MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Hukum Tata Negara
yang dibina oleh Bapak Yusuf Eko Nahuddin , S.H., M.H.
Disusun Oleh :
Arianti Septia Putri 20010000221
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Kajian Unikameral, Bikameral, dan Trikameral dalam Sistem Parlemen
. Kami berterimakasih kepada Bapak selaku penanggung jawab mata kuliah
Hukum Tata Negara yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apa bila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................I
DAFTAR ISI...................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH..........................................................................................2
1.3 TUJUAN PENULIS.................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
2.1 KAJIAN UNIKAMERAL, BIKAMERAL, DAN TRIKAMERAL DALAM SISTEM
PARLEMEN......................................................................................................................3
2.1.1 Sistem Parlemen Unikameral.........................................................................3
2.1.2 Sistem Parlemen Bikameral............................................................................4
2.1.3 Sistem Parlemen Trikameral..........................................................................6
2.2 SISTEM PARLEMEN YANG DIANUT INDONESIA...................................................7
2.2.1 Periode 1945-1949 (berlakunya UUD 1945 yang pertama)..........................7
2.2.2 Periode 1949-1950 (Berlakunya Konstitusi RIS 1949)..................................8
2.2.3 Periode 1950-1959 (berlakunya UUDS 1950)...............................................9
2.2.4 Periode 1959-2004 (berlakunya UUD 1945 Sebelum Amandemen)............10
2.2.5 Periode 2004 - sekarang (berlakunya UUD 1945 Setelah Amandemen).....11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................14
3.1 SIMPULAN..........................................................................................................14
3.2 SARAN...............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, berikut ini rumusan masalah.
sistem parlemen.
2. Menjelaskan tentang sistem parlemen apa saja yang dianut dalam sisitem
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Biaya rendah bagi pemerintah dan pembayar pajak.
terdiri dari dua kamar atau dua badan, yang terdiri dari majelis tinggi
(upper house) dan majelis rendah (lower house). Pengertian tinggi dan
hubungan hierarkis, yang kamar satu lebih tinggi dari kamar yang lain.
kepentingan rakyat.
balances ini juga saling mengawasi dalam kekuasaan legislatif itu sendiri.
4
Sistem parlemen bikameral ini mempunyai kelebihan atau
penyusunan perundang-undangan;
lembaga eksekutif
5
2.1.3 Sistem Parlemen Trikameral
Sistem trikameral merupakan model pengkamaran yang
golongan, ini juga yang sudah dicanangkan para pendiri bangsa, seperti
6
2.2 Sistem Parlemen Yang Dianut Indonesia
Sistem parlemen yang diterapkan di Indonesia berubah seiring
Republik”.
7
dianggap sebagai penjelmaan seluruh rakyat dan pelaku sepenuhnya
8
Sistem parlemen menurut Konstitusi RIS adalah bikameral yang
tiga calon untuk tiap-tiap kursi. Bisa menjadi anggota Senat jika
berumur minimal tiga puluh tahun dan tidak sedang dicabut hak
pilihnya.
anggota DPR jika telah berusia 25 tahun dan tidak sedang dicabut
9
disebut dengan DPRS dengan jumlah anggota kira-kira 235 orang,
terdiri dari anggota bekas DPR dan bekas Senat Republik Indonesia
terpusat di Yogyakarta.
10
DPR sebagai Lembaga Tinggi Negara), yang mempunyai tugas dan
Perubahan susunan MPR yang terdiri dari DPR dan DPD, seolah-
MPR, hanya akan ada satu lembaga yaitu anggota MPR, tidak
dibedakan lagi antara anggota DPR dan anggota DPD. Jika sistem
negara lain ini tetap dipertahankan, yaitu ada DPR, DPD, dan MPR,
11
lembaga negara yang berdiri sendiri dan bersifat permanen. Oleh
dua lembaga yaitu DPR dan DPD. Akan tetapi dengan masih
anggota DPR dan DPD yang dalam hal ini MPR merupakan
tugas, fungsi dan wewenang berbeda dan terpisah. Jika di UUD 1945
12
dan juga pengaturan mengenai pimpinan MPR yang tersendiri
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik simpulan bahwa sistem parlemen
UUD 1945 yang pertama), bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, dan
federal dengan sistem parlemen yang dianut adalah sistem parlemen bikameral.
Parlemen Indonesia terdiri dari DPR dan Senat. Periode 1950-1959 (berlaku
bentuk negara Indonesia tetap kesatuan, dan sistem parlemen yang dianut
adalah sistem parlemen unikameral. Setelah reformasi, dan setelah UUD 1945
uraian tersebut terlihat bahwa tidak selamanya negara dengan bentuk kesatuan
bentuk negaranya tetap kesatuan, tetapi sistem parlemen yang diterapkan dapat
berbeda-beda.
14
3.2 Saran
Sistem parlemen yang diterapkan dalam suatu negara ternyata tidak
tergantung pada bentuk negara. Negara Indonesia sejak UUD Sementara 1950,
bentuk negara kesatuan, akan tetapi sistem parlemennya berubah. Jadi, tidak
unikameral.
15
DAFTAR PUSTAKA
16