Keberadaan BPD merupakan salah satu bagian yang sangat penting bagi
penyelenggaraan pemerintahan desa, jika. dihubungkan dengan kehendak untuk menegakkan
demokrasi, otonomi dan kedaulatan rakyat desa. BPD merupakan wakil masyarakat desa
yang diharapkan menjadi sarana guna melaksanakan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan desa.
1. Kepala Desa
2. Lembaga Musyawarah Desa.
Namun dalam kenyataannya kesatuan antara LMD dan kepala desa tersebut dinilai
melemahkan fungsi LMD, terutama dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap
pemerintahan desa. Hal int disebabkan karena kepala desa dan sekretaris desa, karena
jabatannya menjadi ketua dan sekretaris LMD. Dalam ketentuan Undang?undang Nomor 22
Tahun 1999, ditegaskan bahwa BPD kedudukannya sejajar dan menjadi mitra pemerintah
desa dalam penyelenggaraan pemerintahan desa.
Gagasan otonomi daerah yang semerbak sejak runtuhnya rezim orde baru harus
sampai pada tingkat masyarakat yang paling bawah yaitu masyarakat desa. Otonomi Desa
sebagai kawasan lokal semestinya juga mendapat jaminan dari tersebut. Otonomi desa
merupakan sebuah harapan untuk desa di masa depan, gagasan ini merupakan bentuk koreksi
dan rancangan masa depan dan mencakup dua dimensi penting yaitu pengakuan dan
pemulihan atas apa yang telah dirusak sepanjang kekuasaan orde baru.1
Dengan demikian, hak otonom desa sebagal suatu kesatuan budaya yang kompleks
dimatikan secara politis. Heterogenitas dimatikan dengan cara penyeragaman bentuk,
susunan, tugas serta cara kerja desa. Hal ini masih ditambah dengan besarnya peran dari
partai pemerintah lewat birokrasinya dan upaya pemandulan lembaga?lembaga perwakilan
desa serta sistem pemerintahan yang sentralistik.
Pendapat yang hampir sama dilontarkan oleh Selo Sumarjan yang menyatakan bahwa
UU No. 5 Tahun 1979 menghilangkan keseragaman Pemerintah Desa, seragam dalam hal
1
Lapera, Politik Pemberdayaan, Jalan Mewujudkan Otonomi Desa, Lapera Pustaka Utama,
Yogyakarta, 2001, halaman. VII.
2
Balairung, Edisi 33/TH. XVI/2000, halaman 34.
3
Ibid
bentuk, susunan dan cara kerja dan dalam hal ini pemerintah telah menyalah artikan kata
kesatuan yang dipungut dari kata Tunggal dalam Bhineka Tunggal Ika sebagai uniformity
(penyeragaman) bukan unity (persatuan).4
UU No. 5 Tahun 1979 telah menganeksasi desa dan menjadikannya tidak otonom dan
menganggap bahwa desa hanya merupakan seonggok kawasan lokal yang mengalami
pembekuan partisipasi. Beliau mengutip falsafah Jawa, Manunggaling Kawula Gusti Kawula
dalam. hal ini adalah masyarakat, sementara Gusti adalah pemerintah desa yang berkuasa.
Darl sirulah dapat ditegaskan irrelevansi UU No. 5 Tahun 1979 dengan realitas masyarakat.5
Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Lapera (Lembaga Pemberdayaan Rakyat)
dapat disimpulkan bahwa skema yang dilembagakan pemerintah tidak memberi kesempatan
desa untuk berdialog. Pada prakteknya, proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat
desa menjadi berlangsung searah.6
Hadirnya UU No. 22 Tahun 1999 membawa angin segar bagi masyarakat khususnya
masyarakat desa karena memberi kesempatan bagi hadimya partisipasi masyarakat desa
dalam menata pemerintahannya sendiri. Hal ini berbeda dengan UU No. 5 Tahun 1979 yang
menekankan pada filosofi keseragaman, sementara UU No. 22 Tahun 1999 lebih
menekankan pada filosofi keanekaragaman dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Dalam satu penelitian yang dilakukan oleh Lapera dapat disimpulkan bahwa ada 2
(dua) hal yang menjadi penghambat demokratisasi dan otonomi desa yaitu:
4
Ibid
5
Ibid
6
Lapera, Op.Cit, halaman. 15
Sekretaris LMD. Tujuan dibentuk lembaga int untuk melayani dinamika kepentingan atas
daripada menjadi sarana aspirasi masyarakat setempat.
Kedua, yaitu skema atas?bawah (top down). Skema ini menunjukkan bahwa pusat
kekuasaan dan menempatkan diri bukan saja menjadi pusat pengambil keputusan, melainkan
juga memposisikan diri sebagai pusat gagasan?gagasan, aspirasi, bahkan nilai?nilai, dan desa
hanya sebagai pelaksana semata tidak lebih dari itu. Dan dalam menjalankan hak, kewajiban
dan kewenangannya pemerintah desa bertanggungy jawab kepada pejabat yang berkenan
mengangkat melalul Camat, dan memberikan pertanggung jawaban kepada LMD (Pasal 10).
Hal ini membuktikan bahwa pengikut utama pemerintah desa adalah atasanbukan rakyat
yang dipimpinnya.7
Seperti halnya pemerintahan kabupaten yang, dijabat oleh bupati dan DPRD, maka
pemerintahan desa terdiri dan pemerintah desa dan BPD. Kehadiran BPD selaras dengan
tuntutan masyarakat yang menghendaki adanya kontrol terhadap jalannya pemerintahan desa
karena kehadiran LMD dirasa belum mewakili aspirasl masyarakat desa.
Tugas utama BPD diharapkan bisa mengakomodasikan kepentingan masyarakat desa karena
keanggotaan BPD dipilih langsung oleh masyarakat desa dan pimpinannya dipilih oleh
anggota BPD itu sendiri (Pasal 105 UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah.). Fungsi pengawasan BPD meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dan keputusan desa. Selain itu dalam UU No.
22 Tahun 1999 nuansa demokrasi lebih terasa khususnya pertanggungjawaban kepala desa
karena kepala desa memberikan pertanggungjawaban kepada BPD.
Untuk menjaga keterwakilan anggota BPD sebagai lembaga perwakilan rakyat agar
sesuai dengan keadaan rakyat yang sesungguhnya maka diperlukan pemilihan secara
periodik, hal ini mengingat sifat dinamika masyarakat yang selalu mengalami perubahan dan
masa ke masa. Tujuan diadakannya pemilihan yaitu untuk memilih wakil?wakil rakyat yang
duduk dalam lembaga legislatif BPD sebagai lembaga legislatif diharapkan harus
representatif sehingga tiap kebijakan yang diambil dapat mencerminkan aspirasi dan
kemauan rakyat.
7
Lapera, Op.Cit, hal. 94
bersangkutan. Anggota BPD harus memenuhi syarat?syarat yang ditentukan oleh peraturan
perundang?undangan yang berlaku, demikian juga mengenai pemilihan, pengesahan, serta
pemberhentiannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan alasan tersebut
di atas, maka penulis tertarik untuk menulis penulisan hukum dengan Judul: ASPEK
YURIDIS PEMILIHAN ANGGOTA BADAN PERWAKILAN DESA DAN
IMPLIKASINYA TERHADAP PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN KLATEN.
B. Perumusan Masalah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan sumbangan pemikiran terhadap perkembangan ilmu hukum di
Indonesia pada umumnya dan hukum tata negara pada khususnya.
Memberikan kontribusi terhadap peneliti lain yang melakukan penelitian hukum
tata negara.
2. Manfaat Praktis
Memberikan masukan tentang implikasi pemilihan anggota BPD terhadap
pemerintahan desa.
Memberikan bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pemilihan
anggota BPD dan pemerintahan desa.
E. Studi Pustaka
Perubahan sistem kenegaraan dari masa orde baru ke era reformasi membawa
perubahan ke arah yang lebih baik dalam hal pendidikan politik dan demokratisasi bagi
masyarakat desa. Salah satunya adalah adanya tuntutan warga masyarakat desa akan
terwakilinya aspirasi masyarakat dalain struktur pemerintahan desa. Hal ini ditandai dalam
UU No. 22 tahun 1999 yang mengakui adanya lembaga perwakilan masyarakat desa yang
disebut dengan Badan Perwakilan Desa (BPD) dan masih dimungkinkan adanya lembaga lain
yang diakui yang ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Dalam teori kedaulatan rakyat yaitu sistem dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat,
hal ini menunjukkan bahwa rakyat memegang peranan penting dalam setiap kebijakan yang
akan dikeluarkan oleh aparat pemerintah. Rakyat dalam hal ini menjadi subyek bukan
menjadi objek semata yang hanya patuh dan pasrah terhadap pemegang pemerintahan, Dalam
hal ini kedaulatan rakyat adalah kekuasaan yang berasal dari rakyat sehingga dalam
pelaksanaan tugasnya pemerintah harus berpihak pada keinginan rakyat.
Dalam pelaksanaan ketatanegaraan baik dan pemerintahan suatu negara sampai pada
pemerintahan terendah yaitu pemerintahan desa terdapat 2 (dua) unsur subjek yang harus ada
yaitu unsur aparatur pemerintahan dan unsur rakyat. Kedua unsur ini mutlak harus ada karena
tidak mungkin pemerintah tanpa rakyat dan rakyat tanpa pemerintah.
Ditinjau dari sistem pelaksanaan demokrasi dibedakan sistem demokrasi langsung dan
sistem demokrasi tidak langsung.8 Sistem demokrasi Indonesia langsung dan sistem
demokrasi tidak langsung (indirect democracy) atau yang biasa disebut dengan sistem
perwakilan. Demokrasi perwakilan adalah suatu bentuk demokrasi dimana pelaksanaan
kedaulatan rakyat tidak dilaksanakan oleh rakyat secara langsung melainkan melalui lembaga
8
Toto Pandoyo, Ulasan Terhadap Beberapa Ketentuan UUD 1945, Proklamasi dan Kekuasaan MPR,
Liberty, Yogyakarta, 1984, halaman. 85.
perwakilan rakyat.9 Adanya BPD merupakan langkah yang sangat tepat demi tersalurriya dan
terwakilinya rakyat desa dalam penyelenggaraan pemerintahan di desa.
Hal tersebut berarti bahwa demokrasi perwakilan atau demokrasi tidak langsung
adalah suatu sistem politik dengan memberikan hak kepada rakyatnya secara tidak langsung
atau melalui wakilnya untuk ikut serta melaksanakan kegiatan ketatanegaraan dalam bidang
politik. Kedaulatan rakyat negara Republik Indonesia dilaksanakan melalui wakil-wakil
rakyat yang telah dipilih dan mereka bertanggung jawab kepada rakyat melalui proses
pemilihan umum yang bebas.10
1. Mengayomi yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di
desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan.
2. Legislasi yaitu merumuskan dan menetapkan peraturan desa, bersama?sama
dengan pemerintah desa.
3. Pengawasan yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, serta Keputusan Kepala Desa.
4. Menampung aspirasi masyarakat yaitu menangani dan menyalurkan aspirasi yang
diterima dan masyarakat kepada, pejabat atau instansi yang berwenang (Pasal 36
ayat (4) Peraturan Daerah Kabupaten Klaten No. 3 Tahun 2001 tentang Badan
Perwakilan Desa.
9
Sri Soemantri, Tentang Lembaga?lembaga Tinggi Negara menurut UUD 1945, Citra Aditya Bhakti,
Bandung, 1993, hal. 27
10
Ismail Suny, Mekanisme Demokrasi Pancasila, Aksara Bani, Jakarta, 1987, hal 36.
Jika dihubungkan dengan prinsip perwakilan maka prinsip dasar dari sistem perwakilan BPD
adalah:11
1. Anggota BPD bukanah jabatan fungsional, melainkan Jabatan politis, karena itu
persyaratan paling utama sebagai BPD adalah betul?betul dipercaya oleh pemilihnya.
2. Anggota BPD harus jelas mewakili kepentingan siapa. Prinsip ini dapat dijadikan
sebagai pegangan agar dalam pelaksanaan teknisnya memiliki dasar arahan.
Kedua yaitu bersikap pasif dan menempatkan BPD sebagai beban baru yang harus
dipikul, dan ini justru menimbulkan kekhawatiran: (a) BPD akan menjadi musuh dalam
selimut bagi Kepala Desa dan perangkatnya, (b) mengurangi jatah pendapatan pemerintah
desa, karena akan dibagi dengan BPD, (c) penyelenggaraan pemilihan anggota BPD dianggap
cukup merepotkan, karena mensyaratkan partisipasi masyarakat (d) tidak cukup banyak orang
atau institusi yang secara terbuka menginginkan dirmya dikontrol dan dibatasi
kewenangannya, apalagi mereka dikontrol dan wajib bertanggung jawab kepada sebuah
institusi baru yang dibentuk dan tidak berpengalaman.12
Perbedaan mendasar antara UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa dengan
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah khususnya mengenai pemerintahan
desa adalah:13
1. Proses pembentukan.
2. Skema kerja parlemen desa.
Keberadaan BPD merupakan usaha yang cukup positif dalam hal demokratisasi
masyarakat desa sebab anggota BPD dipilih langsung oleh warga masyarakat desa yang
bersangkutan. Anggota BPD harus memenuhi syarat?syarat yang ditentukan oleh peraturan
11
Lapera, Op.Cit, halaman. 110.
12
Ibid, halaman. 104
13
Suhartono (ed), Politik Lokal Parlemen Desa Awal Kemerdekaan sampai Jaman Otonomi Daerah,
Lapera Pustaka Utama, Yogyakarta, 2001, hal. 81.
perundang-undangan yang berlaku, demikian juga mengenai pemilihan, pengesahan, serta
pemberhentiannya harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Berdasarkan Pasal 12 Peraturan Daerah Kabupaten Klaten Nomor 2 Tahun 2001 yang
dapat dipilih menjadi anggota BPD adalah penduduk warga negara RI dengan syarat?syarat :
1. Terdaftar sebagai penduduk desa dan bertempat tinggal di Desa yang bersangkutan
sekurang-kurangnya 2 (dua) tahun terakhir dengan tidak terputus-putus.
2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
3. berpendidikan serendah-rendahnya SLTP;
4. tidak terlibat dorganisasi terlarang G.30. S/PKI atau organisasi terlarang lainnya
5. Setia dan taat kepada Pancasila dan Undang?undang Dasar 1945,
6. Sehat jasmani dan rohani;
7. Berkelakuan baik, jujur, dan adil,
8. Berumur sekurang-kurangnya 23 tahun;
9. Tidak dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai
kekuatan hukum tetap.
Untuk keberhasilan pemilihan anggota BPD tersebut sangat tergantung pada peraturan yang
berlaku serta para pihak yang melaksanakan pemilihan anggota BPD (parlemen desa) baik
dari panitia pemilihan, bakal calon anggota BPD, warga masyarakat serta instansi pemerintah
di atasnya dalam membantu pelaksanaan pemilihan anggota BPD.
F. Metode Penelitian Tesis
1. Jenis Penelitian
Penelitian hukum ini termasuk dalam penelitian hukum empiris, dengan bentuk
penelitian evaluatif yang bertujuan untuk menilai pelaksanaan suatu peraturan
perundang-undangan dan dilakukan dengan mengadakan penelitian kepustakaan serta
penelitian lapangan.
2. Lokasi Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan dengan cara mengajukan
pertanyaan secara lisan (wawancara) maupun dengan mengajukan pertanyaan
secara tertulis.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari penelitian bahan pustaka dengan cara mengumpulkan
data yang terdapat dalam peraturan perundangan, buku-buku, dan artikel yang ada
hubungannya dengan masalah yang akan diteliti, antara lain:
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,
adapun yang dimaksud dengan analisa kualitatif adalah : Suatu tata cara penelitian
yang menghasilkan data deskriptif analisa, yaitu apa yang dinyatakan responden
secara tertulis atau lisan dan juga perilaku nyata, yang diteliti dan dipelajari sebagai
suatu yang utuh.15
14
H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif, Sebelas Maret University Press, Surakarta, 2002, hal.
59.
15
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 250.
SISTEMATIKA PENULISAN TESIS
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN MOTTO
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Pengertian Demokrasi
B. Syarat-Syarat Demokrasi
C. Demokrasi dan Perkembangannya
D. Demokrasi dan Penyelenggaraan Negara Hukum
E. Demokrasi Modern di Indonesia
A. Pemerintahan desa
B. Pelaksanaan pemilihan BPD
C. Hubungan antara pemilihan BPD terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa
A. Aspek yuridis pemilihan anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) di Kabupaten Klaten
B. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan pemilihan anggota Badan Perwakilan Desa
(BPD) pada beberapa desa di lingkungan Kabupaten Klaten
C. Implikasi pemilihan anggota Badan Perwakilan Desa (BPD) terhadap pemerintahan
desa di Kabupaten Klaten
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN