C. Peraturan Perundang-Undangan
Perundang-undangan mempunyai dua pengertian, yaitu;
pertama, perundang-undangan merupakan proses pembentukan/proses membentuk peraturan-
peraturannegara, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah;
kedua, perundang-undangan adalah segala peraturannegara, yang merupakan hasil
pembentukan peraturan-peraturan, baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah.
Peraturan perundang-undangan: Peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umumdan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan : Pasal 1 angka (2) UU
No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau dilakukan oleh
Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang dihadapi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan yang memberikan
pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya stagnasi pemerintahan
(Pasal 1 angka 9UU Adpem)
Dasar pemikiran atau filosofi lahirnya diskresi adalah bahwa setiap tindakan pemerintah itu
harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (asas legalitas), namun
acapkali ada urusan-urusan publik yang belum ada pengaturannya (leemten in het recht), atau
ada aturannya tetapi mengandung norma samar (vage norm) atau norma terbuka(open texture),
atau dalam aturan itu terdapat pilihan (choice). Dalam hal ini kepada pemerintah diberikan
diskresi untuk mengambil kebijakan (beleidsvrijheid), menjelaskan norma undang-undang yang
samar (uitleg van wettelijkevoorschriften), menentukan fakta-fakta (vaststelling vanfeiten),
kebebasan melakukan interpretasi (interpretatievrijheid), mengambil pilihan, dan
mempertimbangkan (beoordelingsvrijheid) berbagai kepentingan terkait dalam memberikan
pelayanan publik.
Asas: pemerintah tidak boleh menolak untuk memberikan pelayanan kepada warga negara
dengan alasan tidak ada undang-undang yang mengaturnya (iura officialibus consilia).
Saluspopuli suprema lex.
Peraturan kebijakan: peraturan umum yang dikeluarkan oleh instansi pemerintahan berkenaan
dengan pelaksanaan wewenang pemerintahan terhadap warga negara atau terhadap instansi
pemerintahan lainnya dan pembuatan peraturan tersebut tidak memiliki dasar yang tegas
dalam UUD dan undang-undang formal baik langsung maupun tidak langsung.
Diskresi digunakan oleh pejabat pemerintah dengan memperhatikan ketentuan yang berupa
legalitas (legality), dalam arti tidak bertentangan dengan asas dan hukum yang berlaku dan
dilaksanakan dalam lingkungan formil wewenangnya, rasionalitas (rationality) yang meliputi
pertimbangan yang relevan (relevant consideration), kejujuran dan keterbukaan (fairness),
tujuan yang layak (properpurpuse), serta konsistensi (consistency) dalam arti alasan untuk
suatu tindakan itu sesuai satu sama lain.
Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut Keputusan Tata Usaha Negara atau
Keputusan Administrasi Negara yang selanjutnya disebut Keputusan adalah ketetapan tertulis
yang dikeluarkan oleh Badandan/atau Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan
pemerintahan (Pasal 1 angka7 UU No. 30 Tahun 2014 tentang Adpem)
M. Unsur-unsur KTUN
1. Pernyataan Kehendak (wilsverklaring) sepihak secara tertulis (schriftelijk);
2. Dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN atau organ pemerintahan (bestuursorgaan);
3. Berdasarkan kewenangan hukum publik atau peraturan perundang-undangan;
4. Bersifat konkret, individual, dan final;
5. Menimbulkan akibat hukum (rechtsgevolg) bagi seseorang atau badan hukum perdata.
Q. Veilligheidsclausule
Veilligheidsclausule (klausul pengaman), yakni suatu redaksi yang terdapat di bagian akhir
KTUN yang umumnya berbunyi; “KTUN ini akan ditinjau kembali apabila ditemukan ada
kekurangan atau kesalahan dalam KTUN ini”. Veilligheidsclausule ini tidak diperlukan karena
bertentangan dengan:
a. Asas Prduga Rechtmatig;
b. Asas Kepastian Hukum;
c. Asas Kewenangan;
d. Asas Contrarius Actus.
R. Pencabutan KTUN
Sebab-sebab pencabutan KTUN sebagai sanksi adalah sebagai berikut :
1) Yang berkepentingan tidak mematuhi pembatasan-pembatasan, syarat-syarat atau ketentuan
peraturan perundang-undangan yang dikaitkan pada izin, subsidi, atau pembayaran;
2) Yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan untuk mendapat izin, subsidi,
atau pembayaran telah memberikan data yang sedemikian tidak benar atau tidak lengkap,
sehingga apabila data itu diberikan secara benar atau lengkap maka keputusan akan berlainan
(misalnya, penolakan izin, dan sebagainya).
Ateng Syafrudin menyebutkan ada empat kemungkinan suatu ketetapan itu ditarik kembali yaitu
sebagai berikut:
Asas kepastian hukum tidak menghalangi penarikan kembali atau perubahan suatu keputusan,
bila sesudah sekian waktu dipaksa oleh perubahan keadaan atau pendapat;
Penarikan kembali atau perubahan juga mungkin bila keputusan yang menguntungkan
didasarkan pada kekeliruan, asal saja kekeliruan itu dapat diketahui oleh yang bersangkutan;
Penarikan kembali atau perubahan dimungkinkan, bila yang berkepentingan dengan
memberikan keterangan yang tidak benar atau tidak lengkap, telah ikut menyebabkan
terjadinya keputusan yang keliru;
Penarikan kembali atau perubahan dimungkinkan, bila syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan
yang dikaitkan pada suatu keputusan yang menguntungkan tidak ditaati.
S. PERIZINAN
Dispensasi adalah tindakan pemerintahan yang menyebabkan suatu peraturan perundang-
undangan menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa (relaxatio legis).
Lisensi adalah suatu izin yang memberikan hak untuk menyelenggarakan suatu perusahaan.
Konsesi merupakan suatu izin berhubungan dengan pekerjaan yang besar dimana kepentingan
umum terlibat erat sekali sehingga sebenarnya pekerjaan itu menjadi tugas dari pemerintah,
tetapi oleh pemerintah diberikan hak penyelenggaraannya kepada konsesionaris (pemegang
izin) yang bukan pejabat pemerintah.
Konsesi adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang sebagai wujud persetujuan
dari kesepakatan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dengan selain Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam pengelolaan fasilitas umum dan/atau sumber daya alam dan pengelolaan
lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 1 angka 20 UU Adpem)
T. Pengertian Izin
Izin (vergunning) adalah perkenan dari pemerintah berdasarkan undang-undang atau peraturan
pemerintah yang disyaratkan untuk perbuatan yang pada umumnya memerlukan pengawasan
khusus, tetapi yang pada umumnya tidaklah dianggap sebagai hal-hal yang sama sekali tidak
dikehendaki (Kamus Istilah Hukum).
Izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan
dalam hal konkreto berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan (Sjachran Basah)
Izin ialah persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah
untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan
(J.B.J.M. ten Berge)
Izin ialah persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah
untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan
(J.B.J.M. ten Berge)
Izin adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang berwenang sebagai wujud persetujuan atas
permohonan Warga Masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal
1angka 19 UU Adpem)
U. Unsur-unsur Izin
Instrumen yuridis; KTUN (ekstern, constitutief, danbegunstigende)
Peraturan Perundang-undangan; setiap izin yang dikeluarkan harus berdasarkan pada peraturan
perundang-undangan (asaslegalitas).
Organ Pemerintah; Presiden Kepala Desa
Peristiwa konkret; izin dikelurkan bukan untuk mengatur (regelen), tetapi untuk menentukan
suatu peristiwa tertentu.
Karena itu, izin berbentuk KTUN, bukan peraturan perundang-undangan. Prosedur dan
persyaratan; setiap bentuk izin dibuat dengan prosedur tertentu, sebagaimana umumnya KTUN.
V. Tujuan atau Motif Izin
a) Keinginan mengarahkan (mengendalikan “sturen”) aktivitas-aktivitas tertentu (misalnya izin
bangunan).
b) Mencegah bahaya bagi lingkungan (izin-izin lingkungan).
c) Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu (izin terbang, izin membongkar pada monumen-
monumen).
d) Hendak membagi benda-benda yang sedikit (izin penghuni didaerah padat penduduk).
e) Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas (izin berdasarkan
“drank en horecawet”, dimanapengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu). (N.M.
Speltdan J.B.J.M ten Berge).
Rencana
Perencanaan pemerintah dalam arti luas didefinisikan sebagai persiapan dan pelaksanaan yang
sistematis dan terkoordinasi mengenai keputusan-keputusan kebijakan yang didasarkan pada
suatu rencana kerja yang terkait dengan tujuan-tujuan dan cara-cara pelaksanaannya (P. de Haan,
et.al.)
Katagori Rencana:
Unsur-unsur Rencana:
1. tertulis
3. organ pemerintahan
F.A.M. Stroink:
Di negara Indonesia, rencana itu ada yang berbentuk undang-undang (seperti APBN),
Keputusan Presiden (seperti Repelita), Tap MPR (seperti GBHN), Peraturan Daerah (seperti
APBD, Rencana Pembangunan Daerah)
Dalam perspektif HAN, rencana merupakan salah satu instrumen pemerintahan, yang sifat
hukumnya berada di antara beleidsregel, regeling, dan beschikking. Dengan demikian,
perencanaan memiliki bentuk tersendiri (sui generis), patuh pada peraturan-peraturannya sendiri
serta mempunyai tujuan sendiri, yang berbeda dengan beleidsregel, regeling, dan beschikking.
Rencana merupakan himpunan kebijakan yang akan ditempuh pada masa yang akan
datang, tetapi ia bukan beleidsregel karena kewenangan untuk membuatnya ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan yang jelas. Rencana memiliki sifat norma yang umum-abstrak,
namun ia bukan regeling karena tidak semua rencana itu mengikat umum dan tidak selalu
mempunyai akibat hukum langsung. Rencana merupakan hasil penetapan oleh organ pemerintahan
tertentu yang dituangkan dalam bentuk keputusan, tetapi ia bukan beschikking karena di dalamnya
memuat pengaturan yang bersifat umum.
Ditinjau dari segi obyek yang diawasi yang terdiri dari kontrol dari segi hukum (rechtmatigheid)
dan kontrol dari segi kemanfaatan
(doelmatigheid).
Kontrol dari segi hukum dimaksudkan untuk menilai segi-segi atau pertimbangan yang bersifat
hukumnya saja (segi legalitas) yaitu segi rechtmatigheid dari perbuatan pemerintah.
Kontrol dari segi kemanfaatan dimaksudkan untuk menilai benar tidaknya perbuatan pemerintah
itu dari segi atau pertimbangan kemanfaatannya.
Kontrol yang dilakukan oleh peradilan dalam hukum administrasi mempunyai ciri-ciri;
a. ekstern, karena dilakukan oleh suatu badan atau lembaga di luar pemerintahan;
b. a-posteriori, karena selalu dilakukan sesudah terjadinya perbuatan yang dikontrol;
c. kontrol segi hukum, karena hanya menilai dari segi hukum saja.
Sanksi dalam HAN
Sanksi adalah alat kekuasaan yang bersifat hukum publik yang dapat digunakan oleh pemerintah
sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma hukum
administrasi negara. (H.D. van Wijk)
Sanksi dalam HAN adalah sanksi yang muncul dari hubungan antara pemerintah – warga negara
dan yang dilaksanakan tanpa perantara pihak ketiga, yaitu tanpa perantara kekuasaan peradilan,
tetapi dapat secara langsung dilaksanakan oleh administrasi sendiri. (JJ. Oosternbrink)
• Paksaan Pemerintahan; tindakan nyata yang dilakukan oleh organ pemerintah atau atas
nama pemerintah untuk memindahkan, mengosongkan, menghalang-halangi, memperbaiki
pada keadaan semula apa yang telah dilakukan atau sedang dilakukan yang bertentangan
dengan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. (AwB
1992)
Pelaksanaan bestuursdwang harus didahului surat peringatan dengan penerbitan KTUN, yang
memuat:
a. Peringatan harus definitif;
b. Organ yang berwenang harus disebutkan;
c. Peringatan harus ditujukan kepada orang yang melanggar;
d. Ketentuan yang dilanggar disebutkan dengan jelas;
e. Pelanggaran nyata harus digambarkan dengan jelas;
f. Peringatan harus memuat penentuan jangka waktu;
g. Pemberian beban secara jelas dan seimbang;
h. Pemberian beban tanpa syarat;
i. Pemberian beban harus ada alasannya.
j. Peringatan memuat berita tentang pembebanan biaya.
• Penarikan KTUN yang menguntungkan
Penarikan kembali ketetapan ini menimbulkan persoalan yuridis, hal ini karena di dalam HAN
terdapat asas het vermoeden van rechtmatigheid atau presumtio justea causa, yaitu bahwa pada
asasnya setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
dianggap benar menurut hukum, oleh karena itu KTUN yang sudah dikeluarkan itu pada
dasarnya tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan sebaliknya oleh Hakim di
pengadilan.
Meskipun pada dasarnya KTUN yang telah dikeluarkan tersebut tidak untuk dicabut kembali
sejalan dengan asas praduga rechtmatig dan asas kepastian hukum, akan tetapi tidaklah berarti
menghilangkan kemungkinan untuk mencabut KTUN tersebut. Kaidah HAN memberikan
kemungkinan untuk mencabut KTUN yang menguntungkan sebagai akibat dari kesalahan si
penerima KTUN, sehingga pencabutannya merupakan sanksi baginya. Sebab-sebab
pencabutan KTUN sebagai sanksi adalah sebagai berikut :
a. Yang berkepentingan tidak mematuhi pembatasan-pembatasan, syarat-syarat atau
ketentuan peraturan perundang-undangan yang dikaitkan pada izin, subsidi, atau
pembayaran;
b. Yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan untuk mendapat izin,
subsidi, atau pembayaran telah memberikan data yang sedemikian tidak benar atau
tidak lengkap, sehingga apabila data itu diberikan secara benar atau lengkap maka
keputusan akan berlainan (misalnya, penolakan izin, dan sebagainya).
Selain itu, Ateng Syafrudin menyebutkan ada empat kemungkinan suatu ketetapan itu ditarik
kembali yaitu sebagai berikut:
a. Asas kepastian hukum tidak menghalangi penarikan kembali atau perubahan suatu
keputusan, bila sesudah sekian waktu dipaksa oleh perubahan keadaan atau pendapat;
b. Penarikan kembali atau perubahan juga mungkin bila keputusan yang
menguntungkan didasarkan pada kekeliruan, asal saja kekeliruan itu dapat diketahui
oleh yang bersangkutan;
c. Penarikan kembali atau perubahan dimungkinkan, bila yang berkepentingan
dengan memberikan keterangan yang tidak benar atau tidak lengkap, telah ikut
menyebabkan terjadinya keputusan yang keliru;
d. Penarikan kembali atau perubahan dimungkinkan, bila syaratsyarat atau ketentuan-
ketentuan yang dikaitkan pada suatu keputusan yang menguntungkan tidak ditaati.