1. Negara-negara pada sistem hukum Common Law menganut sistem unity of jurisdiction sehingga tidak
mengenal eksistensi PTUN pada sistem hukumnya. Dalam sistem hukum Civil Law terdapat prinsip
duality of jurisdiction dan prinsip negara hukum. Implikasi dari perbedaan peradilan tersebut
melahirkan adanya PTUN. PTUN hadir untuk menggugat keputusan tata usaha negara yang
bertentangan dengan hukum positif.1
2. Sejarah PTUN bermula pada masa pemerintahan Hindia Belanda dengan IS Pasal 134 ayat 1 yang
mengatur mengenai pemeriksaan serta penyelesaian perkara administrasi diputus oleh lembaga
administrasi itu sendiri. Tahun 1948 diundangkan UU No. 19 tahun 1948 yang mengatur pemeriksaan
dan putusan sengketa administrasi diserahkan kepada PT sebagai tingkat pertama dan MA sebagai
peradilan tingkat akhir. UU No. 14 Tahun 1970 menguraikan bahwa kekuasaan kehakiman juga
mencakup Peradilan Tata Usaha Negara yang mana menjadi asal mula lahirnya PTUN. Pada tahun
1986 diundangkan UU No. 5 Tahun 1986 yang mengatur mengenai Peradilan Tata Usaha Negara
secara komprehensif. UU Nomor 9 Tahun 2004 mengatur mengenai beberapa hal baru seperti adanya
Juru Sita di PTUN dan pengaturan upaya paksa dan sanksi administratif terhadap administrasi negara
yang tidak melaksanakan putusan PTUN. UU Nomor 51 Tahun 2009 mengatur mengenai pos bantuan
hukum secara Cuma-Cuma di setiap PTUN.2
3. Keputusan Tata Usaha Negara adalah suatu penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan atau
Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi tindakan hukum TUN yang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum
bagi seseorang atau badan hukum perdata.3 Contoh dari KTUN adalah Keputusan Menkumham Nomor
AHU-0012410.AH.01.01 Tahun 2015 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Perseroan
Terbatas PT INPACK SUBANG PERKASA4
1
Umar Dani, Memahami Kedudukan Pengadilan Tata Usaha Negara di Indonesia: Sistem Unity of Jurisdiction atau Duality of
Jurisdiction? Sebuah Studi tentang Struktur dan Karakteristiknya, Jurnal Hukum dan Peradilan, Volume 7 Nomor 3, November
2018: 406
2
Materi kuliah Dr. Tri Sulistyowati, S.H., M.Hum berjudul Haptun Sejarah
3
Pasal 1 UU Nomor 5 Tahun 1986
4
https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/NewsAndAnnouncement/ANNOUNCEMENTSTOCK/From_EREP/201505/2c69c51b1d
_486829c79a.pdf diakses pada 18 Maret 2022 pukul 1.59 WIB
4. Tidak semua KTUN dapat menjadi objek sengketa TUN. Berikut adalah uraian mengenai penyempitan
dan perluasan objek KTUN.
Penyempitan makna objek KTUN diatur dalam pasal 2 UU No.9 Tahun 2004 yakni:
a. KTUN yang merupakan perbuatan hukum perdata
b. KTUN yang merupakan pengaturan yang bersifat umum
c. KTUN yang masih memerlukan persetujuan
d. KTUN yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan KUHP atau KUHAP atau peraturan
perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana
e. KTUN yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku
f. KTUN mengenai tata usaha ABRI
g. Keputusan Panitia Pemilihan, baik di pusat maupun di daerah, mengenai hasil pemilihan
umum.
5
Indroharto, Usaha Memahami UU tentang Peradilan Tata Usaha Negara, 1996, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996), halaman
15
Berdasarkan Pasal 87 UU Nomor 30 Tahun 2014, terdapat perluasan objek KTUN yang mencakup:
a. Penetapan tertulis yang juga mencakup tindakan faktual
b. Keputusan Badan dan/atau Pejabat TUN di lingkungan eksekutif, legislatif, yudikatif, dan
penyelenggara negara lainnya
c. Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan AUPB
d. Bersifat final dalam arti lebih luas
e. Keputusan yang berpotensi menimbulkan akibat hukum dan/atau
f. Keputusan yang berlaku bagi warga masyarakat.
a. Surat Keterangan Kepala Desa Cibelok, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang Nomor:
140/68/II-2012. Terlepas keputusan belum definitif tetapi sudah berpotensi menimbulkan
akibat hukum.
b. Rekomendasi KASN kepada PPK dan/atau PyB terkait pengisian JPT, Jika rekomendasi
tersebut dilaksanakan, akan berakibat hukum bagi para subyek keputusan tersebut.
6
https://jdih.kpu.go.id/detailkepkpu-4665546e7051253344253344 diakses pada 18 Maret 2022 pukul 1.59 WIB
7
Ny. Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Mandar
Maju, 2009) halaman 10