Tugas Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Legal opini
Dosen Pengajar: Bapak Irawan hadiwinata, SH., Sp.N., MH dan Ibu Rini Purwaningsih, SH., MH.
Oleh:
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TRISAKTI
2021
Istilah Legal Opinion atau Pendapat Hukum bukanlah istilah yang asing, terutama bagi seorang
Sarjana Hukum yang berkerja dan praktik di bidang hukum. Baik itu yang bekerja di Kantor
Hukum, sebagai Konsultan Hukum1 atau bekerja di perusahaan-perusahaan swasta (umumnya
badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas) dan perusahaanperusahaan milik negara (BUMN
dan BUMD), yang di dalam struktur organisasinya sudah mempunyai bagian hokum sendiri.
Memang menjadi kebanggaan tersendiri bila seseorang dapat memberikan suatu legal
opinion minimal di dalam bentuk lisan, bahkan lengkaplah ia menjadi seorang Sarjana
Hukum apabila dengan pengetahuan dan ketrampilannya dapat memberikan suatu legal
opinion dalam bentuk tertulis. Oleh karena itu baik tidaknya suatu legal opinion sangat
bergantung kepada kemampuan intelektual ditambah dengan pengalaman mereka yang sudah
berkecimpung di bidang hukum.
Legal Opinion adalah surat yang dibuat dan dikeluarkan oleh Konsultan Hukum mengenai
kondisi dan posisi para pihak dalam suatu transaksi serta konsekuensi hukum yang timbul dari
tindakan yang akan di lakukan oleh para pihak. Dalam praktek memorandum mempunyai
format tertentu karena mempunyai sifat yang lebih luas dengan menggunakan fakta secara
jelas, jadi tidak sekedar opinion seperti dalam legal opinion.
Sistematika Legal Opinion
Keterbukaan (biasanya hanya digunakan dalam lingkup Pasar Modal untuk melindungi
kepentingan publik).
Prinsip ini menekankan bahwa konsultan hukum wajib mengungkapkan adanya
pelanggaran hukum yang akan atau telah dilakukan perusahaan, ketentuan yang tidak
lazim dalam dokumen korporasi atau dokumen lainnya, dsb, yang dapat menimbulkan
risiko bagi perusahaan. Perlu dipahami, bahwa dalam Pasar Modal, prinsip Keterbukaan
ini tidak melanggar Pasal 19 UU Advokat mengenai kewajiban untuk menjaga
kerahasiaan klien, karena aspek hukum dari segi pasar modal merupakan pengecualian
yang diatur lebih spesifik di UU Pasar Modal.
Materialitas (biasanya hanya digunakan dalam lingkup Pasar Modal untuk melindungi
kepentingan publik & calon investor).
Legal Opinion dilakukan dengan memperhatikan prinsip materialitas yang berupa
informasi atau fakta material yang relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang
dapat mempengaruhi harga Efek pada Bursa Efek atau keputusan investor, calon
investor atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut.
Konsultan Hukum wajib menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melihat
materialitas dari materi Legal Opinion agar pelaksanaan prinsip keterbukaan dapat
terpenuhi.
1. Reasoned opinions atau pendapat hukum yang beralasan dimana pendapat yang
beralasan merupakan analisa hukum dalam ukuran factual specific dan klarifikasi menjadi:
o Interpretatiom opinion yaitu pendapat yang merupakan interpretasi untuk masalah
tertentu akibat hujum dari kesatuan fakta
o Advice opinion yaitu pendapat yang berupa nasehat untuk menerangkan suatu akibat
atau hasil akhir
2. Transaction opinion adalah pendapat hukum dalam transaksi bisnis pada pembelian atau
penjualan usaha atau investasi, saham-saham,obligasi, surat-surat berharga, kredit bank,
restrukturisasi hutang, akusisi, marger,konsolidasi, serta go public, dimana pendapat
konsultan hukum diperlukan sebagai bagian dari closinh (penyelesaian)
Pada saat sekarang ini, terdapat 2 (dua) jenis legal opinion yang kita temukan di dalam praktek.
1. Legal Opinion Umum: Apabila seorang klien datang kekantor konsultan hukum hanya untuk
sekedar meminta legal opinion tentang masalah hukum apapun yang sedang dihadapinya, baik
yang menyangkut dengan bisnis ataupun cuma menyangkut dengan masalah-masalah hukum
keluarga atau hukum pribadi. Dalam hal seperti ini, seorang konsultan hukum akan
memberikan opinionnya sesuai dengan peraturan dan praktek hukum yang ada. Tentunya legal
opinion seperti ini akan sangat bervariasi dan membidangi hampir seluruh masalah atau bidang
hukum yang ada. Karena itu legal opinion seperti ini dapat kita sebut dengan legal opinion yang
“umum”.
2. Legal Opinion Dalam Kegiatan Tertentu: Legal Opinion tersebut adalah jelas peruntukannya,
dan biasanya dimintakan oleh suatu perusahaan atau suatu lembaga kepada sebuah kantor
konsultan hukum atau dapat juga diminta oleh seorang Direktur sebuah perusahaan kepada
bagian hukum, untuk dimintakan pendapat hukumnya dalam suatu transakasi. Legal Opinion
dalam kegiatan tertentu tersebut, antara lain:
Legal opinion nomor 2 sampai 8, adalah legal opinion yang sudah jelas peruntukannya, sehingga
sudah dapat kita tentukan aspek-aspek hukum dan pembatasan-pembatasan apa saja sebagai
dasar kita untuk memberikan opinionnya. Legal opinion nomor 1 biasanya tanpa menggunakan
legal audit, sedangkan nomor 2 sampai dengan 8 dapat ditambahkan dengan legal audit, khusus
untuk legal opinion dalam rangka go public wajib menggunakan legal audit terlebih dahulu.
2. antara klien dengan kita harus mencari cara yang mudah dan tidak memakan waktu
5.terbatas pada yurisdiksi, jadi terbatas pada kasus tertentu, tidak ada pihak lain karena legal
opinion adalah hubungan kita dengan klien
Pemeriksaan Hukum dilakukan dan Laporan Pemeriksaan Hukum dibuat dengan dasar ruang
lingkup dan pembatasan sebagai berikut dibawah ini, tanpa mengurangi dasar, ruang lingkup
dan pembatasan lain serta asumsi yang diberikan dalam bagian lain Laporan Pemeriksaan
Hukum.
Pemeriksaan Hukum dilakukan tidak hanya didasarkan kepada pemeriksaan dan penafsiran atas
apa yang tertulis dalam dokumen-dokumen yang diberikan kepada konsultan hukum, tetapi
juga berdasarkan kepada substansi dari dokumendokumen tersebut, dan jika tidak tersedia
dokumen yang mendukung suatu transaksi hukum yang melibatkan Perseroan dan/atau harta
kekayaannya yang dianggap penting dan material, konsultan hukum mendasarkannya pada
fakta-fakta yang sepanjang pengetahuan mendukung hubungan hukum yang nyata sesuai
dengan konsep-konsep, praktek-praktek dan kebiasaan-kebiasaan hukum sepanjang
pengetahuan konsultan hukum berlaku di Indonesia untuk transaksi atau hubungan hukum
termaksud, dan sepanjang diperlukan, konsultan hukum mendasarkan juga pada pernyataan-
pernyataan dan penegasan-penegasan tertulis yang diberikan oleh Perseroan dan/atau pihak-
pihak lain yang terikat.
1. ASUMSI-ASUMSI
Bahwa tanda tangan atas semua dokumen asli yang diberikan atau diperlihatkan oleh
Perseroan dan/atau pihak ketiga kepada konsultan hukum dalam rangka
Perseroan adalah asli, dan dokumen-dokumen asli yang diberikan atau diperlihatkan
kepada konsultan hukum adalah otentik, dan bahwa dokumen-dokumen yang diberikan
kepada konsultan hukum dalam bentuk fotocopi atau salinan adalah sesuai dengan
aslinya.
Bahwa Perseroan telah memenuhi setiap dan semua kewajiban-kewajibannya
sebagaimana berlaku terhadap Perseroan dan/atau harta kekayaan yang konsultan
hukum anggap penting dan material. Bahwa informasi, fakta dan pendapat yang dimuat
dalam Laporan Pemeriksaan Hukum ini dapat terpengaruh bilamana asumsi-asumsi
tersebut diatas tidak tepat atau tidak benar atau tidak sesuai dengan kenyataannya.
2. PEMERIKSAAN SETEMPAT
Untuk mendapatkan gambaran nyata secara fisik mengenai usaha dan kegiatan
Perseroan serta fasilitas usaha yang dimilikinya, konsultan hukum akan melakukan
peninjauan setempat atas fasilitas-fasilitas dan tempat-tempat usaha Perseroan.
Pemeriksaan setempat tersebut, tidak dapat diasumsikan atau berarti bahwa konsultan
hukum telah memberikan suatu pendapat hukum bahwa Perseroan telah 10 secara sah
memiliki dan/menguasai dan/atau dapat menggunakan fasilitas dan tempat usahanya
tersebut.
3. DOKUMEN-DOKUMEN YANG DIPERIKSA
Konsultan Hukum telah menerima dari Perseroan, dan sesuai dengan dasar, ruang
lingkup dan pembatasan Pendapat Hukum tersebut diatas, konsultan hukum akan
memeriksa serta meneliti, dokumen-dokumen yang diberikan atau tersedia, baik
menyangkut aspek-aspek hukum dari Perseroan dan kegiatan usahanya maupun yang
menyangkut (misalnya RESTRUKTURISASI) Perseroan termasuk
a. Akta pendirian dan anggaran dasar beserta perubahanperubahanya;
b. Dokumen-dokumen sehubungan dengan struktur permodalan, pengalihan
saham dan komposisi kepemilikan para pemegang saham Perseroan sejak
didirikan sampai dengan tanggal pendapat hukum sebagaimana diuraikan
lebih lanjut dalam pendapat hukum;
c. Pemeriksaan dokumen sehubungan dengan Rapat Umum Tahunan Para
Pemegang Saham, Keputusan Rapat Umum Luar Biasa Para Para Pemegang
Saham, Rapat Direksi dan Rapat Komisaris Perseroan sebagaimana dijelaskan
dalam pendapat hukum;
d. Dokumen-dokumen perijinan yang telah dimiliki oleh Perseroan yaitu ijin-ijin,
pendaftaran-pendaftaran, persetujuan-persetujuan serta pengesahan-
pengesahan penting;
e. Pemeriksaan atas dokumen-dokumen asset dalam bentuk fotokopi deposito,
rekening koran, piutang terhadap pihak ketiga, sertipikat, daftar kendaraan
bermotor, daftar inventaris kantor, polis asuransi, yang semuanya atas nama
perseroan;
f. Dokumen-dokumen sehubungan dengan pemenuhan kewajiban formal
perseroan terhadap para karyawannya;
g. Dokumun-dokumen sehubungan dengan penyampaian Surat Pemberitahuan
Pajak (SPT);
h. Dokumun-dokumen sehubungan dengan kewajiban formal perseroan
dibidang lingkungan hidup;
i. Laporan keuangan perseroan yang terdiri dari Neraca dan Perhitungan Laba
Rugi perseroan;
j. Dokumen-dokumen penting dan material lainnya yang kami anggap perlu
untuk diperiksa sehubungan dengan (misalnya RESTRUKTURISASI) perseroan.
Setelah memeriksa dan meneliti dokumen-dokumen tersebut diatas dan atas dasar data,
informasi-informasi, fakta-fakta dan keterangan-keterangan, pernyataanpernyataan serta
penegasan-penegasan yang diberikan Perseroan kepada konsultan hukum atau tersedia untuk
konsultan hukum, yang independen dalam rangka (misalnya RESTRUKTURISASI) Perseroan, dan
atas dasar, ruang lingkup, pembatasan dan asumsi-asumsi tersebut diatas serta menunjuk
kepada Laporan Pemeriksaan Hukum, maka pendapat hukum konsultan hukum adalah sebagai
berikut:
Memorandum
Catatan atau instrumen informal yang mewujudkan sesuatu yang ingin diperbaiki oleh para
pihak dalam ingatan dengan bantuan bukti tertulis, atau yang berfungsi sebagai dasar kontrak
atau akta formal di masa depan. Pernyataan tertulis singkat yang menguraikan ketentuan
perjanjian atau transaksi. Komunikasi antar kantor informal
Untuk legal memorandum format yang dibahas dalam legal memorandum kurang lebih mirip
dengan legal opinion secara umum, namun bahasannya dalam bidang yang lebih luas.
Keduanya pun sama, membandingkan apakah perbuatan tersebut melanggar peraturan yang
berlaku atau tidak. Lalu apa bedanya? Legal opinion dibuat oleh legal auditor/advokat yang
diminta oleh kliennya. Sedangkan legal memorandum dapat dibuat oleh mahasiswa hukum.
Legal memorandum juga bisa diajukan sebagai karya ilmiah akhir sebagai pengganti skripsi.
Pada umumnya format legal memorandum memuat hal-hal seperti heading, statement of
assignment, issues, brief answer, statement of facts, analysis atau discussion, dan conclusion
sebagai penutup.
Sedangkan legal drafting berkaitan dengan perancangan hukum yang dibuat oleh subjek hukum
baik perorangan dan/atau badan hukum (lembaga yang berwenang), yaitu dalam bentuk MoU,
perjanjian kerja sama, perjanjian/kontrak. Legal drafting menjadi kebutuhan bagi setiap
perusahaan sebagai tata aturan atau acuan dalam melakukan sesuatu. Untuk mempermudah
proses kerjanya, perusahaan akan membuat beberapa dokumen pengikat, seperti adanya janji
pra kontrak yang berisi tentang klausula-klausula penting dalam kontrak.
Pengaturan MoU pada ketentuan buku III KUH Perdata yang sifatnya terbuka membawa
konsekuensi pada materi muatan atau substansi dari MoU yang terbuka pula. Artinya para
pihak diberi kebebasan untuk menentukan materi muatan MoU akan mengatur apa saja,
sepanjang tidak bertentangan dengan hukum, dan norma kepatutan, kehati-hatian dan
susila yang hidup dan diakui dalam masyarakat, serta sepanjang penyusunan MoU itu
memenuhi syarat-syarat sahnya sebuah perjanjian sebagaimana tertuang dalam Pasal 1320
KUHPerdata.
Legal Memorandum Dibuat dalam rangka menjawab masalah-masalah hukum tertentu, yang
dihadapi subjek hukum pada kasus atau situasi kongkrit tertentu. Jawaban atas permasalahan
dalam suatu kasus kongkrit pada legal memorandum ini, dibuat dalam suatu legal opinion yang
bersifat praktis serta dimaksudkan sebagai nasihat yuridis bagi subjek hukum termaksud dalam
kasus itu, sehingga dapat dilaksanakan secara nyata. Pada dasarnya penulisan legal
memorandum/memorandum hukum ini bertujuan untuk mengetahui :
bagaimana kedudukan klien dalam perkara yang sedang dihadapi, ditinjau dari aturan-aturan
hukum positif yang berlaku;
Sistematika penulisan suatu Legal memorandum atau Memorandum hukum adalah sebagai
berikut :
b. Penjelasan :
Kasus Posisi
Pada bagian ini penulis harus menguraikan secara jelas dan lengkap mengenai
kasus posisi yang akan dibahas dalam memorandum hukum, dalam hal ini kasus
yang diuraikan secara sistematis sehingga siapapun yang membaca dapat
memahami permasalahan yang timbul.
Permasalahan Hukum
Pada bagian ini diuraikan beberapa permasalahan yang mungkin timbul atau
memang menjadi masalah utama dalam kasus termaksud, yang mana
membutuhkan penganalisisan secara hukum. Permasalahan hukum dapat dibuat
dengan jumlah yang disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan akan
penjelasan serta solusi atas kasus tersebut.
Pemeriksaan Dokumen
Pada bagian ini dipaparkan berbagai macam isi peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan berhubungan dengan kasus yang dibahas serta akan digunakan
pada pembahasan kasus tersebut, yang disusun secara sistematis.
Pendapat Hukum
Pada bagian ini penulis membahas, mengkaji dan menganalisis kasus yang
dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana
telah diuraikan pada bagian sebelumnya, dan apabila diperlukan penulis dapat
pula mengkaji kasus ini dengan menghubungkannya pada suatu konsep, asas,
doktrin atau suatu rancangan undang-undang yang relevan dengan kasus yang
dibahas ini, secara sistematis.
Simpulan dan Rekomendasi
Pada bagian ini kesimpulan merupakan jwaban dari permasalahan hukum yang
telah dikemukakan pada bagian awal, sedangkan saran merupakan masukan-
masukan penulis apabila ternyata ada persoalan pada kasus tersebut yang tidak
ditemukan solusinya secara maksimal
RAHASIA DAGANG
Berdasarkan Undang Undang No 30 Tahun 2000 Pasal 1 menyatakan bahwa Rahasia Dagang
adalah informasi yang tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis,
mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan dijaga kerahasiaannya
oleh pemilik Rahasia Dagang, dari pengertian ini Rahasia Dagang tidaklah didaftarkan seperti
HKI yang lainnya tetapi secara otomatis mendapatkan perlindungan hukum jika telah
mengandung unsur-unsur yang telah disebutkan dalam pengertian Rahasia Dagang. Rahasia
Dagang dilindungi oleh Undang-undang seiring dengan lahirnya informasi yang terkait dan
mulai berfungsi dalam kegiatan perekonomian.
Rahasia Dagang dapat dicatatkan apabila terjadi pengalihan atau lisensi kepada pihak lain.
Pencatatan ini hanya berkaitan dengan data administratif lisensi atau pengalihan hak tanpa
perlu mengungkapkan isi dari informasi rahasia tersebut, sedangkan dalam Undang-Undang No
13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 52 ayat (1) perjanjian kerja dibuat atas dasar :
1. Kesepakatankeduabelahpihak;
2. Kemampuanataukecakapanmelakukanperbuatanhukum;
3. Adanyapekerjaanyangdiperjanjikan;dan
Pasal 52 ayat (1) huruf a mengatakan bahwa adanya kesepakatan kedua belah
pihak sehingga disini memungkinkan para pihak yaitu pengusaha dan pekerja membuat
perjanjian kerja yang mana dalam perjanjian tersebut dicantumkan bahwa rahasia dagang
masih akan tetap terjaga meski perjanjian kerja telah usai, karena rahasia dagang bersifat
seterusnya. Rahasia dagang masa perlindungannya tidak terbatas selama belum diketahui oleh
umum dan selama unsur rahasia masih terpenuhi karena pada dasarnya dalam Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2000
Tentang Rahasia Dagang tidak memberikan batasan terkait dengan jangka waktu perlindungan.
Perlindungan Rahasia Dagang yang diberikan oleh Negara bersumber pada hubungan
keperdataan antara pemilik Rahasia Dagang dan pemegang Rahasia Dagang atau penerima
lebih lanjut hak Rahasia Dagang dalam bentuk lisensi Rahasia Dagang dengan pihak ketiga yang
tidak berhak untuk melakukan tindakan-tindakan (hukum) yang secara komersial
memanfaatkan Rahasia Dagang tersebut, termasuk yang melakukan pemberian informasi
Rahasia Dagang secara tidak benar, dan yang memperolehnya secara berlawanan dengan
hukum. Hubungan keperdataan tersebut pada dasarnya memiliki ketentuan khusus yang
mengatur secara eksklusif, baik yang bersumber dari perjanjian,