Anda di halaman 1dari 35

Tindakan pemerintah ( bestuurshandeling , jamak= bestuurshandelingen ) merupakan

perbuatan pemerintah untuk dapat menjalankan tugas dan fungsi pemerintahan. Dalam negara
hukum modern (walfarestate) , pemerintah memiliki tugas yang lebih luas daripada hanya
menjalankan undang-undang sebab lapangan pekerjaan pemerintah meliputi tugas
penyelenggaraan kesejahteraan umum (bestuurszorg).

Terdapat dua bentuk tindakan pemerintah (bestuurhandeling) yang dilakukan dalam


melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan, yakni tindakan berdasarkan hukum
(rechthandeling) dan tindakan berdasarkan fakta, bukan berdasarkan hukum
(feitelijkehendeling). E. Utrech mengartikan dengan “perbuatan pemerintah” serta menyebutkan
dua bentuk tindakan pemerintah ini ( rechshandeling dan feitelijekehandeling ) sebagai dua
golongan besar perbuatan pemerintah.

Tindakan berdasarkan hukum (rechtshandeling)

Menurut R.J.H.M. Huisman, tindakan hukum adalah tindakan-tindakan yang berdasarkan


sifatnya menimbulkan akibat hukum tertentu. Tindakan berdasarkan hukum dari pemerintah
berarti tindakan yang dilakukan oleh pemerintah yang menimbulkan akibat hukum tertentu
berupa hak dan kewajiban, seperti tercipta atau hapusnya hak dan kewajiban tertentu. Menurut
H.D. van Wijk/Williem Konijnenbelt (sebagaimana dikutip oleh Sadjijono), akibat hukum
tindakan pemerintah tersebut dapat berupa :

 menimbulkan beberapa perubahan hak,


 kewajiban atau kewenangan yang ada;
 menimbulkan perubahan kedudukan hukum bagi seseorang atau obyek yang ada;
 terdapat hak-hak, kewajiban, kewenangan ataupun status tertentu yang ditetapkan.

Terdapat dua bentuk tindakan hukum pemerintah, yaitu tindakan hukum pemerintah berdasarkan
hukum publik (publiekrechttelijke handeling) dan tindakan hukum pemerintah berdasarkan
hukum privat (privatrechttelijke handeling) . Dua bentuk tindakan hukum pemerintah ini
berkaitan dengan kedudukan pemerintah sebagai institusi pemegang jabatan pemerintahan
(ambtsdrager) dan sebagai badan hukum. Perbedaan antara tindakan hukum publik dan tindakan
hukum privat akan melahirkan akibat hukum yang berbeda pula.

 Tindakan hukum publik (publiekrechtshandeling) berarti bahwa tindakan hukum yang


dilakukan oleh pemerintah didasarkan pada hukum publik dalam kedudukannya sebagai
pemegang jabatan pemerintahan yang dilakukan berdasarkan kewenangan pemerintah
yang bersifat hukum publik yang hanya dapat lahir dari kewenangan yang bersifat hukum
publik pula. Tindakan hukum publik dibagi menjadi dua bentuk, yakni tindakan hukum
publik bersifat sepihak (eenzijdig publiekrechttelijke handeling) dan tindakan hukum
publik yang bersifat berbagai pihak, yakni dua atau lebih (meerzijdik publiekrechttelijke
handeling) atau menurut E. Utrecht disebut dengan tindakan hukum publik bersegi satu
(eenzijdige publiekrechttelijke handeling) dan tindakan hukum publik bersegi dua
(tweenzijdige publiekrechttelijke handeling) .
Dikatakan sebagai tindakan hukum publik bersegi satu (bersifat sepihak) karena alat-alat
perlengkapan pemerintah memiliki kekuasaan istimewa dalam melakukan atau tidak
melakukan tindakan tergantung kehendak sepihak dari badan atau pejabat Tata Usaha
Negara yang memiliki wewenang pemerintahan untuk berbuat demikian. Olek karena
merupakan suatu pernyataan kehendak secara sepihak dari organ pemerintahan, maka
tindakan hukum pemerintah yang bersegi satu ini tidak boleh mengandung unsur
kecacatan seperti kekhilafan (dwaling) , penipuan (bedrog) , dan paksaan (dwang) serta
hal-hal lain yang menimbulkan akibat hukum tidak sah. Hukum publik yang bersifat
sepihak (bersegi satu) ini disebut dengan “beschikking” atau dalam Bahasa Indonesia
disebut dengan istilah “keputusan” atau “ketetapan”.

 Tindakan hukum privat adalah tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah yang
didasarkan pada hukum privat dalam kedudukannya sebagai badan hukum dan bukan
tugas untuk kepentingan umum sehingga tindakannya didasarkan pada ketentuan hukum
privat. Tindakan pemerintah dalam hukum privat misalnya jual beli tanah dan jual beli
barang yang dilakukan pemerintah dalam hubungan hukum perdata.

Tindakan berdasarkan fakta (feitelijkehandeling)

Tindakan berdasarkan fakta adalah tindakan-tindakan yang tidak ada relevansinya dengan hukum
dan oleh karenanya tidak menimbulkan akibat hukum. Menurut Kuntjoro Probopranoto, tindakan
berdasarkan fakta (feitelijkehandeling) ini tidak relevan, karena tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kewenangannya. Tindakan berdasarkan fakta yang dilakukan oleh pemerintah
misalnya tindakan meresmikan gedung-gedung dan menyelenggarakan upacara-upacara, serta
kegiatan lainnya yang tidak menimbulkan akibat hukum.

Unsur-Unsur Tindakan Hukum Pemerintah

Menurut E. Utrecht tindakan hukum pemerintah merupakan tindakan pemerintah yang terpenting
dalam hal pelaksanaan tugas pemerintahan. Adapun unsur-unsur tindakan pemerintah yaitu:

 Tindakan tersebut dilakukan oleh aparatur pemerintah dalam kedudukannya sebagai


penguasa maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahaan (bestuursorgan);
 Tindakan dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan
(bestuursfunctie);
 Tindakan dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum
(rechtsgevolgen) di bidang hukum administrasi;
 Tindakan yang dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan umum;
 Tindakan dilakukan berdasarkan norma wewenang pemerintah;
 Tindakan tersebut berorientasi pada tujuan tertentu berdasarkan hukum.

Sedangkan menurut Ridwan HR, sebagaimana mengutip pendapat Mucsan yang menyebutkan
unsur-unsur dari tindakan hukum pemerintah adalah sebagai berikut:
 Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai penguasa
maupun sebagai alat perlengkapan pemerintahan (bestuursorgan) dengan prakarsa dan
tanggung jawab sendiri;
 Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan;
 Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di
bidang Hukum Administrasi Negara;
 Perbuatan yang bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan kepentingan negara
dan rakyat;
 Perbuatan hukum administrasi harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku (mengedepankan asas legalitas atau wetmatigheid van bestuur ).

Perlunya asas legalitas dalam setiap tindakan hukum pemerintah mengingat bahwa wewenang
sebagai dasar pemerintah dalam melakukan berbagai tindakan bersumber pada peraturan
perundang-undangan.

Alat Ukur Keabsaan Tindakan Pemerintah

Asas legalitas menjadi unsur utama dalam setiap tindakan pemerintah. Asas legalitas bermakna
bahwa setiap tindakan pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan apabila tindakan pemerintah dilakukan tidak didasarkan pada peraturan perundang-
undangan maka tindakan tersebut merupakan tindakan sewenang-wenang (wilekeur) atau
penyalahgunaan wewenang (detournement de pouvoir) yang berakibat cacat yuridis pada
tindakan hukum yang dilakukan.

Untuk mengukur keabsahan tindakan pemerintah dapat menggunakan dua alat ukur, yaitu
peraturan perundang-undangan dan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB).
Peraturan perundang-undangan berkaitan dengan dasar hukum yang memberi wewenang bagi
pemerintah untuk bertindak (legitimasi pemerintah), sedangkan asas-asas umum pemerintahan
yang baik berkaitan dengan dasar-dasar dan pedoman bertindak bagi pemerintah diluar aturan
yang bersifat normatif. Asas-asas umum pemeritahan yang baik dijadikan sebagai penilaian
terhadap moralitas setiap tindakan pemerintah.

https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-dengan-tindakan-pemerintah/117126

Tanggal akes 9 Januari 2019


PERBUATAN PEMERINTAH/TINDAKAN PEMERINTAH
BESCHIKKING/KETETAPAN DAN MACAM-MACAM KETETAPAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam Perbuatan pemerintah ada dua hal persoalan yang perlu dipahami yaitu
:Apa yang dimaksud dengan pemerintah dan Apa yang dimaksud dengan
perbuatan pemerintah.
Yang dimaksud dengan pemerintah adalah : Menurut Wirjono Prodjodikoro,
pemerintah dapat dibagi dalam arti luas dan dalam arti sempit. Pemerintah
dalam arti luas meliputi seluruh fungsi kegiatan kenegaraan yaitu lembaga-
lembaga kenegaraan yang diatur secara langsung oleh UUD 1945 maupun
lembaga-lembaga yang diatur oleh Undang-Undang. Sedangkan pemerintah
dalam arti sempit adalah Presiden/eksekutif.
Menurut Kuntjoro Purbopranoto mengatakan pemerintah dalam arti luas meliputi
segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam rangka penyelenggaraan
kesejahteraan rakyat dan kepentingan Negara, sedangkan arti sempit adalah
menjalankan tugas eksekutif saja

Dan melalui makalah ini penulis ingin mengupas secara detail mengenai
perbuatan pemerintah.
B. PERUMUSAN MASALAH

1. PERBUATAN PEMERINTAH/TINDAKAN PEMERINTAH

2. MACAM-MACAM PERBUATAN PEMERINTAH,

3. BESCHIKKING/KETETAPAN

4. MACAM-MACAM KETETAPAN
5. PERBUATAN PEMERINTAH LAINNYA

C. TUJUAN

TUJUANNYA YAITU MENGETAHUI PERBUATAN PEMERINTAH/TINDAKAN


PEMERINTAH, MACAM-MACAM PERBUATAN PEMERINTAH,
BESCHIKKING/KETETAPAN, MACAM-MACAM KETETAPAN DAN
PERBUATAN PEMERINTAH LAINNYA
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERBUATAN PEMERINTAH/TINDAKAN PEMERINTAH


1. PENGERTIAN

Dalam Perbuatan pemerintah ada dua hal persoalan yang perlu dipahami yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan pemerintah dan Apa yang dimaksud dengan
perbuatan pemerintah.
a.d.1. Yang dimaksud dengan pemerintah adalah : Menurut Wirjono
Prodjodikoro, pemerintah dapat dibagi dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Pemerintah dalam arti luas meliputi seluruh fungsi kegiatan kenegaraan yaitu
lembaga-lembaga kenegaraan yang diatur secara langsung oleh UUD 1945
maupun lembaga-lembaga yang diatur oleh Undang-Undang. Sedangkan
pemerintah dalam arti sempit adalah Presiden/eksekutif. 1[1].
Menurut Kuntjoro Purbopranoto mengatakan pemerintah dalam arti luas meliputi
segala urusan yang dilakukan oleh Negara dalam rangka penyelenggaraan
kesejahteraan rakyat dan kepentingan Negara, sedangkan arti sempit adalah
menjalankan tugas eksekutif saja.

a.d.2. Pengertian Perbuatan Pemerintah Perbuatan pemerintah merupakan


tindakan hukum yang dilakukan oleh penguasa dalam menjalankan fungsi
pemerintahan. Menurut Romijen, perbuatan pemerintah yang merupakan “
bestuur handling “ yaitu tiap-tiap dari alat perl;engkapan pemerintah. Menurut
Van Vallen Hoven, perbuatan pemerintah merupakan tindakan secara spontan
atas inisiatif sendiri dalam menghadapi keadaan dan keperluan yang timbul
tanpa menunggu perintah atasan,
dan atas tanggung jawab sendiri demi kepentingan umum.

B. Macam-Macam Perbuatan Pemerintah


Perbuatan pemerintah dapat digolongkan dalam dua macam,
yaitu :
1. Perbuatan pemerintah berdasarkan fakta ( Fiete Logtie Handilugen )
2. Perbuatan pemerintah berdasarkan hukum ( Recht Handilugen )
a.d.1. Perbuatan pemerintah berdasarkan fakta atau tidak berdasarkan hukum
adalah tindakan penguasa yang tidak mempunyai akibat hukum, misalnya
Walikota mengundang masyarakat untuk menghadiri 17 agustus, Presiden
menghimbau masyarakat untuk hidup sederhana dan lain-lain.
a.d.2. Perbuatan pemerintah berdasarkan hukum ( Recht Handilugen ) adalah
tindakan penguasa yang mempunyai akibat hukum, ini dapat digolongkan dalam
dua golongan, yaitu :
1. Perbuatan pemerintah dalam lapangaan hukum privat, dimana penguasa
mengadakan hubungan hukum berdasarkan hukum privat.
Menurut Prof. Krobbe Kranenburg, Vegtig, Donner dan Hassh, bahwa pejabat
administrasi Negara dalam menjalankan tugasnya dalam hal-hal tertentu dapat
menggunakan hukum privat, umpanya perbuatan sewa-menyewa, jual-beli tanah
dan perjanjian-perjanjian lainnya. 2[2].
2. Perbuatan pemerintah dalam lapangan Hukum Publik Perbuatan hukum
dalam lapangan Hukum Publik ada dua macam, yaitu :
a. Perbuatan Hukum Publik bersegi dua, yaitu adanya dua kehendak/ kemauan
yang terikat, misalnya dalam perjanjian/ kontrak kerja. Mengenai hal ini ada
beberapa sarjana yang menentangadanya prbuatan hukum bersegi dua missal
Meijers Cs mengatakan bahwa tidak ada persesuaian kehendak antara para
pihak.
b. Perbuatan Hukum Publik bersegi satu, yaitu perbuatan yang dilakukan atas
kehendak dari satu pihak yaitu perbuatan dari pemerintah itu sendiri.

C. BESCHIKKING/KETETAPAN

1. Pengertian dan Istilah


Istilah Beschikking berasal dari Bahasa Belanda yang diperkenalkan noleh Van
der Pot di negreri Belanda dan masuk di Indonesia melalui Mr. Prins yang
mengajar di Universitas Indonesia. Beberapa sarjana memberikan terjemahan
yang berbeda-beda terhadap istilah Beschikking. Utrecht menterjemahkan
sebagai “Ketetapan”. Kuntjoro menterjemahkan sebagai “Keputusan”. Istilah
ketetapan dapat diartikan dan atau terpisah. Dengan Ketetapan MPR,
sedangkan Ketetapana MPR termasuk dalam bidang politik
sehingga dapat dinilai kedudukannya terlalu tinggi. Ketetatap dalam administrasi/
alat-alat perlengkapan Negara hanya merupakan peraturan pelaksana dalam
bidang administrative saja.
Beschikking sebagai keputusan, istilah ini dapat ditafsirkan sebagai keputusan
hakim, padahal keputusan hakim berbeda dengan Beschikking. Keputusan
hakim bersifat Yudikatif Formil sedangkan ketetapan
bersifat Yudikatif Administratif.
2 Pengertian Ketetapan
Ketetapan Adminstrasi Negara merupakan hukum publik berseginsatu yang
dilakukan oleh badan/ pejabat pemerintah berdasarkan kekuasaan istimewa.
Beberapa pendapat tentang Ketetapan :
1. Van Der Wel mengatakan Ketetapan adalah suatu perbuatan hukum oleh
suatu alat pemerintah dengan maksud untuk menimbulkan atau menolak suatu
hubungan hukum.
2. Prins mengatakan, Ketetapan adalah suatu tindakan hukum sepihak dibidang
pemerintahan yang dilakukan oleh alat-alat penguasa berdasarkan kewenangan
khusus.
3. A.M. Donner mengatakan, Ketetapan adalah suatu perbuatan hukum yang
dilakukan oleh alat pemerintahan berdasarkan suatu ketentuan yang mengikat
dan berlaku umum.
4. Stellinga, Ketetapan adalah keputusan sesuatu alat pemerintahan yang isinya
terletak didalam lapangan, pembuatan peraturan, kepolisian, dan pengadilan.
5. Menurut UU No. 5 Tahun 1986 tentyang Peradilan Tata Usaha Negara, Pasal
1 (3) menyebutkan Keputusan Tata Usaha adalah suatu tertulis yang dilakukan
oleh badan atau pejabat tata usaha negara
yang berisi tindakan hukum tata usaha Negara yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yang bersifat konkrit, individual, dan final
yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Berdasarkan definisi dari Undang-ndang No. 5 Tahun 19863[3]. di atas maka
dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Konkrit artinya obyeknya tertentu/ jelas, tidak abstrak, missal keputusan
memberikan ijin bangunan.
b. Individual artinya keputusan secara khusus/ tertentu, tidak bersifat umum,
nama, alamat, dan yang menjadi obyeknya jelas.
c. Final artinya sudah definitive/ selesai tidak memerlukan persetujuan atasan.
d. Berdassarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Menurut Van Vallen Hoven Perbuatan Pemerintah mempunyai tiga sifat, yaitu
:1. Konkrit artinya nyata dan mengatur hal yang tertentu

2. Kusnistis, artinya menyelesaikan kasus-per kasus


3. Individual artinya berlaku terhadap seseorang tertentu yang jelas identitasnya.
3. Syarat-syaratsuatu Ketetapan

Suatu Ketetapan harus memenuhi syarat-syarat agar ketetapan itu menjadi sah,
yaitu :
1. Dibuat oleh alat/ pejabat yang berwenang
2. Tidak boleh kekurangan Yuridis
3. Bentuk dan cara sesuai dengan peraturan dasar

4. Isi dan tujuannya sesuai dengan peraturan dasar


5. Menimbulkan akibat hukum
a.d.1. Dibuat oleh yang berwenang, artinya ketetapan itu harus dibuat oleh
pejabat Negara yang berkuasa/ berwenang menurut Undang- Undang dan
apabila ketetapan dibuat oleh pejabat yang tidak berwenang, maka akibatnya
ketetapan itu batal demi hukum.
a.d.2. Tidak boleh ada kekurangan yuridis artinya ketetapan itu dibuat harus
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian ketetapan itu
tidak boleh dibuat atas dasar :
1. Salah perkiraan / divaling
2. Tipuan/ dwang
3. Bedrog
Ketetapan demikian dapat dibatalkan
a.d.3. Bentuk dan Cara
Bentuk dan cara/Proseduir Ketetapan telah ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan.
Secara teoritis bentuk ketetapan ada dua4[4]. macam yaitu :
1. Bentuk Lisan, bentuk ini tidak mempunyai akibat hukum dan tidak begitu
penting bagi administrasi Negara serta dilakukan dalam situasi yang
cepat/segera.
2. Bentuk Tertulis, ketetapan ini dibuat secara tertulis sangat penting dalam
penyusunan alasan dan diktumnya harus jelas guna penyusunan banding serta
demi kepastian hukum.
a.d.4. Isi dan Tujuan
Isi dan tujuan ketetapan harus sesuai dengan peraturan yang menjadi dasar
diterbitkannya ketetapan itu.
Dalam praktek banyak ketetapan yang isi dan tujuannya tidak ssuai dengan
peraturan dasar, hal ini merupakandotournement den pouvois,yaitu dimana
pejabat Negara menggunakan kewenangannya untuk
menyelenggarakan kepentingan umum yang lain untuk kepentingan umum yang
dimaksud oleh peraturan yang menjadi dasar wewenang itu atau merupakan
penyalahgunaan wewenang.

a.d.5. Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Menimbulkan akibat hukum berarti menimbulkan suatu perubahan dalam suatu
hubungan hukum yang telah ada, misalnya melahirkan atau menghapuskan
suatu hubungan hukum, dan atau melahirkan
suatu wewenang bagi suatu badan atau jabatan administrasi atauberubahnya
suatu wewenang bagi suatu badan atau pejabat.

D.. MACAM-MACAM KETETAPAN

Dalam masyarakat timbul berbagai masalah sehingga pemerintah harus bekerja


keras untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut dengan melakukan
berbagai perbuatan baik perbuatan biasa/ fakta maupun perbuatan hukum guna
menyelesaikan beraneka masalah dengan mengeluarkan berbagai
ketetapan yang isi dan bentuknya beraneka ragam coraknya.

Pada dasarnya sangat sulit menentukan macam/ penggolongan tentang macam-


macam ketetapan.
Secara umum macam-macam ketetapan antara lain sebagai berikut :
1. Ketetapan Positif
Yaitu ketetapan yang dapat menimbulkan hak atau kewajiban bagi mereka yang
dikenai, juga suatu ketetapan yang menimbulkan suatu keadaan hukum yang
baru atau suatu ketetapan yang membatalkan suatu ketetapan yang lama.
Misalnya :
Keputusan Rektor mengangkat dosen menjadi anggota panitia ujian Negara.
Surat Keputusan Rektor tersebut didasarkan kepada beberapa surat Keputusan
Menteri P dan K tentang penyelenggaraan ujian
Negara.
Keputusan Rektor ini meletakan keawjiban baru dan sekaligus memberikan hak
baru bagi dosen yang diangkat menjadi anggota panitia ujian Negara.
Kewajiban baru adalah kewajiban untuk menguji dan hak baru adalah hak untuk
mendapatkan honorarium sebagai akibat pengangkatan tersebut. Mr. Prins
mengemukakan bahwa ketetapan positif mempunyai akibatakibat5[5].
hukum dalam lima golongan :

1, Ketetapan yang pada umumnya melahirkan keadaan hukum yang baru.


2. Ketetapan yang melahirkan keadaan hukum baru bagi obyek tertentu.
3. Ketetapan yang menyebabkan berdirinya atau bubarnya suatu badan hukum.
4. Ketetapan yang membrimkan hak-hak baru kepada seseorang atau lebih (
ketetapan yang menguntungkan)
5. Ketetapan yang mebebankan kewajiban baru kepada seseorang atau lebih
(perintah-perintah)
2. Ketetapan Negatif
Adalah tiap penolakan atas sesuatu permohonan untuk mengubah sesuatu
keadaan hukum tertentu yang telah ada.
Bentuk-bentuk dari ketetapan negative adalah :
a. Suatu pernyataan tidak berwenang
b. Pernyataan tidak diterima
c. Suatu penolakan
3. Ketetapan Declaratoir
Yaitu ketatapan yang isinya menyatakan apa yang sudah ada/ sudah diatur
dalam undang-undang, misalnya hak seorang pegawai negeri untuk
mendapatkan cuti libur 12 hari kerja. Hak cuti ini sudah ditentukan dalam
Undang-Undang No. 8 Tahun 1974.
4. Ketetapan Konstitutif

Ialah ketatapan yang melahirkan hak baru, hak baru ini sebelumnya tidak
dipunyai oleh orang yang ditetapkan dalam ketetapan itu.
5. Ketetapan Kilat
Yaitu ketetapan yang hanya berlaku pada saat tertentu waktunya pendek,
misalnya SIM, KTP.
6 Ketetapan Fotografis Ketetapan yang berlaku seumur hidup, sekali dikeluarkan
tetap
berlaku, misalnya Ijazah, Piagam.
7. Ketatapan Tetap
Yaitu Ketetapan yang masa berlakunya untuk waktu sampai diadakan
perubahan/ penarikan kembali.
8. Ketetapan Intern
Yaitu ketetapan yang diselenggarakan di lingkungan sendiri, misalnya
pemindahan pegawai dari bagian keuangan menjadi bagian pembekalan
9. Ketetapan Extern
Yaitu ketetapan yang penyelenggaraannya berhubungan denganmorang luar,
misalnya pemberian izin bangunan.

E. PERBUATAN PEMERINTAH LAINNYA

1. DISPENSASI

Dispensasi adalah suatu ketetapan yang menghapuskan akibat daya


mengikatnya suatu peraturan perundang-undangan, Prajudi Atmosudirdjo
mengatakan :

Dispensasi merupakan suatu pernyataan alat pemerintahan yang berwenang


bahwa kekuatan undang-undang tertentu tidak berlaku terhadap masalah/ kasus
yang diajukan oleh seseorang. Van Der Pot mengatakan :
Dispensasi adalah keputusan alat pemerintah yang membebaskan suatu
perbuatan dari cengkraman dari suatu peraturan yang melarang perbuatan itu

Prins mengatakan : 6[6].


Dispensasi adalah suatu perbuatan pemerintah yang meniadakan berlakunya
suatu peraturan perundang-undangan untuk suatu persoalan istimewa.
Tujuan pemberian dispensasi adalah agar seseorang dapat melakukan suatu
perbuatan hukum dengan menyimpang dari syarat-syarat untdan- undang yang
beralku.
Misalnya :
pemberian izin bagi seorang wanita yang berumur 15 tahun untuk menikah,
meskipun peraturan menentukan syarat-syarat untuk wanita harus berumur 16
tahu.

2. I Z I N / Vergunning

Izin adalah ketetapan yang menguntungnkan, misalnya memberikan izin untuk


menjalankan perusahaan.
Ada dasarnya izin diberikan karena ada peraturan yang melarang.

3. L I S E N S I

Merupakan izin untuk menjalankan suatu perusahaan, misalnya Lisensi untuk


impor barang-barang atau Ekspor hasil bumi.
4. K O N S E S I

Merupakan suatu perjanjian bersyarat antara pemerintah dengan seorang/


swasta untuk melakukan suatu tugas pemerintah.

Van Vollen Hoven mengatakan :


Bilaman pihak swasta atas izin pemerintah melakukan suatu usaha besar yang
emnyangkut kepentingan masyarakat, misalnya: Konsesi pertambangan,
kehutanan dan alin sebagainya,
Van de Pot mengatakan :
Konsesi adalah keputusan administrasi Negara yang mempertahankan suatu
subyek hukum swasta bersama pemerintah melakukan perbuatan penting bagi
umum.
Prins mengatakan:
Konsesi adalah izin atas hal yang penting bagi umum, misalnya dalam bidang
pertambangan. Kerenenburg mengatakan : Konsesi berhubungan dengan hal
pemerintahan, memberi bantuan pada pekerjaan yang bagi umum dan bersifat
monopoli.

5. PERINTAH
Prins mengatakan :
Perintah ialah pernyataan kehendak pemerintah yang tugasnya disebutkan
siapa-siapa dan bagi orang-orang itu melahirkan kewajiban tertentu yang
sebelumnya bukan kewajiban.
Misalnya perintah untuk membubarkan orang-orang tertentu yang berkumpul
deng bermaksud jaht berdasarkan pasal 218 KUHPidana, perintah pengosongan
rumah, pembongkaran bangunan dan sebagaianya.

6. PANGGILAN

Menurut Prins mengatakan :


Panggilan memberikan kesan adanya atau timbulnya kewajinam, hal ini berarti
bahwa apabila panggilan itu tidak dipenuhi akan dikenakan sanksi.
Misalnya, panggilan jaksa kepada seseorang tertentu untuk didengar
keterangannya atau panggilan polisi bagi seseorang untuk dimintai
keterangannya dan lain sebagainya.

7. UNDANGAN

Menurut Prins : Undangan dapat dan atau tidak menib\mbulkan kewajiban dan
tidak mempunyai akibat hukum, hanya mempunyai kewajiban moral.

BAB III

KESIMPULAN
1. pemerintah adalah : Menurut Wirjono Prodjodikoro, pemerintah dapat dibagi
dalam arti luas dan dalam arti sempit. Pemerintah dalam arti luas meliputi
seluruh fungsi kegiatan kenegaraan yaitu lembaga-lembaga kenegaraan yang
diatur secara langsung oleh UUD 1945 maupun lembaga-lembaga yang diatur
oleh Undang-Undang. Sedangkan pemerintah dalam arti sempit adalah
Presiden/eksekutif.

2. Macam-Macam Perbuatan Pemerintah


Perbuatan pemerintah dapat digolongkan dalam dua macam, yaitu :
1. Perbuatan pemerintah berdasarkan fakta ( Fiete Logtie Handilugen )

3. Perbuatan pemerintah berdasarkan hukum ( Recht Handilugen )


a.d.1. Perbuatan pemerintah berdasarkan fakta atau tidak berdasarkan hukum
adalah tindakan penguasa yang tidak mempunyai akibat hukum, misalnya
Walikota mengundang masyarakat untuk menghadiri 17 agustus, Presiden
menghimbau masyarakat untuk hidup sederhana dan lain-lain.
a.d.2. Perbuatan pemerintah berdasarkan hukum ( Recht Handilugen ) adalah
tindakan penguasa yang mempunyai akibat hukum, ini dapat digolongkan dalam
dua golongan, yaitu :
1. Perbuatan pemerintah dalam lapangaan hukum privat, dimana penguasa
mengadakan hubungan hukum berdasarkan hukum privat.
Menurut Prof. Krobbe Kranenburg, Vegtig, Donner dan Hassh, bahwa pejabat
administrasi Negara dalam menjalankan tugasnya dalam hal-hal tertentu dapat
menggunakan hukum privat, umpanya perbuatan sewa-menyewa, jual-beli tanah
dan perjanjian-perjanjian lainnya.
2. Perbuatan pemerintah dalam lapangan Hukum Publik
DAFTAR PUSTAKA

 http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/01/hukum-administrasi
negara.html
 Kontjoro Purbopranoto, Beberapa Catatan Hukum Tata Pemerintahan dan
Peradilan Administrasi Negara, Alumni, Bandung ,1978.

 Prof. Dr. Sadri Wasistiono,M.S., Kapita Selekta Penyelenggaraan


Pemerintahan Daerah, Fokus Media Tahun, Bandung, 2003.

 Lutfi Effendi, S.H.,M.Hum., Pokok-Pokok Hukum Administrasi, Bayumedia


Publishing,Semarang, 2003

 Prof. Dr. CST. Aknsil, S.H., Sistem Pemerintahan Indonesia, Bumi

http://akhsoname.blogspot.com/2015/09/perbuatan-pemerintahtindakan-pemerintah.html
Hukum Administrasi Negara II – Perbuatan Pemerintah
05 May

A. Pengertian perbuatan pemerintahan


Pada dasarnya Dalam suatu Negara hukum setiap tindakan hukum pemerintahan selalu harus
didasarkan pada asas legalitas atau harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Mengenai pengertian perbuatan permerintah Menurut Van Vollenhoven yang dimaksud
dengan tindakan pemerintahan (bustuurhandeling) adalah pemeliaharaan kepentingan Negera
dan rakyat secara spontan dan tersendiri oleh penguasa tinggi dan rendahan. Sedangkan menurut
Komisi Van Poelje dalam laporannya Tahun 1972 yang dimaksudkan dengan Puliek Rechtelijke
Handeling atau tindakan dalam hukum publik adalah tindakan-tindakan hukum yang dilakukan
oleh penguasa dalam menjalankan fungsi pemerintahan. Jadi dari keterangan diatas dapat
disimpulkan tindakan pemerintahan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh organ
pemerintah demi memelihara kepentingan Negara dan rakyat.

B. Macam-macam perbuatan pemerintah


Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan kepentingan kepentingan umum, pemerintah
banyak melakukan kegiatan atau perbuatan-perbuatan. Kativita atau pembuatan itu pada garis
besarnya dibedakan ke dalam dua gologan, yaitu:
1. Rechtshandelingen (golongan perbuatan hukum)
2. Feitelijke handelingen (golongan yang bukan perbuatan hukum)

Dari kedua golongan perbuatan tersebut yang penting bagi hukum administrasi negara adalah
golongan perbuatan hukum (hechts handelingen), sebab perbuatan tersebut langsung
menimbulkan akibat hukum tertentu bagi hukum administrasi Negara, oleh karena perbuatan
hukum ini membawa akibat pada hubungan hukum atau atau keadaan hukum yang ada, maka
maka perbuatan tersebut tidak boleh mengandung cacat, seperti kehilafan (dwaling), penipuan
(bedrog), paksaan (dwang). Disamping itu tindakan hukum tersebut harus didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka dengan sendirinya tindakan tersebut tidak
boleh menyimpang atau bertentangan dengan peraturan peraturan yang bersangkutan. sedangkan
golongan perbuatan yang bukan perbuatan hukum tidak relevan (tidak penting).

Perbuatan pemerintah yang termasuk golongan perbuatan hukum dapat berupa:


a. Perbuatan hukum menurut hukum publik.
b. Perbuatan hukum menurut hukum privat.

Perbuatan hukum menurut hukum publik:


Pebuatan hukum menurut hukum publik ada dua macam:
1. Hukum publik bersegi Satu
Artinya hukum publik itu lebih merupakan kehendak satu pihak saja yaitu pemerintah. Jadi
didalamnya tidak ada perjanjian, jadi hubungan hukum yang diatur oleh hukum publik hanya
berasal dari satu pihak saja yakni pemerintah dengan cara menentukan kehendaknya sendiri.
2. Perbuatan hukum publik yang bersegi dua
Menurut Van Der Pol, Kranenberg-Vegting, Wiarda dan Donner mengakui adanya hukum publik
yang bersegi dua atau adanya perjanjian menurut hukum publik. Mereka memberi contoh tentang
adanya “Kortverband Contract” (perjanjian kerja jangka pendek) yang diadakan seorang swasta
sebagai pekerja dengan pihak pemerintah sebagai pihak pemberi pekerjaan.

Perbuatan Hukum Menurut Hukum Privat:


Administrasi negara sering juga mengadakan hubungan hukum dengan subyek hukum-subyek
hukum lain atas dasar kebebasan kehendak atau diperlukan persetujuan dari pihak yang yang
dikenai tindakan hukum, hal ini karena bubungan hukum perdata itu bersifat sejajar. seperti
sewa-menyewa, jual beli dan sebaginya.

C. Unsur-unsur tindakan pemerintahan


Berdasarkan pengertian diatas tampak beberapa unsur yang terdapat didalamnya Muchsan
menyebutkan unsur-unsur tindakan pemrintahan sebagai berikut:
a. Perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah dalam kedudukannya sebagai penguasa
maupun sebagai alat pemerintahan dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri.
b. Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan.
c. Perbuatan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat hukum di bidang
hukum administrasi.
d. Perbuatan tersebut menyangkut pemeliharaan kepentingan Negara dan rakyat.
e. Perbuatan itu harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

D. Cara-cara pelaksanaan tindakan pemerintahan


Menurut E. utrech tindakan pemerintahan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1. Yang bertindak ialah administrasi Negara sendiri.
2. Yang bertindak ialah subyek hukum ( = badan hukum) lain yang tidak termasuk administrasi
Negara dan yang mempunyai hubungan istimewa atau hubungan bisaa dengan pemerintah.
3. Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak termasuk administrasi Negara dan yang
menjalani pekerjaannya berdasarkan suatu konsesi atau berdasarkan izin (vergunning) yang
diberikan oleh pemerintah.
4. Yang bertindak ialah subyek hukum lain yang tidak tremasuk administrasi Negara dan yang
deberi subsidi pemerintah.
5. Yang bertindak ialah pemerintah bersama-sama dengan subyek hukum lain yang bukan
administrasi negara dan kedua belah pihak itu bergabung dalam bentuk kerjasama (vorm van
samenwerking) yang di atur oleh hukum perivat.
6. yang bertindak ialah yayasan yang didirikan oleh pemerintah atau diawasi pemerintah.
7. yang bertindak ialah subyek hukum lain yang bukan administrasi Negara tetapi diberi suatu
kekuasaan memerintah (delegasi perundang-undangan).
Pada dasarnya semua tindakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah harus didasarkan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka tindakan tersebut tidak boleh menyimpang
atau bertentangan dengan peraturan peraturan yang bersangkutan. Dalam hal ini pemerintah
memiliki kedudukan yang khusus (de overhead als bijzonder persoon), sebagai satu-satunya
pihak yang diserahi kewajiban untuk mengatur dan menyelenggarakan kepentingan umum
dimana dalam rangka melaksanakan kewajiban ini kepada pemerintah diberikan wewenang
membuat peraturan perundang-undangan, menggunakan paksaan pemerintahan, atau
menerapkan sanksi-sanksi hukum. Pemerintah juga mempunyai kedudukan yang tidak dimiliki
oleh seseorang ataupun badan hukum perdata, ini menyebabkan hubungan hukum antara
pemerintah dengan seseorang dan badan hukum perdata bersifat ordinatif. Tetapi meskipun
hubungan hukumnya bersifat ordonatif, pemerintahan tidak dapat melakukan tindakan hukum
secara bebas dan semena-mena terhadap warga Negara.

DAFTAR REFERENSI:

1. Ridwan HR. 2014. Hukum Administrasi Negara. Jakarta: RajaGrafindo Persada

2. Philipus Hadjon. 2008. Pengantar Hukum Administrasi Negara. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press

3. Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: Pustaka Mahardika

https://tommizhuo.wordpress.com/2015/05/05/hukum-administrasi-negara-ii-perbuatan-pemerintah/
RANGKUMAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

TINDAKAN PEMERINTAH

Tindakan Pemerintah :

– Legalitas

– wewenang / Sumber wewenang,

– Prosedur,

– Subtansi.

Subtansi wewenang terbagi atas 3 yaitu :

1. Atributif yakni langsung dari UUD 1945

2. Delegatif yakni pelimpahan dari sesama pejabat / sesama pemerintah

3. Mandat dari atasaan kepada bawahan

Tindakan Pemerintah yakitu Perbuatan yang dilakukan oleh Organ Administrasi Negara dalam
melaksanakan tugas pemerintahan.

Ø Organ Admnistrasi Negara adalah Setiap Orang atau Badan yang memiliki kekuasaan Publik
tertentu.

Ø Yang tidak termasuk begrip Organ Administrasi Negara : kekuasaan pembuatan Undang-
undang, BPK, Kehakiman.

Ø Diarahkan untuk mencapai tujuan negara.

Recht Handelingen yakni Tindakan hukum

Feitelijke Handelingen yakni Tindakan nyata / perbuatan yang bukan perbuatan hukum (menurut
E.Utrect) / tindakan pemerintah yang berdasarkan fakta (menurut Kuntjoro Purbopranoto) /
tindakan yang bukan tindakan hukum (menurut Djenal Hoesen Koesoemahatmadja)

Pengertian tindakan hukum :

Tindakan hukum (Recht Handelingen) adalah tindakan yang dimaksudkan untuk menciptakan
hak dan kewajiban, penciptaan hubungan hukum baru atau perubahan atau pengakhiran
hubungan hukum yang ada.
Tindakan nyata (Feitelijke Handelingen) adalah tindakan yang tidak ada relevansinya dengan
hukum dan oleh karenanya tidak menimbulkan akibat-akibat hukum.

Akibat Recht Hendelingen yaitu :

1. Menimbulkan beberapa perubahan hak, kewajiban, atau kewenangan yang ada.

2. Menimbulkan perubahan kedudukan hak bagi seseorang atau objek yang ada.

3. Terdapat hak-hak, kewajiban, kewenangan atau status tertentu yang ditetapkan.

Perbedaan Recht Handeling dalam hukum perdata dan hukum administrasi yakni :

1. Hubungan hukum administrasi bersifat sub ordinat sedangkan hukum perdata sejajar.

2. Tindakan hukum administrasi mengikat semua warga negara yang bersangkutan sedangkan
tindakan hukum perdata diperlukan persesuaian kehendak antara kedua belah pihak atas dasar
kebebasan kehendak atau diperlukan persetujuan dari pihak yang dikenai tindakan tersebut.

Pengertian Delegasi :

1. Organ pemerintah yang satu ke organ pemerintah yang lainnya.

2. Delegasi tidak dapat menggunakan wewenang tersebut sampai ada pencabutan berdasarkan
azas contrasius actus.

3. Harus secara tertulis dan

4. Peralihan tanggung jawab dan tanggung gugat.

Pengertian Mandat :

1. Memberikan mandat kepada bawahan

2. Mandat sewaktu-waktu dapat menggunakan wewenang tersebut

3. Dapat tertulis atau juga tidak tertulis.

4. Tidak ada peralihan tanggung jawab dan tanggung gugat.

Wewenang terbagi atas :

1. Sumber wewenang

2. Sifat wewenang
3. Gugat wewenang

4. Substansi

5. Prosedur

Wewenang menggunakan azas legalitas

Dimana sifat wewenang terbagi atas :

 Terikat ® harus berdasarkan peraturan perundang-undangan


 Bebas ® dapat, kebijaksanaan, peneliaan
 Cacat wewenang ® waktu, isi dan tempat

Tindakan Pemerintahan : BESTUUR HENDELINGEN

Terbagi atas dua yaitu

1. Tindakan Nyata dan

2. Tindakan hukum (tindakan yang mempunyai sumber hukum) :

a. Tindakan hukum keperdataan

1) Tindakan hukum bersegi banyak yaitu pemerintahan

2) Tindakan hukum bersegi satu

a) Bersifat umum

b) Bersifat individual, kongkrit dan nyata.

b. Tindakan hukum publik

1) Berbagai pihak

2) Sepihak

a) Umum

(1) Abstrak

(2) kongkrit
b) Individual

Tindakan berdasarkan hukum publik yaitu :

Tindakan hukum bersegi satu/ sepihak (eenzijdigepublikrechtelijke handelingen) – Tindakan ini


dilakukan berdasarkan kekuasaan yang istimewa.

– Tindakan ini diberi nama keputusan (beschikking)

– Unsur-unsur : individual, konkrit, final dan menimbulkan akibat hukum

Tindakan hukum publik persegi dua yaitu :

– Berupa perjanjian kerja yang berlaku dalam jangka waktu pendek (kortverband contract)

– Yang diadakan oleh seorang swasta (partikelir) dengan pemerintah sebagai pihak yg
memberi pekerjaan.

– Perbuatan ini diatur oleh suatu hukum istimewa ( hukum adm. Negara).

Perbuatan hukum privat yaitu :

Ø Lahir berdasarkan kesepakatan

Ø Masing-masing pihak berkedudukan sederajat.

Ø Pemerintah mewakili badan hukum Publik sebagai subjek hukum, Negara, Provinsi,
Kabupaten, Desa dll.

Ø Bukan bertindak sebagai pejabat.

Pemerintah / administrasi merupakan subjek hukum sebagai drager van de rechten en puchter
atau pendukung hak dan kewajiban sebagai subjek hukum, sebagai subjek hukum lainnya
melakukan berbagai tindakan baik tindakan nyata / feitelijk hendelingen.

Tindakan nyata adalah tindakan-tindakan yang tidak ada relevansinya dengan hukum olehnya
tidak menimbulkan akibat hukum.

Tindakan hukum adalah tindakan-tindakan yang berdasarkan sifatnya dapat menimbulkan akibat
hukum tertentu dengan kata lain tindakan yang dimaksudkan untuk menciptakan hak dan
kewajiban.

Tindakan hukum semua berasal dari hukum perdata yang demikian digunakan dalam HAN
sehingga dikenal istilah dengan tindakan hukum administrasi atau administrative recht heding.
Tindakan hukum administrasi merupakan suatu pernyataan kehendak yang muncul dari organ
administrasi dalam keadaan khusus dimaksudkan untuk menimbulkan akibat hukum dan bidang
hukum administrasi.

Bentuk akibat hukum yang dilahirkan adalah penciptaan hubungan hukum baru, perubahan atau
pengakhiran hubungan hukum yang ada.

Tindakan hukum administrasi bebeda dengan tindakan hukum perdata

Tindakan hukum administrasi dapat mengikat warga negara tanpa menggunakan persetujuan
warga negara sedangkan tindakan hukum perdata diperlukan persetujuan kehendak antara kedua
belah pihak atas dasar kebebasan kehendak atau diperlukan persetujuan dari pihak yang dikenai
dari pihak hukum tersebut.

Hal ini disebabkan karena hubungan perdata bersifat sejajar sedangkan hukum publik bersifat
koordinat.

Subjek hukum adalah pendukung hak dan kewajiban

Tindakan pemerintahan ada tiga yaitu

1. Tindakan nyata

2. Tindakan membuat peraturan perundang-undangan

3. Tindakan mengeluarkan keputusan

Instrumen Pemerintahan

Instrumen pemerintah adalah alat-alat atau sarana-sarana yang digunakan pemerintah dalam
menjalankan tugas-tugasnya.

Instrumen pemerintah dibagi menjadi dua yaitu :

1. Publik domain

2. Instrumen yuridis

Publik domain dibagai menjadi dua yaitu :

Benda-benda publik menurut Proudhon ada dua kepunyaan negara yakni :

1. Domain Prive / kepunyaan privat (staat domein) seperti tanah (sawah, kebun kopi, dll),
rumah dinas, mobil dinas, rumah sakit, gedung-gedung perusahaan, dll
2. Kepunyaan publik (domaine public) yaitu segala benda-benda yang disediakan (oleh
pemerintah) untuk dipakai oleh (pergaulan) umum, seperti jalan umum, jembatan, pelabuhan, dll

Instrumen yuridis yaitu :

1. Peraturan perundang-undangan

2. Keputusan Tata Usaha Negara / KTUN (Beschikking) ® Pasal 1 ayat 3 UU No. 5 tahun 1986
tentang PTUN

3. Peraturan kebijaksanaan (Diskresi)

4. Rencana

5. Perizinan

6. Instrumen hukum keperdataan

Peraturan perundang-undangan yaitu peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Pasal 1 angka 2 UU No. 10 tahun 2004

Jenisnya menurut Pasal 7 UU No. 10 tahun 2004 yaitu

1. UUD 1945

2. UU / Perpu

3. PP

4. Perpres

5. Perda (Prov, Kab/kota dan Desa)

(bandingkan dengan TAP MPRS No. XX / MPRS / 1966 dan TAP MPR No. III / MPR / 2000

Keputusan adalah penetapan tertulis oleh pejabat tata usaha negara berisi tindakan pejabat tata
usaha negara bersifat individual, kongkrit, dan final.

Jenis-jenis keputusan :

1. Keputusan konstitutif (keputusan menciptakan hukum baru) dan Keputusan deklaratoir ®


keputusan yang memuaskan hukum yang ada, contoh hak dan kewajiban seseorang.
DEKLARATIF adalah Hubungan hukum sudah ada; akte kelahiran, Sertifikat tanah eks hukum
adat. Relevansinya terkait dengan alat bukti. KTUN bukanlah alat bukti mutlak. Adanya
hubungan hukum masih mungkin dapat dibuktikan dengan alat bukti lain sedangkan

KONSTITUTIF yaitu Adanya KTUN syarat mutlak lahirnya hubungan hukum; Sertifikat HGB;
SK PNS.

2. Keputusan yang menguntungkan dan merugikan

Pada dasarnya KTUN yg menguntungkan seseorang namun mungkin merugikan pihak lain.

Relevansinya ialah kemungkinan terjadinya gugatan. KTUN yg menguntungkan, gugatan bakal


muncul dari pihak ke 3, sedang dalam hal KTUN merugikan / memberi beban (penetapan pajak)
gugatan berasal dari pihak ke 2.

3. Keputusan enmahlig (berlaku sementara) dan keputusan permanen

Dasarnya pada kekuatan berlaku. KTUN sementara, berlakunya seketika (sekali pakai) ; mis.
IMB

Dlm praktek terdpt KTUN yg masa berlakuna untuk jangka waktu tertentu, mis. SK Bupati ttg
hak pakai atas tanah yg berlaku 5 tahun; srtifikat HGB jangka waktu 20 tahun.

Relevansinya : kemungkinan pengenaan sanksi administrasi sep. pencabutan izin. Bagi KTUN
semetara tidak mungkin izin dicabut jika izin telah digunakan, mis IMB. Demikian pula
kemungkinan mengalihkan hak pada pihak lain tentunya juga masih mungkin hanya jika izin itu
belum selesai digunakan dengan prosedur tertentu, tapi jika org menjual rumahnya yg sudah ber
IMB, secara yuridis tidak perlu bahkan sia-sia saja jika pemilik baru diharuskan melakukan balik
nama.

4. Keputusan bebas dan keputusan terikat

Terikat adalah KTUN Hanya melaksanakan ketentuan yng sudah ada tanpa adanya suatu ruang
kebebasan interpretasi pejabat yg bersangkutan;

BEBAS yaitu didasarkan pada suatu kebebasan bertindak yg dikenal “freies ; Terdapat dua
macam Kebebasan yaitu kebebasan kebijaksanaan dan kebebasan interprestasi, Contoh : Dalam
hal pemegang izin tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal …. Izin dapat
dicabut. Walikota berwenang melarang reklame dalam bahasa asing demi ketertiban umum
(pengertian yg abstrak; vage norm, disinilah kebebasan menginterpretasi arti kepentingan umum.

Relevansi KTUN Bebas dan terikat terkait dengan alat ukur aspek “rechtmatigheid” (keabsahan).
Keabsahan KTUN terikat diukur dengan peraturan tertulis, KTUN bebas diukur dgn aaupb (tidak
tertulis
5. Keputusan positif dan keputusan negatif artinya keputusan menciptakan hukum baru dan
negatif menghilangkan hukum

6. Keputusan perorangan dan keputusan kebendaan

Perorangan ialah KTUN yg diterbitkan berdasarkan kualitas pribadi orang tertentu; seperti SK
Pengangkatan dalam jabatan Negara, SIM, dan tidak bisa dialihkan. Sedangkan

Kebendaan adalah KTUN yg terbit atas kualitas kebendaan; Sertifikat Hak atas tanah, KTUN ini
bisa dialihkan kepemilikannya.

Syarat sahnya KTUN yaitu :

1. Wewenang

2. Prosedur

3. Substansi

WEWENANG yakni :

Dalam arti yuridis adalah suatu kemampuan yang diberikan oleh Peraturan Per-uu-an yang
berlaku untuk menimbulkan akibat hukum.

Cara Memperoleh yakni :

ATRIBUSI : wewenang utk membuat KTUN yang langsung bersumber dari UU dalam arti
materil; wewenang asli yg berarti timbulnya kewenangan baru yang semula kewenangan tsb tdk
dimiliki oleh organ pemerintahan yg bersangkutan.

– Organ Administrasi adalah pemangku jabatan.

– Jabatan adalah lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan dan dilakukan guna kepentingan
negara

– Lingkungan tetap ialah dapat dinyatakan dengan tepat dan teliti dan sifatnya langgeng(
durzam)

– Dari Jabatan itu sendiri lahir wewenang organ Adm Negara untuk melakukan tindak
pemerintahan

– Jabatan dilaksanakan oleh pemangku jabatan.

– Jabatan sbg lingk pekerjaan mempunyai garis batas-batas tertentu, meliputi materi, tempat
dan waktu.
DELEGASI yaitu :

– Diartikan sebagai penyerahan wewenang untuk membuat KTUN oleh Pejabat


Pemerintahan (Pejabat TUN) kepada pihak lain.

– Konsep penyerahan wewenang berarti ada perpindahan tanggung jawab dari yg memberi
delegasi (delegans) kepada yg menerima delegasi (delegetaris)

Syarat-syarat Delegasi yaitu :

– Definitif : delegans tidak dapat lagi menggunakan sendiri weweng yg telah dilimpahkan

– Harus berdasarkan Per-UU-an :

hanya dimungkinkan jika ada ketentuan dalam Per-uu-an

– Delegasi tidak kepada bawahan

– Kewajiban memberi keterangan, delegans berwenang utk meminta penjelasan ttg


pelaksanaan weweng tsb.

– Peraturan Kebijakan (beleidsregel), delegans memberi instruksi petunjuk ttg penggunaan


weweng tersebut.

MANDAT yaitu :

– Diartikan sbg pelimpahan wewenang kepada bawahan untuk membuta KTUN a/n pejabat
TUN yg memberi mandat.

– Tanggung jawab tidak berpindah

– Semua akibat hukum yg timbul tanggung jawab pemberi mandat

PROSEDUR yakni :

Prosedur bertumpu atas tiga landasan utama hukum administrasi :

– Asas negara hukum

– Asas demokrasi

– Instrumental

Azas-azas umum Pemerintahan yang baik :


– AZAS HUKUM : Pikiran-pikiran dasar/ nilai-nilai yg melandasi kaidah-kaidah hukum yg
terdapt di dlm/di blkng sistem hukum

– Asas hukum sebagai meta kaidah berkenaan dgn kaidah hukum menjelaskan dan
melegitimasi kaidah hukum (bertumpu muatan ideologis dari tatanan hukum, Kaidah Hukum
Dipandang sbg operasionalisasi atau pengolahan lebih lanjut asas hukum, Fungsi :
Merealisasikan ukuran nilai dalam norma hukum.

– AAUPB/AAUPL (ALGEMENE BEGINSELEN VAN BEHOORLIJK BESTUUR)


diintroduksi pertama kali oleh commisie de la monchy dibelanda 1950, Berkenaan dgn upaya
peningkatan perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah yg dipandang
merugikan.

Pengelompokan AAUPL yaitu :

Ø ASAS ASAS FORMAL PEMBENTUKAN KEPUTUSAN

– ASAS KECERMATAN FORMAL

– ASAS FAIR PLAY

– ASAS LARANGAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG

Ø ASAS FORMAL FORMULASI KEPUTUSAN

– ASAS MOTIVASI

– ASAS KEPASTIAN HUKUM FORMAL

Ø ASAS MATERIAL KEPUTUSAN

– ASAS KEPASTIAN HUKUM MATERIAL

– ASAS KEPERCAYAAN

– ASAS PERSAMAAN

– KECERMATAN MATERIAL

– ASAS KESEIMBANGAN

– ASAS LARANGAN SEWENANG-WENANG

Unsur keputusan (Pasal 1 ayat 3 UU No. 5 tahun 1986) Suatu penetapan tertulis yang
dikeluarkan oleh badan atau jabatan TUN yang berisi tindakan hukum TUN yang berdasarkan
peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkrit, individual, final yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum pedata.

Jadi Keputusan TUN yakni :

1. Penetapan tertulis

2. Oleh pejabat Tata Usaha Negara

3. Berisi tindakan hukum TUN

4. Bersifat kongkrit, Individual dan final

5. Akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum Perdata

Unsur-unsur ketetapan atau keputusan yaitu :

1. Keputusan Tun adalah Penetapan Tertulis

2. Yg dikeluarkan oleh badan atau jabatan TUN

3. Berisi tindakan hukum

4. Berdasar Peraturan Per-uu-ngan berlaku

5. Yg bersifat konkret,

6. Individual dan final,

7. Menimbulkan akibat hukum

8. Bagi seseoarang atau badan hukum perdata

Bentuk tertulis yakni :

a. Menunjukkan isi bukan bentuk formalnya (SK Pengangkatan dsb)

b. Sudah Jelas badan atau jabatan TUN yang mengeluarkannya;

c. Maksud dan tentang apa isi tulisan tsb

d. Kepada siapa tulisan itu ditujukan

e. Apa yang ditetapkan didalamnya


f. Diharuskan untuk kemudahan dari segi pembuktian

Pengertian Keputusan bersifat Kongkrit, Individual dan Final yaitu :

Ø KONGKRIT : objek yang diputuskan dalam penetapan tertulis harus berwujud, tertentu atau
dapat ditentukan; Ijin usaha bagi si B, pemberhentian si C sebagai PNS.

Ø INDIVIDUAL : KTUN tidak ditujukan kepada umum, tetapi tertentu baik alamat maupun hal
yang dituju, jika yg dituju lebih dari seorang, tiap-tiap orang yg dikenai keputusan harus
disebutkan.

Ø FINAL : akibat hk yg ditimbulkan serta dimaksudkan dgn mengeluarkan penetapan tertulis


harus merupakan akibat hukum yang definitif. Adanya suatu ketetapan definitif hanya ditentukan
posisi hukum dari sisi subjek atau objek hukum.

Menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata :

 Yg berarti menimbulkan suatu perubahan dalam suasana hukum yang telah ada.
 Karena Penetapan Tertulis merupakan suatu tindakan hukum, maka ia selalu
dimaksudkan untuk menimbulkan suatu akibat hukum
 Jika tidak menimbulkan suatu akibat hukum, maka ia bukan merupakan suatu tindakan
hukum, dan karenanya ia juga merupakan suatu penetapan tertulis.
 Mis. Pengangkatan CPNS dan Pemberhentian PNS.

Peraturan Kebijaksanaan

Menurut Philipus : peraturan kebijaksanaan (beleidregels, Policy rule) pada hakekatnya


merupakan produk dari tata usaha negara yang bertujuan “naar buiten gebractht schricftelijk
beleid” yaitu menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis, namun tidak disertai kewenangan
pembuatan peraturan dari badan atau pejabat TUN yang menciptakan peraturan kebijaksanaan
tersebut secara praktis kewenangan diskresioner administrasi negara yang melahirkan peraturan
kebijaksanaan mengandung dua aspek yaitu :

1. Kebebasan menafsirkan ruang lingkup wewenang yang dirumuskan dalam peraturan dasar
wewenangnya. (kebebasan menilai objektif / bebas menilai)

2. Kebebasan untuk menentukan sendiri dengan cara bagaimana dan kapan wewenang yang
dimiliki administrasi negara itu dilaksanakan (kebebasan menilai subjektif / bebas
kebijaksanaan).

Ciri-ciri peraturan kebijaksanaan yaitu :

Menurut Bagir Manan menyebutkan ciri-ciri peraturan kebijaksanaan sebagai berikut :


1. Peraturan kebijaksanaan bukan merupakan peraturan perundang-undangan;

2. Azas-azas pembatasan dan pengujian peraturan perundang-undangan tidak dapat


diberlakukan pada peraturan kebijaksanaan;

3. Peraturan kebijaksanaan tidak dapat diuji secara wetmatigheid, karena memang tidak ada
dasar peraturan perundang-undangan untuk membuat peraturan kebijaksanaan;

4. Peraturan kebijaksanaan dibuat berdasarkan Freies Ermessen;

5. Pengujian terhadap peraturan kebijaksanaan lebih diserahkan kepada Doelmatigheid


sehingga batu ujinya adalah Azas-azas umum pemerintahan yang baik (AAUPB);

6. Dalam praktek diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan seperti : keputusan,
instruksi, surat edaran, pengumuman, dll bahkan dijumpai dalam bentuk peraturan.

Persamaan Peraturan Kebijaksanaan dan Peraturan Perundang-undangan :

Menurut A. Hamid Attamimi persamaannya adalah

1. Aturannya berlaku umum dan abstrak.

2. Peraturan yang berlaku keluar artinya ditujukan untuk masyarakat umum.

3. Kewenangan pengaturan yang bersifat umum / publik, artinya keduanya ditetapkan oleh
lembaga / pejabat yang mempunyai kewenangan umum / publik.

Perbedaan Peraturan Kebijaksanaan dengan Peraturan Perundang-undangan :

Menurut A. Hamid Attamimi yaitu :

1. Pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan fungsi negara yaitu kekuasaan


dibidang legislatif sedangkan Peraturan Kebijaksanaan ada pada Pemerintah (arti sempit).

2. Perbedaan materi muatan yaitu Peraturan Kebijaksanaan berhubungan dengan kewenangan


membentuk keputusan-keputusan, kewenangan bertindak dalam bidang hukum privat dan
kewenangan membuat rencana yang memang ada pada lembaga pemerintah sedangkan materi
peraturan perundang-undangan mengatur tata kehidupan masyarakat yang lebih mendasar,
misalnya suruhan dan larangan untuk berbuat atau tidak berbuat yang bisa disertai dengan sanksi
pidana / pemaksa.

3. Sanksi peraturan perundang-undangan adalah sanksi pidana / pemaksa sedangkan Peraturan


Kebijaksanaan hanya sanksi administratif saja.

Fungsi Peraturan Kebijaksanaan menurut Marcus Lukman yaitu :


1. Sebagai sarana pengaturan yang melengkapi, menyempurnakan, mengisi kekosongan
peraturan perundang-undangan.

2. Sarana pengaturan bagi keadaan vakum peraturan perundang-undangan

3. Sarana pengaturan kepentingan-kepentingan yang belum terakomodir secara patut, layak,


benar dan adil dalam peraturan perundang-undangan.

4. Untuk mengatasi kondisi peraturan perundang-undangan yang sudah ketinggalan zaman.

5. Untuk memperlancar tugas dan fungsi administrasi pemerintah dan pembangunan.

Penerapan Peraturan Kebijaksanaan harus memperhatikan :

1. Sesuai dan serasi dengan undang-undang yang memberikan kebebasan bertindak.

2. Sesuai dengan Azas-Azas Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB).

3. Sesuai dan serasi dengan tujuan yang hendak dicapai.

Rencana

Rencana yaitu keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dari pada hal-hal
yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah
ditentukan. Perencanaan merupakan fungsi organik pertama dari administrasi dan manajemen
karena tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu dalam rangka usaha pencapaian tujuan.

Rencana terbagi dalam tiga kategori yaitu :

1. Perencanaan informatif (Informatieve Planning) yaitu rancangan estimasi mengenai


perkembangan masyarakat yang dituangkan dalam alternatif-alternatif kebijakan tertentu.
Rencana semacam ini tidak memiliki akibat hukum bagi warganya.

2. Perencanaan indikatif (Indicatieve Planning) yaitu rencana yang memuat kebijakan-


kebijakan yang akan ditempuh dan mengindikasikan bahwa rencana itu akan ditempuh.
Kebijakan ini masih perlu diterjemahkan dalam keputusan-keputusan operasional atau normatif.
(memiliki akibat yang tidak langsung).

3. Perencanaan Operasional (Operationele Planning) yaitu rencana-rencana yang terdiri dari


persiapan –persiapan, perjanjian-perjanjian, dan ketetapan-ketetapan. Misalnya RTRK, rencana
Subsidi, rencana pengembangan kota, dll. (memiliki akibat hukum langsung baik bagi
pemerintah maupun warganya.

Perizinan
Pengertian perizinan menurut :

– Syahran Basah, Izin adalah perbuatan hukum administrasi. Negara bersegi satu yang
mengaplikasikan peraturan dalam hal kongkrit berdasarkan persyaratan prosedur sebagaimana
ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.

– Bagir Manan, Izin dalam arti luas berarti persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan
perundang-undangan untuk memperoleh melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara
umum dilarang.

– Ateng Syafrudin, Izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang
menjadi boleh, atau sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa kongkrit.

– Mr.N.M.Spelt dan Mr. J.B.J.M.Ten Berge, Izin merupakan suatu persetujuan dari
penguasa berdasarkan Undang-Undang atau peraturan pemerintah dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan (arti sempit).

Istilah lain yang mempunyai kesejajaran dengan izin yaitu :

1. DISPENSASI : keputusan administrasi negara yang membebaskan suatu perbuatan dari


kekuasaan peraturan yang menolak perbuatan tersebut.

WF. Prins mengatakan Dispensasi merupakan tindakan pemerintah yang menyebabkan suatu
peraturan perundang-undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa.

Menurut Ateng Syafrudin, Dispensasi bertujuan untuk menembus rintangan yang sebetulnya
secara normal tidak diizinkan, jadi dispensasi menyisihkan pelarangan dalam hal yang khusus.

2. LISENSI, merupakan suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarakan suatu
perusahaan. Lisensi digunakan menyatakan suatu izin yang memperkenankan seseorang.

3. KONSESI, merupakan suatu izin yang diberikan pemerintah kepada pihak swasta untuk
melaksanakan pekerjaan besar yang erat kaitannya dengan kepentingan umum.

Menurut HD. Van Wijk bentuk Konsesi digunakan untuk berbagai aktivitas yang menyangkut
kepentingan umum yang tidak mampu dikerjakan sendiri oleh pemerintah, lalu diserahkan
kepada pihak swasta.

Sarana Hukum Keperdataan

Kedudukan hukum pemerintah ada dua (twee petten) yaitu sebagai wakil dari Badan Hukum
(tunduk pada hukum perdata seperti halnya dengan orang atau badan hukum perdata lainnya) dan
sebagai wakil dari Jabatan Pemerintah (tunduk pada hukum publik).
Pemerintah sebagai badan hukum terlibat dalam pergaulan hukum privat, seperti jual beli, sewa
menyewa, membuat perjanjian dan mempunyai hak milik. Pemerintah juga bertanggung jawab
ketika terjadi perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pemerintah.

Tindakan hukum keperdataan dari pemerintah itu tidak dilakukan oleh organ pemerintah, tetapi
oleh badan hukumnya, yang dilakukan oleh wakilnya yaitu pemerintah.

Kedudukan pemerintah dalam menggunakan Instrumen hukum keperdataan yaitu :

1. Pemerintah menggunakan instrumen keperdataan sekaligus melibatkan diri dalam hubungan


hukum keperdataan dengan kedudukan yang tidak berbeda dengan seseorang atau badan hukum
perdata.

2. Pemerintah menggunakan instrumen hukum keperdataan tanpa menempatkan diri dalam


kedudukan yang sejajar dengan seorang atau badan hukum. (contohnya perjanjian dengan
persyaratan yang ditentukan sepihak oleh pemerintah).

https://dewaarka.wordpress.com/2011/01/21/hukum-administrasi-negara/

Anda mungkin juga menyukai