Anda di halaman 1dari 5

SOAL UJIAN MID SEMESTER

MATA KULIAH HUKUM ACARA PERDATA

WAKTU 60 MENIT

Open Book

Nama : Ananda Teguh Prayoga

NIM : A.131.19.0258

1. Salah satu syarat dalam mengajukan gugatan menurut HIR maupun RBg
adalah asasactor sequitour forum rei yang berlandaskan pada asas
praduga tidak bersalah. Jelaskan maksudnya, dan berikan contoh
penerapannya beserta dasar hukumnya.

 Actor Sequitor Forum Rei


Patokan ini digariskan Pasal 118 ayat (1) HIR yang menegaskan: a). Yang
berwenang mengadili suatu perkara adalah Pengadilan Negeri tempat tinggal Tergugat;
b). Oleh karena itu, agar gugatan yang diajukan Penggugat tidak melanggar batas
kompetensi relatif, gugatan harus diajukan dan dimasukkan kepada Pengadilan Negeri
yang berkedudukan di wilayah atau daerah hukum tempat tinggal Tergugat.
Mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri di luar wilayah tempat tinggal
Tergugat, tidak dibenarkan. Rasio (legis) penegakkan patokan actor sequitor forum
rei atau forum domisili, bertujuan untuk melindungi Tergugat. Siapapun tidak dilarang
menggugat seseorang, tetapi kepentingan Tergugat harus dilindungi dengan cara
melakukan pemeriksaan di Pengadilan Negeri tempat tinggalnya, bukan di tempat
tinggal Penggugat.

a. Yang dimaksud dengan Tempat Tinggal Tergugat


-Tempat kediaman, atau
-Tempat alamat tertentu, atau
-Tempat kediaman sebenarnya.

b. Sumber Menentukan Tempat Tinggal Tergugat


-Berdasarkan KTP,
-Kartu Rumah Tangga,
-Surat Pajak, dan
-Anggaran Dasar Perseroan.
c. Perubahan Tempat Tinggal Setelah Gugatan Diajukan
Apabila terjadi perubahan tempat tinggal, setelah gugatan diajukan:
- Tidak memengaruhi keabsahan gugatan ditinjau dari segi kompetensi relatif;
- Hal ini demi menjamin kepastian hukum ( legal certainty) dan melindungi kepentingan
Penggugat dari kesewenangan dan itikad buruk Tergugat.

d. Diajukan kepada Salah Satu Tempat Tinggal Tergugat


Apabila Tergugat memiliki dua atau lebih tempat tinggal yang jelas dan resmi,
gugatan dapat diajukan Penggugat kepada salah satu Pengadilan Negeri, sesuai dengan
daerah hukum tempat tinggal tersebut. Hal ini ditegaskan dalam Putusan MA Nomor:
604 K/Pdt/1984, tertanggal 28-9-1985.

e. Kompetensi Relatif Tidak Didasarkan Atas Kejadian Peristiwa yang


Disengketakan
Seperti yang sudah dijelaskan, Pasal 118 ayat (1) HIR telah menetapkan patokan
kompetensi relatif Pengadilan Negeri mengadili suatu perkara, berdasarkan tempat
tinggal tergugat (actor sequitor forum rei). Patokannya bukan locus delicti seperti yang
diterapkan dalam perkara pidana.

f. Penerapan Asas Actor Sequitor Forum Rei Apabila Objek Sengketa Benda


Bergerak dan Tuntutan Ganti Kerugian Atas Perbuatan Melawan Hukum
Memang hal ini tidak disebut secara tegas dalam Pasal 118 ayat (1) HIR, namun hal
itu disimpulkan jika ketentuan ini dihubungkan dengan Pasal 118 ayat (3), yang
menegaskan, apabila objek gugatan barang tidak bergerak, Pengadilan Negeri yang
berwenang mengadili adalah Pengadilan Negeri yang di daerah hukumnya barang
tersebut terletak. Dalam Rv, hal itu disebut dengan tegas dalam Pasal 99 ayat (1) yang
berbunyi: "Seorang tergugat dalam perkara pribadi yang murni mengenai benda-benda
bergerak dituntut di hadapan hakim di tempat tinggalnya ". Penerapannya ditegaskan
dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor: 2558 K/Pdt/1984, tanggal 20 Januari 1986.
Menurut putusan ini, oleh karena yang disengketakan bukan mengenai benda tetap
(barang tidak bergerak), melainkan tentang ganti kerugian atas dasar perbuatan
melawan hukum (PMH) kebun Penggugat terbakar, maka sesuai dengan ketentuan
Pasal 142 ayat (1) RBg (sama dengan Pasal 118 ayat (1) HIR), kompetensi relatif yang
harus ditegakkan dalam penyelesaian perkara adalah berdasarkan asas actor sequitor
forum rei, bukan asas forum rei sitae (letak barang) yang digariskan Pasal 142 (4) RBg
(Pasal 118 ayat (3) HIR).
2. Dalam sidang pemeriksaan perkara perdata di PN Semarang hari ini
Tergugat menyatakan bahwa gugatan Penggugat tidak jelas (obscuur
libel). Jelaskan mengapa demikian dan apa akibatnya.

Yang dimaksud dengan obscuur libel adalah surat gugatan tidak terang isinya atau
isinya gelap (onduidlijk). Bisa disebut juga dengan formulasi gugatan tidak jelas,
padahal agar gugatan itu dianggap sudah memenuhi syarat formil, maka dalil gugatan
harus terang dan jelas atau tegas (duidelijk). Obscuur libel juga dapat diartikan dengan
gugatan yang berisi penyataan-pernyataan yang bertentangan satu sama lain.
Penyataan-pernyataan yang bertentangan tersebut mengakibatkan gugatan tidak jelas
dan mengakibatkan gugatan menjadi kabur. Ketentuan Pasal 118 ayat (1), Pasal 120
dan Pasal 121 HIR tidak dapat penegasan merumuskan gugatan secara jelas dan
terang. Namun praktik peradilan memedomani pasal 8 Rv sebagai rujukan berdasarkan
asas process doelmatigheid (demi kepentingan beracara). Menurut pasal 8 Rv, pokok-
pokok gugatan disertai kesimpulan yang jelas dan tertentu (een duidelijk en bapaalde
conclusive). Berdasarkan ketentuan itu, praktik peradilan mengembangkan penerapan
eksepsi gugatan kabur (obscuur libel) atau eksepsi gugatan tidak jelas.
Dilanggarnya syarat ini maka menurut ketentuan pasal 143 (3) KUHAP, surat
dakwaan tersebut batal demi hukum dikarenakan dakwaan yang kabur/samar-samar
(Obscuur Libel).

3. Nakulo (Kudus) menggugat Sadewo (Kendal) di PN Semarang dengan


dasar hokum jual beli rumah milik Nakulo yang terletak di Jl. Diponegoro
No. 5 Semarang, dengan tuntutan agar Sadewo melunasi harga tanah
yang dibelinya. Sdr adalah hakim yang memeriksa perkaranya. Apa
tindakan Sdr jika Sadewo atas gugatan Nakulo tersebut mengajukan
eksepsi yang menyatakan bahwa PN Semarang tidak berwenang
memeriksa perkaranya. Sebutkan dasar hukumnya.

Menurut Pasal 134 HIR memungkinkan hakim secara ex-officio menyatakan diri


tidak berwenang mengadili:
 Jika perselisihan itu suatu perkara yang tidak masuk kekuasaan pengadilan negeri,
maka pada setiap waktu dalam pemeriksaan perkara itu, dapat di minta supaya hakim
menyatakan dirinya tidak berkuasa dan hakim pun wajib pula mengakuinya karena
jabatannya.
Dengan demikian, dengan ada atau tidaknya eksepsi, hakim wajib menyatakan diri
tidak berwenang apabila cukup alasan objektif bahwa perkara yang dikemukakan dalam
gugatan penggugat, termasuk dalam yurisdiksi absolut lingkungan peradilan lain
4. PN Semarang pada hari ini memeriksa perkara perdata antara Amir
sebagai Penggugat melawan Budi sebagai Tergugat. Ternyata Budi tidak
hadir dan hanya diwakili oleh kuasa hukumnya, sehingga Penggugat
mohon agar hakim berkenan memutus verstek berdasarkan Pasal 125
HIR. Bagaimana pendapat Sdr. atas permohonan Penggugat tersebut?

· Pasal 148 R.Bg./124 HIR


Dalam sidang pertama Penggugat yang tidak hadir dalam sidang, sedangkan Tergugat
hadir dalam sidang, Dalam keadaan yang demikian Hakim dapat menjatuhkan putusan
dengan menyatakan Gugatan Peggugat Gugur dan menghukum Penggugat membayar
biaya perkara;
· Pasal 149 ayat (1) R.Bg./125 ayat (1) HIR
Dalam sidang pertama Tergugat yang tidak hadir dalam sidang, sedangkan Penggugat
hadir dalam sidang, Dalam keadaan yang demikian Hakim dapat menjatuhkan putusan
dengan menyatakan Gugatan Penggugat dapat dikabulkan dengan verstek (tanpa
hadirnya Tergugat);
· Pasal 150 R.Bg./126 HIR
Dalam kejadian sebagaimana dalam sidang pertama apakah Penggugat atau Tergugat
yang tidak hadir Hakim dapat memerintahkan untuk memanggil sekali lagi pihak yang
tidak hadir agar datang menghadap pada hari yang ditentukan dalam sidang itu;
· Pasal 151 R.Bg./127 HIR
Kemungkinan yang ke-empat apabila Tergugat ada seorang atau lebih yang tidak hadir
menghadap dalam sidang maka pemeriksaan perkara ditunda sampai suatu hari yang
ditetapkan sedekat mungkin. Penundaan itu di dalam sidang diberitahukan kepada
pihak-pihak yang hadir dan pemberitahuan itu berlaku sebagai panggilan, sedangkan
Tergugat-tergugat yang tidak hadir diperintahkan agar dipanggil lagi. Kemudian perkara
diperiksa dan terhadap semua pihak diberikan keputusan dalam satu surat putusan
yang terhadapnya tidak dapat diadakan perlawanan;
· Pasal 186 ayat (3) R.Bg./159 ayat (3) HIR
Jika di antara pihak-pihak yang hadir pada hari pertama ada yang kemudian tidak hadir
pada hari sidang berikutnya, yang kemudian ditunda lagi, maka Ketua memerintahkan
agar pihak itu dipanggil lagi untuk hadir pada sidang berikutnya;

Dari ketentuan-ketentuan di atas, pemanggilan dalam persidangan tidak harus


sampai 3 (tiga) kali jika salah satu tidak hadir dalam pemanggilan pertama. Jika
ketidakhadiran Penggugat dalam sidang pertama hakim dapat memutuskan Penggugat
gugur atau Hakim masih dapat menunda sekali lagi untuk memanggil Penggugat untuk
hadir dalam persidangan, begitu pula sebaliknya ketidakhadiran Tergugat dalam
persidangan pertama, tidak ada keharusan bagi Hakim harus memutus perkaranya
dengan mengabulkan gugatan Penggugat dengan verstek, tetapi hakim masih dapat
menunda sekali lagi untuk memanggil Tergugat untuk hadir dalam persidangan, hal ini
tercantum dalam Pasal 150 R.Bg./126 HIR.
Kebiasaan tiga kali dalam pemanggilan tumbuh dan berkembang dalam praktik
peradilan agar Hakim tidak tergesa-gesa dalam memberikan putusan dikarenakan
adanya kemungkinan para pihak tidak datang karena ada halangan-halangan tertentu.

5. Penggugat dalam perkara perdata No. 120/Pdt.G/2013/PN Semarang


yang diperiksa dan diputus oleh PN Semarang pada tanggal 12 Mei 2013
dengan perdamaian mengajukan permohonan eksekusi, karena Tergugat
tidak melaksanakan putusan hakim. Sudah benarkah permohonan
Penggugat atas putusan perdamaian tersebut?

Prosedur Hukum Jika Tergugat Tidak Mau Melaksanakan Putusan Pengadilan!


dengan cara sukarela (dalam hal pihak yang kalah dengan sukarela melaksanakan
putusan) tersebut, dengan cara paksa melalui proses eksekusi oleh Pengadilan.
Dalam permohonan eksekusi putusan yang sudah berkekuatan hukum tetap,
setiap penggugat yang menang berhak untuk mengajukan permohonan, sehingga
pengajuan permohonan eksekusi oleh salah satu penggugat saja tetap sah.

Anda mungkin juga menyukai