Anda di halaman 1dari 5

AHYA ROBBANI

202010110311328
KELOMPOK 6
MUHAMMAD HILMY RIZQULLAH RAMADHAN, S.H
TUGAS PRE-TEST
1. Apa pengertian dan perbedaan dari legal audit, legal opinion, dan legal
memorandum?
Legal opinion
Advokat mengemban tanggung jawab untuk memberikan nasihat-nasihat hukum.
Nasehat hukum tersebut dapat berupa nasehat tertulis maupun nasehat lisan. Nasehat hukum
ini dikenal dengan istilah legal opinion yang berarti pendapat atau pandangan.
Legal opinion juga dikenal sebagai kumpulan dokumen tertulis yang berisi pendapat dari
advokat. Pendapat ini berasal dari pengacara baik swasta maupun pengacara pemerintah yang
ditujukan untuk membela klien. Berdasarkan undang-undang, hukum yang berada di Indonesia
mengikat semua warga negara yang bertempat tinggal di Indonesia. Hal ini berlaku untuk para
advokat yang berpraktik di Indonesia dan setiap pendapat hukum harus berdasarkan sistem
hukum Indonesia. Bahasa yang dituangkan dalam nasehat hukum tertulis menggunakan bahasa
yang lugas, tegas, dan jelas. Legal opinion juga harus disampaikan dengan sistematis dengan
tata bahasa yang benar. Hal ini bertujuan agar alasan yang telah dibuat dapat memudahkan
advokat yang ditunjuk untuk membaca legal opinion, sementara itu tata bahasa yang Legal
opinion hanya berisikan nasehat, sehingga hal ini tidak mengikat kedua belah pihak. Advokat
hanya mempunyai tanggung jawab atas isi di dalamnya. Jadi, saat klien mengikuti nasihat
tersebut dan timbul kerugian, maka bukan tanggung jawab advokat.
Sebagai seorang praktisi hukum, advokat memiliki peran dalam menjalankan tugas litigasi
maupun non litigasi. Peran advokat harus dibarengi dengan human resource yang berkualitas
termasuk dalam memberikan keterampilan serta opini hukum kepada klien. Oleh: Willa
Wahyuni Bacaan 3 Menit Secara garis besar, tata cara pembuatan legal opinion harus memuat:
1. Pokok permasalahan 2. Fakta-fakta atas permasalahan 3. Aturan hukum yang mungkin bisa
diterapkan pada kasus tersebut 4. Penerapan hukum 5. Kesimpulan yang berisi nasehat dari
advokat
Legal memorandum
Legal memorandum merupakan sebuah kegiatan hukum untuk menganalisis suatu
permasalahan yang tidak terlepas dari legal opinion. Legal memorandum bertujuan untuk
memberikan informasi dari hasil penelitian dan analisis hukum kepada sesame professional
hukum dengan sudut pandang klien untuk membantu klien mengambil keputusan. Format yang
dibahas dalam legal memorandum mirip dengan legal opinion secara umum, namun bahasanya
dalam bidang yang lebih luas. Legal memorandum maupun legal opinion, keduanya
membandingkan apakah suatu perbuatan melanggar peraturan yang berlaku atau tidak. Legal
memorandum dibuat oleh selain advokat, seperti akademisi hukum, mahasiswa hukum dan
paralegal dibawah pengawasan advokat. Legal memorandum juga bisa diajukan sebagai karya
ilmiah akhir sebagai pengganti skripsi. Format legal memorandum berisi heading, statement of
assignment, issues, brief answer, statement of facts, analysis atau discussion, dan conclusion.
Legal audit
Legal audit sering dikenal sebagai legal due diligence. Legal audit merupakan
pemeriksaan secara seksama dari segi hukum yang dilakukan oleh konsultan hukum terhadap
suatu perusahaan atau objek transaksi sesuai dengan tujuan transaksi. Legal audit bertujuan
guna melakukan penilaian terhadap tingkat keamanan perusahaan, terutama di bidang
keamanan perusahaan yang berhubungan dengan yang dapat membahayakan aset yang dimiliki
perusahaan. Legal audit juga bertujuan untuk memperoleh informasi atau fakta material yang
dapat menggambarkan kondisi suatu perusahaan atau objek transaksi. Legal audit menajdi
dasar peritmbangan bagi klien untuk mengambil keputusan tentang langkah selanjutnya yang
berhubungan dengan transaksi.
Sebagai seorang praktisi hukum, advokat memiliki peran dalam menjalankan tugas
litigasi maupun non litigasi. Peran advokat harus dibarengi dengan human resource yang
berkualitas termasuk dalam memberikan keterampilan serta opini hukum kepada klien. Oleh:
Willa Wahyuni Bacaan 3 Menit Legal audit dilakukan melalui: 1. Pemeriksaan dokumen 2.
Menghadiri rapat verifikasi dengan manajemen 3. Pencarian informasi yang tersedia untuk
publik Temuan legal auditor atau advokat dalam legal audit akan menjadi bahan dalam sebuah
legal opinion.
2. Apa perbedaan fakta hukum dan fakta non-hukum dalam legal opinion ?
Definisi dan Arti Kata Fakta Hukum adalah fakta yang diakui oleh hukum. Istilah ini
dapat dipersamakan dengan fakta di persidangan karena proses perolehan fakta hukum ialah
melalui proses persidangan. Fakta hukum dimungkinkan untuk berbeda dari kejadian
sebenarnya. Hal ini mengingat fakta hukum merupakan pengambilan kesimpulan oleh hakim
dalam menilai alat bukti yang dihadirkan ke persidangan. Apabila alat bukti yang dihadirkan
tidak lengkap, maka pengambilan kesimpulan tersebut dapat berbeda dari kejadian sebenarnya.
Selain itu, kemampuan hakim dalam pengambilan kesimpulan berdasarkan alat bukti akan
mempengaruhi validitas fakta hukum dibandingkan dengan kejadian yang sebenarnya.
Terlepas dari hal tersebut, fakta hukum merupakan fakta yang sah untuk digunakan dalam
menilai suatu hubungan hukum dan menjatuhkan putusan.
Sedangkan fakta non hukum adalah Fakta adalah segala hal-hal (keadaan, peristiwa)
yang merupakan kenyataan/sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi yang tidak berhubungan
dengan hukum dan bisa ditangkap oleh indra manusia berupa data dari keadaan nyata yang
telah terbukti kebenarannya.
3. Apa fungsi dari legal opinion, jelaskan !
Sebagai bahan pertimbangan bagi para pihak yang berkepentingan dan sedang mengalami
permasalahan hukum agar dapat membuat dan mengambil suatu keputusan atau tindakan yang
tepat berkenaan dengan masalah yang dihadapi.
Dalam hal konsultan hukum enggan memberikan pendapat yang bersifat tanpa syarat
dan menguntungkan, maka hal tersebut menjadi peringatan bagi perusahaan bahwa ada hal
yang salah secara hukum terkait dengan transaksi atau aspek hukum perusahaan bersangkutan.
4. Apa saja ruang lingkup dari legal opinion ?
Terdapat 3 (tiga) ruang lingkup dalam pembuatan Legal Opinion yakni dalam lingkup
korporasi baik badan hukum maupun badan usaha, lingkup peristiwa pidana dan lingkup
hukum privat. Ruang lingkup korporasi yakni dalam konteks hubungan kerja atau perdata atau
tindakan hukum dalam suatu perusahan. Pada dunia usaha apabila terjadi suatu keraguan maka
pihak tersebut dapat meminta bantuan pada lawyer untuk membuat suatu Legal Opinion dalam
memutuskan suatu tindakan dan apa konsekuensinya. Ruang lingkup selanjutnya yakni hukum
litigasi atau suatu peristiwa yang mengarah pada kasus pidana. Terakhir yakni ruang lingkup
hukum privat yaitu mengarah pada hukum perorangan seperti lingkup waris, kepemilikan tanah
dll.
5. Bagaimana kedudukan legal opinion sebagai sumber hukum, jelaskan menurut
pendapatmu !
Maksud dari Legal opinion merupakan sumber hukum yang bisa dikategorikan sebagai doktrin,
dan akan mempunyai kekuatan hukum mengikat jika sudah menjadi putusan hakim. Akan
tetapi agar suatu Legal Opinion ini mempunyai kekuatan hukum mengikat, pendapat hukum
ini harus memenuhi syarat tertentu yaitu pendapat hukum yang telah menjadi putusan hakim,
dengan demikian Legal Opinion berperan penting dalam pembangunan hukum bukan hanya
dalam aspek perjanjian melainkan dapat lebih luas daripada itu
6. Apa saja prinsip-prinsip dalam penyusunan legal opinion ?
Prinsip dasar tersebut yang harus dimuat dalam membuat suatu Legal Opinion antara lain:
Pertama, yakni identitas pihak yang meminta pendapat;
Kedua, dokumen yang menjadi dasar pembuatan Legal Opinion yang diberikan oleh pihak
yang mengajukan. Dokumen dalam hal ini menjadi salah satu poin dasar yang penting
pencantumannya dalam pembuatan Legal Opinion sehingga apabila terjadi suatu kesalahan
maka pihak pembuat baik lawyer atau akademisi dapat menyampaikan bahwa pendapat yang
telah diberikan sesuai dengan data dokumen yang diberikan. Sehingga dalam hal ini pihak
pembuat Legal Opinion dapat meminta kepada klien untuk mencantumkan dokumen penting
yang berhubungan dengan permasalahan yang ada sehingga memaksimalkan pembuatan Legal
Opinion;
Ketiga, yakni terkait peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dikaitkan dalam
pembuatan Legal Opinion, dalam hal ini harus sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh
klien;
Keempat, yakni poin pembatasan sebagai tujuan melindungi pihak lawyer sebagai pihak yang
mengeluarkan Legal Opinion dan harus ditegaskan sehingga apabila terjadi hal diluar batasan
yang disepakati maka pihak pembuat tidak bisa diminta pertanggungjawaban terhadap batasan
tersebut;
Kelima, yakni penjabaran kronologis atau fakta terkait permasalahan hukum dengan
menggunakan bahasa yang mudah dipahami;
Keenam, setelah memaparkan kronologis permasalahan kemudian dilanjutkan dengan
penentuan apa yang menjadi permasalahan yang dihadapi klien dari adanya kronologi tersebut;
Ketujuh, yakni analisa hukum yang dibuat oleh lawyer atau akademisi;
Kedelapan, dapat ditambahkan dengan penjelasan dasar mengenai pengetahuan umum yang
berkaitan dengan materi permasalahan dengan tujuan dapat mengedukasi dan memudahkan
para pihak untuk mengerti keseluruhan maksud dari paparan Legal Opinion;
Kesembilan, yakni kesimpulan dan saran. Pada poin kesimpulan membuat intisari dari
penjabaran analisis hukum lalu dilanjutkan dengan pemberian saran. Terakhir yakni tanda
tangan atau stempel oleh pembuat Legal Opinion.
7. Bagaimana langkah-langkah atau tahapan dalam penyusunan legal opinion?
A. Identifikasi Fakta Hukum
1. Identifikasi fakta hukum dan bukan fakta hokum.
2. Fakta hukum menjadi dasar/obyek analisis kasus.
B. Identifikasi Masalah Hukum (legal issue)
1. Identifikasi seluruh permasalahan hokum
2. Permasalahan hukum diklasifikasi untuk memberikan fokus dan arah analisis hukum.
3. Masalah atau isu hukum dirumuskan secara tepat.
C. Inventarisasi Aturan sebagai Dasar Hukum Analisis
1. Mengumpulkan aturan-aturan yang diterapkan untuk analisis dan pemecahan masalah
hukum.
2. Jika ada pertentangan atau ketidaksesuaian antara aturan yang ada, tentukan aturan yang
berlaku berdasarkan prinsip-prinsip hukum.
E. Buat Analisis Hukum
1. Permasalahan dianalisis dengan menggunakan dan mengacu fakta hukum dan aturan yang
telah diidentifikasi.
2. Analisa juga dilengkapi dengan pendapat dan putusan-putusan pengadilan untuk
memahami makna dari setiap aturan.
3. Setiap kemungkinan jawaban harus dibahas dan dianalisis argumentasi yang paling kuat.
F. Buat Kesimpulan
1. Menarik kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan.
2. Kesimpulan harus menjawab pertanyaan permasalahan hukum, bertentangan atau tidak,
diperbolehkan atau tidak, berdasar hukum atau tidak.
3. Berikan kesimpulan tentang posisi klien.
4. Rumuskan sejumlah rekomendasi yang harus dilakukan klien
5. Rumuskan rekomendasi strategi yang bisa dijalankan dalam penanganan perkara kedepan.
7. Harus dihindari memberikan janji-janji
8. Apa manfaat legal opinion bagi profesi hukum ?
-Legal Opinion merupakan jawaban seorang sarjana hukum, mengenai pertanyaan seorang
klien yang sedang menghadapi persoalan hukum. Apabila pendapat hukum seorang sarjana
hukum ini dijadikan oleh hakim sebagai tempat menemukan hukum maka pendapat hukum
tersebut sudah bisa dikatakan sebagai doktrin.

-Bahwa Legal Opinion sangat diperlukan sebagai bahan pertimbangan bagi para pihak yang
berkepentingan dan sedang mengalami permasalahan hukum agar dapat membuat dan
mengambil suatu keputusan atau tindakan yang tepat berkenaan dengan masalah yang
dihadapi.
9. Apa saja muatan isi yang terkandung pada legal opinion ?
Isi legal opinion memuat :
-Identitas klien/perusahaan/orang yang meminta legal opinion.
-Duduk perkara atau permasalahan hukum yang dihadapi.
-Peraturan yang berlaku dan sesuai dengan permasalahan hukum.
-Analisis hukum dari permasalahan dikaitkan dengan aturan yang berlaku.
-Kesimpulan dan saran untuk klien/perusahaan/orang yang meminta legal opinion.
10. Menurut saudara, bagaimana idealnya menyusun legal opinion yang baik dan
benar ?
Menurut saya, LO pada hakikatnya dibuat untuk menjawab isu tertentu. Isu ini
umumnya muncul dari klien. Oleh sebab itu, suatu LO harus dibuat secara terfokus, sistematis,
dan proporsional. LO biasanya hanya terdiri dari 3-5 halaman. Untuk itu, LO harus fokus hanya
memuat persoalan yang ditanyakan, tidak mengulas hal-hal di luar itu. LO juga harus sistematis
agar uraiannya mudah dipahami. Memang tidak ada format baku untuk sebuah LO, tetapi LO
yang baik dan benar minimal terdiri dari: (1) duduk perkara, (2) dasar hukum yang dapat
diidentifikasi dan relevan,(3) pendapat hukum, dan ditutup dengan (5) kesimpulan, yang di
dalamnya mencakup saran atau rekomendasi.
Dalam penulisan LO ini, proporsionalitas harus dijaga. Bagian yang paling penting
adalah pendapat hukum, sehingga porsi yang diberikan untuk bagian ini harus yang paling
banyak. Ia akan mendominasi halaman yang tersedia dalam LO yang dibuat.

Anda mungkin juga menyukai