Istilah pemeriksaan dari segi hukum atau sering disebut dengan due diligence
bukanlah hal yang baru dalam perkembangan hukum bisnis. Sejak percepatan
perekonomian melalui IPO (Initial Public Offering) sehingga setiap emiten
dipersyaratkan oleh lembaga berwenang harus menunjuk advokat untuk melakukan
pemeriksaan dari segi hukum atas perusahaannya. Ketika seorang investor
memutuskan menanam modal dalam perusahaan biasanya ada proses riset yang
tuntas yang disebut pemeriksaan hukum sehingga investor bertanggung jawab sebelum
membeli, atau ketika sebuah perusahaan asing akan melakukan akuisisi terhadap
perusahaan dalam negeri, maka pemeriksaan dari segi hukum adalah sebuah
keniscayaan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Dari pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa pemeriksaan dari segi hukum
atau due diligence adalah sebuah mekanisme dari suatu verifikasi yang komplek
terhadap keberadaan suatu subyek hukum berikut aktivitas-aktivitas yang dilakukannya
dari sudut pandang hukum yang dilakukan secara obyektif dan sistematis berdasarkan
sistem hukum nasional yang berlaku.
Ketentuan tentang apa yang dimaksud dengan Uji Tuntas (Due Diligence) merupakan
suatu analisa yang akan dibahas/ dikaji, yang terbagi dalam 2 (dua) hal, sebagai berikut
: Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 129 Tahun 2001 Tentang
“Pengkajian Pengelolaan Komplek Keuangan”. Pertama, Laporan Pemeriksaan
Keuangan yang telah resmi milik perusahaan (Legal Financial Audit), yaitu :
Pemeriksaan dalam aspek keuangan perusahaan, baik kaitannya dengan aspek
perpajakan maupun ketenagakerjaan; Kedua, Laporan Pemeriksaan Hukum (Legal
Audit), yaitu : Pemeriksaan dalam aspek hukum, baik kaitannya dengan undang-
undang perpajakan maupun undang-undang ketenagakerjaan, misalnya: Pencabutan
Izin Usaha : Bapepam-LK Mencabut Izin Usaha Perusahaan Efek sebagai Perantara
Pedagang Efek atas nama PT Capital One (NPWP: 02.296.392.0-041.000) melalui
Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-27/BL/2010 tanggal 19 Februari 2010.
Dengan dicabutnya Izin tersebut, PT Capital One dilarang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek, serta diwajibkan untuk menyelesaikan segala
kewajibannya dengan pihak lain yang berkepentingan. Pencabutan Izin Orang
Perseorangan: Pencabutan Izin Orang Perseorangan sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek, atas Nama Hendro Wiyanto (Direktur Utama PT Antaboga
Deltasekuritas Indonesia) melalui Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-
02/BL/WPPE/S.5/2010 tanggal 21 Januari 2010, dikarenakan melanggar Peraturan
dan Perundang-undangan Pasar Modal yang berlaku.
Due diligence bertujuan untuk mendapatkan suatu gambaran atau informasi aspek hukum
mengenai suatu perusahaan, harta kekayaan tertentu atau hubungan hukum tertentu sehingga
hasil due diligence merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan
(misalnya investor) dalam mengambil keputusan sehubungan dengan transaksi yang akan
dilakukan, seperti akuisisi saham atau harta kekayaan, merger, konsolidasi, emisi efek ataupun
pemberian pinjaman.
Selain itu juga dibicarakan mengenai waktu dan tempat yang diberikan
untuk due diligence dan bentuk laporan due diligence. Hal ini perlu bukan hanya karena
aspek logistic saja (berapa orang yang harus dikerahkan dalam pemeriksaan ini dan
karenanya berapakah perkiraan biayanya), tetapi juga apakah waktu yang diberikan
realistis. Perlu dicatat juga seringkali klien (terutama dalam transaksi yang melibatkan
banyak negara misalnya: dalam global acquisition) mempunyai format laporan sendiri
dan kemungkinan format itu tidak sesaui dengan keadaan Indonesia.
- Pemeriksaan melalui tanya jawab dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan
pihak manajemen dan pihak yang ditunjuk oleh manajemen, serta pihak terkait lainnya
yang berhubungan dengan obyek transaksi.
- Pemeriksaan Fisik atau lokasi (Site Visit).Biasanya dilakukan atas tanah dan
bangunan. Sebagai catatan dalam melakukan pemeriksaan dilapangan, usahakalah
untuk mendapatkan informasi dari data atau sumber langsung dilapangan. Seperti dari
desa, kecamatan atau kantor pertanahan.
- Pemeriksaan berdasarkan informasi (pernyataan tertulis). Hal ini biasanya dilakukan
dengan cara meminta keterangan dari pengadilan (pemeriksaan hukum) tentang
adanya sengketa atau tidak.
- Konfirmasi (Cross Checking) dengan lembaga atau profesi penunjang pasar modal
lainnya.Apabila diperlukan sehubungan dengan transaksi yang dilakukan, Konsultan
Hukum dapat melakukan komunikasi dengan lembaga atau profesi penunjang pasar
modal lainnya guna melakukan konfirmasi (cross checking) atas hasil Uji Tuntas yang
dilakukannya dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga atau profesi
penunjang pasar modal lainnya.
Subyek Due Diligence atau yang dapat melakukan due diligence adalah satu
orang atau lebih yang ahli dalam bidang hukum dan terikat dengan pernyataan sebagai
suatu profesi, yang diminta dan diberikan kewenangan oleh klien untuk melakukan due
diligence.
- Obyek Due Diligence
Artinya hal-hal yang harus diperiksa dalam suatu due diligence. Untuk
menentukan obyek due diligence, seorang lawyer perlu terlebih dahulu mengetahui
transaksi yang akan dilakukan. Obyek Due diligence wajib ditaati namun tidak dapat
ditafsirkan sebagai daftar yang lengkap (exhaustive list). Oleh karena itu, dalam rangka
memperoleh informasi dan fakta material lawyer/ Konsultan Hukum wajib menambah
obyek due diligence yang tidak terdapat dalam ketentuan lazim apabila berdasarkan
pertimbangan profesionalnya penambahan obyek due diligence tersebut sepatutnya
atau seharusnya dilakukan.
Pada umumnya hal-hal yang sekurang-kurangnya menjadi obyek dalam due
diligence, antara lain :
Ø Dokumen pendirian dan segala perubahannya.
Ø Struktur permodalan dan saham.
Ø Susunan pemegang saham, direksi dan komisaris.
Ø Perizinan dan persetujuan.
Ø Harta kekayaan.
Ø Asuransi.
Ø Tenaga kerja.
Ø Perjanjian dengan pihak ketiga
- perjanjian pinjaman
- perjanjian lisensi
- perjanjian lain.
Ø Perkara dan sengketa.
Akan tetapi ada juga sumber yang membagi-bagi terlebih dahulu dalam:
b) Notulen Rapat
Pemeriksaan terhadap notulen rapat, antara lain:
• Notulen Rapat Direksi.
• Notulen Rapat Komisaris.
• Notulen Rapat Umum Pemegang Saham.
Notulen rapat tersebut adalah notulen rapat yang diselenggarakan dalam 5 (lima)
tahun terakhir, dengan memperhatikan jangka waktu penyimpanan dokumen oleh
Perusahaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Khusus untuk notulen rapat yang berhubungan dengan perubahan ketentuan anggaran
dasar dan pengalihan saham diperlukan pemeriksaan sejak pendirian Perusahaan.
f) Aset
Pemeriksaan atas aset meliputi aset bergerak dan tidak bergerak.
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai aset:
• Status kepemilikan atau penguasaan atas aset.
• Sengketa atas aset yang dimiliki atau dikuasai Perusahaan, apabila ada.
• Pembebanan atas aset yang dimiliki atau dikuasai Perusahaan. Konsultan Hukum wajib
melakukan konfirmasi (cross checking) dengan lembaga atau profesi penunjang yang
melakukan penilaian atas aset.
g) Asuransi
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai asuransi:
• Penanggung.
• Jenis asuransi.
• Resiko yang ditanggung.
• Obyek yang diasuransikan.
• Jumlah pertanggungan.
• Jangka waktu asuransi.
• Klausula bank, bila ada.
Konsultan Hukum wajib memperoleh pernyataan dari direksi mengenai apakah
seluruh aset material Perusahaan telah diasuransikan dan apakah jumlah
pertanggungan adalah memadai untuk mengganti obyek yang diasuransikan atau
menutup resiko yang dipertanggungkan.
h) Ketenagakerjaan
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai ketenagakerjaan:
§ Bukti pendaftaran tenaga kerja perusahaan.
§ Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau Peraturan Perusahaan.
§ Penggunaan tenaga kerja asing.
§ Jaminan sosial karyawan dan keikutsertaan dalam program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (JAMSOSTEK).
§ Program dana pensiun untuk karyawan.
§ Pemenuhan ketentuan Upah Minimum Regional (UMR).
§ Izin-izin khusus di bidang ketenagakerjaan (misalnya untuk mempekerjakan karyawan di
malam hari).
b. Pada Penawaran Umum Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD)
Pada pelaksanaan Uji Tuntas untuk kepentingan Penawaran Umum dengan HMETD,
obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum adalah sama dengan
obyek Uji Tuntas untuk kepentingan Penawaran Umum, namun hanya menyangkut
informasi atau fakta material yang berlaku pada saat dilakukannya Uji Tuntas
sehubungan Penawaran Umum dengan HMETD tersebut, dengan memperhatikan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Penjelasan : Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada
Transaksi Benturan Kepentingan, antara lain ; (a) dokumen-dokumen, sesuai dengan
aspek-aspek yang perlu dianalisa dan (b) peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang mengatur Transaksi Benturan Kepentingan, (c) dengan memperhatikan
kepentingan pemodal.
1. Prinsip Keterbukaan.
Uji Tuntas yang dilakukan untuk memenuhi prinsip keterbukaan di pasar modal, agar
kepentingan umum/ publik tetap terlindungi. Namun, tetap harus mengungkapkan,
apabila ada pelanggaran, kelalaian, ketentuan-ketentuan yang tidak lazim dalam
dokumen korporasi, informasi, atau fakta lain yang secara material dapat menimbulkan
risiko yang kurang baik bagi Perusahaan.
Prinsip Materialitas.
Uji Tuntas yang dilakukan, yaitu : informasi atau fakta yang dapat mempengaruhi nilai
efek atau keputusan pemodal. Materialitas atas obyek Uji Tuntas harus dilihat dari
pengaruhnya terhadap operasional atau kelangsungan usaha dari Perusahaan. Namun,
harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melihat materialitas dari
obyek Uji Tuntas, agar dalam pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal menjadi
dapat tercapai, misalnya :
Suatu perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran radio, perusahaan tersebut
memiliki sebidang tanah dan atas tanah terdapat suatu sengketa. Tanah tersebut bila
dilihat dari pembukuan keuangan, nilainya tidak terlalu besar dan tampak tidak
“material” bila dibandingkan dengan nilai dari aset-aset lain yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Namun, bila dilihat dari operasional perusahaan, tanah tersebut
merupakan aset yang material bagi perusahaan, karena di atas bidang tanah tersebut
terletak sebuah pemancar radio yang merupakan aset utama bagi perusahaan untuk
menjalankan kegiatan usahanya. Dengan demikian, bila Perusahaan kalah dalam
penyelesaian sengketa atas tanah yang dihadapi, maka kekalahan tersebut akan
mempengaruhi secara material kegiatan usaha dan pada akhirnya keadaan keuangan
Perusahaan.
Tujuannya adalah mempersiapkan prosedur yang akan dijalankan, karena hal ini akan
memudahkan tim yang akan melakukan proses uji tuntas.
Kegiatan yang dilaksanakan, antara lain :
Memahami bisnis klien, dengan melakukan review atas semua dokumen
pendukung, seperti: Legal Review, laporan audit, laporan keuangan selama beberapa
periode, rencana bisnis perusahaan, dll.
Memahami sistem & prosedur perusahaan, struktur organisasi termasuk delegasi
kewenangan memutus.
Menyusun rencana pemeriksaan/penelitian lebih lanjut.
Ø Tahap 2 : Pelaksanaan Pekerjaan
Melakukan penelitian dilapangan sesuai dengan tahapan program yang telah di susun,
yaitu:
Mengumpulkan data yang dibutuhkan, antara lain: laporan keuangan, ledger,
rincian hutang, daftar supplier, rekening koran dan sebagainya.
Akta pendirian perusahaan dan perubahannya, Anggaran Dasar Perusahaan,
ijin-ijin perusahaan yang terkait dengan usahanya.
Review pemeriksaan secara analitis, seperti: a) Analisa review penjualan, HPP,
komisi, dan beban operasi untuk melihat hubungan antara cash flow dan operasional.
b) Analisa saldo piutang dan hutang selama tahun berjalan.
Pemeriksaan secara substantif: a) Konfirmasi dan rekonsiliasi hutang usaha, b)
piutang/hutang afiliasi, dan biaya yang masih harus dibayar. b) Pemeriksaan saldo
hutang dan pembayarannya (pihak ketiga dan afiliasi) ke dokumen faktur pembelian,
bukti penerimaan barang, faktur pajak, rekening koran, bukti transfer, buku kas kasir,
korespondensi dan lain-lain.
Ø Tahap 3 : Menyusun Draft Laporan Keuangan
Pada akhir penugasan akan dikeluarkan laporan atas hasil pemeriksaan uji tuntas.
Untuk memudahkan perlu dibuat out line nya, dan didiskusikan antara pemberi kerja
dan konsultan yang bersangkutan, sehingga tak ada kekurangan di masa akhir
pemeriksaan.
Ø Tahap 4: Mengevaluasi Bisnis Klien
Dari evaluasi diharapkan mendapatkan pemahaman mengenai kondisi bisnis saat ini
dan prospeknya di masa yang akan datang. Adapun kegiatan yang dilakukan, antara
lain :
Menganalisa rencana pengembangan yang telah ada, yang sedang, dan yang
akan dilaksanakan.
Melakukan penelitian tentang prospek industri dan kompetitor yang bergerak di
industri yang sama.
Evaluasi dan analisa (kualitatif dan kuantitatif) terhadap data dan informasi yang
diperoleh.
Ø Langkah 5: Evaluasi Kondisi Keuangan Group
Hal ini sangat diperlukan apabila perusahaan yang diteliti merupakan holding company,
dan memiliki berbagai bidang/jenis usaha. Dari sini juga perlu diteliti, bagaimana sistim
dan prosedur, terutama dalam pendanaan, antara perusahaan holding dan anak
perusahaannya. Ada holding company, yang mensyaratkan bahwa segala pendanaan
harus dilakukan oleh holding, namun ada juga holding company yang membolehkan
anak perusahaan yang bernaung di bawah group nya melakukan pinjaman langsung
kepada pihak ketiga. Adapun kegiatan yang dilakukan, antara lain:
Analisa laporan keuangan baik vertikal, horisontal, dengan tujuan untuk
mengetahui pertumbuhan perusahaan, keuntungan, efisiensi, tingkat pengembalian
investasi dan lain-lain.
Analisa risiko keuangan.
Analisa investasi.
Mengadakan survei lapangan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
atas kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan.
Ø Langkah 6: Penyusunan Proyeksi Keuangan.
Kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan berbagai skenario dan
alternatif restrukturisasi hutang, antara lain menggunakan:
Penetapan asumsi dasar dan operasional.
Rencana pengembangan.
Sustainable debt dan unsustainable debt.
Kondisi pasar lokal/domestik.
Ø Langkah 8: Analisis Dan Alternatif Perbaikan.
Tujuannya untuk memahami kelebihan dan kekurangan dari sisi keuangan, dari
masing-masing alternatif tersebut. Kegiatan yang dilakukan, antar lain:
Membuat financial model untuk menilai beberapa skenario/alternatif perbaikan
struktur hutang dari sisi keuangan.
Menyusun indikator keuangan untuk alternatif-alternatif perbaikan seperti; a)
Risiko yang akan dihadapi oleh kreditur dan manajemen, serta penanggulangan yang
tepat.b) Alternatif-alternatif pendanaan yang tersedia, yang dapat memberikan hasil
optimal bagi kelangsungan usaha, seperti obligasi, pengeluaran saham, pendanaan
dari LN, penjualan aktiva dsb nya. c) Implikasi terhadap value perusahaan.
Ø Langkah 9: Penentuan Alternatif Perbaikan Yang Optimal.