuatan hukum publik yang bersegi dua, maksudnya tidak ada perjanjian. Sebab
hubungan hukum yang diatur oleh hukum publik hanya berasal dari satu pihak saja yakni
pemerintah dengan cara menentukan kehendaknya sendiri.

2. Perbuatan Hukum Publik yang besegi Dua

Van der Pot, Kranenberg-Vegting, Wiarda dan Donner mengakui adanya hukum publik yang
bersegi dua atau adanya perjanjian menurut hukum publik. Contoh, dengan adanya perjanjian
kerja jangka pendek yang diadakan seseorang swasta sebagai pekerja dengan pihak
pemerintah sebagai pihak pemberi pekerjaan. Disini ada penyesuaian kehendak antara
pekerja dengan pemberi pekerjaan, dan perbuatan hukum itu diatur oleh hukum istimewa
yaitu peraturan hukum publik sehingga tidak ditemui pengaturannya di dalam hukum privat
(biasa)

Arti Tindakan Pemerintah

Menurut Van Vollenhoven, maksud dengan “tindakan pemerintah” adalah pemeliharaan


kepentingan Negara dan rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi dan
rendahan.

Adapun menurut Komisi Van Poelje, maksud dengan “tindakan dalam hukum public adalah
tindakan-tindakan hukum yang dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsi
pemerintahan. Dan Romeijn mengemukakan bahwa tindak pemerintah adalah tiap-tiap
tindakan atau perbuatan dari satu alat administrasi Negara yang mencakup juga perbuatan
atau hal-hal yang berada di luar lapangan hukum tata pemerintahan, seperti keamanan,
peradilan dan lain-lain dengan maksud menimbulkan akibat hukum dalam bidang hukum
administrasi.

66 | P a g e
ARTIKEL 8
RANGKUMAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
TINDAKAN PEMERINTAH

Tindakan Pemerintah :

– Legalitas

– wewenang / Sumber wewenang,

– Prosedur,

– Subtansi.

Subtansi wewenang terbagi atas 3 yaitu :

1.   Atributif yakni langsung dari UUD 1945

2.   Delegatif yakni pelimpahan dari sesama pejabat / sesama pemerintah

3.   Mandat dari atasaan kepada bawahan

Tindakan Pemerintah yakitu Perbuatan yang dilakukan oleh Organ Administrasi Negara
dalam melaksanakan tugas pemerintahan.

Ø  Organ Admnistrasi Negara adalah Setiap Orang atau Badan yang memiliki kekuasaan
Publik tertentu.

Ø  Yang tidak termasuk begrip Organ Administrasi Negara : kekuasaan pembuatan Undang-
undang, BPK, Kehakiman.

Ø  Diarahkan untuk mencapai tujuan negara.

Recht Handelingen yakni Tindakan hukum

Feitelijke Handelingen yakni Tindakan nyata / perbuatan yang bukan perbuatan hukum
(menurut E.Utrect) / tindakan pemerintah yang berdasarkan fakta (menurut Kuntjoro
Purbopranoto) / tindakan yang bukan tindakan hukum (menurut Djenal Hoesen
Koesoemahatmadja)

Pengertian tindakan hukum :

Tindakan hukum (Recht Handelingen) adalah tindakan yang dimaksudkan untuk


menciptakan hak dan kewajiban, penciptaan hubungan hukum baru atau perubahan atau
pengakhiran hubungan hukum yang ada.

Tindakan nyata (Feitelijke Handelingen) adalah tindakan yang tidak ada relevansinya dengan
hukum dan oleh karenanya tidak menimbulkan akibat-akibat hukum.

67 | P a g e
Akibat Recht Hendelingen yaitu :

1.   Menimbulkan beberapa perubahan hak, kewajiban, atau kewenangan yang ada.

2.   Menimbulkan perubahan kedudukan hak bagi seseorang atau objek yang ada.

3.   Terdapat hak-hak, kewajiban, kewenangan atau status tertentu yang ditetapkan.

Perbedaan Recht Handeling dalam hukum perdata dan hukum administrasi yakni :

1.   Hubungan hukum administrasi bersifat sub ordinat sedangkan hukum perdata sejajar.

2.   Tindakan hukum administrasi mengikat semua warga negara yang bersangkutan
sedangkan tindakan hukum perdata diperlukan persesuaian kehendak antara kedua belah
pihak atas dasar kebebasan kehendak atau diperlukan persetujuan dari pihak yang dikenai
tindakan tersebut.

Pengertian Delegasi :

1.   Organ pemerintah yang satu ke organ pemerintah yang lainnya.

2.   Delegasi tidak dapat menggunakan wewenang tersebut sampai ada pencabutan
berdasarkan azas contrasius actus.

3.   Harus secara tertulis dan

4.   Peralihan tanggung jawab dan tanggung gugat.

Pengertian Mandat :

1.   Memberikan mandat kepada bawahan

2.   Mandat sewaktu-waktu dapat menggunakan wewenang tersebut

3.   Dapat tertulis atau juga tidak tertulis.

4.   Tidak ada peralihan tanggung jawab dan tanggung gugat.

Wewenang terbagi atas :

1.   Sumber wewenang

2.   Sifat wewenang

3.   Gugat wewenang

4.   Substansi

5.   Prosedur

68 | P a g e
 Wewenang menggunakan azas legalitas
Dimana sifat wewenang terbagi atas :

 Terikat ® harus berdasarkan peraturan perundang-undangan

 Bebas ® dapat, kebijaksanaan, peneliaan

 Cacat wewenang ® waktu, isi dan tempat

Tindakan Pemerintahan : BESTUUR HENDELINGEN

Terbagi atas dua yaitu

1.   Tindakan Nyata dan

2.   Tindakan hukum (tindakan yang mempunyai sumber hukum) :

a.    Tindakan hukum keperdataan

1)   Tindakan hukum bersegi banyak yaitu pemerintahan

2)   Tindakan hukum bersegi satu

a)    Bersifat umum

b)   Bersifat individual, kongkrit dan nyata.

b.   Tindakan hukum publik

1)   Berbagai pihak

2)   Sepihak

a)    Umum

(1)  Abstrak

(2)  kongkrit

b)   Individual

Tindakan berdasarkan hukum publik yaitu :

Tindakan hukum bersegi satu/ sepihak (eenzijdigepublikrechtelijke handelingen) – Tindakan


ini dilakukan berdasarkan kekuasaan yang istimewa.

– Tindakan ini diberi nama keputusan (beschikking)

– Unsur-unsur : individual, konkrit, final dan menimbulkan akibat hukum

Tindakan hukum publik persegi dua yaitu :

69 | P a g e
–      Berupa perjanjian kerja yang berlaku dalam jangka waktu pendek (kortverband
contract)

–      Yang diadakan oleh seorang swasta  (partikelir) dengan pemerintah sebagai pihak yg
memberi pekerjaan.

–      Perbuatan ini diatur oleh suatu hukum istimewa ( hukum adm. Negara).

Perbuatan hukum privat yaitu :

Ø  Lahir berdasarkan kesepakatan

Ø  Masing-masing pihak berkedudukan sederajat.

Ø  Pemerintah mewakili badan hukum Publik sebagai subjek hukum, Negara, Provinsi,
Kabupaten, Desa dll.

Ø  Bukan bertindak sebagai pejabat.

Pemerintah / administrasi merupakan subjek hukum sebagai drager van de rechten en puchter
atau pendukung hak dan kewajiban sebagai subjek hukum, sebagai subjek hukum lainnya
melakukan berbagai tindakan baik tindakan nyata / feitelijk hendelingen.

Tindakan nyata adalah tindakan-tindakan yang tidak ada relevansinya dengan hukum olehnya
tidak menimbulkan akibat hukum.

Tindakan hukum adalah tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan


akibat hukum tertentu dengan kata lain tindakan yang dimaksudkan untuk menciptakan hak
dan kewajiban.

Tindakan hukum semua berasal dari hukum perdata yang demikian digunakan dalam HAN
sehingga dikenal istilah dengan tindakan hukum administrasi atau administrative recht
heding.

Tindakan hukum administrasi merupakan suatu pernyataan kehendak yang muncul dari organ
administrasi dalam keadaan khusus dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum dan
bidang hukum administrasi.

Bentuk akibat hukum yang dilahirkan adalah penciptaan hubungan hukum baru, perubahan
atau pengakhiran hubungan hukum yang ada.

Tindakan hukum administrasi bebeda dengan tindakan hukum perdata

Tindakan hukum administrasi dapat mengikat warga negara tanpa menggunakan persetujuan
warga negara sedangkan tindakan hukum perdata diperlukan persetujuan kehendak antara
kedua belah pihak atas dasar kebebasan kehendak atau diperlukan persetujuan dari pihak
yang dikenai dari pihak hukum tersebut.

Hal ini disebabkan karena hubungan perdata bersifat sejajar sedangkan hukum publik bersifat
koordinat.

70 | P a g e
Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban

Tindakan pemerintahan ada tiga yaitu

1.   Tindakan nyata

2.   Tindakan membuat peraturan perundang-undangan

3.   Tindakan mengeluarkan keputusan

Instrumen Pemerintahan

Instrumen pemerintah adalah alat-alat atau sarana-sarana yang digunakan pemerintah dalam
menjalankan tugas-tugasnya.

Instrumen pemerintah dibagi menjadi dua yaitu :

1.   Publik domain

2.   Instrumen yuridis

Publik domain dibagai menjadi dua yaitu :

Benda-benda publik menurut Proudhon ada dua kepunyaan negara yakni :

1.   Domain Prive / kepunyaan privat (staat domein) seperti tanah (sawah, kebun kopi, dll),
rumah dinas, mobil dinas, rumah sakit, gedung-gedung perusahaan, dll

2.   Kepunyaan publik (domaine public) yaitu segala benda-benda yang disediakan (oleh
pemerintah) untuk dipakai oleh (pergaulan) umum, seperti jalan umum, jembatan, pelabuhan,
dll

Instrumen yuridis yaitu :

1.   Peraturan perundang-undangan

2.   Keputusan Tata Usaha Negara / KTUN (Beschikking) ® Pasal 1 ayat 3 UU No. 5 tahun
1986 tentang PTUN

3.   Peraturan kebijaksanaan (Diskresi)

4.   Rencana

5.   Perizinan

6.   Instrumen hukum keperdataan

Peraturan perundang-undangan yaitu peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal 1 angka 2 UU No. 10 tahun
2004

Jenisnya menurut Pasal 7 UU No. 10 tahun 2004 yaitu

71 | P a g e
1.   UUD 1945

2.   UU / Perpu

3.   PP

4.   Perpres

5.   Perda (Prov, Kab/kota dan Desa)

(bandingkan dengan TAP MPRS No. XX / MPRS / 1966 dan TAP MPR No. III / MPR /
2000

Keputusan adalah penetapan tertulis oleh pejabat tata usaha negara berisi tindakan pejabat
tata usaha negara bersifat individual, kongkrit, dan final.

Jenis-jenis keputusan :

1.      Keputusan konstitutif (keputusan menciptakan hukum baru) dan Keputusan deklaratoir
® keputusan yang memuaskan hukum yang ada, contoh hak dan kewajiban seseorang.

DEKLARATIF adalah Hubungan hukum sudah ada; akte kelahiran, Sertifikat tanah eks
hukum adat. Relevansinya terkait dengan alat bukti. KTUN bukanlah alat bukti mutlak.
Adanya hubungan hukum masih mungkin dapat dibuktikan dengan alat bukti lain sedangkan

KONSTITUTIF yaitu  Adanya KTUN syarat mutlak lahirnya hubungan hukum; Sertifikat
HGB; SK PNS.

2.      Keputusan yang menguntungkan dan merugikan

Pada dasarnya KTUN yg menguntungkan seseorang namun mungkin merugikan pihak lain.

Relevansinya ialah kemungkinan terjadinya gugatan. KTUN yg menguntungkan, gugatan


bakal muncul dari pihak ke 3, sedang dalam hal KTUN merugikan / memberi beban
(penetapan pajak) gugatan berasal dari pihak ke 2.

3.      Keputusan enmahlig (berlaku sementara) dan keputusan permanen

Dasarnya pada kekuatan berlaku. KTUN sementara, berlakunya seketika (sekali pakai) ; mis.
IMB

Dlm praktek terdpt KTUN yg masa berlakuna untuk jangka waktu tertentu, mis. SK Bupati
ttg hak pakai atas tanah yg berlaku 5 tahun; srtifikat HGB jangka waktu 20 tahun.

Relevansinya : kemungkinan pengenaan sanksi administrasi sep. pencabutan izin. Bagi


KTUN semetara tidak mungkin izin dicabut jika izin telah digunakan, mis IMB. Demikian
pula kemungkinan mengalihkan hak pada pihak lain tentunya juga masih mungkin hanya jika
izin itu belum selesai digunakan dengan prosedur tertentu, tapi jika org menjual rumahnya yg

72 | P a g e
sudah ber IMB, secara yuridis tidak perlu bahkan sia-sia saja jika pemilik baru diharuskan
melakukan balik nama.

4.      Keputusan bebas dan keputusan terikat

Terikat adalah KTUN Hanya melaksanakan ketentuan yng sudah ada tanpa adanya suatu
ruang kebebasan interpretasi pejabat yg bersangkutan;

BEBAS yaitu didasarkan pada suatu kebebasan bertindak yg dikenal “freies ; Terdapat dua
macam Kebebasan yaitu kebebasan kebijaksanaan dan kebebasan interprestasi, Contoh :
Dalam hal pemegang izin tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal ….
Izin dapat dicabut. Walikota berwenang melarang reklame dalam bahasa asing demi
ketertiban umum (pengertian yg abstrak; vage norm, disinilah kebebasan menginterpretasi
arti kepentingan umum.

Relevansi KTUN Bebas dan terikat terkait dengan alat ukur aspek “rechtmatigheid”
(keabsahan). Keabsahan KTUN terikat diukur dengan peraturan tertulis, KTUN bebas diukur
dgn aaupb (tidak tertulis

5.      Keputusan positif dan keputusan negatif artinya keputusan menciptakan hukum baru
dan negatif menghilangkan hukum

6.      Keputusan perorangan dan keputusan kebendaan

Perorangan ialah KTUN yg diterbitkan berdasarkan kualitas pribadi orang tertentu; seperti
SK Pengangkatan dalam jabatan Negara, SIM, dan tidak bisa dialihkan. Sedangkan

Kebendaan adalah KTUN yg terbit atas kualitas kebendaan; Sertifikat Hak atas tanah, KTUN
ini bisa dialihkan kepemilikannya.

Syarat sahnya KTUN yaitu :

1. Wewenang

2. Prosedur

3. Substansi

WEWENANG yakni :

Dalam arti yuridis adalah suatu kemampuan yang diberikan oleh Peraturan Per-uu-an yang
berlaku untuk menimbulkan akibat hukum.

Cara Memperoleh yakni :

ATRIBUSI : wewenang utk membuat KTUN yang langsung bersumber dari UU dalam arti
materil; wewenang asli yg berarti timbulnya kewenangan baru yang semula kewenangan tsb
tdk dimiliki oleh organ pemerintahan yg bersangkutan.

–   Organ Administrasi adalah pemangku jabatan.

73 | P a g e
–   Jabatan adalah lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan dan dilakukan guna kepentingan
negara

–   Lingkungan tetap ialah dapat dinyatakan dengan tepat dan teliti dan sifatnya
langgeng( durzam)

–   Dari Jabatan itu sendiri lahir wewenang organ Adm Negara untuk melakukan tindak
pemerintahan

–         Jabatan dilaksanakan oleh pemangku jabatan.

–         Jabatan sbg lingk pekerjaan mempunyai garis batas-batas tertentu, meliputi materi,
tempat dan waktu.

DELEGASI yaitu :

–          Diartikan sebagai penyerahan wewenang untuk membuat KTUN oleh Pejabat
Pemerintahan (Pejabat TUN) kepada pihak lain.

–          Konsep penyerahan wewenang berarti ada perpindahan tanggung jawab dari yg
memberi delegasi (delegans) kepada yg menerima delegasi (delegetaris)

Syarat-syarat Delegasi yaitu :

–          Definitif : delegans tidak dapat lagi menggunakan sendiri weweng yg telah
dilimpahkan

–          Harus berdasarkan Per-UU-an :

hanya dimungkinkan jika ada ketentuan dalam Per-uu-an

–          Delegasi tidak kepada bawahan

–          Kewajiban memberi keterangan, delegans berwenang utk meminta penjelasan ttg
pelaksanaan weweng tsb.

–          Peraturan Kebijakan (beleidsregel), delegans memberi instruksi petunjuk ttg


penggunaan weweng tersebut.

MANDAT yaitu :

–          Diartikan sbg pelimpahan wewenang kepada bawahan untuk membuta KTUN a/n
pejabat TUN yg memberi mandat.

–          Tanggung jawab tidak berpindah

–          Semua akibat hukum yg timbul tanggung jawab pemberi mandat

PROSEDUR yakni :

Prosedur bertumpu atas tiga landasan utama hukum administrasi :

74 | P a g e
–           Asas negara hukum

–           Asas demokrasi

–           Instrumental

Azas-azas umum Pemerintahan yang baik :

–          AZAS HUKUM : Pikiran-pikiran dasar/ nilai-nilai yg melandasi kaidah-kaidah


hukum yg terdapt di dlm/di blkng sistem hukum

–          Asas hukum sebagai meta kaidah berkenaan dgn kaidah hukum menjelaskan dan
melegitimasi kaidah hukum (bertumpu muatan ideologis dari tatanan hukum, Kaidah Hukum
Dipandang sbg operasionalisasi atau pengolahan lebih lanjut asas hukum, Fungsi :
Merealisasikan ukuran nilai dalam norma hukum.

–          AAUPB/AAUPL (ALGEMENE BEGINSELEN VAN BEHOORLIJK BESTUUR)


diintroduksi pertama kali oleh commisie de la monchy dibelanda 1950, Berkenaan dgn upaya
peningkatan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah yg dipandang
merugikan.

Pengelompokan AAUPL yaitu :

Ø  ASAS ASAS FORMAL PEMBENTUKAN KEPUTUSAN

– ASAS KECERMATAN FORMAL

– ASAS FAIR PLAY

– ASAS LARANGAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG

Ø  ASAS FORMAL FORMULASI KEPUTUSAN

– ASAS MOTIVASI

– ASAS KEPASTIAN HUKUM FORMAL

Ø  ASAS MATERIAL KEPUTUSAN

– ASAS KEPASTIAN HUKUM MATERIAL

– ASAS KEPERCAYAAN

– ASAS PERSAMAAN

– KECERMATAN MATERIAL

– ASAS KESEIMBANGAN

– ASAS LARANGAN SEWENANG-WENANG

75 | P a g e
Unsur keputusan (Pasal 1 ayat 3 UU No. 5 tahun 1986) Suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau jabatan TUN yang berisi tindakan hukum TUN yang
berdasarkan peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual,
final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum pedata.

Jadi Keputusan TUN yakni :

1.   Penetapan tertulis

2.   Oleh pejabat Tata Usaha Negara

3.   Berisi tindakan hukum TUN

4.   Bersifat kongkrit, Individual dan final

5.   Akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum Perdata

Unsur-unsur ketetapan atau keputusan yaitu :

1.      Keputusan Tun adalah Penetapan Tertulis

2.      Yg dikeluarkan oleh badan atau jabatan TUN

3.      Berisi tindakan hukum

4.      Berdasar Peraturan Per-uu-ngan berlaku

5.      Yg bersifat konkret,

6.      Individual dan final,

7.      Menimbulkan akibat hukum

8.      Bagi seseoarang atau badan hukum perdata

Bentuk tertulis yakni :

a.    Menunjukkan isi bukan bentuk formalnya (SK Pengangkatan dsb)

b.   Sudah Jelas badan atau jabatan TUN yang mengeluarkannya;

c.    Maksud dan tentang apa isi tulisan tsb

d.   Kepada siapa tulisan itu ditujukan

e.    Apa yang ditetapkan didalamnya

f.     Diharuskan untuk kemudahan dari segi pembuktian

Pengertian Keputusan bersifat Kongkrit, Individual dan Final yaitu :

76 | P a g e
Ø  KONGKRIT : objek yang diputuskan dalam penetapan tertulis harus berwujud, tertentu
atau dapat ditentukan;  Ijin usaha bagi si B, pemberhentian si C sebagai PNS.

Ø  INDIVIDUAL : KTUN tidak ditujukan kepada umum, tetapi  tertentu baik alamat maupun
hal yang dituju, jika yg dituju lebih dari seorang, tiap-tiap orang yg dikenai keputusan harus
disebutkan.

Ø  FINAL : akibat hk yg ditimbulkan serta dimaksudkan dgn mengeluarkan penetapan


tertulis harus merupakan akibat hukum yang definitif. Adanya suatu ketetapan definitif hanya
ditentukan posisi hukum dari sisi subjek atau objek hukum.

Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata :

 Yg berarti menimbulkan suatu perubahan dalam suasana hukum yang telah ada.

 Karena Penetapan Tertulis merupakan suatu tindakan hukum, maka ia selalu


dimaksudkan untuk menimbulkan suatu akibat hukum

 Jika tidak menimbulkan suatu akibat hukum, maka ia bukan merupakan suatu
tindakan hukum, dan karenanya ia juga merupakan suatu penetapan tertulis.

 Mis. Pengangkatan CPNS dan Pemberhentian PNS.

Peraturan Kebijaksanaan

Menurut Philipus : peraturan kebijaksanaan (beleidregels, Policy rule) pada hakekatnya


merupakan produk dari tata usaha negara yang bertujuan “naar buiten gebractht schricftelijk
beleid” yaitu menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis, namun tidak disertai kewenangan
pembuatan peraturan dari badan atau pejabat TUN yang menciptakan peraturan
kebijaksanaan tersebut secara praktis kewenangan diskresioner administrasi negara yang
melahirkan peraturan kebijaksanaan mengandung dua aspek yaitu :

1.   Kebebasan menafsirkan ruang lingkup wewenang yang dirumuskan dalam peraturan
dasar wewenangnya. (kebebasan menilai objektif / bebas menilai)

2.   Kebebasan untuk menentukan sendiri dengan cara bagaimana dan kapan wewenang yang
dimiliki administrasi negara itu dilaksanakan (kebebasan menilai subjektif / bebas
kebijaksanaan).

Ciri-ciri peraturan kebijaksanaan yaitu :

Menurut Bagir Manan menyebutkan ciri-ciri peraturan kebijaksanaan sebagai berikut :

1.   Peraturan kebijaksanaan bukan merupakan peraturan perundang-undangan;

2.   Azas-azas pembatasan dan pengujian peraturan perundang-undangan tidak dapat


diberlakukan pada peraturan kebijaksanaan;

77 | P a g e
3.   Peraturan kebijaksanaan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena memang tidak ada
dasar peraturan perundang-undangan untuk membuat peraturan kebijaksanaan;

4.   Peraturan kebijaksanaan dibuat berdasarkan Freies Ermessen;

5.   Pengujian terhadap peraturan kebijaksanaan lebih diserahkan kepada Doelmatigheid


sehingga batu ujinya adalah Azas-azas umum pemerintahan yang baik (AAUPB);

6.   Dalam praktek diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan seperti : keputusan,
instruksi, surat edaran, pengumuman, dll bahkan dijumpai dalam bentuk peraturan.

Persamaan Peraturan Kebijaksanaan dan Peraturan Perundang-undangan :

Menurut A. Hamid Attamimi persamaannya adalah

1.   Aturannya berlaku umum dan abstrak.

2.   Peraturan yang berlaku keluar artinya ditujukan untuk masyarakat umum.

3.   Kewenangan pengaturan yang bersifat umum / publik, artinya keduanya ditetapkan oleh
lembaga / pejabat yang mempunyai kewenangan umum / publik.

Perbedaan Peraturan Kebijaksanaan dengan Peraturan Perundang-undangan :

Menurut A. Hamid Attamimi yaitu :

1.   Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan fungsi negara yaitu kekuasaan


dibidang legislatif sedangkan Peraturan Kebijaksanaan ada pada Pemerintah (arti sempit).

2.   Perbedaan materi muatan yaitu Peraturan Kebijaksanaan berhubungan dengan


kewenangan membentuk keputusan-keputusan, kewenangan bertindak dalam bidang hukum
privat dan kewenangan membuat rencana yang memang ada pada lembaga pemerintah
sedangkan materi peraturan perundang-undangan mengatur tata kehidupan masyarakat yang
lebih mendasar, misalnya suruhan dan larangan untuk berbuat atau tidak berbuat yang bisa
disertai dengan sanksi pidana / pemaksa.

3.   Sanksi peraturan perundang-undangan adalah sanksi pidana / pemaksa sedangkan


Peraturan Kebijaksanaan hanya sanksi administratif saja.

Fungsi Peraturan Kebijaksanaan menurut Marcus Lukman yaitu :

1.   Sebagai sarana pengaturan yang melengkapi, menyempurnakan, mengisi kekosongan


peraturan perundang-undangan.

2.   Sarana pengaturan bagi keadaan vakum peraturan perundang-undangan

3.   Sarana pengaturan kepentingan-kepentingan yang belum terakomodir secara patut, layak,
benar dan adil dalam peraturan perundang-undangan.

4.   Untuk mengatasi kondisi peraturan perundang-undangan yang sudah ketinggalan zaman.

78 | P a g e
5.   Untuk memperlancar tugas dan fungsi administrasi pemerintah dan pembangunan.

Penerapan Peraturan Kebijaksanaan harus memperhatikan :

1.   Sesuai dan serasi dengan undang-undang yang memberikan kebebasan bertindak.

2.   Sesuai dengan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB).

3.   Sesuai dan serasi dengan tujuan yang hendak dicapai.

Rencana

Rencana yaitu keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Perencanaan merupakan fungsi organik pertama dari administrasi dan manajemen
karena tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu dalam rangka usaha pencapaian tujuan.

Rencana terbagi dalam tiga kategori yaitu :

1.   Perencanaan informatif (Informatieve Planning) yaitu rancangan estimasi mengenai


perkembangan masyarakat yang dituangkan dalam alternatif-alternatif kebijakan tertentu.
Rencana semacam ini tidak memiliki akibat hukum bagi warganya.

2.   Perencanaan indikatif (Indicatieve Planning) yaitu rencana yang memuat kebijakan-
kebijakan yang akan ditempuh dan mengindikasikan bahwa rencana itu akan ditempuh.
Kebijakan ini masih perlu diterjemahkan dalam keputusan-keputusan operasional atau
normatif. (memiliki akibat yang tidak langsung).

3.   Perencanaan Operasional (Operationele Planning) yaitu rencana-rencana yang terdiri dari
persiapan –persiapan, perjanjian-perjanjian, dan ketetapan-ketetapan. Misalnya RTRK,
rencana Subsidi, rencana pengembangan kota, dll. (memiliki akibat hukum langsung baik
bagi pemerintah maupun warganya.

Perizinan

Pengertian perizinan menurut :

–      Syahran Basah, Izin adalah perbuatan hukum administrasi. Negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal kongkrit berdasarkan persyaratan prosedur
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.

–      Bagir Manan, Izin dalam arti luas berarti persetujuan dari penguasa berdasarkan
peraturan perundang-undangan untuk memperoleh melakukan tindakan atau perbuatan
tertentu yang secara umum dilarang.

–      Ateng Syafrudin, Izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang
menjadi boleh, atau sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa kongkrit.

79 | P a g e
–      Mr.N.M.Spelt dan Mr. J.B.J.M.Ten Berge, Izin merupakan suatu persetujuan dari
penguasa berdasarkan Undang-Undang atau peraturan pemerintah dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan (arti sempit).

Istilah lain yang mempunyai kesejajaran dengan izin yaitu :

1.   DISPENSASI : keputusan administrasi negara yang membebaskan suatu perbuatan dari
kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut.

WF. Prins mengatakan Dispensasi merupakan tindakan pemerintah yang menyebabkan suatu
peraturan perundang-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa.

Menurut Ateng Syafrudin, Dispensasi bertujuan untuk menembus rintangan yang sebetulnya
secara normal tidak diizinkan, jadi dispensasi menyisihkan pelarangan dalam hal yang
khusus.

2.   LISENSI, merupakan suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarakan suatu
perusahaan. Lisensi digunakan menyatakan suatu izin yang memperkenankan seseorang.

3.   KONSESI, merupakan suatu izin yang diberikan pemerintah kepada pihak swasta untuk
melaksanakan pekerjaan besar yang erat kaitannya dengan kepentingan umum.

Menurut HD. Van Wijk bentuk Konsesi digunakan untuk berbagai aktivitas yang
menyangkut kepentingan umum yang tidak mampu dikerjakan sendiri oleh pemerintah, lalu
diserahkan kepada pihak swasta.

Sarana Hukum Keperdataan

Kedudukan hukum pemerintah ada dua (twee petten) yaitu sebagai wakil dari Badan Hukum
(tunduk pada hukum perdata seperti halnya dengan orang atau badan hukum perdata lainnya)
dan sebagai wakil dari Jabatan Pemerintah (tunduk pada hukum publik).

Pemerintah sebagai badan hukum terlibat dalam pergaulan hukum privat, seperti jual beli,
sewa menyewa, membuat perjanjian dan mempunyai hak milik. Pemerintah juga bertanggung
jawab ketika terjadi perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah.

Tindakan hukum keperdataan dari pemerintah itu tidak dilakukan oleh organ pemerintah,
tetapi oleh badan hukumnya, yang dilakukan oleh wakilnya yaitu pemerintah.

Kedudukan pemerintah dalam menggunakan Instrumen hukum keperdataan yaitu :

1.   Pemerintah menggunakan instrumen keperdataan sekaligus melibatkan diri dalam


hubungan hukum keperdataan dengan kedudukan yang tidak berbeda dengan seseorang atau
badan hukum perdata.

80 | P a g e
2.   Pemerintah menggunakan instrumen hukum keperdataan tanpa menempatkan diri dalam
kedudukan yang sejajar dengan seorang atau badan hukum. (contohnya perjanjian dengan
persyaratan yang ditentukan sepihak oleh pemerintah).

81 | P a g e
ARTIKEL 9
HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
“Perbuatan Administrasi Negara dan Keputusan Tata Usaha Negara”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya Dalam suatu Negara hukum setiap tindakan hukum pemerintahan
selalu harus didasarkan pada asas legalitas atau harus berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Mengenai pengertian perbuatan permerintah Menurut Van
Vollenhoven yang dimaksud dengan tindakan pemerintahan (bustuurhandeling) adalah
pemeliaharaan kepentingan Negera dan rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa
tinggi dan rendahan. Sedangkan menurut Komisi Van Poelje dalam laporannya Tahun 1972
yang dimaksudkan dengan Puliek Rechtelijke Handeling atau tindakan dalam hukum publik
adalah tindakan-tindakan hukum yang dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsi
pemerintahan.

Indonesia sebagai negara berkembang memerlukan peranan dari aparatur pemerintah


dalam pelaksanaan pembangunan. Tugas pembangunan adalah salah satu dari aspek
penyelenggaraan tugas pemerintahan yang sasarannya terwujud dalam tujuan nasional
sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Konsekuensi logis
dari adanya tugas yang diemban dari aparatur pemerintah ini dilakukan suatu perbuatan
penetapan (beschikking handeling) yang menghasilkan ketetapan (beschikking). Pengertian
ketetapan berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 tentang PTUN, yaitu: suatu
penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha Negara berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

82 | P a g e
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang masalah diatas dan supaya permasalahan
dalam makalah ini dapat terjawab secara akurat, maka permasalahan yang akan di bahas
adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian perbuatan dalam administrasi negara?
2. Apa macam-macam perbuatan dalam administrasi negara?
3. Bagaimana unsur-unsur tindakan dalam administrasi negara?
4. Bagaimana cara pelaksanakan tindakan dalam perbuatan administrasi negara?
5. Apa pengertian keputusan dalam tata usaha negara?
6. Bagaimana syarat KTUN agar menjadi sah?
7. Bagaimana kriteria KTUN?
8. Bagaimana bentuk dan jenis KTUN?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah :

1. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Hukum Administrasi Negara.


2. Untuk mengetahui lebih dalam tentang ilmu administrasi negara.
3. Untuk mengetahui perbuatan serta macam-macam perbuatan dalam administrasi
negara.
4. Untuk mengkaji tentang unsur-unsur dan pelaksanaan tindakan dalam perbuatan
administrasi negara.
5. Untuk mengetahui tentang KTUN.
6. Untuk mengetahui syarat dalam KTUN.
7. Untuk mengkaji bentuk dan jenis KTUN.
8. Kepentingan teoritik; memperkaya teori-teori mengenai mata kuliah Hukum
Administrasi Negara.

BAB II

PEMBAHASAN

83 | P a g e
2.1. Perbuatan Dalam Administrasi Negara oleh Pemerintah.

Pada masa lalu, istilah “teori hukum tata negara” sangat jarang sekali terdengar,
apalagi dibahas dalam perkuliahan maupun forum-forum ilmiah. Hukum Tata Negara yang
dipelajari oleh mahasiswa adalah Hukum Tata Negara dalam arti sempit. Hal ini dipengaruhi
oleh watak rezim orde baru yang berupaya mempertahankan tatanan ketatanegaraan pada saat
itu yang memang menguntungkan penguasa untuk mempertahankan kekuasaannya.
Pemikiran Hukum Tata Negara secara langsung maupun tidak langsung akhirnya menjadi
terhegemoni/terbelenggu. Tatanan ketatanegaraan berdasarkan Hukum Tata Negara pada saat
itu adalah pelaksanaan dari Pancasila dan UUD 1945 secara murni dengan memberlakukan
asas tunggal Pancasila dan penerapan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).
Akibatnya, pembahasan sisi teoritis dari Hukum Tata Negara menjadi ditinggalkan, bahkan
dikekang karena dianggap sebagai pikiran yang “anti kemapanan” dan dapat mengganggu
stabilitas nasional.
Pemerintah adalah sama dengan eksekutif UUD 1945 membagi alat kelengkapan
negara terdiri atas tiga kekuasaan, yakni eksekutif, legislatif, yudikatif. Di sini pemerintah
adalah eksekutif. Pemerintah adalah lebih luas dari eksekutif Pengertian pemerintah dalam
UUD 1945 bukanlah penyelenggaraan fungsi eksekutif semata-mata melainkan juga fungsi
lainnya yang tidak terjangkau oleh fungsi legislatif, fungsi yudikatif. Pemerintahn selain
melaksanakan peraturan hukum yang dibuat lembaga legislatif juga menjalankan hal-hal lain
yang menjadi tugasnya, fungsi pemerintah lebih luas dari fungsi eksekutif.

2.1.1. Pengertian Perbuatan Administrasi Negara

a. Komisi Van Poelje : perbuatan hukum alat administrasi negara/alat tata usaha adalah
tindakan-tindakan hukum (dalam hukum publik) yang dilakukan oleh penguasa dalam
menjalankan fungsi pemerintahan dalam arti sempit.
b. Romeyn : tindak pangreh adalah tiap-tiap tindakan (perbuatan) dari suatu alat
perlengkapan pemerintah (bestuursorgaan), juga diluar lapangan hukum tata pemerintahan
yang bermaksud untuk menimbulkan akibat hukum di bidang hukum administrasi.
c. E. Utrecht : perbuatan pemerintah ialah tiap-tiap perbuatan yang dilakukan pemerintah
dengan maksud untuk menyelenggarakan kepentingan umum, termasuk perbuatan
mengadakan peraturan maupun perbuatan mengadakan ketetapan atau perjanjian.

84 | P a g e
d. Van Vollenhoven, maksud dengan “tindakan pemerintah” adalah pemeliharaan
kepentingan Negara dan rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi dan
rendahan.

Dengan demikian Substansi dari perbuatan alat administrasi negara adalah tiap-tiap
tindakan yang dilakukan oleh alat tata usaha negara/alat pemerintah tidak hanya dalam fungsi
eksekutif, akan tetapi juga dalam melaksanakan public service
sebagai konsekuensi dari pelaksanaan Welfare State. Perbuatan alat administrasi negara ini
ada yang masuk dalam klasifikasi perbuatan hukum dan perbuatan nyata.
Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kepentingan umum, pemerintah
banyak melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan. Aktivita atau perbuatan itu pada garis
besarnya dibedakan kedalam dua golongan, yaitu :

 Golongan perbuatan hukum.


 Golongan yang bukan perbuatan hukum.
 Golongan Perbuatan nyata
Perbuatan administrasi negara yang termasuk ke dalam kategori perbuatan hukum
dibagi menjadi dua, yaitu perbuatan hukum yang berdasarkan hukum privat dan perbuatan
hukum yang berdasarkan hukum publik. Perbuatan hukum yang berdasarkan hukum privat itu
selalu bersegi dua artinya suatu hubungan yang diatur hukum privat itu ada dua pihak yang
dapat menentukan kehendaknya.
Dari kedua golongan perbuatan tersebut yang penting bagi hukum administrasi negara
adalah golongan perbuatan hukum (hechts handelingen), sebab perbuatan tersebut langsung
menimbulkan akibat hukum tertentu bagi hukum administrasi Negara, oleh karena perbuatan
hukum ini membawa akibat pada hubungan hukum atau atau keadaan hukum yang ada, maka
maka perbuatan tersebut tidak boleh mengandung cacat, seperti kehilafan (dwaling),
penipuan (bedrog), paksaan (dwang). Disamping itu tindakan hukum tersebut harus
didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka dengan sendirinya
tindakan tersebut tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan peraturan peraturan
yang bersangkutan. sedangkan golongan perbuatan yang bukan perbuatan hukum tidak
relevan (tidak penting).

85 | P a g e
2.2. Macam-Macam Perbuatan Administrasi Negara

Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kepentingan umum, pemerintah


banyak melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan. Aktivitas atau perbuatan itu pada garis
besarnya dibedakan kedalam dua golongan, yaitu :

1. Golongan perbuatan hukum. Rechtshandelingen.


2. Golongan yang bukan perbuatan hukum. Feitelijke handelingen.
3. Golongan perbuatan nyata.

Yang penting bagi Hukum Administrasi Negara adalah golongan perbuatan hukum,
sebab perbuatan tersebut langsung menimbulkan akibat hukum tertentu bagi Hukum
Administrasi Negara. Adapun golongan perbuatan yang bukan perbuatan hukum tidak
relevan (tidak penting), perbuatan pemerintah yang termasuk golongan perbuatan hukum
dapat berupa :

1) Perbuatan hukum menurut hukum privat (sipil)


2) Perbuatan hukum menurut hukum public.

Untuk Hukum Administrasi Negara, yang penting adalah perbuatan Alat Administrasi
Negara yang merupakan perbuatan hukum (rechtshandelingen), yaitu suatu perbuatan yang
dilakukan dengan berdasarkan pada hukum yang berlaku baik yang didasarkan hukum privat
maupun hukum publik. Perbuatan hukum yang diadasarkan pada hukum public bisa bersegi
satu bisa pula bersegi dua. Perbuatan hukum bersegi satu, yaitu apabila dalam perbuatan itu
hanya ada satu kehendak yang menonjol, bersegi dua apabila di dalam perbuatan itu ada dua
kehendak yang sama-sama menonjol. Perbuatan yang didasarkan pada hukum privat selalu
bersegi dua. Perbuatan menurut hukum yang dilakukanoleh alat administrasi negara ini yang
penting di dalam HAN terutama yang didasarkan pada hukum public yang bersegi satu.
Sedangkan perbuatan hukum menurut hukum privat pada umumnya tidak termasuk di dalam
Hukum Administrasi Negara.

Perbutan pemerintah yang bukan perbuatan hukum.

86 | P a g e
Pengertian perbuatan pemerintah yang bukan perbuatan hukum adalah tindakan
pemerintah terhadap masyarakat yang tidak mempunyai akibat hukum. Contoh-contoh :
 Presiden menghimbau masyarakat untuk hidup sederhana.
 Menteri perhubungan meresmikan jembatan.
 Gubernur mengunjungi panti asuhan.

Perbuatan pemerintah yang merupakan perbuatan hukum.

Adalah suatu perbuatan atau tindakan oleh pemerintah kepada masyarakat yang dapat
menimbulkan akibat hukum. (bentuk keputusan dan peraturan).

Perbuatan nyata

Adalah perbuatan pemerintah dalam rangka memberikan pelayanan. Yang menjadi


obyek kajian dalam HAN adalah perbuatan pemerintah yang merupakan perbuatan hukum.

3.2.1. Perbuatan Hukum menurut Hukum Privat.

Pertama, menurut Prof. scholten, pendapat yang menyatakan bahwa Administrasi


Negara  dalam menjalankan tugas pemerinyah tidak dapat menggunakan hukum privat.
Alasannya karena sifat hukum privat itu mengatur hubungan hukum yang merupakan
kehendak kedua belah pihak dan bersifat perorangan, sedangkan Hukum Administrasi Negara
merupakan bagian dari hukum public yang merupakan hukum untuk bolehnya tindakan atas
kehendak satu pihak. Tindakan satu pihak ini dalam administrasi Negara di  lakukan dalam
rangka melindungi kepentingan umum.
Kedua, menurut Prof. Krabbe, Kranenburg, Vegting, Donner, dan Huart, menyatakan
bahwa administrasi Negara dalam menjalankan tugasnya dalam beberapa hal dapat juga
menggunakan hukum privat. Untuk menyelesaikan suatu soal khusus dalam lapangan
administrasi Negara telah tersedia peraturan-peraturan hukum publik, maka administrasi
Negara harus menggunakan hukum public itu dan tidak dapat menggunakan hukum privat.
Perbuatan alat administrasi negara yang merupakan perbuatan hukum menurut hukum
privat, yaitu menyangkut hubungan hukum aparatur negara dengan subyek hukum lain
berdasarkan hukum privat, sebagai contoh :

87 | P a g e
 Hubungan sewa menyewa antara pemerintah dengan pihak swasta yang diatur oleh
Pasal 1548 KUHPerdata;
 Penjualan tanah eigendom yang diatur oleh Pasal 1547 KUHPerdata;
 Perjanjian Kerja (pelayanan rumah tangga untuk kepentingan kantor) yang diatur
KUHPerdata Buku III title 7 dan 7A

Perbuatan - perbuatan yang dilakukan oleh alat administrasi negara berdasarkan


ketentuan-ketentuan di atas tidak tergolong dalam HAN, melainkan masuk di dalam
perbuatan hukum perdata. Perbuatan hukum yang didasarkan pada hukum publik baik itu
perbuatan untuk melaksanakan peraturan maupun perbuatan yang dilakukan dengan tujuan
untuk menyelesaikan masalah konkrit termasuk juga yang didasarkan pada Freies Ermessen
(kebebasan bertindak atas inisiatif sendiri). Perbuatan ini dilakukan untuk menyelenggarakan
kepentingan umum. Mengenai apa yang dimaksud dengan “kepentingan umum”,
The Liang Gie menyatakan bahwa kepentingan umum ialah segenap hal yang
mendorong tercapainya ketentraman, kestabilan ekonomi dan kemajuan dalam kehidupan
masyarakat di samping urusan-urusan yang menyangkut negara dan rakyat seluruhnya
sebagai satu kesatuan, sedangkan Sudargo Gautama menyatakan bahwa kepentingan umum
sama dengan kesejahteraan umum. Dengan demikian tugas dan fungsi alat administrasi
negara dalam negara kesejahteraan (welfare state) menjadi sangat luas, tidak semata-mata
menjalankan roda pemerintahan, akan tetapi juga berperan dalam kehidupan social, ekonomi
dan cultural. Oleh karena itu alat administrasi negara tidak lagi dipandang sebagai alat
kekuasaan, akan tetapi dipandang sebagai alat pelayan masyarakat (public service). Menurut
Faried Ali dengan adanya campur tangan pemerintah yang luas dalam kegiatan social dan
ekonomi maka Hukum Ekonomi (Economic Law) yang sering dipakai oleh para ahli di
indonesia 80% masuk dalam bidang Hukum Administrasi Negara dan 20% masuk bidang
hukum privat.

3.2.2. Perbuatan Hukum menurut Hukum Publik

Mengenai perbuatan hukum alat administrasi negara yang didasarkan pada hukum
publik ada perbedaan pendapat di antara para ahli. Ada ahli yang tidak
menerima/membenarkan adanya perbuatan hukum public yang bersegi dua. Menurut mereka

88 | P a g e
semua perbuatan hukum publik selalu bersegi satu antara lain Paul Scolten, Sybengan, Van
Praag, Meyers. Alasan mereka tidak mengakui perbuatan hukum public bersegi dua, karena
pada hakekatnya perbuatan pemerintah/alat administrasi negara adalah suatu perbuatan yang
mengeluarkan atau memberhentikan suatu peraturan. Mereka bertitik tolak dari pandangan
yang didasarkan pada teori kehendak (wilstheori). Menurut teori ini perbuatan mengeluarkan
atau memberhentikan suatu peraturan, dalam hal ini hanya ada satu kehendak yang menonjol
yakni kehendak pemerintah, sehingga di sini tidak ada perjanjian dan dalam perbuatan yang
bersegi dua yakni ada perjanjian antara dua pihak, oleh karena itu tidak ada perbuatan
pemerintah.
Para ahli yang menerima pendapat adanya perbuatan hukum public bersegi dua yakni
Kranenburg-Vegting, Wiarda, Donner, Utrecht. Alasan mereka menerima pendapat adanya
perbuatan hukum publik bersegi dua, karena yang dimaksud dengan perbuatan pemerintah
adalah perbuatan dengan maksud menyelenggarakan kepentingan umum, termasuk perbuatan
membuat peraturan dan perbuatan mengadakan keputusan atas perjanjian. Sebagai contoh :
 Perjanjian kerja jangka pendek (Kortverband Contract) yang dilakukan oleh
pemerintah dengan pihak swasta sebagai pekerja dan pemerintah sebagai pemberi
kerja.

Di sini ada kesesuaian dua kehendak, sehingga perbuatan hukum itu dikatakan bersegi
dua. Perbuatan hukum bersegi dua ini tidak diatur dalam hukum privat akan tetapi diatur oleh
suatu hukum yang bersifat istimewa dalam hal ini hukum publik. Bertitik tolak dari
pandangan ini, maka pemerintah dapat juga melakukan perjanjian kerja yang sesungguhnya
diatur dalam KUHPerdata di mana perjanjian itu karena sifatnya istimewa dimaksudkan
sebagai perjanjian menurut hukum publik.

Perbuatan Hukum menurut Hukum Publik ini ada dua macam :

a. Perbuatan Hukum Publik yang Bersegi Satu


S. Sybenga, mengakui adanya perbuatan hukum publik yang bersegi satu, artinya
hukum publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu pemerintah. Jadi
menurutnya tidak ada perbuatan hukum publik yang bersegi dua, maksudnya tidak ada
perjanjian. Sebab hubungan hukum yang diatur oleh hukum publik hanya berasal dari satu
pihak saja yakni pemerintah dengan cara menentukan kehendaknya sendiri. Artinya hukum

89 | P a g e
publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu pemerintah. Jadi didalamnya tidak
ada perjanjian, jadi hubungan hukum yang diatur oleh hukum publik hanya berasal dari satu
pihak saja yakni pemerintah dengan cara menentukan kehendaknya sendiri.

b. Perbuatan Hukum Publik yang besegi Dua


Van der Pot, Kranenberg-Vegting, Wiarda dan Donner mengakui adanya hukum publik
yang bersegi dua atau adanya perjanjian menurut hukum publik. Contoh, dengan adanya
perjanjian kerja jangka pendek yang diadakan seseorang swasta sebagai pekerja dengan pihak
pemerintah sebagai pihak pemberi pekerjaan. Disini ada penyesuaian kehendak antara
pekerja dengan pemberi pekerjaan, dan perbuatan hukum itu diatur oleh hukum istimewa
yaitu peraturan hukum publik sehingga tidak ditemui pengaturannya di dalam hukum privat
(biasa), Mereka memberi contoh tentang adanya “Kortverband Contract” (perjanjian kerja
jangka pendek) yang diadakan seorang swasta sebagai pekerja dengan pihak pemerintah
sebagai pihak pemberi pekerjaan.
Pada kortverband contract ada persesuaian kehendak antara pekerja dengan pemberi
pekerjaan, dan perbuatan hukum itu diatur oleh hukum istimewa yaitu peraturan hukum
publik sehingga tidak ditemui pengaturannya di dalam hukum privat (bisaa). Dalam kaitan ini
bisa dicontohkan misalnya tenaga-tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia untuk masa
waktu tertentu adalah merupakan Kontverband Contract yang kemudian dituangkan dalam
satu beschikking.

b.3. Unsur-Unsur Perbuatan Administrasi Negara


Berdasarkan pengertian diatas tampak beberapa unsur yang terdapat didalamnya
Muchsan menyebutkan unsur-unsur tindakan pemrintahan sebagai berikut :
a. Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai
penguasa maupun sebagai alat pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab
sendiri
b. Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan
c. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di
bidang hukum administrasi.
d. Perbuatan tersebut menyangkut pemeliharaan kepentingan Negara dan rakyat.
e. Perbuatan itu harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

90 | P a g e
b.4. Penentuan Tugas dan Kewenangan dalam Administrasi Negara

Menurut Donner di samping melakukan tindakan-tindakan hukum dalam menjalankan


fungsi pemerintahan administrasi Negara juga melakukan pekerjaan menentukan tugas
“taakstelling” ataupun tugas politik, sekalipun tugas itu bukan merupakan tugas utamanya,
administrasi Negara juga diberi tugas untuk membentuk undang-undang dan peraturan-
peraturan yang sebenarnya menjadi tugas legislatif.
Pemberian tugas pembuatan peraturan-peraturan itu menurut Donner di berikan
berdasarkan lembaga “delegasi” atau pelimpahan tugas kepada administrasi Negara yang
biasa disebut dengan ‘delegasi perundang-undangan’. Kewenangan inisiatif ini ini bisa
melahirkan peraturan yang setingkat UU yaitu perpu, sedangkan kewenangan atas delegasi
bisa melahirkan peraturan yang derajatnya di bawah UU yaitu Peraturan Pemerintah.
Dasarnya dari kewenangan administrasi Negara untuk membuat peraturan atas inisiatifnya
sendiri adalah pasal 22 ayat (1) UUD 1945.

b.5. Cara Pelaksanaan Tindakan dalam Administrasi Negara

Menurut E. Utrecht tindakan pemerintah itu dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu :

1. Yang bertindak adalah administrasi Negara itu sendiri.


2. Yang bertindak adalah subyek hukum/badan hukum lain yang tidak termasuk
administrasi Negara, dan dilakukan berdasarkan sesuatu hubungan istimewa,
seperti badan hukum-badan hukum yang diberi monopoli.
3. Yang bertindak adalah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi Negara
yang menjalankan pekerjaan berdasarkan suatu konsesi/izin dari pemerintah.
Artinya pekerjaan tersebut diserahkan oleh pemerintah kepada badan swasta untuk
menyelenggarakan kepentingan umum, seperti Damri, Pelni, Shell, Caltec, dan
sebagainya.
4. Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi Negara
yang diberi subsidi  oleh pemerintah, seperti yayasan-yayasan pendidikan.
5. Yang bertindak adalah pemerintah bersama-sama dengan subyek hukum lain yang
bukan administrasi Negara di mana kedua belah pihak tergabung dalam kerjasama,

91 | P a g e
seperti Bank Industri Niaga, di mana pemerintah bukan pemegang saham tetapi di
dalam dewan direksinya ada wakil-wakil pemerintah.
6. Yang bertindak adalah yayasan yang didirikan/diawasi oleh pemerintah, seperti
yayasan Supersemar, yayasan Veteran dan sebagainya.
7. Yang bertindak adalah koperasi yang didirikan/diawasi oleh pemerintah.
8. Yang bertindak adalah Perusahaan Negara seperti PLN.
Pada dasarnya semua tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah harus
didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka tindakan tersebut tidak
boleh menyimpang atau bertentangan dengan peraturan peraturan yang bersangkutan. Dalam
hal ini pemerintah memiliki kedudukan yang khusus (de overhead als bijzonder persoon),
sebagai satu-satunya pihak yang diserahi kewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan
kepentingan umum dimana dalam rangka melaksanakan kewajiban ini kepada pemerintah
diberikan wewenang membuat peraturan perundang-undangan, menggunakan paksaan
pemerintahan, atau menerapkan sanksi-sanksi hukum.
Pemerintah juga mempunyai kedudukan yang tidak dimiliki oleh seseorang ataupun
badan hukum perdata, ini menyebabkan hubungan hukum antara pemerintah dengan
seseorang dan badan hukum perdata bersifat ordinatif. Tetapi meskipun hubungan hukumnya
bersifat ordonatif, pemerintahan tidak dapat melakukan tindakan hukum secara bebas dan
semena-mena terhadap warga Negara.
Dari uraian tersebut dapat di simpulkan bahwa ada beberapa macam tindakan
pemerintah yang merupakan tindakan hukum dalam rangka menyelenggarakan kepentingan
umum, yaitu :

1. Dengan membebankan kewajiban pada organ-organ itu untuk menyelenggarakan


kepentingan umum.
2. Dengan mengeluarkan undang-undang yang bersifat melarang atau menyeluruh yang
ditujukan pada tiap-tiap warganegara untuk melakukan perbuatan yang perlu demi
kepentingan umum.
3. Memberikan perintah-perintah atau ketetapan-ketetapan yang bersifat memberi beban.
4. Memberikan subsidi-subsidi atau bantuan-bantuan kepada swasta.
5. Memberikan kedudukan hukum kepada seseorang sesuai dengan keinginannya, sehingga
orang tersebut mempunyai hak dan kewajiban.
6. Melakukan pengawasan terhadap pekerjaan swasta.

92 | P a g e
7. Bekerjasama dengan perusahaan lain dalam bentuk-bentuk yang ditentukan untuk
kepentingan

b.6. Keputusan / Ketetapan Tata Usaha Negara

Keputusan Administrasi Negara merupakan perbuatan hukum publik bersegi satu,


yang dilakukan oleh Alat Administrasi Negara untuk menyelenggarakan kepentingan umum.
Keputusan Administrasi Negara ini dinegara Belanda dikenal dengan istilah Beschikking,
Perancis dikenal dengan Acte Administratif, di Jerman dikenal dengan Verwaltungsakt. Di
Indonesia belum ada kesatuan pendapat mengenai istilah yang merupakan terjemahan dari
Beschikking ini.
Utrecht, menerjemahkan dengan istilah Ketetapan, sedangkan Koentjoro
Purbopranoto menyebutnya dengan istilah Keputusan. Keputusan yang dibuat oleh alat
administrasi negara ini merupakan bagian terbesar dari macam-macam perbuatan hukum
yang dilakukan oleh alat administrasi negara. Perbuatan alat administrasi negara dalam
mengadakan keputusan/ketetapan ini disebut penetapan.
Keputusan atau ketetapan, ada yang dibuat untuk menyelengarakan hubungan-
hubungan dalam lingkungan alat administrasi yang membuatnya yang dikenaldengan
keputusan intern. Ada juga yang dibuat untuk menyelenggarakan hubungan antara alat
administrasi negara yang membuatnya dengan pihak swasta atau warga masyarakat atau
antara dua atau lebih alat administrasi negara, yang dikenal dengan keputusan ekstern. Di
dalam HAN yang terpenting adalah keputusan/ketetapan ekstern.
Prins, memberikan definisi keputusan/ketetapan sebagai perbuatan hukum bersegi
satu dalam lapangan pemerintahan dalam arti sempit (bestuur) dilakukan oleh alat
pemerintahan dalam arti yang luas berdasarkan kekuasaan istimewa. Sedangkan Utrecht
menyatakan bahwa ketetapan adalah suatu perbuatan pemerintah dalam arti kata luas yang
khusus bagi lapangan pemerintahan dalam arti kata sempit (dalam menyelenggarakan
kepentingan umum). Dengan demikian tidak berarti bahwa ketetapan itu hanya dibuat oleh
alat pemerintah dalam bidang eksekutif, akan tetapi bisa juga dibuat oleh alat pemerintah
dalam bidang legislatif dan yudikatif.
Van der Pot berpendapat bahwa ketetapan adalah perbuatan hukum yang dilakukan
alat-alat pemerintahan itu menyelenggarakan hal khusus, dengan maksud mengadakan

93 | P a g e
perubahan dalam lapangan hubungan hukum. Van Vollenhoven berpendapat bahwa
penetapan/keputusan yang bersifat legislative yang mempunyai arti berlainan.
Meskipun penggunaan istilah keputusan dianggap lebih tepat, namun dalam buku
Ridwan HR, akan digunakan istilah ketetapan dengan pertimbangan untuk membedakan
dengan penerjemahan “besluit” (keputusan) yang sudah memiliki pengertian khusus, yaitu
sebagai keputusan yang bersifat umum dan mengikat atau sebagai peraturan perundang-
undangan.
Keputusan Administratif merupakan suatu pengertian yang sangat umum dan abstrak,
yang dalam praktik tampak dalam bentuk keputusan-keputusan yang sangat berbeda. Namun
demikian keputusan administratif juga mengandung ciri-ciri yang sama, karena akhirnya
dalam teori hanya ada satu pengertian “Keputusan Administratif”. Adalah penting untuk
mempunyai pengertian yang mendalam tentang pengertian keputusan administratif, karena
perlu untuk dapat mengenal dalam praktek keputusan-keputusan/tindakan-tindakan tertentu
sebagai keputusan administrative. Dan hal itu diperlukan, karena hukum positif mengikatkan
akibat-akibat hukum tertentu pada keputusan-keputusan tersebut, misalnya suatu
penyelesaian hukum melalui hakim tertentu. Sifat norma hukum keputusan adalah individual-
konkrit.
Undang-undang No.5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara menyebut
ketetapan ini dengan sebutan Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN). Adapun yang
dimaksudkan dengan Keputusan/Ketetapan AN (UU Peratun menyebut dengan istilah
keputusan TUN), berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 UU No.5 Tahun 1986 (UU Peratun)
adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat TUN yang berisi
tindakan hukum Tata Usaha Negara berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku,
bersifat konkrit, individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau
badan hukum perdata. Unsur-unsur utama Keputusan TUN seperti dirumuskan dalam Pasal 1
angka 3 UU Peratun, yaitu :

 Penetapan tertulis;
 Oleh Badan atau Pejabat TUN;
 Konkrit;
 Individual;
 Final;serta
 Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.

94 | P a g e
Penetapan tertulis maksudnya adalah cukup ada hitam diatas putih, karena menurut
penjelasan Pasal 1 angka 3 UU Peratun dikatakan bahwa bentuk formal tidak penting dan
bahkan nota dinas atau memo pun sudah memenuhi syarat sebagai penetapan tertulis. Adapun
Badan atau Pejabat TUN yang dirumuskan dalam UU Peratun itu pada dasarnya adalah
badan-badan atau pejabat yang melakukan urusan pemerintahan dalam arti sempit. Kalau kita
bandingkan rumusan Keputusan/Ketetapan yang dikemukakan oleh Prins dan Utrecht
dengan rumusan KTUN yang dimuat dalam UU Peratun, lebih luas rumusan yang
dikemukakan oleh Prins dan Utrecht.

         Penetapan Tertulis


Secara teoritis, hubungan hukum public senantiasa bersegi satu (tindakan hukum
administrasi adalah tindakan hukum sepihak). Oleh karena itu, hubungan hukum publik
berbeda halnya dengan hubungan hukum dalam bidang perdata yang selalu bersifat dua pihak
karena dalam hukum perdata disamping ada kesamaan kedudukan juga ada asas otonomi
berupa kebebasan pihak yang bersangkutan untuk mengadakan hubungan hukum atau tidak
serta menentukan apa isi hubungan hukum itu. Ketika pemerintah dihadapkan pada peristiwa
konkret dan pemerintah memiliki motivasi dan keinginan untuk menyelesaikan peristiwa
tersebut, pemerintah diberi wewenang untuk mengambil tindakan hukum sepihak dalam
bentuk ketetapan yang merupakan hasil dari tindakan hukum yang dituangkan dalam bentuk
tertulis.

         Dikeluarkan oleh Pemerintah

Hampir semua organ kenegeraan dan pemerintahan berwenang untuk mengeluarkan


ketetapan atau keputusan. Tetapi ketetapan yang dimaksudkan disini hanyalah ketetapan yang
dikeluarkan oleh pemerintah selaku administrasi negara. Ketetapan yang dikeluarkan oleh
organ-organ kenegaraan tidak termasuk dalam pengertian beschikking berdasarkan hukum
administrasi.

         Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku

95 | P a g e
Pembuatan dan penetapan ketetapan harus didasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku atau harus didasarkan pada wewenang pemerintahan yang diberikan
oleh peraturan perundang-undangan.

         Bersifat Konkret, Individual, dan Final

Ketetapan memiliki sifat norma hukum yang individual-konkrit dari rangkaian norma
hukum yang bersifat umum-abstrak. KTUN bersifat Konkrit berarti objek yang diputuskan
dalam KTUN itu tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu atau dapat ditentukan. Dalam hal apa
dan kepada siapa keputusan itu dikeluarkan, harus secara jelas disebutkan dalam keputusan.
Atau dalam rumusan lain,objek dan subjek dalam keputusan harus disebut secara tegas.
KTUN bersifat individual artinya tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu baik alamat
maupun hal yang dituju. Kalau yang dituju lebih dari seorang, tiap-tiap nama orang yang
terkena disebutkan. Tindakan Tata Usaha dalam menyatakan kehendaknya- dengan maksud
terjadi perubahan pada lapangan hukum publik yang bersifat umum,seharusnya dituangkan
dalam bentuk Peraturan (regeling).

KTUN bersifat final berarti sudah definitif sehingga dapat menimbukan akibat
hukum. Ketetapan yang masih memerlukan persetujuan instansi atasan atau instansi lain
belum bersifat final sehingga belum dapat menimbulkan suatu hak atau kewajiban pada pihak
yang bersangkutan.

         Menimbulkan Akibat Hukum

Ketetapan merupakan wujud konkrit dari tindakan hukum pemerintahan. Secara


teoritis, tindakan hukum berarti tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat
menimbulkan akibat hukum tertentu. Dengan demikian, tindakan hukum pemerintahan
merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh organ pemerintahan untuk menimbulkan
akibat-akibat hukum tertentu khususnya dibidang pemerintahan atau administrasi negara.

         Seseorang atau Badan Hukum Perdata

96 | P a g e
Subjek hukum terdiri dari manusia dan badan hukum. Berdasarkan hukum
keperdataan, seseorang atau badan hukum yang dinyatakan tidak mampu seperti orang yang
berada dalam pengampuan atau perusahaan yang dinyatakan pailit tidak dapat dikualifikasi
sebagai subjek hukum. Ketetapan sebagai wujud dari tindakan hukum publik sepihak dari
organ pemerintahan ditujukan pada subjek hukum yang berupa seseorang atau badan hukum
perdata yang memiliki kecakapan untuk melakukan tindakan hukum.
Menurut rumusan Prins dan Utrecht badan/pejabat-pejabat yang membuat atau
mengeluarkan Keputusan/Ketetapan tidak terbatas pada badan/pejabat dalam lingkup
pemerintahan dalam arti yang sempit, akan tetapi badan/pejabat-pejabat dalam lingkup
pemerintahan dalam arti yang luas (legislatif maupun yudikatif) bisa membuat
keputusan/ketetapan hanya saja keputusan/ketetapan itu dimaksudkan untuk
menyelenggarakan dan melaksanakan tugas-tugas dan urusan pemerintahan dalam arti yang
sempit (eksekutif). Sedangkan KTUN yang ditentukan dalam UU Peratun hanya KTUN yang
dibuat oleh badan/pejabat-pejabat dalam lingkup eksekutif.
Hal ini bisa kita fahami mengingat bahwa UU Peratun membatasi KTUN yang bisa
dibawa ke Peratun yang bisa dibawa ke Peratun hanyalah KTUN yang dibuat oleh alat
administrasi negara dalam lingkungan eksekutif. Untuk dapat menjalankan tugasnya, di
samping membuat keputusan, Alat Administrasi Negara juga mengeluarkan peraturan. Di
mana pada waktu kita membahas pengertian HAN, Prajudi Atmasudirdjo menyatakan bahwa
peraturan ini termasuk dalam UU dalam arti luas yang merupakan bagian dari sumber Hukum
Tata Usaha Negara yang bersifat otonom, yang dapat diubah, ditambah oleh Alat Tata Usaha
Negara apabila perlu dengan memperhatian asas-asas umum pemerintahan yang baik.

Adapun perbedaan antara keputusan/ketetapan dengan peraturan, yaitu :

 Keputusan/Ketetapan : dibuat untuk menyelesaikan hal-hal yang konkret yang telah


diketahui lebih dulu oleh alat AN dan bersifat kasuistik. Sebagai contoh : SK
penerimaan pegawai, di sana disebut secara tegas nama-nama pelamar yang diterima
sebagai calon pegawai, sehingga SK tersebut hanya diperuntukkan bagi para pelamar
yang diterima sebagai calon pegawai yang disebut dalam SK itu.
 Peraturan : dibuat untuk menyelesaikan hal-hal yang bersifat abstrak yang belum
diketahui sebelumnya dan bersifat umum, dan yang mungkin akan terjadi. Sebagai
contoh : peraturan (Keputusan) yang mengatur tentang syarat-syarat yang harus

97 | P a g e
dipenuhi oleh pelamar PNS. Di sana tidak bisa disebut satu persatu calon pelamar,
melainkan diperuntukkan bagi semua calon pelamar sebagai PNS, sehingga dikatakan
berlaku umum dan bersifat abstrak karena belum diketahui siapa sajakah nama-nama
orang yang berniat melamar sebagai PNS.

Akan tetapi perlu diingat bahwa walaupun satu peraturan itu dibuat untuk
menyelesaikan hal-hal yang masih abstrak, tetapi seringkali perkara konkrit yang terjadi
sebelumnya menjadi sebab maka itu dikeluarkan. Kadang-kadang perbedaan antara
keputusan dengan peraturan itu tidak jelas, karena produk hukum Alat Tata Usaha Negara
yang kita kenal dengan peraturan ini juga bentuk formalnya merupakan keputusan tapi isinya
bersifat mengatur.
Apalagi dalam suatu peraturan yang sifatnya einmalig, yaitu suatu peraturan yang
dibuat untuk menyelesaikan suatu perkara konkrit dan setelah penyelesaian itu terlaksana
kemudian peraturan itu berhenti berlaku tanpa dicabut. Juga perlu diketahui bahwa untuk
membedakan apakah suatu keputusan itu merupakan peraturan atau keputusan dalam arti
beschikking Philipus M.Hadjon dkk menyatakan bahwa pada umumnya Badan-Badan TUN
seperti halnya departemen, lembaga pemerintah non departemen, pemda tingkat I dan II
(sekarang dengan berlakunya UU No.22 Tahun 1999 sebagaimana teleh diubah dengan UU
No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah di daerah disebut dengan pemda Propinsi dan pemda
Kabupaten/Kota) menetapkan bentuk tertentu yang membedakan keputusan TUN dalam arti
beschikking dengan keputusan yang merupakan peraturan. Keputusan yang merupakan
beschikking disebut dengan judul SK (Surat Keputusan) misalnya : SK Menteri, SK
Gubernur dan lain sebagainya. Sedangkan keputusan yang merupakan peraturan yang bersifat
umum disebut dengan Keputusan, misalnya Keputusan Menteri. Di dalam UU Peratun (Pasal
2 huruf a) bentuk hukum peraturan ini dikenal dengan istilah Keputusan Tata Usaha Negara
yang merupakan pengaturan yang bersifat umum. Di samping membuat keputusan dan
peraturan Alat Administrasi Negara juga mengeluarkan produk hukum yang dikenal dengan
sebutan pseudo wetgeving atau peraturan-peraturan kebijakan yang sering juga dikenal
dengan nama peraturan perundang-undangan semu.
Hal ini dilakukan oleh Alat Tata Usaha Negara untuk menempuh berbagai langkah
kebijaksanaan tertentu. Produk ini tidak terlepas dari kaitan penggunaan asas freies ermessen.
Bentuknya bisa berujud Pedoman, Surat Edaran yang mengumumkan kebijakan tertentu.
Suatu peraturan kebijakan pada hakekatnya merupakan produk dari perbuatan Alat Tata
Usaha Negara yang bertujuan menampakkan kebijaksanaan/kebebasan bertindak (freies

98 | P a g e
ermessen) secara tertulis, namun tanpa disertai kewenangan untuk membuat peraturan dari si
pembuat kebijakan tersebut. Sebetulnya Alat Tata Usaha Negara yang mengeluarkan pseudo
wetgeving tersebut tidak berhak membuat peraturan, akan tetapi karena ada hal-hal konkrit
yang mendesak untuk segera diselesaikan maka lalu dibuat suatu kebijaksanaan. Perbedaan
antara pseudo wetgeving, yaitu :

 Pseudo wetgeiving tidak mengikat secara langsung namun mempunyai relevansi


hukum, sedangkan peraturan mengikat secara hukum;
 Pseudo wetgeiving tidak mempunyai sansi yang tegas hanya mempunyai sanksi
moral, sedangkan peraturan umumnya mempunyai sanksi tegas;
 Pseudo wetgeiving apabila ada keadaan-keadaan khusus yang mendesak umumnya
bisa disimpangi; sedangkan peraturan umumnya tidak bisa disimpangi.

Selain itu Alat Administrasi Negara juga sering mengeluarkan produk yang namanya
het plan (rencana) yang dijumpai pada pelbagai bidang kegiatan pemerintahan. Misalnya
pengaturan rencana tata ruang kota, rencana peruntukan tanah, RAPBN, RAPBD dan lain
sebagainya. Rencana merupakan keseluruhan tindakan yang saling berkaitan dari Alat
Administrasi Negara untuk mengupayakan terlaksananya keadaan tertentu yang tertib/teratur.
Suatu rencana menunjukkan kebijaksanaan apa yang akan dijalankan oleh Alat Administrasi
Negara pada suatu lapangan tertentu.
Di dalam HAN, yang penting hanya rencana-rencana yang mempunyai kekuatan
hukum. Rencana ini dapat dikaitkan dengan stelsel perajinan. Ada beberapa rencana
pembangunan yang secara langsung berakibat hukumbagi warga negara atau badan hukum
perdata. Sebagai contoh : rencana tata ruang kota, rencana-rencana detail perkotaan yang
dibuat berdasarkan SVO dan SVV mengikat warga kota untuk membangun secara tidak
menyimpang dari pola gambar petunjuk peta-peta pengukuran dan petunjuk rencana-rencana
detail perkotaan mengingat tiap penyimpangan daripadanya dapat mengakibatkan bangunan
yang bersangkutan dibongkar. Perencanaan sebagai tindakan administrasi negara harus
memperhatikan hal-hal yang dikemukakan oleh Bimtoro Tjokroamidjojo, sebagai berikut :
a. berorentasikan untuk mencapai tujuan. Tujuan itu dapat bersifat ekonomi,
politik, sosial budaya, idiologis dan bahkan kombinasi dari berbagai hal
tersebut;

99 | P a g e
b. berorientasi pada pelaksanaannya; perspektif waktu. Untuk mencapai tujuan
tertentu bisa saja dilakukan secara bertahap;
c. perencanaan harus merupakan suatu kegiatan kontinyu dan terus menerus.
Membuat ketetapan itu merupakan perbuatan huku, sebagai perbuatan hukum ketetapan
itu melahirkan hak dan atau kewajiban itu disebut ketetapan positif. Ketetapan itu merupakan
perbuatan hukum yang bersifat sebelah pihak. Maka, perbuatan hukum itu harus bersifat
berdasarkan hukum public, artinya bahwa perbuatan itu harus bersifat memaksa bukan
mengatur saja dan perbuatan yang bersifat memaksa itu pengaturannya terdapat dalam hukum
public karena ketetapan itu hanya mencerminkan kehendak satu pihak saja, pihak yang
memerintah yaitu pihak pemerintah atau administrasi Negara, sebaliknya dengan perbuatan
hukum yang bersifat dua belah pihak berdasarkan persesuaian kehendak pihak-pihak yang
bersangkutan, pengaturannya terdapat dalam hukum perdata dan perbuatan ini bukanlah
menjadi masalah pelajaran hukum administrasi Negara.

b.7. Syarat Agar Keputusan Tata Usaha Negara Menjadi Sah

Suatu Keputusan/Ketetapan administrasi negara dikatakan sah apabila keputusan tadi


memenuhi syarat untuk diterima menjadi bagian dari ketertiban hukum. Supaya keputusan
AN itu dapat menjadi bagian dari ketertiban hukum maka pembuatannya harus
memperhatikan ketentuan-ketentuan HTN dan HAN. Ketentuan dalam HTN menyangkut
tentang kompetensi dan tujuan, sedangkan ketentuan dalam HAN menyangkut procedure
dalam pembuatan keputusan. Syarat yang harus dipenuhi di dalam pembuatan keputusan
AAN (Vander Pot), yaitu :

a. Dibuat oleh alat yang berwenang/berkuasa;


b. Dalam kehendak alat yang berkuasa tidak boleh ada kekurangan yuridis;
c. Bentuk keputusan dan tata cara pembuatannya harus sesuai dengan peraturan
dasarnya;
d. Isi dan tujuan keputusan harus sesuai debngan isi dan tujuan dari peraturan yang
menjadi dasarpembuatan keputusan tersebut.

100 | P a g e
Apabila suatu keputusan Admiistrasi Negara dibuat dengan tidak mengindahkan syarat-
syarat sahnya suatu keputusan dapat mengakibatkan keputusan tadi menjadi tidak sah, artinya
keputusan tersebut tidak dapat diterima menjadi bagian dari ketertiban hukum. Akan tetapi
keputusan yang dibuat dengan tidak mengindahkan syarat sahnya suatu keputusan (keputusan
yang mengandung kekurangan) belum tentu menjadi tidak sah. Karena sah tidaknya suatu
keputusan tergantung pada berat ringannya kekurangan syarat tersebut. Bila kekurangan
syarat itu syarat yang esensial (penting) maka keputusan tadi menjadi tidak sah. Akan tetapi
kalau kekurangan itu bukan merupakan syarat yang esensial maka keputusan tadi tetap sah.
Syarat yang harus diperhatikan dalam pembuatan ketetapan ini mencakup syarat-syarat
material dan syarat formal.

  Syarat Material terdiri dari:


 Organ Pemerintahan yang membuat ketetapan harus berwenang.
 Ketetapan tidak boleh mengandung kekurangan-kekurangan yuridis.
 Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan tetrtentu.
 Ketetapan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan lainnya,
serta isi dan tujuannya harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya.
  Syarat Formil terdiri dari:
 Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan dibuatnya ketetapan
dan berhubung dengan cara dibuatnya ketetapan harus dipenuhi.
 Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan itu.
 Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan ketetapan itu harus dipenuhi.
 Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal hal yang menyebabkan
dibuatnya dan diumumkannya ketetapan itu harus diperhatikan. 

101 | P a g e
b.7.1. KTUN Harus dibuat Alat yang Berwenang dan Berkuasa

Berwenang/berkuasa atau tidaknya Alat Administrasi Negara yang membuat


keputusan ditentukan oleh kategori sebagai berikut :

a. Kompetensi/ratione materi: pokok yang menjadi obyek keputusan/ketetapan harus


masuk kompetensi Alat Administrasi Negara yang membuatnya;
b. Batas lingkungan wilayah/ratione loci: tempat/wilayah berlakunya suatu
keputusan;
c. Batas wilayah/ratione temporis: jangka waktu berlakunya suatu keputusan;
d. Quorum : jumlah anggota yang harus hadir agar keputusan yang dibuat sah.

Akan tetapi belum tentu keputusan/ketetapan AAN yang dibuat dengan tidak
mengindahkan kategori-kategori tersebut menjadi tidak sah. Sah tidaknya suatu keputusan
tadi masih tergantung pada besarnya obyek yang diatur dalam keputusan. Sehingga akhirnya
yang dapat menilai sah tidaknya suatu keputusan adalah Alat AN yang lebih tinggi atau
Peradilan Tata Usaha Negara, itupun harus dilihat secara kasuistik. Dalam hal
berkuasa/berwenang atau tidaknya Alat AN yang mengeluarkan Keputusan AN terlihat
dengan jelas, maka keputusan bisa menjadi batal mutlak/batal dan pembatalannya bisa
berlaku surut. Artinya seluruh akibat dari keputusan tadi batal sama sekali dan tuntutan
pembatalan bisa dilakukan oleh semua orang. Ajaran kebatalan ini dianalogikan dari hukum
perdata. Disamping batal mutlak ada lagi perbuatan yang bisa batal nisbi artinya permintaan
pembatalan dari perbuatan itu hanya bisa dituntut oleh orang-orang tertentu. Juga ada
keputusan yang bisa menjadi batal karena hukum, maksudnya bahwa akibat dari keputusan
itu untuk sebagian atau seluruhnya bagi hukum dianggap tidak pernah ada tanpa diperlukan
suatu pembatalan oleh hakim atau atasan dari Alat AN yang mengeluarkan keputusan.
Apabila Alat AN yang mengeluarkan keputusan di dalam menduduki jabatannya
ternyata tidak legal (sah), maka dapat diselesaikan dengan ajaran functionare defait, yaitu
doktrin/ajaran yang menyatakan bahwa dalam keadaan memaksa/istimewa/darurat Alat AN
tidak legal atau pengangkatannya mengandung kekurangan (sebagai contoh pengangkatan
presiden Habibie oleh presiden Suharto sewaktu presiden Suharto dituntut oleh mahasiswa
untuk meletakkan jabatannya), apabila masyarakat umum menerimanya sebagai suatu Alat
AN yang legal, maka perbuatan-perbuatan yang dilakukannya atau keputusan yang

102 | P a g e
dikeluarkannya adalah sah. Akan tetapi apabila masyarakat tidak menerimanya maka
keputusan yang dikeluarkannya tidak sah.
Dengan ada keputusan/ketetapan sah dan ada keputusan/ketetapan yang tidak sah.
Suatu keputusan/ketetapan dikatakan tidak sah apabila keputusan/ketetapan tadi tidak
mengandung kekurangan yang esensial atau dapat dikatakan bahwa keputusan adalah sah
apabila sudah diterima sebagai bagian dari ketertiban hukum. Sedangkan keputusan/ketetapan
dianggap tidak sah apabila keputusan tadi mengandung kekurangan yang esensial sehingga
tidak dapat diterima menjadi bagian dari ketertiban hukum.

b.7.2. Dalam Kehendak Alat Administrasi Negara Tidak Boleh ada Kekurangan
Yuridis

Kekurangan yuridis di dalam pembuatan keputusan/ketetapan bisa terjadi kerena :

a) Dwaling = salah kira


b) Dwang = paksaan
c) Bedrog = tipuan

Kekurangan yuridis ini dianalogikan dari lapangan hukum privat (perdata). Di dalam
hukum perdata perbuatan yang dibuat berdasarkan dwaling, dwang dan bedrog dapat
dibatalkan dan tidak menjadi batal secara mutlak, artinya perbuatan itu dianggap ada sampai
ada pembatalan oleh hakim atau oleh pejabat yang berwenang. Akan tetapi di dalam HAN
kekurangan yuridis berdasarkan salah kira (dwaling) hanya akan mempengaruhi berlakunya
suatu keputusan AN dalam hal salah kira tersebut bertentengan dengan UU atau bertentangan
keadaan nyata, misalnya mengenai pokok maksud, kualitas orang. Sebagai contoh :

1. keputusan yang dikeluarkan adalah ijin untuk mengimport 200 mobil Hyundai akan
tetapi ternyata yang datang 2000 mobil.
2. Penerimaan pegawai yang dipanggil adalah Amin seorang insinyur Kimia, ternyata
yang datang adalah Amin sarjana pendidikan Kimia. Kepututsan yang dibuat
berdasarkan salah kira ini pada umumnya dapat dimintakan agar ditinjau kembali atau
dapat dibatalkan.

103 | P a g e
Keputusan yang dibuat berdasarkan paksaan dapat dibatalkan bahkan paksaan keras
dapat menjadi sebab keputusan tadi batal demi hukum. Keputusan/ketetapan yang dibuat
dengan menggunakan tipuan, sebagai contoh:

1. seorang pengusaha HPH meminta ijin untuk menebang hutan yang di dalamnya
terdapat lebih kurang 20000 pohon jati dan oleh instansi pemberi ijin HPH
dikabulkan. Ternyata sebenarnya di dalam hutan tersebut terdapat lebih kurang
200000 pohon jati.

Di sini bayangkan palsu bagi instansi yang mengeluarkan HPH tentang suatu hal yang
akan dimuat dalam keputusan. Tipuan ini dapat mempengaruhi berlakunya keputusan apabila
bertentangan dengan keadaan/kejadian nyata.

2.8. Bentuk dan Tata Cara Pembuatan KTUN

Bentuk Keputusan :

a) Lisan;
b) Tertulis

Keputusan dapat dibuat secara lisan apabila :


 Tidak membawa akibat yang kekal dan tidak begitu penting di dalam HAN;
 Bilamana oleh Alat AN yang mengeluarkan keputusan dikehendaki akibat yang
timbul dengan segera.

Mengenai bentuk keputusan/ketetapan yang dibuat secara tertulis ada bermacam-


macam karena dibuat oleh bermacam-macam alat administrasi negara, bisa alat administrasi
di lingkungan pemerintahan dalam arti sempit (eksekutif) bisa juga alat administrasi negara
dilingkungan pemerintahan dalam arti yang luas. Sebagai contoh UU yang isinya memuat
penetapan (UU yang bersifat formil saja tapi materinya tidak mengikat seluruh penduduk),
Keputusan Presidan, Keputusan Menteri.
Ada peraturan dasar yang memuat secara tegas ketentuan tentang bentuk suatu
keputusan. Akan tetapi ada kalanya peraturan dasar daripembuatan keputusan tidak
menyebutkan bentuk yang harus diberikan pada suatu keputusan yang akan dikeluarkan.

104 | P a g e
Dalam hal ini penyelesaiannya: dengan cara melihat praktek administrasi negara yang
terdahulu dan juga melihat pentingnya soal yang akan diselesaikan/diselenggarakan oleh
keputusan TUN tersebut untuk menentukan bentuk mana yang harus dipakai. Mengenai
akibat hukum dari suatu keputusan yang tidak mengindahkan aturan mengeai bentuk
keputusan, Utrecht menyatakan bahwa hal itu harus dilihat apakah kekurangan tersebut
essential atau tidak! Karena suatu keputusan dengan bentuk yang salah belum tentu
mengurangi sah/tidaknya suatu keputusan. Kranenburg-Vegting mengemukakan bahwa
akibat keputusan yang dibuat dengan tidak mengindahkan bentuk hanya batal, bilamana
kekurangan yang dinyatakan itu mungkin menjadi sebab maka isi keputusan tersebut
lain/berbeda dari yang dimaksud atau keputusan tadi menimbulkankerugian. Cara pembuatan
dan cara menjalankan/melaksanakan suatu keputusan bisa juga mempengaruhi berlakunya
suatu keputusan.

2.8.1. Bentuk ketetapan/keputusan

Ketetapan itu ada yang berbentuk tertulis seperti surat izin mengemudi, surat izin
bangunan, dan surat izin sertifikat tanah, dst. Dan ada yang tidak tertulis, seperti perintah
lisan seorang polisi untuk tidak memparkir kendaraan di tempat yang di larang kepada
seorang pengemudi kendaraan tertentu, karena bertentangan dengan peraturan tentang izin
kepolisian untuk mengadakan rapat.

2.8.2. Isi ketetapan/keputusan

Isi ketetapan itu harus sesuai dengan isi dari peraturan yang menjadi dasar berlakunya
dan legalitas ketetapan tersebut, seperti isi surat penetapan pajak kendaraan bermotor beroda
dua.

2.8.3. Sifat ketetapan/keputusan

Hukum mempunyai sifat mengikat, apabila hukum itu mengikat umum maka disebut
peraturan, tetapi apabila hukum itu mengikat seseorang tertentu saja, maka disebut ketetapan.
Jadi ketetapan itu adalah hukum yaitu hukum yang mengikat seseorang tertentu yang
identitasnya ada pada ketetapan tersebut.

105 | P a g e
2.8.4. Fungsi ketetapan/keputusan

Keputusan pemerintah yang melaksanakan suatu peraturan ke dalam suatu hal atau
peristiwa konkrit tertentu disebut ketetapan. Jadi, ketetapan itu fungsinya melaksanakan
peraturan ke dalam suatu hal atau peristiwa konkrit tertentu.

2.8.5. Kedudukan ketetapan dalam tertib hukum Indonesia

Kedudukan ketetapan dalam tertib hukum yang digambarkan oleh Kelsen, bahwa
tertib hukum terbentuk sebuah pyramid, dimana tiap-tiap tangga pyramid terdapat kaidah-
kaidah dan ketetapan yang merupakan suatu kaidah kedudukannya ada di tangga yang paling
bawah yang melaksanakan kaidah yang ada di atasnya yang disebut peraturan. Dan peraturan
ini menjadi dasar berlakunya dan legalitas ketetapan tersebut. Jadi, kedudukan ketetapan
dalam tertib hukum Indonesia adalah melaksanakan suatu peraturan ke dalam suatu hal
tertentu.

2.8.6. Perbedaan Peraturan, ketetapan dan keputusan

Peraturan merupakan hukum in abstrakto atau general norms yang sifatnya mengikat
umum atau berlaku umum sedangkan tugasnya adalah mengatur hal-hal yang umum atau hal-
hal yang masih abstrak, agar peraturan ini dapat dilaksanakan haruslah dikeluarkan
ketetapan-ketetapan yang membawa peraturan ini ke dalam peristiwa yang konkrit, yang
nyata tertentu.
Ketetapan ini yang tugasnya melaksanakan peraturan ke dalam peristiwa konkrit
tertentu maka sifatnya menjadi mengikat subjek hukum tertentu, mengatur hal-hal konkrit
tertentu, karena itu ketetapan ini disebut hukum in concreeto atau individual norms.

2.8.7. Persamaan dan perbedaan antara keputusan, peraturan, dan


ketetapan/keputusan

Persamaannya terletak bahwa ketiga-tiganya merupakan norma-norma yang


mempunyai sifat mengikat. Sedangkan perbedaannya terletak bahwa, apabila suatu keputusan
pemerintah mengikat umum, mengikat setiap orang dalam suatu wilayah hukum atau
keputusan pemerintah yang berlaku umum yang tidak diketahui identitas orangnya, maka
keputusan pemerintah itu bersifat peraturan. Jadi, keputusan itu ada yang bersifat peraturan

106 | P a g e
ada yang bersifat ketetapan. Hal ini tergantung kepada isi dari keputusan tersebut, apabila
keputusan itu isinya mengikat umum, berlaku umum, maka keputusan itu adalah peraturan
dan apabila hanya mengikat seseorang tertentu atau individu tertentu saja, maka keputusan itu
adalah ketetapan.
Jadi keputusan itu selalu peraturan apabila isinya berlaku dan mengikat secara umum
dan keputusan selalu ketetapan apabila isinya hanya berlaku dan mengikat seseorang atau
individu saja.

2.8.8. Macam-macam ketetapan/keputusan

Prof. van Vollenhoven : bahwa cirri perbuatan pemerintah itu konkrit, dan yang
dimaksud dengan perbuatan pemerintah itu disini adalah membuat ketetapan untuk
menyelesaikan masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh pemerintah atau administrasi
negara yang jumlahnya banyak sekali yang masing-masing berbeda yang satu dari yang
lainnya.
Jadi, ketetapan itu jumlahnya banyak sekali dan bermacam-macam dan tidak mudah
untuk menggolongkan ketetapan-ketetapan itu menurut jenisnya karena sukar menentukan
ukuran untuk itu.
Macam-macam ketetapan terdiri dari:

a.       Ketetapan/keputusan positif


Adalah suatu ketetapan yang pada umumnya menimbulkan keadaan
hukum baru baik yang membebankan kewajiban-kewajiban hukum baru
maupun yang memberikan hak-hak baru kepada subjek tertentu.
Keputusan/ketetapan yang demikian ini adalah suatu keputusan yang
menimbulkan keadaan hukum baru bagi pihak yang dikenai keputusan.
Akibatakibat yang timbul dengan dikeluarkannya keputusan/ketetapan positif
dapat diklasifikasikan menjadi lima (5) golongan, yaitu :
1. Keputusan/ketetapan yang melahirkan keadaan hukum baru bagi pihak
yang dikenai keputusan. Contoh : Keputusan pemberian Izin Usaha
Perdagangan;
2. Keputusan/ketetapan yang mengakui keadaan hukum baru bagi obyek
tertentu. Contoh : keputusan mengenai perubahan status Perguruan
Tinggi di dalam akreditasi dari B ke A;

107 | P a g e
3. Keputusan/ketetapan yang menyebabkan berdirinya atau bubarnya suatu
badan hukum. Contoh keputusan Menteri Kehakiman dan HAM yang
menyetujui AD dari sebuah PT sehingga menjadi badan hukum;
4. Keputusan/ketetapan yang memberikan hak-hak baru kepada pihak yang
dikenai keputusan/ketetapan. Contoh : pemberian SK pengangkatan
PNS;
5. Keputusan/ketetapan yang membebankan kewajiban baru kepada pihak
yang dikenai keputusan/ketetapan. Contoh : Keputusan mengenai
penetapan wajib pajak;

b.      Ketetapan/keputusan yang negative


Adalah ketetapan :
Yaitu suatu keputusan/ketetapan yang tidak merubah keadaan hukum
tertentu yang telah ada bagi pihak administrable. Keputusan negative dapat
berupa pernyataan :

1.      Untuk menyatakan tidak berhak


2.      Untuk menyatakan tidak berdasarkan hukum
3.      Untuk melakukan penolakan seluruhnya

c.       Ketetapan/keputusan konstitutif

Yaitu suatu keputusan yang melahirkan keadaan hukum baru bagi


pihak yang diberi keputusan, sering disebut dengan keputusan yang membuat
hukum. Keputusan ini pada umumnya dikeluarkan dengan menggunakan
kebijaksanaan yang dipunyai oleh AAN (Freis Ermessen) dan tidak terlalu
terikat pada peraturan Perundangan-undangan.

d.      Ketetapan/keputusan deklarator

Jadi, ketetapan itu merupakan perbuatan administrasi Negara untuk


melaksanakan kehendak undang-undang ke dalam suatu peristiwa konkrit,
karena itu dikatakan bahwa ketetapan itu merupakan hukum yang mengatur hal
yang nyata.

108 | P a g e
Yaitu suatu keputusan yang menyatakan hukum, mengakui suatu hak
yang sudah ada, menyatakan bahwa yang bersangkutan dapat diberikan haknya
karena sudah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. Keputusan ini
adalah hasil perbuatan AAN untuk melaksanakan ketentuan UU ke dalam
peristiwa konkrit. Keputusan deklaratour ini sering juga disebut “hukum in
concreeto”, yaitu hukum yang mengatur hal yang nyata, hanya berlaku pada
orang-orang tertentu/menyebut seseorang saja yakni yang namanya tercantum
dalam keputusan. Sebagai contoh : di dalam HO, ditentukan barangsiapa yang
akan mendirikan bangunan untuk industri dan diperkirakan akan mengganggu
lingkungan sekitarnya dalam radius 200m, diharuskan untuk memperoleh ijin
HO. Pak Salim yang akan mendirikan pabrik tobong gamping meminta ijin
HO, kemudian oleh aparat yang berwenang dikeluarkan keputusan mengenai
ijin HO untuk mendirikan pabrik tobong gamping untuk Pak Salim. Keputusan
ini merupakan keputusan deklaratour.

e. Keputusan Kilat
W.F Pins menyebutkan ada 4 jenis keputusan ini, yaitu: Keputusan
yang bermaksud merubah teks/redaksi keputusan yan lama :

1) Keputusan negatif. Keputusan semacam ini tidak merupakan halangan bagi


AAN untuk mengeluarkan keputusan lagi bila keadaan telah berubah;
2) Keputusan yang menarik kembali atau membatalkan keputusan lama.
3) Keputusan ini tidak merupakan rintangan bagi AAN untuk membuat
keputusan serupa dengan keputusan yang ditarik kembali/dibatalkan;
4) Keputusan yang mengandung pernyataan bahwa sesuatu boleh
dilaksanakan.

f. Keputusan Tetap

Yaitu suatu keputusan yang masa berlakunya untuk waktu sampai


diadakan perubahan/penarikan kembali.

g. Keputusan Intern

109 | P a g e
Yaitu suatu keputusan yang hanya berlaku untuk menyelenggarakan
hubungan-hubungan ke dalam lingkungan AAN sendiri.

h. Keputusan Ekstern

Yaitu suatu keputusan yang dibuat untuk menyelenggarakan hubungan-


hubungan antara alat administrasi yang membuatnya dengan swasta/administrable
atau anatara dua/lebih AAN.

i. Dispensasi

Yaitu suatu keputusan yang meniadakan berlakunya peraturan perundang-


undangan untuk suatu persoalan istimewa. Tujuan dari penerbitan dispensasi adalah
agar seseorang dapat melakukan suatu perbuatan hukum dengan menyimpang dari
syarat-syarat yang telah ditentukan dalam UU.

j. Ijin

Yaitu keputusan yang isinya memperbolehkan suatu perbuatan yang pada


umumnya dilarang oleh peraturan perundang-undangan, akan tetapi masih
diperkenankan asal saja diadakan seperti yang ditentukan untuk masing-masing hal
yang konkrit. Sebagai contoh : ada suatu peraturan yang menyatakan dilarang
mendirikan bangunan tanpa ijin. Kemudian ada seseorang yang akan mendirikan lalu
minta keputusan/ijin untuk mendirikan bangunan. Keputusan yang dikeluarkan aparat
ini dinamakan ijin.

k. Lisensi

Adalah suatu keputusan yang isinya merupakan ijin untuk menjalankan suatu
perusahaan.

l. Konsesi

110 | P a g e
Yaitu suatu keputusan yang isinya merupakan ijin bagi pihak swasta untuk
menyelenggarakan hal-hal yang penting bagi umum.

2.8.9. Ketetapan sepintas lalu dan ketetapan tetap

Mengenai ketetapan sepintas lalu ini, Prins mengemukakan pendapatnya sebagai


berikut: dalam perpustakaan sering ada disebut-sebut ketetapan yang pada saat
dikeluarkannya, selesai pula sekali keperluannya. Ketetapan yang dimaksud Prins itu adalah
ketetapan yang tugasnya selesai pada saat dikeluarkannya.

2.9. Kekuatan Hukum KTUN

Apabila suatu keputusan sudah sah atau dianggap sah, maka keputusan tadi
mempunyai kekuatan hukum, artinya keputusan itu dapat mempengaruhi pergaulan hukum.
Kekuatan hukum suatu keputusan dapat berwujud kekuatan hukum formil dan kekuatan
hukum materiil. Suatu keputusan dikatakan mempunyai kekuatan hukum formil, apabila
keputusan tadi sudah tidak bisa dibantah lagi oleh suatu alat hukum biasa. Alat hukum biasa
yaitu suatu alat hukum yang hanya dapat digunakan dalam suatu jangka waktu tertentu untuk
mengadakan banding terhadap suatu keputusan.

Sebagai contoh :
 Suatu keputusan harus disetujui atau dimintakan banding pada atasan sebelum mulai
diberlakukan. Maka sejak keputusan itu dikuatkan atau disetujui oleh
atasan,keputusan itu mempunyai kekuatan hukum formil;
 Apabila ditentukan banding dalam jangka waktu tertentu, tetapi jangka waktu untuk
banding tidak digunakan dan waktu banding sudah terlampaui, maka sejak lampau
waktu banding itu keputusan mempunyai kekuatan hukum formil;
 Apabila tidak memerlukan persetujuan dari atasan, maka sejak dikeluarkan keputusan
itu telah mempunyai kekuatan hukum formil;
 Apabila harus banding dan permohonan banding ditolak, maka sejak penolakan
banding keputusan tadi mempunyai kekuatan hukum formil.

111 | P a g e
Kekuatan hukum formil dapat dibantah dengan alat hukum luar biasa, karena alat
hukum luar biasa tidak terikat oleh jangka waktu tertentu untuk memohon banding, yaitu
apabila dalam hal nyata-nyata keputusan tadi mengandung kekurangan yuridis yang dapat
membahayakan ketertiban umum atau keputusan tadi tidak lagi sesuai dengan keadaan nyata.
Di dalam hal ini instansi tertinggi yang berhak membatalkannya. AAN atau instansi pembuat
keputusan juga dapat membantah dengan kekuatan hukum formil, dalam hal dikemudian hari
ternyata diketahui bahwa keputusan itu mengandung kekurangan yang esensial.
Akan tetapi apabila keputusan/ketetapan tidak mengandung kekurangan yang esensial
alat administrasi yang membuatnya tidak dapat membantah/menarik kembali. Hal ini untuk
menjaga kepastian hukum dari keputusan/ketetapan tadi. Dengan demikian perbedaan antara
alat hukum biasa dan alat hukum luar biasa, yakni alat hukum biasa terikat oleh jangka waktu
tertentu untuk membantah berlakunya suatu keputusan/ketetapan. Sedangkan alat hukum luar
biasa tidak terikat oleh jangka waktu tertentu dalam membantah berlakunya suatu
keputusan/ketetapan.
Ketentuan hukum materiil yakni pengaruh yang dapat ditimbulkan karena isi atau
materi keputusan tersebut. Suatu keputusan dikatakan mempunyai kekuatan hukum materiil,
apabila keputusan tadi sudah tidak dapat dibantah lagi oleh AAN yang membuatnya,
sehingga suatu keputusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum materiil dapat
mempengaruhi pergaulan hukum, oleh karenanya dapat diterima pula sebagai bagian dari
ketertiban hukum.
Pada dasarnya, karena keputusan/ketetapan itu adalah merupakan perbuatan hukum
sepihak (bersegi satu) maka keputusan itu dapat ditarik kembali oleh alat administrasi yang
membuatnya tanpa memerlukan persetujuan dari pihak yang dikenai keputusan. Akan tetapi
untuk menjaga kepastian hukum, apabila tidak sangat perlu dan tidak mengandung
kekurangan maka keputusan/ketetapan tidak dapat ditarik kembali.
Prins mengemukakan ada enam (6) asas yang harus diperhatikan oleh alat
administrasi negara dalam menarik kembali suatu keputusan/ketetapan yang telah
dikeluarkan, yakni :

1. Suatu keputusan/ketetapan yang dibuat karena yang berkepentingan


menggunakan tipuan, dapat ditiadakan sejak semula;
2. Keputusan yang isinya belum diberitahukan padayang bersangkutan
maksudnya pihak administrable atau pihak yang dikenai keputusan;

112 | P a g e
3. Suatu keputusan yang diberikan kepada pihak administrable dengan
syarat-syarat tertentu tapi administrable tidak memenuhi syarat-
syarat yang ditentukan;
4. Suatu keputusan yang bermanfaat bagi administrable tidak boleh
ditarik kembali setelah jangka waktu tertentu terlewati;
5. Tidak diperbolehkan kembali menarik keputusan yang akan
membawa kerugian yang lebih besar bagi administrable
dibandingkan dengan kerugian yang diderita negara;
6. Menarik kembali/mengubah suatu keputusan harus diadakan menurut
acara/formalitei seperti yang ditentukan dalam peraturan dasar dari
pembuatan keputusan tersebut.

BAB III

KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dalam skripsi ini, maka penulis
menyimpulkan bahwa:
1. Pengertian ketetapan berdasarkan Pasal 1 angka 3 UU No. 5 Tahun 1986 tentang
PTUN, yaitu: suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata
usaha Negara berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Ada beberapa unsur yang terdapat yang terdapat dalam Bescikking,yaitu:
 Penetapan tersebut tertulis dan dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara.
 Berisi tindakan hukum dalam bidang Tata Usaha Negara.
 Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Bersifat konkrit, individual dan final.

113 | P a g e
ARTIKEL 10
AKIBAT HUKUM YANG MUNCUL TERHADAP PRODUK HUKUM
PUBLIK YANG DIBATALKAN SECARA EX TUNC
BAB.I.

PENDAHULUAN

114 | P a g e
I.1.       Latar Belakang Masalah

Pejabat yang berwenang mengeluarkan produk hukum adalah termasuk salah satu perbuatan
hukum menurut hukum publik. Perbuatan hukum menurut hukum publik terdiri dari 2 (dua)
macam, yakni perbuatan hukum publik yang bersegi satu, dan perbuatan hukum publik yang
bersegi dua.

Perbuatan hukum bersegi satu (Een Zijdige publlekrechtelijke handeling) adalah hukum
publik itu adalah kehendak satu pihak yakni Pemerintah, menurut S.Sybenga tidak ada
perbuatan hukum publik yang bersegi dua, tidak ada perjanjian dalam hkum publik. Menurut
Indroharto[1], tindakan hukum tata usaha negara itu selalu bersifat sepihak. Dikatakan
sepihak karena dilakukan tidaknya suatu tindakan hukum tata usaha negara yang memiliki
kekuatan hukum itu pada akhirnya tergantung pada kehendak sepihak dari pejabat tata usaha
negara yang memiliki kewenangan untuk itu.

Namun menurut Van der Pot dalam bukunya Utrecht[2] menyebutkan bahwa  terdapat hukum
publik yang bersegi dua atau adanya perjanjian menurut hukum publik. Contohnya adalah
“Korverband Contract” (Perjanjian kerja pendek) yang diadakan seorang swasta sebagai
pekerja dengan pihak pemerintah sebagai pihak pemberi pekerjaan. Pada kontrak tersebut
terdapat persesuaian kehendak antara pekerja dengan pemberi pekerjaan, dan perbuatan
hukum itu diatur oleh hukum publik sehingga tidak ditemui pengaturannya di dalam hukum
privat.

Menurut Muchsan[3] tindakan pemerintah diatas tidak terlepas dari 4(empat) unsur seperti
dibawah ini: (a). perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya
sebagai penguasa ataupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan dengan prakarsa dan
tanggung jawab sendiri; (b). Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan
fungsi pemerintahan; (c). perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan
akibat hukum di bidang hukum administrasi; (d). perbuatan yang bersangkutan dilakukan
dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara dan rakyat.

Dalam menjalankan tindakan pemerintah, Pejabat mengeluarkan produk hukum untuk


mendukung perbuatan pemerintah, namun tak dapat dipungkiri produk hukum tersebut bisa
saja mengalami kekurangan yuridis, tidak memenuhi syarat-syarat pembuatan produk hukum
yang baik sehingga memiliki konsukensi Ex Tunc. Oleh sebab itu Penulis ingin memaparkan
mengenai Akibat Hukum Yang Muncul Terhadap Produk Hukum Publik Yang Dibatalkan
Secara Ex Tunc.

I.2.       Rumusan Masalah

1.Apa syarat-syarat pembentukan produk hukum yang baik?

2.Bagaimana akibat hukum yang muncul terhadap produk hukum publik yang dibatalkan
secara Ex Tunc?

115 | P a g e
I.3.       Tujuan Penulisan

1.Ingin mengetahui syarat-syarat pembentukan produk hukum yang baik;

2.Ingin mengetahui bagaimana akibat hukum yang muncul terhadap produk hukum publik
yang dibatalkan secara Ex Tunc

3.Ingin memenuhi tugas perkuliahan dengan dosen pengampu Prof.Muchsan

BAB II

HASIL&PEMBAHASAN

II.1      Syarat Pembentukan Produk Hukum

Menurut Muchsan[4], produk hukum harus memenuhi syarat-syarat sah, yakni syarat mutlak
dan syarat relatif. Syarat mutlak dan syarat relatif perbedaannya terletak pada akibat hukum
yang akan ditimbulkan.

Syarat mutlak terdiri dari:

1)dibuat oleh aparat yang berwenang. Yakni dibuat oleh Badan Legislatif, ataupun Pejabat
Tata Usaha Negara yang memiliki wewenang untuk membentuk produk hukum;

2)tidak ada kekurangan yuridis. Kekurangan yuridis yang dimaksud adalah paksaan,
keikhlafan ataupun penipuan. Persamaan antara keihklafan dan paksaan adalah adanya
penipuan, sedangkan kehendak&kenyataan adalah berbeda. Perbedaanya adalah (1). akibat
hukum yang dilahirkan; (2). Lembaga yang menyatakan batal produk hukum tersebut.

Paksaan (dwang) adalah unsur eksternal yang dipaksakan berlakunya. Keiklafan (dwaling)
adalah kehendak tidak sama dengan kenyataan yang terjadi. Penipuan/bedrog adalah
kesengajaan.

3)Tujuan produk hukum harus sama dengan yang dikehendaki peraturan dasarnya. Tujuan
tersebut adalah keadilan, kepastian dan perdamaian.

Sedangkan syarat relatif pembentukan produk hukum yakni:

1)bentuk produk hukum harus sama dengan peraturan dasarnya. Bentuk produk hukum itu
adalah dapat tertulis dan tidak tertulis. Misalnya, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1976 mengatur tentang hak cuti PNS, jika PNS sakit, dan hanya terjadi 2 (dua) hari, izin yang

116 | P a g e
diberikan dapat secara lisan saja. Sedangkan jika PNS tersebut sakit 7 (tujuh) hari, harus ada
surat keterangan dokter yakni tertulis;

2)fase/periode penentuan harus sama, misalnya jika seorang Pasien harus dioperasi maka
harus ada izin dari keluarga;

3)semua persyaratan khusus, peraturan dasarnya harus terpenuhi. Misalnya, pada saat
pererkrutan PNS terdapat syarat umum harus Warga Negara Indonesia, Taat Pancasila, dan
memiliki syarat khusus misalnya jika ingin menjadi apoteker maka harus dari Sarjana
Farmasi.

II.2.     Syarat Pembuatan Ketetapan

Pembuatan Ketetapan Tata Usaha Negara (KTUN) harus memperhatikan beberapa


persyaratan agar keputusan tersebut menjadi sah menurut hukum (rechtsmatig). Syarat
tersebut terbagi menjadi 2 (dua) yakni[5], syarat formil dan syarat materiil.

Syarat materiil terdiri dari:

1)Organ pemerintahan yang membuat ketetapan harus berwenang;

2)Karena ketetapan suatu pernyataan kehendak (wilsverklaring), maka ketetapan tidak boleh
mengandung kekurangan-kekurangan yuridis (geen juridsche gebreken in de wilsvorming),
seperti penipuan (bedrog), paksaan (dwang) atau suap (omkoping), kesesatan (dwaling);

3)Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan tertentu;

4)Ketetapan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan-peraturan lain, serta isi
dan tujuan ketetapan itu harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya

Sedangkan syarat formil terdiri dari:

1)Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan


berhubung dengan cara dibuatnya ketetapan harus dipenuhi;

2)Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan itu;

3)Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan ketetapan itu harus dipenuhi;

4)Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan dibuatnya dan
diumumkannya ketetapan itu harus ditentukan.

II.3.     Sifat Kewenangan yang diberikan Peraturan Perundang-undangan

Bersifat mengikat, artinya rumusan dalam peraturan perundang-undangan sifatnya mendikte


saja apa ayang harus dilakukan oleh Penguasa yang bersangkutan. Jadi penguasahanya diberi
kewajiban untuk melaksanakan saja apa yang dirumuskan dalam peraturan perundang-

117 | P a g e
undangan tanpa boleh menafsirkannya. Dalam hal yang demikian itu,  masyarakat
menghadapi suatu bidang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat terikat atau
gebondeen bestuur.

Bersifat bebas (dikresioner). Dalam hal ini peraturan perundang-undangan yang bersangkutan
memberi ruang gerak bebas kepada Pemerintah daam penggunaan wewenangnya tersebut.
Pemerintah diberi kebebasan untuk menentukan sendiri bagaimana mengartikan dari
kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan yang dibebankan kepadanya. Dalam hal
ini masyarakat menghadap suatu bidang Pemerintahan yang bebas atau vrij bestuur. Dalam
penyelenggaraan pemerintahan yang demikian inilah asas diskresi terlaksanakan

II.4      Akibat Ketetapan yang Tidak Sah

Jika salah satu atau beberapa persyaratan formal ataupun materiil persyaratan tersebut tidak
dipenuhi, maka ketetapan tersebut mengandung kekurangan dan menjadi tidak sah. Menurut
A.M. Donner akibat yang dapat terjadi jika ketetapan tidak sah adalah[6] :

1)Ketetapan itu harus dianggap batal sama sekali;

2)Berlakunya ketetapan itu dapat digugat:

a.dalam banding (beroep);

b.dalam pembatalan oleh jabatan (amtshalve vernietiging) karena bertentangan dengan


undang-undang;

c.dalam penarikan kembali (interekking) oleh kekuasaan yang berhak (competent)


mengeluarkan ketetapan itu

3)dalam hal ketetapan tersebut, sebelum dapat berlaku, memerlukan persetujuan (peneguhan)
suatu badan kenegaraan yang lebih tinggi, maka persetujuan itu tidak diberi;

4)ketetapan itu diberi suatu tujuan lain daripada tujuan permulaannya (konversi).

Sedangkan menurut Van der Wel, ada 6 (enam) akibat Ketetapan yang mengalami
kekurangan, yakni[7]:

1)batal karena hukum;

2)kekurangan itu menjadi sebab atau menimbulkan kewajiban untuk membatalkan ketetapan
itu untuk sebagiannya atau seluruhnya;

3)kekurangan itu menyebabkan bahwa alat pemerintah yang lebih tinggi dan yang
berkompeten untuk menyetujui atau meneguhkannya, tidak sanggup memberi persetujuan
atau peneguhan itu;

4)kekurangan itu tidak mempengaruhi berlakunya ketetapan;

5)karena kekurangan itu, ketetapan yang bersangkutan dikonversi ke dalam ketetapan lain;

118 | P a g e
6)hakim sipil mengganggap ketetapan yang bersangkutan tidak mengikat

II.4.1.  Pembatalan Produk Hukum yang Tidak Memenuhi Syarat

Akibat produk hukum yang tidak memenuhi syarat multak ataupun relatif maka produk
hukum tersebut menjadi tidak sah dan batal. Berikut Penulis paparkan teori kebatalan yang
disarikan dari catatan perkuliahan Prof.Muchsan. Produk hukum publik berbeda dengan
produk hukum privat/perdata. Pembatalan produk hukum publik dapat secara Ex Tunc
ataupun Ex Nunc.

Kebatalan Keputusan Tata Usaha Negara yakni batal mutlak, batal demi hukum, dapat
dibatalkan.

II.4.2.  Batal Mutlak

Contoh daripada batal mutlak adalah pembuatan taman oleh Gubernur, lalu mengalami
kerugian, maka Gubernur tersebut meminta ganti rugi ke pembuat taman. Konsukuensi
yuridisnya adalah Pejabat yang berwenang yang hanya dapat menyatakan batal, pejabat yang
memutuskan adalah para Hakim. Akibat hukumnya adalah semua perbuatan dianggap belum
pernah ada. Contoh ke-2, adalah jika akta nikah tidak betul, maka dapat batal mutlak.

Batal mutlak adalah semua perbuatan yang pernah dilakukan dianggap belum pernah ada.
Aparat yang berhak menyatakan adalah hakim melalui putusannya.

II.4.3.  Batal Demi Hukum

Akibat hukum yang terjadi adalah sebagian perbuatannya dianggap sah, dan dianggap tidak
pernah ada perbuatannya. Pejabat yang berhak meyatakan batal demi hukum adalah Hakim,
Para Eksekutif, misalnya Menteri Dalam Negeri membatalakan Keputusan Gubernur;

Terdapat 2 (dua) alternatif batal demi hukum, yaitu:

1)   Semua perbuatan yang pernah dilakukan dianggap belum pernah ada.

2)   Sebagian perbuatan dianggap sah, yang batal hanya sebagiannya saja. Aparat yang berhak
menyatakan adalah yudikatif dan eksekutif.

Suatu perbuatan aparatur pemerintah dalam bentuk keputusan dianggap batal demi hukum
karena dalam pembuatan keputusan tersebut tidak memenuhi syarat-syarat material maupun
formal yang telah ditetapkan. Artinya perbuatan hukum dalam bentuk keputusan dikatakan
batal demi hukum jika tidak memenuhi syarat-syarat diatas.

II.4.4.  Dapat Dibatalkan

Akibat hukum yang terjadi adalah perbuatan yang terlanjur dilakukan dianggap sah. Dapat
dibatalkan adalah semua perbuatan yang dilakukan dianggap sah, pembatalan berlaku

119 | P a g e
semenjak dinyatakan batal. Aparat yang berhak menyatakan adalah umum (eksekutif,
legislatif dan lain-lain).

Menurut teori functionare de faite, suatu Keputusan Tata Usaha Negara tetap dianggap
berlaku walaupun tidak memenuhi syarat diatas (formil dan materiil), apabila memenuhi 2
(dua) syarat yang bersifat komulatif, yaitu:

a. Tidak absahnya keputusan itu karena kabur, terutama bagi penerima keputusan.

b. Akibat dari keputusan itu berguna bagi kepentingan masyarakat.

Keputusan aparatur pemerintah yang dapat dibatalkan biasanya bertentangan dengan


peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik yang bersifat prosedural/formal dan
bersifat materiil/substansial, maupun karena dikeluarkan oleh badan/pejabat tata usaha negara
yang tidak berwenang (onbevoegheid). melanggar kepastian hukum, melanggar asas
kecermatan, bertentangan dengan asas persamaan, bertentangan dengan asas kepentingan
umum, dan lainnya.

II.4.5.  Perbuatan Menyalahgunakan Wewenang

Perbuatan menyalagunakan wewenang sering terjadi dalam pelaksanaan Pemerintahan yang


bersifat bebas. Dalam pelaksanaan tersebut, aparat Pemerintah dapat berkehendak bebas
sesuai dengan kebijaksanaanya, jika masih dalam ruang lingkup wewenang yang dimiliki.[8]

Menurut Prof. Prins, pengertian detournement depouvoir hanya dapat dipakai untuk
menyatakan suatu kekuarangan dalam suatu perbuatan yang diadakan administrasi negara.
Terjadi jika aparat pemerintah menggunakan wewenangnya untuk menyelenggarakan suatu
kepentingan umum yang lain daripada kepentingan umum yang dimaksud aturan yang
menjadi dasar wewenang itu. Jadi detournement depouvoir adalah perbuatan yang melawan
kepentingan umum dan bukan hukum.

II.4.6.  Perbuatan Melawan Undang-Undang

Perbuatan Pemerintah yang tidak sesuai dengan Undang-Undang biasa disebut sebagai
Perbuatan yang ilegal atau onwetmatig (perbuatan yang melanggar Undang-undang).
Undang-undang harus diartikan secara luas, baik pengertian formil ataupun materiil.[9]

Dalam arti formil, setiap Keputusan Pemerintah yang merupakan Undang-undang karena cara
terjadinya. Di Indonesa, menurut UUD 1945, Undang-undang dibuat oleh DPR bersama
Presiden. Oleh karenanya semua Keputusan Pemerintah yang ditetapkan oleh Presiden
dengan Persetujuan DPR adalah Undang-Undang dalam arti formil.

Dalam arti materiil, berarti suatu penetapan kaidah hukum dengan tegas, sehingga kaidah
hukum tersebut sifatnya menjadi mengikat.

Menurut Paul Laband, agar kaidah hukum tersebut dapat mengikat, diperlukan 2 anasir yakni:

120 | P a g e
1.Anasir yang disebutnya Anordnung, yakni penetapan peraturan (kaidah) hukum dengan
tegas;

2.Anasir yang disebutnya Rechtssatz, yakni peraturan itu sendiri.

Contohnya adalah seorang pejabat mengambil keputusan sendiir, padahal ketentuan Undang-
undang pejabat tersebut mewajibkan meminta persetujuan dari instansi Pemerintah lain, dan
memberitahukan persoalan tersebut kepadanya. Keputusan yang demikian jelas adalah
kesatuan yang bersifat onwetmatig.

Untuk adanya perbuatan melanggar undang-undang, diperlukan unsur sebagai berikut:

a.Penguasa melakukan suatu perbuatan yang memang termasuk dalam kewenangannya,


menurut atau bedasar suatu ketentuan peraturan perundang-undangan;

b.Perbuatan penguasan tidak sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar perbuatannya

II.4.7.  Ex Nunc

Ketetapan ataupun produk hukum yang sah tidak dengan sendirinya berlaku, karena untuk
berlakunya suatu ketetapan harus memperhatikan 3 (tiga) hal berikut[10]: (1). Jika
berdasarkan peraturan dasarnya terhadap ketetapan itu tidak memberi kemungkinan
mengajukan permohonan banding bagi yang dikenai ketetapan, maka ketetapan itu mulai
berlaku sejak saat diterbitkan (ex nunc); (2). Jika berdasarkan peraturan dasarnya terdapat
kemungkinan untuk mengajukan banding terhadap ketetapan yang bersangkutan, maka
keberlakuan ketetapan itu tergantung dari proses banding itu.

Ex Nunc berlaku pada saat hari dibatalkan. Biasanya Ex Nunc diterapkan jika produk hukum
yang dikeluarkan tidak memenuhi syarat relatif.

II.4.8.  Ex Tunc

Ex Tunc berasal dari Bahasa Spanyol, yang secara harafiah berarti “sejak itu”, digunakan
untuk berbicara tentang suatu tindakan yang menghasilkan efek dari saat yang sama dimana
tindakan itu asalnya, kembali kepada situasi hukum dengan keadaan sebelumnya.

Ex Tunc dalam pengujian Keputusan Tata Usaha Negara dilakukan terhadap Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku pada saat diterbitkannya Keputusan Tata Usaha Negara
tersebut, walaupun telah ada perubahan terhadapnya. Jika Keputusan Tata Usaha Negara
tersebut dibatalkan atau dinyatakan tidak sah ,maka akibat hukum yang ditimbulkan oleh
Keputusan Tata Usaha Negara tersebut berlaku/ada sejak diterbitkannya Keputusan Tata
Usaha Negara tersebut.

Pembatalan produk hukum dengan Ex Tunc adalah lebih berat bobotnya, dan terjadi jika
syarat absolut pembuatan produk hukum tidak dipenuhi. Pembatalan Ex Tunc dilakukan oleh
Pejabat yang berwenang. Pembatalan Ex Tunc berlaku surut. Misalkan, Pembatalan Peraturan
Daerah tentang Pajak Bumi Bangunan, maka pada mulanya sekali juga dibatalkan.[11]

121 | P a g e
Ex Tunc terjadi karena tidak berwenangnya (Onbevoegdheid)[12] . Pejabat dalam
mengeluarkan produk hukum. Onbevoegdheid ratione materiae adalah tidak berwenangnya
dikarenakan materi Keputusan oleh Organ atau badan atau Pejabat lain yang materi atau
persoalan yang diatur dalam keputusan tidak merupakan bagian kewenangannya. Keputusan
yang demikian dapat mengakibatkan “batal” (nietig atau Vernien tigbaar) atau batal demi
hukum sehingga akibat Keputusan yang “batal” itu berlaku surut mulai dari saat tanggal
dibuatnya Keputusan yang dibatalkan tersebut.

Akibat yang ditimbulkan adalah keadaan pada saat Keputusan dibatalkan adalah
dikembalikan kepada saat semula sebelum dibuatnya Keputusan, tidak sah, dan akibat huum
yang ditimbulkan oleh keputusan itu dianggap tidak pernah ada.

Penulis memaparkan contoh terjadinya Ex Tunc pada perisitwa tahun 2009 mengenai polemik
putusan Mahkamah Agung yang berakibat pada peroleh kursi anggota Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), sejumlah parpol memang
memprotes putusan MA ini. Tiga parpol menengah, Partai Amanat Nasional (PAN), Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bisa kehilangan banyak
kursi bila putusan MA ini dilaksanakan KPU. PAN mengalami pengurangan 18 kursi, PPP 16
kursi, dan PKS 7 kursi[13].

Dimana terjadi Putusan Mahkamah Agung mengenai pengujian Pasal 22 huruf c serta Pasal
23 aayt (1) dan ayat (3) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 15 Tahun 2009. Banyak
pihak merasa dirugikan dan meminta KPU tidak melaksanakan keputusan tersebut. Dalam
amar putusan MA, selain membatalkan 2 pasal dalam Peraturan KPU tersebut, Majelis juga
memerintahkan KPU merevisi Keputusan KPU No.259/Kpts/KPU/2009 yang telah
menetapkan kursi legislatif.

Anggota Tim Hukum dari PPP, Ahmad Yani menilai putusan ini cacat dari sudut formil.
Pasalnya, berdasarkan informasi yang didapatnya dari KPU, Yani mengungkapkan KPU tak
diberi kesempatan untuk menjawab permohonan pengujian Peraturan KPU tersebut.Padahal,
lanjut Yani, Pasal 3 ayat (3) Peraturan MA No. 1 Tahun 2004 tentang Hak Uji Materil
menyebutkan 'Panitera Mahkamah Agung wajib mengirimkan salinan permohonan tersebut
kepada pihak termohon setelah terpenuhi kelengkapan berkasnya'. Yani mengatakan KPU
tak pernah menerima berkas permohonan tersebut.[14]

Yani menilai majelis juga menabrak ketentuan Pasal 3 ayat (4) Peraturan MA tersebut.
Ketentuan itu berbunyi 'Termohon wajib mengirimkan atau menyerahkan jawabannya
kepada Panitera Mahkamah Agung dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak diterima
salinan permohonan tersebut'. KPU tak pernah diberi kesempatan memberikan jawaban,
tuturnya. Berdasarkan penelusuran hukumonline, dalam putusan perkara tersebut memang tak
ada pertimbangan majelis yang menyangkut jawaban dari KPU.

Menurut Wahyudi Djafar, Peneliti Konsorsium Reformasi Hukum Nasional, menilai


permintaan MA agar KPU merevisi Keputusan No.259 itu bertentangan dnegan undang-
undang. Seharusnya, Putusan MA tersebut tidak berlaku surut. Pada asasnya, putusan
Pengujian Peraturan Perundang-undangan adalah bersifat prospektif/berlaku ke depan.[15]

122 | P a g e
Namun, menurut Wakil Ketua MA bidang Yudisial, Abdul Kadir Mappong, mengatakan ada
2 macam pembatalan sebuah peraturan dalam Putusan uji materi di MA. Ada pembatalan
secara ex tunc dan ex nunc. Menurut Wakil Ketua MA tersebut, sebuah peraturan dibatalkan
secara ex tuncmaka semua akibat hukumnya batal juga, dan dicabut sampai akar-akarnya, dan
ex tunc berlaku surut. Puutsan MA yang membatlkan Peraturan KPU No.15/2009 bersifat ex
tunc karena majelis juga meminta agar Keputusan No.259 juga harus direvisi.

Dalam putusan terhadap permintaan hak uji ada dua macam putusan, yakni putusan retroaktif
(ex tunc), yaitu peraturan perundang-undangan atau perbuatan administrasi negara tersebut
dianggap tidak pernah ada dan tidak pernah merupakan suatu peraturan perundang-undangan
atau perbuatan administrasi Negara yang sah.[16]

III.       Pengawasan Oleh Kekuasaan Kehakiman

Adanya suatu peradilan dikarenakan unsur sebagai berikut:

A.        Adanya Sengketa Yang Konkrit

Sengketa adalah perbedaan pendapat tentang suatu hak ataupun suatu kewajiban. Dikatakan
konkrit jika sengketa tesebut telah diserahkan penyelesaiannya kepada instansi ataupun
lembaga yang berwajib;

B.        Yang Bersengketa Sekurang-Kurangnya Terdiri Dari 2 Pihak

Jika mengenai masalah tertentu pada saat dan keadaan yang sama ad pendapat yang berlainan
antara 2 pihak, maka dikatakan ada perselisihan paham atau sengketa. Jika yang
dimasalahkan adalah masalah hukum, terjadi sengketa hukum. Sengketa hukum antara 2
pihak yang merupakan penyebab timbulnya peradilan;

c.         adanya suatu aturan hukum yang abstrak yang dapat diterapkan terhadap sengketa
tersebut

dalam setiap peradilan, baik sipil, pidana ataupun administrasi, selalu terdapat aturan abstrak
yang mengikat umum yang dapat diterapkan. Aturan hukum tersebut dapat berupa tertuli
yang berbentuk peraturan perundang-undangan, tapi dapat juga yang berbentuk tidak tertulis
yang diakui eksistensinya oleh Undang-Undang, seperti ketentuan hukum adat.

d.         adanya suatu aparatur pengadilan yang memiliki kewenangan memutus sengketa
tersebut;

memberi keputusan berarti menetapkan suatu aturan hukum yang abstrak pada suatu sengketa
yang konkrit, yang bersifat mengikat bagi pihak-pihak yang bersangkutan, sehingga dengan
demikian berakhirlah perselisihan yang timbul.[17]

Dalam menjalankan fungsinya, aparat Pemerintah sering berhubugan dengan individu dengan
individu ataupun badan hukum, baik privat ataupun publik. Hal ini terjadi khususnya dalam
rangka pelaksanan pelayanan umum kepada masyarakat. Hubungan hukum ini dapat bersifat
keperdataan ataupun publik. Timbulnya hubungan hukum tersebut dapat juga menimbulkan

123 | P a g e
kerugian bagi individu. Jika yang merasa terugikan ini tidak dapat menerimanya, maka
timbul sengketa hukum antara aparat Pemerintah dengan individu yang bersangkutan. Jika
sengketa tersebut dimintakan penyelesaian kepada Hakim, maka timbul peradilan.

Pengujian dan penilaian dapat pbersifat keperdataan ataupun administratif, tergantung pada
yang diajukan. Jika merupakan sengketa keperdataan, maka Hakim biasa yang berwenang
untuk mengadili, sedangkan jika sengketa merupakan Tata Usaha Negara, maka Hakim
Peradilan Tata Usaha Negara yang berwenang untuk memutuskannya[18] .

IV.       Putusan Pengadilan

Putusan Pengadilan dapat dijatuhkan pada hari persidangan tersebut (setelah Majelis Hakim
bermusyawarah), ataupun ditunda pada hari lain dan harus diberitahukan kepada kedua belah
pihak.[19]

Secara administratif, putusan Hakim harus memuat hal sebagai berikut:

1.Kepala Putusan, yang berbunyi : Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa;

2.Nama, jabatan, kewarganegaraan, tempat kediaman, atau kedudukan para pihak yang
bersengketa;

3.Ringkasan gugatan dan jawaban tergugat yang jelas;

4.Pertimbangan dan penilaian setiap bukti yang diajukan, dan setiap hal yang terjadi dalam
persidangan selama sengketa diperiksa;

5.Alasan hukum yang menjadi dasar putusan;

6.Amar putusan, nama Hakim yang memutus, nama Panitera, serta keterangan tentang hadir
atau tidaknya para pihak;

Jika suatu Putusan Pengadilan tidak mencamtumkan salah satu persyaratan saja dari
persyaratan diatas, maka dapat menyebabkan batalnya putusan pengadilan tersebut;

Dalam membuat keputusan, Hakim dengan keyakinannya dapat memilih salah satu alternatif
sebagai berikut:

1.

2. Gugatan ditolak

Dalam hal gugatan ditolak,berarti pihak tergugat yang dinyatakan menang dalam perkara.
Suatu gugatan yang ditolak berakibat fatal, sebab tidak dapat lagi diajukan sebagai gugatan
baru. Biasanya gugatan ditolak, karena Pengadilan menyatakan dirinya tidak berwenang
untuk memeriksan dan mengadili sengketa yang bersangkutan;

1.

124 | P a g e
2. Gugatan dikabulkan

Dalam hal gugatan dikabulkan, berarti pihak penggugat yang dinyatakan menang dalam
perkara. Jika putusan Pengadilan menyatakan gugatan dikabulkan, dalam putusan tersebut
dapat ditetapkan kewajiban yang harus dilakukan oleh Pejabat TUN yang mengeluarkan
Keputusan TUN yang bersangkutan. Kewajiban tersebut dikaitkan dengan hal yang dimohon
untuk diputuskan dalam gugatan yang diajukan oleh Penggugat. Oleh karenya, kewajiban
dapat berupa:

1.

2.

1.

2. Pencabutan Keputuasn TUN yang bersangkutan;

3. Pencabutan Keputusan TUN yang bersangkutan dan menerbitkan Keputusan


TUN yang baru;

4. Penerbitan Keputusan TUN jika sengketa TUN terjadi karena Keputusan TUN
yang diharapkan oleh penggugat tidak diterbitkan

Kewajiban dapat disertai pembebanan ganti rugi kepada pihak tergugat. Jika sengketa TUN
tersebut menyangkut sengketa kepegawaian, kepada Tergugat dapat dibebani kewajiban
rehabilitasi kepada Penggugat.

1.

2. Gugatan tidak diterima

Dalam hal gugatan tidak diterima, yang dimenangkan adalah pihak tergugat. Gugatan tidak
diterima, biasanya karena gugatan tidak memenuhi persyaratan yang dituntut dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku, baik persyaratan yang bersifat formil ataupun materiil.
Hal tersebu berarti gugatn dianggap cacat. Terhadap gugatan yang cacat, pihak Penggugat
dapat mengajukan kembali gugatan tersebut setelah gugatan dilengkapi dan diperbaiki;

1.

2. Gugatan gugur

Gugatan gugur jika Penggugat atau kuasanya tidak hadir di persidangan pada hari pertama
dan pada hari yang ditentukan dalam panggilan yang kedua, tanpa alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan, meskipun panggilan telah dilaksanakan dan diterima secara layak.

BAB III.

125 | P a g e
PENUTUP

KESIMPULAN

1.

2. Syarat-Syarat Pembentukan Produk Hukum Yang Baik

Syarat pembentukan produk hukum yang baik adalah Syarat materiil terdiri dari:

a.Organ pemerintahan yang membuat ketetapan harus berwenang;

b.Karena ketetapan suatu pernyataan kehendak (wilsverklaring), maka ketetapan tidak boleh
mengandung kekurangan-kekurangan yuridis (geen juridsche gebreken in de wilsvorming),
seperti penipuan (bedrog), paksaan (dwang) atau suap (omkoping), kesesatan (dwaling);

c.Ketetapan harus berdasarkan suatu keadaan tertentu;

d.Ketetapan harus dapat dilaksanakan dan tanpa melanggar peraturan-peraturan lain, serta isi
dan tujuan ketetapan itu harus sesuai dengan isi dan tujuan peraturan dasarnya

Sedangkan syarat formil terdiri dari:

a.Syarat-syarat yang ditentukan berhubungan dengan persiapan dibuatnya ketetapan dan


berhubung dengan cara dibuatnya ketetapan harus dipenuhi;

b.Ketetapan harus diberi bentuk yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan
yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan itu;

c.Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan ketetapan itu harus dipenuhi;

d.Jangka waktu harus ditentukan antara timbulnya hal-hal yang menyebabkan dibuatnya dan
diumumkannya ketetapan itu harus ditentukan.

1.

2. Akibat Hukum Yang Muncul Terhadap Produk Hukum Publik Yang


Dibatalkan Secara Ex Tunc

Ex Tunc dalam pengujian Keputusan Tata Usaha Negara dilakukan terhadap Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku pada saat diterbitkannya Keputusan Tata Usaha Negara
tersebut, walaupun telah ada perubahan terhadapnya. Jika Keputusan Tata Usaha Negara
tersebut dibatalkan atau dinyatakan tidak sah ,maka akibat hukum yang ditimbulkan oleh
Keputusan Tata Usaha Negara tersebut berlaku/ada sejak diterbitkannya Keputusan Tata
Usaha Negara tersebut.

Pembatalan produk hukum dengan Ex Tunc adalah lebih berat bobotnya, dan terjadi jika
syarat absolut pembuatan produk hukum tidak dipenuhi. Pembatalan Ex Tunc dilakukan oleh

126 | P a g e
Pejabat yang berwenang. Pembatalan Ex Tunc berlaku surut. Misalkan, Pembatalan Peraturan
Daerah tentang Pajak Bumi Bangunan, maka pada mulanya sekali juga dibatalkan.[20]

Ex Tunc terjadi karena tidak berwenangnya (Onbevoegdheid)[21] . Pejabat dalam


mengeluarkan produk hukum. Onbevoegdheid ratione materiae adalah tidak berwenangnya
dikarenakan materi Keputusan oleh Organ atau badan atau Pejabat lain yang materi atau
persoalan yang diatur dalam keputusan tidak merupakan bagian kewenangannya. Keputusan
yang demikian dapat mengakibatkan “batal” (nietig atau Vernien tigbaar) atau batal demi
hukum sehingga akibat Keputusan yang “batal” itu berlaku surut mulai dari saat tanggal
dibuatnya Keputusan yang dibatalkan tersebut.

Akibat yang ditimbulkan adalah keadaan pada saat Keputusan dibatalkan adalah
dikembalikan kepada saat semula sebelum dibuatnya Keputusan, tidak sah, dan akibat huum
yang ditimbulkan oleh keputusan itu dianggap tidak pernah ada.

Pengujian Ex Tunc dimana peradilan menilai suatu perbuatan Pemerintah dengan


memperhitungkan semua fakta perbuatan itu dilakukan, jadi atas suatu surat keputusan, fakta,
dan keadaan yang dinilai adalah keadaan pada saat dikeluarkannya surat keputusan itu,
perubahan fakta dan keadaan tidak termasuk dalam perhitungan.

Sebuah peraturan dibatalkan secara ex tunc, maka semua akibat hukumnya batal juga, dan
dicabut sampai akar-akarnya, dan ex tunc berlaku surut. Puutsan MA yang membatlkan
Peraturan KPU No.15/2009 bersifat ex tunc karena majelis juga meminta agar Keputusan
No.259 juga harus direvisi. Jadi Putusan MA tersebut termasuk Ex Tunc.

SARAN

Pembuat kebijakan tidak boleh menggunakan kewenangannya secara sewenang-wenang


karena selain produk hukum yang dihasilkan adalah tidak sah, namun juga tidak bermanfaat
bagi publik ataupun instansi.

PENUTUP
Demikian yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini,tentunya banyak kekurangan dan kelemahan karena
terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh

127 | P a g e
hubungannya dengan makalah ini penulis banyak berharap kepada para
pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada
kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis para pembaca khusus pada penulis.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
elearning.upnjatim.ac.id/courses/HKK3004/work/
524c10504b18amakalah_after_edit.docx&ved=0ahUKEwiUqa-

128 | P a g e
8ntPXAhVIopQKHRxPCyQQFgglMAA&usg=AOvVaw3sL8w3X0KQHWy6vdnyK
v-V

2. https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://bem.law.ui.ac.id/
fhuiguide/uploads/materi/tindakan,-keputusan-dan-permasalahan-
han.pptx&ved=0ahUKEwiUqa-
8ntPXAhVIopQKHRxPCyQQFggsMAI&usg=AOvVaw0lumW1pU_uMZwUpLZcX
45T

3. udarasegarsegar.blogspot.co.id/2011/10/han-tindakan-pemerintah-bersegi-satu.html?
m=1

4. https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
download.portalgaruda.org/article.php%3Farticle%3D345407%26val
%3D7290%26title%3DPERLINDUNGAN%2520HUKUM%2520WARGA
%2520NEGARA%2520TERHADAP%2520TINDAKAN%2520PEMERINTAH
%2520DALAM%2520MEMBUAT%2520%2520KEPUTUSAN
%2520ADMINISTRASI
%2520NEGARA&ved=0ahUKEwiD2__cn_DXAhVMQ48KHWTbBLcQFggwMAE
&usg=AOvVaw0P6RksIzGZ6YRZeze0ZMvk

5. www.lutfichakim.com/2011/08/perbuatan-pemerintah_26.html?m=1

6. https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://
yusrizaladisyahputra.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/271/2017/01/
PERBUATAN-PEMERINTAH-5-
8.pptx&ved=0ahUKEwiY1MmcovDXAhXFLI8KHXymAsc4ChAWCCowAg&usg=
AOvVaw0Cx5wv6pyy4C6WSNhflF_b

7. www.makalahjurnalskripsi.tk/2016/12/macam-macam-perbuatan-pemerintah.html?
m=1

8. https://www.google.co.id/amp/s/dewaarka.wordpress.com/2011/01/21/hukum-
administrasi-negara/amp/

9. https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
tokogurusosial.files.wordpress.com/2015/06/billah-fouza-a-
han.doc&ved=0ahUKEwiv75expPDXAhVKtY8KHfzrBSA4FBAWCC8wBA&usg=
AOvVaw2T6lfhkWsRKrvgW-kSkQKX

10. https://www.kompasiana.com/rizkykarokaro/akibat-hukum-yang-muncul-terhadap-
produk-hukum-publik-yang-dibatalkan-secara-ex-tunc_55530d3d7397731d0cfa2b78

129 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai