Tuhan Individu Masyarakat Pemerintah Alam dan makhluk ciptaan lainnya
Keadilan harus diwujudkan agar mampu
memaknai supremasi hukum, menghilangkan imparsialitas hukum, dan tetap pada etitas keadilan. Hukum akan mati jika roh hukum yaitu keadilan hanya jadi angan-angan, dan hukum tidak kondusif lagi bagi pencari keadilan.
Hukum
dan keadilan adalah dua elemen yang
saling bertaut.
Supremasi
hukum yang selama ini
diidentikkan dengan kepastian hukum, sehingga mengkultuskan UU, menjadi titik awal timbulnya masalah penegakan. Pemikiran ini tidak salah, tapi bukan berarti absolut benar adanya. Rasa
keadilan terkadang ada di luar UU, hal
ini karena UU sulit mengimbangi dinamika keadilan yang terus bergerak mengikuti waktu dan ruang.
Supremasi hukum (supremacy of law)
adalah supremasi keadilan(supremacy of justice), begitu pula sebaliknya.
Hukum tidak berada dalam dimensi
kemutlakan UU, namun hukum berada dalam dimensi kemutlakan keadilan. Hukum tidak akan dapat hidup tanpa roh keadilan.
Keadilan dalam cita hukum adalah
pergulatan kemanusiaan yang berevolusi mengikuti ritme zaman dan ruang, dari dulu sampai sekarang, tanpa henti hingga manusia tidak berkativitas lagi.
Zaman Filsuf Yunani : Keadilan adalah sikap
pikiran yang ingin bertindak adil, yang tidak adil adalah orang-orang yang melanggar UU. Zaman Romawi : Prinsip keadilan, jangan merugikan seseorang dan berikanlah apa yang menjadi hak tiap manusia. Filsafat Kristiani : Tuhan sumber kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Filsafat Islam : Menempatkan sesuatu pada tempatnya, membebankan sesuatu sesuai daya pikul seseorang, memberikan sesuatu yang menjadi haknya dengan kadar yang seimbang.
Nilai adalah apresiasi atas fakta yang
terjadi, dimana fakta mendahului nilai.Ada 3 ciri nilai :
1. Nilai berkaitan dengan subyek
yang menilai 2. Nilai terjadi dalam praksis hidup ketika subyek ingin membuat sesuatu 3. Nilai merupakan sifat-sifat yang ditambahkan oleh subyek pada sifat-sifat yang dimiliki obyek
Perbuatan manusia akan bernilai jika
perbuatan tersebut baik dan bermanfaat yang lahir dari bisikan hati yang suci, sehingga nilai (value) adalah prinsip etik yang bermutu tinggi dengan berpedoman bahwa keberadaan manusia harus memperhatikan kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap sesamanya.
Mempersoalkan putusan hakim berarti
mempersoalkan hakim dan tugasnya sebagai pelaksana hukum maupun sebagai pencipta hukum.
Putusan hakim adalah suatu pernyataan
oleh hakim sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk menyelesaikan suatu perkara (Sudikno Mertokusumo)
Tahapan yang harus dilakukan Hakim dalam
memutus suatu perkara : 1. Mengonstantir : membenarkan suatu peristiwa 2. Mengkualifikasikan ke dalam aturan hukum : menemukan aturan hukum yang sesuai untuk peristiwa yang sudah dianggap benar terjadi Hakim tidak boleh menolak mengadili perkara dengan dalih aturan hukumnya tidak jelas atau tidak ada. Pada prinsipna hakim tidak diberi wewenang untuk mengubah suatu UU, tapi hakim dapat saja menyimpang dari Uudalam menjatuhkan putusannya dengan berdasar pada perkembangan kehidupan masyarakat.
Dalam proses pengambilan keputusan,
seorang hakim kadang dihadapkan pada keadaan yang meragukan dan konflik antara kepastian hukum dan keadilan. Mana yang dipentingkan? Hakim harus mempunyai keberanian dan sikap tegas untuk menciptakan keadilan.