Anda di halaman 1dari 15

Pengertian, Tujuan, Jenis, dan lebih

jauh Tentang Due Diligence


 20.20  Unknown  298 Comments

Pengertian Due Diligence

 
Istilah pemeriksaan dari segi hukum atau sering disebut dengan due diligence
bukanlah hal yang baru dalam perkembangan hukum bisnis. Sejak percepatan
perekonomian melalui IPO (Initial Public Offering) sehingga setiap emiten
dipersyaratkan oleh lembaga berwenang harus menunjuk advokat untuk melakukan
pemeriksaan dari segi hukum atas perusahaannya. Ketika seorang investor
memutuskan menanam modal dalam perusahaan biasanya ada proses riset yang
tuntas yang disebut pemeriksaan hukum sehingga investor bertanggung jawab sebelum
membeli, atau ketika sebuah perusahaan asing akan melakukan akuisisi terhadap
perusahaan dalam negeri, maka pemeriksaan dari segi hukum adalah sebuah
keniscayaan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. 

Due Diligence merupakan istilah yang digunakan untuk konsep yang melibatkan


baik itu kinerja investigasi sebuah bisnis, maupun kinerja suatu aktivitas yang memiliki
“Standard Of Care” tertentu atau dalam istilah bahasa Inggris diistilahkan dengan “Due
Diligence is The process of investigation, performed by investors, into the details of a
potential investment, such as an examination of operations and management and
the verification of material facts”. Laporan Due Diligence ini bisa saja menjadi
sebuah “Legal Obligation”. Due Diligence juga bisa mengacu pada aktivitas yang
berkelanjutan pada manajemen investasi dana untuk mengukur tingkat operasi,
solvency, maupun kepercayaan terhadap manajer perusahaan dimana dana tersebut
diinvestasikan, atau kinerja manajer untuk mencapai target perusahaan. Hasil-hasil dari
investigasi ini disiapkan dalam bentuk Laporan Due Diligence, yang memuat informasi
mengenai pelaksanaan Due Diligence yang telah terjadwal sedemikian rupa, serta
ruang lingkup analisis mengenai target dan resiko yang terkandung di dalamnya. 

Contohnya, target dalam laporan diligence adalah keinginan untuk akuisisi.


Maka, analisisnya akan menjabarkan mengenai kondisi keuangan (Finance Audit) dari
perusahaan dan prospeknya (termasuk asetnya), kontrak dengan klien
maupun Supplier, Legal Risk, pajak, karyawannya, sistem teknologi informasi, maupun
segala sesuatu yang berhubungan dengan perusahaan tersebut.

Pengetahuan tentang Legal Due Deligence merupakan bagian dari Standar


Profesi Konsultan Hukum Pasar Modal (”SPKHPM”) yang dibuat oleh Himpunan
Konsultan Hukum Pasar Modal (”HKHPM”) yang bisa dilaksanakan secara perorangan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam SPKHPM, adalah membuat Laporan Uji
Tuntas dan Pendapat Hukum dalam rangka penerbitan efek-efek dipasar modal (IPO,
Bond Issuance, Rights Issue) dan transaksi-transaksi dipasar modal (Merger,
Acquisition, Conflict of Interest Transactions). 

Sekedar informasi SPKHPM disahkan pada tanggal 18 Februari 2005, yang


mulai diberlakukan pada tanggal 18 Agustus 2005, menggantikan Standar lama yang
telah terlebih dahulu berlaku sejak tanggal 20 Maret 1995. Adapun bentuk hasil akhir
dari pelaksanaan due diligence adalah Laporan Uji Tuntas (due diligence) & Pendapat
Hukum (legal opini).

Apabila demikian, maka pertanyaannya adalah apa sebenarnya yang dimaksud


dengan pemeriksaan dari segi hukum atau due diligence tersebut...?
1. Due diligence berasal dari kata Due artinya sesuatu yang terhutang atau
merupakan kewajiban moral dan diligence artinya ketekunan, kegiatan atau
perhatian.
2. Black’s Law Dictionary: “the diligence reasonably expected from, and ordinarily
exercised by a person who seeks to satisfy a legal requirement or to discharge on
obligation”
3. Menurut beberapa kamus website di internet: “the care that reasonable person
exercises under the circumstance to avoid harm to other persons or their property”.
4. The prosess of investigation performed by investors, into the details of a
potential investment such as an examination of operations and management and
the verification of material facts.

Dari pengertian diatas dapat didefinisikan bahwa pemeriksaan dari segi hukum
atau due diligence adalah sebuah mekanisme dari suatu verifikasi yang komplek
terhadap keberadaan suatu subyek hukum berikut aktivitas-aktivitas yang dilakukannya
dari sudut pandang hukum yang dilakukan secara obyektif dan sistematis berdasarkan
sistem hukum nasional yang berlaku.

Ketentuan tentang apa yang dimaksud dengan Uji Tuntas (Due Diligence) merupakan
suatu analisa yang akan dibahas/ dikaji, yang terbagi dalam 2 (dua) hal, sebagai berikut
: Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 129 Tahun 2001 Tentang
“Pengkajian Pengelolaan Komplek Keuangan”. Pertama, Laporan Pemeriksaan
Keuangan yang telah resmi milik perusahaan (Legal Financial Audit), yaitu :
Pemeriksaan dalam aspek keuangan perusahaan, baik kaitannya dengan aspek
perpajakan maupun ketenagakerjaan; Kedua, Laporan Pemeriksaan Hukum (Legal
Audit), yaitu : Pemeriksaan dalam aspek hukum, baik kaitannya dengan undang-
undang perpajakan maupun undang-undang ketenagakerjaan, misalnya: Pencabutan
Izin Usaha : Bapepam-LK Mencabut Izin Usaha Perusahaan Efek sebagai Perantara
Pedagang Efek atas nama PT Capital One (NPWP: 02.296.392.0-041.000) melalui
Surat Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor Kep-27/BL/2010 tanggal 19 Februari 2010.
Dengan dicabutnya Izin tersebut, PT Capital One dilarang melakukan kegiatan usaha
sebagai Perantara Pedagang Efek, serta diwajibkan untuk menyelesaikan segala
kewajibannya dengan pihak lain yang berkepentingan. Pencabutan Izin Orang
Perseorangan: Pencabutan Izin Orang Perseorangan sebagai Wakil Perantara
Pedagang Efek, atas Nama Hendro Wiyanto (Direktur Utama PT Antaboga
Deltasekuritas Indonesia) melalui Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-
02/BL/WPPE/S.5/2010 tanggal 21 Januari  2010, dikarenakan melanggar Peraturan
dan Perundang-undangan Pasar Modal yang berlaku.

A.   Tujuan Due Diligence

Due diligence bertujuan untuk mendapatkan suatu gambaran atau informasi aspek hukum
mengenai suatu perusahaan, harta kekayaan tertentu atau hubungan hukum tertentu sehingga
hasil due diligence merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi pihak yang berkepentingan
(misalnya investor) dalam mengambil keputusan sehubungan dengan transaksi yang akan
dilakukan, seperti akuisisi saham atau harta kekayaan, merger, konsolidasi, emisi efek ataupun
pemberian pinjaman.

B.   Jenis Due Diligence

Ada dua jenis Due Diligence yaitu:


1. Full Due diligence
Due diligence jenis ini biasanya diminta apabila suatu perusaaan hendak melakukan emisi efek
(go public) ataupun melakukan akuisisi, merger dan konsolidasi. Full Due Diligence merupakan
pemeriksaan lengkap secara menyeluruh yang dilakukan atas seluruh aspek hukum perusahaan,
antara lain:
 Anggaran dasar perusahaan dan seluruh perubahannya.
 Struktur permodalan dan saham.
 Susunan pemegang saham, direksi dan komisaris.
 Perizinan dan persetujuan.
 Harta kekayaan.
 Asuransi.
 Tenaga kerja.
 Perjanjian dengan pihak ketiga.
 Perkara dan sengketa yang melibatkan perusahaan, direksi, dan komisaris serta pemegang
saham.
2. Limited due diligence
Due Diligence jenis ini merupakan pemeriksaan hukum secara per-orangan yang berkaitan
dengan pemberian pinjaman, pemberian lisensi, pengambilalihan asset atau transaksi tertentu
yang berkaitan dengan gaji, pekerjaan, usaha, asset, kepribadian dll.

A. Langkah Awal Due Diligence


 
Langkah awal sebelum melakukan pemeriksaan hukum adalah perlu
dilakukan general meeting dengan para pengambil keputusan dari sebuah perusahaan,
untuk mengetahui secara garis maksud dan tujuan serta filosofis rencana perusahaan,
jika perusahaan dengan skala lebih kecil atau perorangan cukup dengan owner serta
beberapa tenaga ahli atau penasehat perusahaan.

Mula-mula harus terlebih dahulu membicarakan dengan pihak yang meminta


untuk melakukan due diligence, apa tujuan due diligence, apakah dalam rangka
akuisisi, merger, emisi atau tujuan lain. Kemudian ditanyakan apakah due diligence itu
bersifat lengkap (full due diligence) atau hanya mengenai suatu aspek tertentu saja
(limited due diligence), misalnya terhadap asset saja, perjanjian hutang piutang ataupun
perjanjian tertentu saja.

Selain itu juga dibicarakan mengenai waktu dan tempat yang diberikan
untuk due diligence dan bentuk laporan due diligence. Hal ini perlu bukan hanya karena
aspek logistic saja (berapa orang yang harus dikerahkan dalam pemeriksaan ini dan
karenanya berapakah perkiraan biayanya), tetapi juga apakah waktu yang diberikan
realistis. Perlu dicatat juga seringkali klien (terutama dalam transaksi yang melibatkan
banyak negara misalnya: dalam global acquisition) mempunyai format laporan sendiri
dan kemungkinan format itu tidak sesaui dengan keadaan Indonesia.

B. Metode Due Diligence

Pemeriksaan Dokumen. Sebagian besar kegiatan due diligence dilakukan melalui


pemeriksaan dokumen. Dokumen yang diberikan dapat berupa asli atau foto copi.
Dalam melakukan pemeriksaan dokumen dilakukan dengan meneliti dan menganalisa
semua dokumen yang dianggap perlu dan material sehubungan dengan transaksi yang
akan dilakukan, asumsi-asumsinya adalah sebagai berikut:
1. Bahwa dokumen yang diperiksa adalah otentik dan jika hanya dalam salinan
dokumen yang diperlihatkan haruslah salinan tersebut sesuai dengan aslinya.
2. Bahwa tanda tangan yang terdapat dalam suatu dokumen, baik otentik maupun
salinan adalah tanda-tanda otentik dari orang yang disebutkan dalam dokumen
tersebut.
3. Bahwa sampai dengan dikeluarkannya laporan pemeriksaan hukum, dokumen-
dokumen, keterangan-keterangan serta pernyataan-pernyataan yang disampaikan
kepada  advokat adalah benar, lengkap serta tidak mengalami perubahan.
4. Pemeriksaan yang dilakukan melalui tanya jawab.

-  Pemeriksaan melalui tanya jawab dapat dilakukan dengan cara wawancara dengan
pihak manajemen dan pihak yang ditunjuk oleh manajemen, serta pihak terkait lainnya
yang berhubungan dengan obyek transaksi.
-  Pemeriksaan Fisik atau lokasi (Site Visit).Biasanya dilakukan atas tanah dan
bangunan. Sebagai catatan dalam melakukan pemeriksaan dilapangan, usahakalah
untuk mendapatkan informasi dari data atau sumber langsung dilapangan. Seperti dari
desa, kecamatan atau kantor pertanahan.
-  Pemeriksaan berdasarkan informasi (pernyataan tertulis). Hal ini biasanya dilakukan
dengan cara meminta keterangan dari pengadilan (pemeriksaan hukum) tentang
adanya sengketa atau tidak.
- Konfirmasi (Cross Checking) dengan lembaga atau profesi penunjang pasar modal
lainnya.Apabila diperlukan sehubungan dengan transaksi yang dilakukan, Konsultan
Hukum dapat melakukan komunikasi dengan lembaga atau profesi penunjang pasar
modal lainnya guna melakukan konfirmasi (cross checking) atas hasil Uji Tuntas yang
dilakukannya dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh lembaga atau profesi
penunjang pasar modal lainnya.

- Subyek Due Diligence

Subyek Due Diligence atau yang dapat melakukan due diligence adalah satu
orang atau lebih yang ahli dalam bidang hukum dan terikat dengan pernyataan sebagai
suatu profesi, yang diminta dan diberikan kewenangan oleh klien untuk melakukan due
diligence. 

- Obyek Due Diligence

Artinya hal-hal yang harus diperiksa dalam suatu due diligence. Untuk
menentukan obyek due diligence, seorang lawyer perlu terlebih dahulu mengetahui
transaksi yang akan dilakukan. Obyek Due diligence wajib ditaati namun tidak dapat
ditafsirkan sebagai daftar yang lengkap (exhaustive list). Oleh karena itu, dalam rangka
memperoleh informasi dan fakta material lawyer/ Konsultan Hukum wajib menambah
obyek due diligence yang tidak terdapat dalam ketentuan lazim apabila berdasarkan
pertimbangan profesionalnya penambahan obyek due diligence tersebut sepatutnya
atau seharusnya dilakukan.
Pada umumnya hal-hal yang sekurang-kurangnya menjadi obyek dalam due
diligence, antara lain :
Ø    Dokumen pendirian dan segala perubahannya.
Ø    Struktur permodalan dan saham.
Ø    Susunan pemegang saham, direksi dan komisaris.
Ø    Perizinan dan persetujuan.
Ø    Harta kekayaan.
Ø   Asuransi.
Ø   Tenaga kerja.
Ø   Perjanjian dengan pihak ketiga
-          perjanjian pinjaman
-          perjanjian lisensi
-          perjanjian lain.
Ø  Perkara dan sengketa.

Akan tetapi ada juga sumber yang membagi-bagi terlebih dahulu dalam:

a.      Pada Penawaran Umum


Obyek Uji Tuntas dalam rangka Penawaran Umum yang dilakukan oleh pemegang
saham Perusahaan adalah sebagaimana ditentukan dalam peraturan Bapepam
IX.A.12. Obyek Uji Tuntas dalam rangka Penawaran Umum yang dilakukan oleh
Perusahaan, meliputi:

a)      Anggaran Dasar Perusahaan


Pemeriksaan terhadap anggaran dasar, antara lain :
• Akta Pendirian Perusahaan.
• Seluruh perubahan anggaran dasar.
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai Anggaran Dasar adalah:
•  Kegiatan usaha Perusahaan.
•  Ketentuan mengenai pengangkatan direksi dan komisaris.
• Pengaturan dan tata cara mengenai pelaksanaan Rapat-rapat umum baik RUPS
Tahunan maupun RUPS Luar Biasa dan apakah putusan RUPS telah diambil sesuai
dengan ketentuan dalam anggaran dasar.

b)     Notulen Rapat
Pemeriksaan terhadap notulen rapat, antara lain:
• Notulen Rapat Direksi.
• Notulen Rapat Komisaris.
• Notulen Rapat Umum Pemegang Saham.
Notulen rapat tersebut adalah notulen rapat yang diselenggarakan dalam 5 (lima)
tahun terakhir, dengan memperhatikan jangka waktu penyimpanan dokumen oleh
Perusahaan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Khusus untuk notulen rapat yang berhubungan dengan perubahan ketentuan anggaran
dasar dan pengalihan saham diperlukan pemeriksaan sejak pendirian Perusahaan.

c)      Saham dan permodalan


Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai saham adalah:
 Jenis saham yang telah dikeluarkan oleh Perusahaan dan hak-hak yang
melekat pada masing-masing jenis saham tersebut.
 Sejarah kepemilikan saham Perusahaan sejak didirikan hingga dibuatnya
Laporan Uji Tuntas, serta apakah perubahan tersebut telah memenuhi persyaratan
yang ditetapkan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
 Sejarah permodalan Perusahaan sejak didirikan hingga dibuatnya Laporan Uji
Tuntas, serta apakah perubahan tersebut telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dalam anggaran dasar Perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemeriksaan atas saham dan permodalan dapat dilakukan dengan melihat Buku
Daftar Saham dan Buku Daftar Khusus dari Perusahaan.

d)     Direksi dan dewan komisaris


Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai direksi dan dewan komisaris:
• Susunan direksi dan dewan komisaris yang sedang menjabat.
• Identitas diri.
Konsultan Hukum wajib memperoleh surat pernyataan masing-masing anggota direksi
dan dewan komisaris Perusahaan mengenai apakah masing-masing dari mereka
terlibat atau tidak dalam perkara pidana, perdata, kepailitan, pajak, perburuhan,
arbitrase atau perkara lainnya yang sifatnya secara material dapat mempengaruhi
kelangsungan usaha Perusahaan.

e)      Ijin dan persetujuan


Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai ijin dan persetujuan:
• Jenis.
• Jangka waktu.
• Instansi yang menerbitkan.
• Pemegang ijin.
• Hak, kewajiban, dan larangan.
• Sanksi.
• Pentaatan.
Konsultan Hukum wajib melakukan pemeriksaan atas ijin dan persetujuan yang
material yang berhubungan dengan kegiatan usaha, kepemilikan aset tertentu dan
pengelolaan lingkungan dari instansi yang berwenang yang disyaratkan agar
Perusahaan dapat melakukan kegiatan usahanya atau memiliki, menguasai,
menempati, dan menggunakan aset yang dimiliki. Banyaknya jenis ijin dan persetujuan
harus dilihat sesuai dengan kegiatan usaha Perusahaan.

f)       Aset
Pemeriksaan atas aset meliputi aset bergerak dan tidak bergerak.
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai aset:
• Status kepemilikan atau penguasaan atas aset.
• Sengketa atas aset yang dimiliki atau dikuasai Perusahaan, apabila ada.
• Pembebanan atas aset yang dimiliki atau dikuasai Perusahaan. Konsultan Hukum wajib
melakukan konfirmasi (cross checking) dengan lembaga atau profesi penunjang yang
melakukan penilaian atas aset.

g)      Asuransi
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai asuransi:
• Penanggung.
• Jenis asuransi.
• Resiko yang ditanggung.
• Obyek yang diasuransikan.
• Jumlah pertanggungan.
• Jangka waktu asuransi.
• Klausula bank, bila ada.
Konsultan Hukum wajib memperoleh pernyataan dari direksi mengenai apakah
seluruh aset material Perusahaan telah diasuransikan dan apakah jumlah
pertanggungan adalah memadai untuk mengganti obyek yang diasuransikan atau
menutup resiko yang dipertanggungkan.

h)     Ketenagakerjaan
Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai ketenagakerjaan:
§  Bukti pendaftaran tenaga kerja perusahaan.
§  Kesepakatan Kerja Bersama (KKB) atau Peraturan Perusahaan.
§  Penggunaan tenaga kerja asing.
§  Jaminan sosial karyawan dan keikutsertaan dalam program Jaminan Sosial Tenaga
Kerja (JAMSOSTEK).
§  Program dana pensiun untuk karyawan.
§  Pemenuhan ketentuan Upah Minimum Regional (UMR).
§  Izin-izin khusus di bidang ketenagakerjaan (misalnya untuk mempekerjakan karyawan di
malam hari).

i)        Perjanjian-perjanjian material yang mengikat Perusahaan


Hal-hal yang perlu diperiksa mengenai perjanjian material:
• Pihak yang bertransaksi.
• Obyek transaksi.
• Nilai transaksi.
• Hak dan kewajiban para pihak.
• Pembatasan-pembatasan bagi para pihak.
• Klausula pengakhiran.
• Keadaan cidera janji.
• Pentaatan.

j)       Pemeriksaan atas perkara yang melibatkan Perusahaan


Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan atas perkara, sengketa lainnya atau klaim yang
mungkin timbul yang melibatkan Perusahaan dan secara material dapat
mempengaruhi keadaan keuangan Perusahaan.
Konsultan Hukum wajib memperoleh Surat Pernyataan Dari Direksi apakah
Perusahaan terlibat perkara di muka peradilan umum, arbitrase, pajak atau sengketa
lainnya atau klaim yang mungkin timbul, yang secara material dapat mempengaruhi
keadaan keuangan Perusahaan.

k)      Laporan keuangan dan Management Letter


Sebagai sumber informasi tambahan, Konsultan Hukum wajib mempelajari laporan
keuangan yang telah diaudit beserta Management Letter yang telah dikeluarkan oleh
auditor terkait untuk 5 (lima) tahun terakhir. Pengertian tentang apa yang dimaksud
dengan “Management Letter” adalah : catatan dan saran-saran auditor untuk
memperbaiki laporan keuangan.

b.      Pada Penawaran Umum Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) 
Pada pelaksanaan Uji Tuntas untuk kepentingan Penawaran Umum dengan HMETD,
obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum adalah sama dengan
obyek Uji Tuntas untuk kepentingan Penawaran Umum, namun hanya menyangkut
informasi atau fakta material yang berlaku pada saat dilakukannya Uji Tuntas
sehubungan Penawaran Umum dengan HMETD tersebut, dengan memperhatikan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

c.       Pada Penggabungan atau Peleburan Usaha (Merger)


Uji Tuntas sehubungan dengan Penggabungan atau Peleburan Usaha dilakukan
dengan menganalisa aspek-aspek berikut:
1. Hambatan dan/ atau batasan (yang ada atau yang mungkin timbul) terhadap
rencana Penggabungan atau Peleburan Usaha dilihat dari peraturan perundang-
undangan yang berlaku, anggaran dasar, perijinan, perjanjian, dan perkara yang
dihadapi.
2. Akibat hukum Penggabungan atau Peleburan Usaha terhadap pihak-pihak yang
bertransaksi.
3. Dasar penentuan konversi saham bagi pemegang saham.
4. Struktur permodalan dan pemegang saham sebelum dan sesudah
Penggabungan atau Peleburan Usaha pada Perusahaan yang menerima
penggabungan, atau perusahaan hasil Peleburan Usaha.
5. Aktiva dan passiva hasil Penggabungan atau Peleburan Usaha.
6. Perubahan anggaran dasar (bila ada, dalam hal Penggabungan Usaha) dan akta
pendirian dari perusahaan baru hasil Peleburan Usaha.
7. Tindakan korporasi dan persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk
melaksanakan transaksi tersebut.
Penjelasan : Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada
Penggabungan atau Peleburan Usaha (merger), diantaranya : (a) dokumen-dokumen,
sesuai dengan aspek-aspek yang perlu dianalisa dan, (b) peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang mengatur Penggabungan atau Peleburan usaha, (c)
dengan memperhatikan kepentingan pemodal.

d.      Pada Pengambilalihan Saham


Obyek Uji Tuntas Pada Pengambilalihan Saham
Uji Tuntas sehubungan dengan Pengambilalihan Saham dilakukan dengan
menganalisa aspek-aspek berikut:
1. Hambatan dan / atau batasan yang ada atau yang mungkin timbul terhadap
rencana Pengambilalihan Saham dilihat dari peraturan perundang-undangan yang
berlaku, anggaran dasar, perijinan, perjanjian, dan perkara yang dihadapi.
2. Akibat hukum dari Pengambilalihan Saham terhadap pihak-pihak yang
bertransaksi.
3. Struktur permodalan dan pemegang saham sebelum dan sesudah
Pengambilalihan Saham dari perusahaan yang diambil-alih.
4. Aktiva dan passiva dari perusahaan yang diambil-alih.
5. Perubahan anggaran dasar dari perusahaan yang diambil-alih (bila ada).
6. Tindakan korporasi dan persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk
melaksanakan transaksi tersebut.
Penjelasan : Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada
Pengambilalihan Saham adalah (a) dokumen-dokumen, sesuai dengan aspek-aspek
yang perlu dianalisa dan (b) peraturan perundang-undangan yang berlaku yang
mengatur Pengambilalihan Saham, (c) dengan memperhatikan kepentingan pemodal.

e.       Pada Pengambilalihan Aset


Uji Tuntas sehubungan dengan Pengambilalihan Aset dilakukan dengan menganalisa
aspek-aspek berikut:
1. Hambatan dan/ atau batasan atas rencana transaksi untuk melaksanakan
Pengambilalihan Aset dilihat dari peraturan perundang-undangan yang berlaku,
anggaran dasar, perijinan, perjanjian dan perkara yang dihadapi.
2. Akibat hukum dari pengambialihan aset terhadap pihak-pihak yang bertransaksi.
3. Aset yang akan diambil-alih.
4. Tindakan korporasi dan persetujuan-persetujuan yang diperlukan untuk
melaksanakan transaksi tersebut.
Penjelasan : Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada
Pengambilalihan Aset adalah (a) dokumen-dokumen, sesuai dengan aspek-aspek yang
perlu dianalisa ; dan (b) peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur
Pengambilalihan Aset ; (c) dengan memperhatikan kepentingan pemodal.
f.       Pada Transaksi ”Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu” (”Transaksi
Benturan Kepentingan”)
Di samping melakukan Uji Tuntas yang berhubungan dengan jenis transaksi yang akan
dijalankan sebagaimana diatur dalam Standar Profesi ini, Konsultan Hukum wajib
melakukan pemeriksaan guna menentukan apakah transaksi dimaksud merupakan
Transaksi Benturan Kepentingan. Dalam hal suatu transaksi merupakan Transaksi
Benturan Kepentingan maka Konsultan Hukum perlu melakukan analisa atas fakta dan
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Pihak-pihak yang mempunyai benturan kepentingan dengan transaksi.
b. Sifat benturan kepentingan.

Penjelasan : Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada
Transaksi Benturan Kepentingan, antara lain ; (a) dokumen-dokumen, sesuai dengan
aspek-aspek yang perlu dianalisa dan (b) peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang mengatur Transaksi Benturan Kepentingan, (c) dengan memperhatikan
kepentingan pemodal.

g.      Pada Transaksi Lainnya


Obyek Uji Tuntas Pada Transaksi Lainnya
Obyek Uji Tuntas yang harus diperiksa oleh Konsultan Hukum pada transaksi lainnya
yang belum diatur dalam standar profesi ini adalah : (a) dokumen-dokumen, sesuai
dengan aspek-aspek yang perlu dianalisa pada transaksi tersebut dan (b) peraturan
perundangundangan yang berlaku yang mengatur transaksi yang akan dilakukan, (c)
dengan memperhatikan kepentingan pemodal.

h. Penyertaan Perusahaan Pada Entitas Lain


Pelaksanaan Uji Tuntas juga perlu untuk memperhatikan apakah terdapat penyertaaan
yang dilakukan oleh Perusahaan pada perusahaan lain.
1. Jika Perusahaan memiliki penyertaan lebih dari 50% pada perusahaan lain maka
terhadap perusahaan lain itu harus dilakukan Uji Tuntas yang menyeluruh seperti
pada pemeriksaan yang dilakukan terhadap induk perusahaan.
2. Jika Perusahaan memiliki penyertaan 50% atau kurang, akan tetapi Perusahaan
mengendalikan perusahaan lain tersebut maka terhadap perusahaan lain itu harus
dilakukan Uji Tuntas yang menyeluruh seperti pada pemeriksaan yang dilakukan
pada Perusahaan yang mengendalikan. (“Pengendali” adalah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 1 huruf d Undang-Undang No. 8 Tahun 1995
Tentang Pasar Modal dan Penjelasannya).
3. Jika Perusahaan memiliki penyertaan 50% atau kurang dan tidak
mengendalikan maka terhadap perusahaan lain dilakukan pemeriksaan terbatas
sesuai dengan kebutuhan.
A.    Beberapa Hal yang menjadi Prinsip dalam melakukan Due Deligence antara
lain :

1.       Prinsip Keterbukaan. 

Uji Tuntas yang dilakukan untuk memenuhi prinsip keterbukaan di pasar modal, agar
kepentingan umum/ publik tetap terlindungi. Namun, tetap harus mengungkapkan,
apabila ada pelanggaran, kelalaian, ketentuan-ketentuan yang tidak lazim dalam
dokumen korporasi, informasi, atau fakta lain yang secara material dapat menimbulkan
risiko yang kurang baik bagi Perusahaan.

Prinsip Materialitas. 

Uji Tuntas yang dilakukan, yaitu : informasi atau fakta yang dapat mempengaruhi nilai
efek atau keputusan pemodal. Materialitas atas obyek Uji Tuntas harus dilihat dari
pengaruhnya terhadap operasional atau kelangsungan usaha dari Perusahaan. Namun,
harus menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam melihat materialitas dari
obyek Uji Tuntas, agar dalam pelaksanaan prinsip keterbukaan di pasar modal menjadi
dapat tercapai, misalnya :
Suatu perusahaan yang bergerak di bidang penyiaran radio, perusahaan tersebut
memiliki sebidang tanah dan atas tanah terdapat suatu sengketa. Tanah tersebut bila
dilihat dari pembukuan keuangan, nilainya tidak terlalu besar dan tampak tidak
“material” bila dibandingkan dengan nilai dari aset-aset lain yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut. Namun, bila dilihat dari operasional perusahaan, tanah tersebut
merupakan aset yang material bagi perusahaan, karena di atas bidang tanah tersebut
terletak sebuah pemancar radio yang merupakan aset utama bagi perusahaan untuk
menjalankan kegiatan usahanya. Dengan demikian, bila Perusahaan kalah dalam
penyelesaian sengketa atas tanah yang dihadapi, maka kekalahan tersebut akan
mempengaruhi secara material kegiatan usaha dan pada akhirnya keadaan keuangan
Perusahaan.

B.    Temuan Pelanggaran Dalam Melaksanakan Uji Tuntas.

Konsultan Hukum wajib memberitahukan kepada Perusahaan apabila dalam


pelaksanaan Uji Tuntas menemukan adanya pelanggaran atas ketentuan peraturan
perundang-undangan, anggaran dasar, dan / atau perikatan-perikatan yang dilakukan
oleh Perusahaan atas obyek Uji Tuntas. Apabila pelanggaran tidak ditindaklanjuti oleh
manajemen Perusahaan untuk segera diperbaiki atau memang tidak dapat diperbaiki
lagi, sedangkan pelanggaran tersebut mempunyai akibat yang material bagi operasi
maupun hasil keuangan perusahaan, maka Konsultan Hukum berkewajiban untuk
menginformasikan dan memberikan pendapatnya mengenai hal tersebut dalam
Pendapat Hukum yang akan diterbitkannya. Pelanggaran terhadap SPKHPM akan
diadili oleh Dewan Kehormatan HKHPM dengan ketentuan dan prosedur yang diatur
dalam Kode Etik HKHPM.

C.     Tahap-Tahap Penyusunan Due Diligence 

Ø  Tahap 1: Menyusun Rencana Penelitian

Tujuannya adalah mempersiapkan prosedur yang akan dijalankan, karena hal ini akan
memudahkan tim yang akan melakukan proses uji tuntas.
Kegiatan yang dilaksanakan, antara lain :
 Memahami bisnis klien, dengan melakukan review atas semua dokumen
pendukung, seperti: Legal Review, laporan audit, laporan keuangan selama beberapa
periode, rencana bisnis perusahaan, dll.
 Memahami sistem & prosedur perusahaan, struktur organisasi termasuk delegasi
kewenangan memutus.
 Menyusun rencana pemeriksaan/penelitian lebih lanjut.
Ø  Tahap 2 : Pelaksanaan Pekerjaan

Melakukan penelitian dilapangan sesuai dengan tahapan program yang telah di susun,
yaitu:
 Mengumpulkan data yang dibutuhkan, antara lain: laporan keuangan, ledger,
rincian hutang, daftar supplier, rekening koran dan sebagainya.
 Akta pendirian perusahaan dan perubahannya, Anggaran Dasar Perusahaan,
ijin-ijin perusahaan yang terkait dengan usahanya.
 Review pemeriksaan secara analitis, seperti: a) Analisa review penjualan, HPP,
komisi, dan beban operasi untuk melihat hubungan antara cash flow dan operasional.
b) Analisa saldo piutang dan hutang selama tahun berjalan.
 Pemeriksaan secara substantif: a) Konfirmasi dan rekonsiliasi hutang usaha, b)
piutang/hutang afiliasi, dan biaya yang masih harus dibayar. b) Pemeriksaan saldo
hutang dan pembayarannya (pihak ketiga dan afiliasi) ke dokumen faktur pembelian,
bukti penerimaan barang, faktur pajak, rekening koran, bukti transfer, buku kas kasir,
korespondensi dan lain-lain.
Ø  Tahap 3 : Menyusun Draft Laporan Keuangan

Pada akhir penugasan akan dikeluarkan laporan atas hasil pemeriksaan uji tuntas.
Untuk memudahkan perlu dibuat out line nya, dan didiskusikan antara pemberi kerja
dan konsultan yang bersangkutan, sehingga tak ada kekurangan di masa akhir
pemeriksaan.
Ø  Tahap 4: Mengevaluasi Bisnis Klien

Dari evaluasi diharapkan mendapatkan pemahaman mengenai kondisi bisnis saat ini
dan prospeknya di masa yang akan datang. Adapun kegiatan yang dilakukan, antara
lain :
 Menganalisa rencana pengembangan yang telah ada, yang sedang, dan yang
akan dilaksanakan.
 Melakukan penelitian tentang prospek industri dan kompetitor yang bergerak di
industri yang sama.
 Evaluasi dan analisa (kualitatif dan kuantitatif) terhadap data dan informasi yang
diperoleh.
Ø  Langkah 5: Evaluasi Kondisi Keuangan Group

Hal ini sangat diperlukan apabila perusahaan yang diteliti merupakan holding company,
dan memiliki berbagai bidang/jenis usaha. Dari sini juga perlu diteliti, bagaimana sistim
dan prosedur, terutama dalam pendanaan, antara perusahaan holding dan anak
perusahaannya. Ada holding company, yang mensyaratkan bahwa segala pendanaan
harus dilakukan oleh holding, namun ada juga holding company yang membolehkan
anak perusahaan yang bernaung di bawah group nya melakukan pinjaman langsung
kepada pihak ketiga. Adapun kegiatan yang dilakukan, antara lain:
 Analisa laporan keuangan baik vertikal, horisontal, dengan tujuan untuk
mengetahui pertumbuhan perusahaan, keuntungan, efisiensi, tingkat pengembalian
investasi dan lain-lain.
 Analisa risiko keuangan.
 Analisa investasi.
 Mengadakan survei lapangan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam
atas kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan.
Ø  Langkah 6: Penyusunan Proyeksi Keuangan.

Untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan cash flow untuk


melunasi hutang-hutangnya, dan rencana penggunaannya di masa yang akan datang.
Penyusunan proyeksi Cash Flow dengan mempertimbangkan berbagai variabel, antara
lain :
 Kondisi makro ekonomi Indonesia seperti tingkat bunga, deposito, pinjaman
Bank, pertumbuhan GDB dll.
 Kewajaran dari asumsi-asumsi pertumbuhan yang digunakan (asumsi
pendapatan, biaya dsb nya).
 Rencana bisnis atau investasi perusahaan.
Ø  Langkah 7: Pengembangan Alternatif Restrukturisasi Hutang

Kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan berbagai skenario dan
alternatif restrukturisasi hutang, antara lain menggunakan:
 Penetapan asumsi dasar dan operasional.
 Rencana pengembangan.
 Sustainable debt dan unsustainable debt.
 Kondisi pasar lokal/domestik.
Ø  Langkah 8: Analisis Dan Alternatif Perbaikan.
Tujuannya untuk memahami kelebihan dan kekurangan dari sisi keuangan, dari
masing-masing alternatif tersebut. Kegiatan yang dilakukan, antar lain:
 Membuat financial model untuk menilai beberapa skenario/alternatif perbaikan
struktur hutang dari sisi keuangan.
 Menyusun indikator keuangan untuk alternatif-alternatif perbaikan seperti; a)
Risiko yang akan dihadapi oleh kreditur dan manajemen, serta penanggulangan yang
tepat.b) Alternatif-alternatif pendanaan yang tersedia, yang dapat memberikan hasil
optimal bagi kelangsungan usaha, seperti obligasi, pengeluaran saham, pendanaan
dari LN, penjualan aktiva dsb nya. c) Implikasi terhadap value perusahaan.
Ø  Langkah 9: Penentuan Alternatif Perbaikan Yang Optimal.

Kegiatan yang dilakukan, antara lain:


 Menyusun kriteria penilaian alternatif perbaikan yang mencakup, antara lain: a)
Kesesuaian dengan kondisi perusahaan dan batasan dari kreditur.b) Kemampuan
perusahaan melakukan peningkatan pendapatan dari strategi yang telah disusun.c)
Evaluasi indikator keuangan.
 Menentukan alternatif perbaikan struktur hutang yang optimal berdasar kriteria
tersebut.
Ø  Tahap 10: Penyusunan Laporan Due Diligence (Uji Tuntas)
Pada akhir pekerjaan, akan dilakukan penyusunan laporan perbaikan struktur keuangan
perusahaan, yang berisi laporan hasil evaluasi keuangan dan struktur pendanaan atau
hutang.
Agar hasil laporan bisa diaplikasikan dilapangan, bisa dilakukan minimal dua kali
pertemuan, antara konsultan, perusahaan dan kreditur (bila perusahaan mempunyai
pendanaan yang berasal dari Bank), sehingga langkah selanjutnya lebih mudah. Pada
prinsipnya, diskusi yang lebih intens akan memudahkan pekerjaan, agar jangan sampai
laporan selesai, namun tak dapat digunakan.
D. Permasalahan yang sering dihadapi jika selama ini pendanaan berasal dari pihak
ketiga
 Pada saat pengajuan pendanaan pada pihak ketiga, asumsi dan cash flow dibuat
sangat optimis, sehingga apabila diadakan evaluasi, maka rencana investasi
perusahaan sangat layak, bahkan setelah diadakan berbagai analisis sensitivitas.
 Sedangkan pada saat pengajuan proposal perbaikan struktur hutang, alternatif
jangka waktu perbaikan dibuat sangat panjang, dan rencana bisnis dibuat sangat
pesimis. Akibatnya ada jangka waktu mencapai 20 tahun, hal yang setelah dinilai
kembali berdasarkan Net Present Value, nilai NPV dari projected cash flow lebih kecil
dari nilai likuidasi agunan, dan lebih lebih rendah dari nilai setelah pembalikan PPAP.
Berarti perusahaan tidak termasuk kategori yang layak untuk dilakukan restrukturisasi.
Untuk mengatasi hal ini, perlu ada pertemuan-pertemuan, guna menyusun asumsi yang
dipahami semua pihak, serta hasil kerja selama ini tidak sia-sia.

Anda mungkin juga menyukai