Anda di halaman 1dari 18

VIVAnews - Pemilik Nissan March melayangkan gugatan ke Nissan Motor Indonesia (NMI) di

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Itu dilakukan lantaran Nissan dinilai
melakukan kebohongan soal keiritan bahan bakar Nissan March melalui iklan.
Kasus ini bermula ketika salah seorang pemilik Nissan, Ludmilla Arief mengeluhkan klaim
Nissan terkait konsumsi BBM Nissan March di sejumlah media dan brosur. Di situ Nissan
mengklaim jika konsumsi BBM March untuk 18 kilometer hanya butuh 1 liter.
Hal itu berbeda jauh ketika Ludmilla menggunakan March versi automatic, di mana konsumsi
bahan bakarnya ternyata 1:8. Artinya setiap satu liter hanya mampu menempuh jarak 8 kilometer.
"Klien saya komplain ke NMI dan meminta solusi kenapa March bisa tidak sesuai konsumsi
bahan bakarnya. Tapi menurut teknisi Nissan setelah dicek tidak ada masalah dan sudah sesuai
standar," kata kuasa hukum Ludmilla, David Tobing saat berbincang dengan VIVAnews, Kamis 4
April 2012.

Karena merasa tidak ada penyelesaian, akhirnya kasus ini dibawa ke YLKI dan diselesaikan ke
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). Kasus itu kemudian diproses. Ludmilla
menuntut Nissan untuk membeli kembali mobil miliknya yang dibeli pada 7 Maret 2011 di
dealer Nissan Warung Buncit, Jakarta Selatan.
Nissan menyetujui hal tersebut, hanya saja Nissan hanya mau membelinya dengan standar harga
sebuah Nissan March bekas yang berada di angka Rp138 juta. Sementara Ludmilla mau Nissan
membayar sesuai uang yang telah dia keluarkan untuk membeli mobil tersebut.
Akhirnya, setelah dimediasi BPSK, pada 16 Februari 2012 lalu jalan tengah pun diambil. Nissan
harus membeli mobil Ludmilla kembali di atas harga pasaran mobil bekas tapi di bawah harga
mobil baru. Angkanya Rp150juta.
Menurut David, BPSK menyatakan Nissan melanggar UU Perlindungan Konsumen No 8 Tahun
1999, pasal 9 ayat 1 huruf k yang berbunyi pelaku usaha dilarang menawarkan,
memproduksikan, mengiklankan suatu barang atau jasa secara tidak benar. Kemudian
menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
Selain itu Nissan juga melanggar pasal 10 huruf c, yang berbunyi pelaku usaha dalam
menawarkan barang atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan,
mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan
mengenai kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang atau jasa.
Tapi alih-alih menuruti perintah BPSK, Nissan justru menggugat balik keputusan BPSK dan
mengajukan banding ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan agar membatalkan keputusan BPSK,
pada 1 Maret 2012.
Nissan lalu membeberkan sejumlah bukti yang melalui daftar bukti yang balik menyudutkan
Ludmilla.

"Sudah diwakili oleh pengacara dari Nissan. Kami akan sampaikan bukti-bukti yang dimiliki
Nissan soal March," kata Achmad Adhitya Zainudin, Communication Manager PT Nissan Motor
Indonesia, kepada VIVAnews.
Setelah sidang ini, Nissan juga akan menghadirkan saksi ahli dari salah satu media yang
mendapatkan hasil uji konsumsi tersebut. Menurutnya NMI sudah melakukan pendekatan secara
kekeluargaan dengan menanggapi kasus ini dari awal, melakukan pengujian bersama, dan
menjelaskan tentang iklan tersebut.
Tapi karena merasa dirugikan dan sangkaan yang tidak sesuai dari hasil BPSK, yaitu kesalahan
iklan dan ketidaksesuaian produk, NMI naik banding. Sidang akan dilanjutkan selasa pekan
depan dengan agenda mendengarkan jawaban dari pihak Nissan. (umi)

Iklan Nissan March Irit

Pemilik March 'Boros' Menang di MA, Apa


Tanggapan Nissan?
Muhammad Ikhsan - detikOto
Selasa, 01/10/2013 13:01 WIB

Jakarta -Mahkamah Agung (MA) menolak permohonan kasasi PT Nissan Motor Indonesia
(NMI), yang digugat oleh konsumen Ludmilla Arif. Ludmilla dinyatakan menang dalam kasus
iklan Nissan March. Bagaimana tanggapan NMI?
"Saat ini belum bisa ngomong apa-apa, lagi diskusi langkah-langkah apa yang mau diambil. Saat
ini sedang diskusi dengan legal. Kita belum mengambil keputusan, lagi pelajari langkah
selanjutnya apa," kata General Manager Marketing & Communication Strategy, PT Nissan
Motor Indonesia Indrie Hadiwidjaja, Selasa (1/10/2013).
NMI dinyatakan harus mengembalikan uang pembelian sebesar Rp 150 juta yang dikeluarkan
Ludmilla Arif untuk membeli Nissan March.
Sebelumnya putusan ini diadili oleh hakim agung Djafni Djamal, hakim agung Syamsul Ma'arif,
PhD dan hakim agung yang juga ketua majelis Prof Dr Valerine JL Kriekhoff. Hakim agung Prof
Dr Valerina menggantikan hakim agung M Taufik karena M Taufik meninggal dunia pada 17
Desember 2012.
"Perkara diputus pada 26 Maret 2013," ujarnya.
Seperti diketahui, pada April 2012 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel) menguatkan
keputusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK). BPSK dalam keputusan arbitrase
pada 16 Februari 2012 lalu, meminta Nissan untuk membatalkan transaksi mobil milik Ludmilla
Arif dan mengembalikan uang pembelian sebesar Rp 150 juta.
Perseteruan di meja hijau berakar dari iklan Nissan yang mengatakan bahwa varian city car
tersebut mampu mengonsumsi satu liter BBM hingga 21,8 km.
Namun saat Ludmilla membeli dan mengendarainya, konsumsi bensin tidak sesuai yang
diiklankan. Lantas Ludmilla mengajukan gugatan ke BPSK dan menang. Tak terima dengan
putusan itu, PT Nissan Indonesia mengajukan kasasi.

ANALISA KASUS NISSAN MARCH DI INDONESIA


Konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,
baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan.
Konsumsi, dari bahasa Belanda Consumptie, ialah suatu kegiatan yang bertujuan
mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda baik berupa barang maupun jasa, untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung.
Asas Perlindungan Konsumen .
Berdasarkan UU Perlindungan Konsumen pasal 2, ada lima asas perlindungan konsumen.

Asas manfaat
Maksud asas ini adalah untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi


kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

Asas keadilan
Asas ini dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat bisa diwujudkan secara

maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.

Asas keseimbangan
Asas ini dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan antara kepentingan

konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti material maupun spiritual.

Asas keamanan dan keselamatan konsumen

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan
kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang atau jasa yang
dikonsumsi atau digunakan.

Asas kepastian hukum


Asas ini dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen menaati hukum dan

memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta Negara


menjamin kepastian hukum.
Tujuan Perlindungan Konsumen
Dalam UU Perlindungan Konsumen Pasal 3, disebutkan bahwa tujuan perlindungan
konsumen adalah sebagai berikut.

Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi

diri.
Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses

negatif pemakaian barang dan/atau jasa.


Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, dan menuntut hak- haknya

sebagai konsumen.
Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum

dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.


Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen

sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
Meningkatkan kualitas barang/jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang
dan jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
Kasus yang terjadi antara Nissan Motor Indonesia dengan konsumen (Ludmilla

Arif) perihal iklan yang menyertakan informasi konsumsi BBM yang tidak sesuai kenyataan.
Hal ini dapat terjadi dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi baik dari sisi konsumen
maupun produsen.
Beberapa faktor tersebut jika ditinjau dari sisi produsen diantaranya:
1. Beban psikologis yang ditanggung produk Nissan March.
Berikut ini sejarah Nissan march sampai dengan produk march yang di jual di
Indonesia saat ini. Nissan Micra adalah sebuah mobil yang diproduksi oleh Nissan. Hal ini

dikenal di Jepang dan Taiwan sebagai Nissan March. Mobil ini dibangun sejak tahun 1982
dan telah memiliki tiga generasi model yang berbeda. Mobil ini memiliki 3 dan 5 pintu.
-

K10 (1982-1992) Micra yang asli, disebut juga K10, diperkenalkan pada bulan Oktober
1982 sebagai pesaing Honda City sangat sukses, ini dimaksudkan untuk menggantikan
Cherry sebagai pesaing perusahaan dalam segmen supermini, sebagai model Cherry

sendiri telah semakin menjadi lebih besar dengan setiap generasi berturut-turut.
K11 (1992-2002) Generasi kedua Micra K11 adalah salah satu model pertama yang
dibangun di pabrik Nissan Sunderland. Saat itu diluncurkan di Jepang sebagai March
(yang dibangun di Jepang) pada awal tahun 1992, dan dirilis di Eropa pada kuartal

keempat tahun ini. Di Taiwan, di mana mobil telah dijual sejak Februari 1995,
K12 (2002-sekarang), diresmikan pada akhir tahun 2002 dengan peningkatan kapasitas
mesin menjadi 1,2L (CR12DE) dan 1,4L (CR14DE)
Dari sejarah singkat akan kemunculan Nissan March dapat diketahui bahwa produk

Nissan March telah memiliki beban psikologis untuk sukses di pasaran dengan mengemban
tugas dapat memenangkan persaingan menghadapi produk Honda City, yang mana tugas ini
sudah tertanam sejak cikal bakal (moyangnya) Nissan March di ciptakan (1982)
2. Produsen melakukan pengujian yang pada umumnya dilakukan pihak indepen,

seperti pihak media, komunitas, atau pengguna langsung. Yang mana terkadang
disisipkan pesan titipan agar image suatu produk dapat terdongkrak dengan baik. Tapi hal
ini harus dipelajari dengan baik dan dibuktikan kebenarannya dengan hati-hati dan
bersifat netral. Tidak dapat langsung memberikan tudingan kepada semua pihak (pihak
media, komunitas, pengguna langsung) yang melakukan pengujian suatu produk.
3. Saat dilakukan pengujian terkadang kondisi saat pengujian tidak selalu sama

dengan apa yang terjadi dalam kehidupan nyata. Terutama menyangkut konsumsi
BBM sendiri, metode perhitungan ATPM tidak dapat dikatakan tidak akurat, tapi
mungkin akan lebih bijak jika dikatakan kurang tepat karena bukan pada tempatnya.
Seperti mobil City Car (Nissan March, apakah diuji dengan kondisi perkotaan yang
dikenal macet. Penuh perjalanan stop and go. Jalanan yang padat (uji kemampuan
menyelip di jalanan yang padat). Atau dilakukan ala perjalanan luar kota. Kecepatan saat
dilakukan pengujian apakah konstan dan ada batas kecepatan atau kecepatan dengan

metode berhenti dan melaju yang merupakan karakteristik khas kemacetan yang
merupakan habitat city car seperti Nissan March.
Hal ini pun harus diperjelas produsen saat mereka memaparkan bahasa mereka
dalam iklan maupun secara verbal saat dilakukan pemasaran oleh tim marketing dari
perusahaan yang bersangkutan. Agar konsumen mendapatkan informasi yang jelas dan
sedetail-detailnya dan tidak akan merasa tertipu di kemudian hari. Demikian beban yang
dibawa saat dilakukan pengujian apakah hanya seorang pengemudi dan tanpa beban
tambahan apapun atau dengan beban dan kapasitas maksimal suatu mobil Nissan March.
Dan masih banyak parameter yang menentukan konsumsi BBM suatu kendaraan
sehingga dapat mencapai titik teririt nya. Dan sudah seharusnya pengujian yang
dilakukan ATPM lebih mendekati keadaan nyata suatu kendaraan itu akan diperuntukan.
Bukan dengan metode adu irit. Dan metode-metode pengujian yang dilakukan oleh
produsen harus disampaikan secara jelas, terbuka, dan terperinci.
4. Tipe kendaraan yang digunakan.
Biasanya suatu mobil memiliki berbagai macam tipe, baik itu yang bersifat
mendasar seperti perbedaan transmisi (manual atau otomatis). Ataupun perbedaan tipe
karena perbedaan aksesoris yang diusung dari masing-masing tipe. Tentunya konsumsi
BBM pada tipe transmisi manual akan berbeda dengan tipe transmisi otomatis. Karena
perbedaan karakteristik transmisi yang digunakan. Demikian juga dengan aksesoris juga
dapat mempengaruhi konsumsi BBM yang digunakan, seperti akan berubahnya koofisien
hambatan udara karena penggunaan aksesoris tertentu yang dapat menyebabkan
perbedaan konsumsi BBM pada tiap-tiap tipe. Atau juga dikarenkan berat aksesoris yang
digunakan, yang dapat menyebakan perbedaan konsumsi BBM untuk masing-masing
tipe.
5. Faktor pengemudi saat dilakukan pengujian konsumsi BBM.
Faktor ini juga cukup berperan penting pada saat pengujian konsumsi BBM, yang
akan menjadi senjata ampuh dalam pemasaran suatu produk terutama kendaraan
bermotor seperti mobil. Dalam pemasangan iklan atau bahasa verbal tim pemasaran,
harus disampaikan juga informasi siapa yang melakukan pengujian suatu kendaraan,
sehingga didapat angka rata-rata konsumsi suatu kendaraan (dalam hal Nissan march),

apakah pengemudi yang melakukan test tersebut, termasuk kategori orang yang baru
dapat mengendarai mobil, atau yang sudah mahir, dan juga tipe mengemudinya.
Termasuk kategori Offensive Driving atau Defensive Driving. Karena dua tipe pengemudi
diatas memiliki karakteristik yang saling bertolak belakang yang berimbas pada konsumsi
BBM kendaraan yang dikemudikannya.
Produsen tidak boleh menutup mata, bahwa dijalanan saat ini tidak sedikit (jika
tidak ingin dikatakan banyak) pengemudi yang menganut paham Offensive Driving.
Sehingga pihak produsen harus memaparkan juga hasil pengujian dari kedua model
pengemudi diatas. Dimana nantinya akan berimbas positif bagi konsumen, untuk dapat
mengukur apakah konsumen tersebut telah benar dan ramah lingkungan dalam
mengemudikan kendaraan. Dan hal ini juga akan menjadi acuan toleransi nilai konsumsi
BBM suatu kendaraan, karena akan didapatkan batas atas (Defensive Driving) dan batas
bawah (Offensive Driving) konsumsi suatu BBM. Hal ini juga akan membantu
mewujudkan kesadaran pengemudi dan diharapkan dapat mengurangi tingkat kecelakaan
dan juga meningkatkan ketertiban berlalu lintas
Dalam beriklan, memang tidak diatur dalam undang-undang, tapi ada tata krama
dalam periklanan Indonesia. Bahwa iklan itu tidak boleh menyesatkan. Dan kalau
mereka menyebutkan angka mereka harus ada angka ilmiah. Janji-janji muluk produsen
menurutnya harus disampaikan secara real dan benar. Pada kondisi saat ini zamannya
sosial media, mereka akan dihukum sendiri. Jadi walau pun hasil penelitian mengatakan
demikian mereka (pengiklan) harus lebih berhati-hati. Karena kondisi mesin, beban setiap
kendaraan itu tidak sama. Oleh sebab itu iklan tersebut harus menerangkan kondisinya,
pemakaian berapa kilometernya harus jelas. Hanya saja iklan itu harus menggunakan
bahasa iklan. Selain itu untuk para agensi periklanan juga harus bijak dalam pembuatan
iklan. Jangan hanya berdasarkan data yang diterima agensi periklanan. Namun pembuat
iklan harus bijak, dengan melihat sendiri kenyataannya yang bisa di-deliver yang
konsumen yang akan beli. Dan ini sangat mudah untuk diganggu.

Beberapa faktor yang menyebabkan kasus tersebut jika ditinjau dari sisi konsumen
diantaranya:
1. Informasi yang dimiliki konsumen tergolong minim atau hanya mengandalkan informasi

yang ada di iklan yang diterbitkan produsen. Selayaknya seorang konsumen sebelum
menetapkan pilihan pada suatu produk/kendaraan mengantongi banyak informasi yang
berkaitan dengan produk tersebut. Jika tidak maka konsumen akan terjebak dalam idiom
membeli kucing dalam karung. Dalam batasan ini, yang dapat mengontrol dan
memaksa konsumen untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya akan produk
terkait hanyalah dari diri konsumen itu sendiri, akankah sang konsumen akan peduli pada
produk yang dimaksud agar tidak terdapat penyesalan di kemudian hari.
2. Pada banyak kasus, BBM suatu kendaraan/mobil dapat menjadi boros jikalau pengemudi

berlaku agresif dalam berkendara. Dalam hal ini pengetahuan pengemudi atau konsumen
dalam berkendara yang tidak agresif (Berkendara Eco) mutlak dibutuhkan. Biasakan
menginjak gas secara halus, baik dalam kondisi stop and go maupun jalan lenggang
agar komputer mesin selalu dalam kondisi close loop. Berkendara eco yang wajar artinya,
kendaraan tidak akan menggangu pengendara lain akibat kecepatan yang terlampau
pelan. Bahkan angka 120 km/jam kerap tersentuh untuk mencapai kecepatan rata-rata
yang ditentukan pada rute tol. Untuk itu, cukup membatasi putaran mesin dan injakan
pedal gas agar komputer mesin selalu dalam kondisi close loop saat berkendara eco.
Hanya sesekali saja kondisi open loop terjadi, seperti ketika menyalip atau mempercepat
akselerasi.
Menurut Anjar Rosjadi, technical & warranty dept. technical service division PT.
Astra Daihatsu Motor, open loop adalah satu kondisi mesin memerlukan tenaga, torsi
ataupun fuel cut saat deselerasi. Pada kondisi ini kontrol emisi diabaikan untuk
mendapatkan performa mesin yang diinginkan pengemudi. Lalu kondisi kendaraan perlu
tenaga atau torsi (akselerasi), suplai bahan bakar akan menyesuaikan dan kontrol emisi
akan mengabaikan kondisi ideal bahan bakar. Begitupun saat fuel cut terjadi pada saat
deselerasi mesin tidak memerlukan suplai bahan bakar. Kondisi ini kontrol emisi akan
mengabaikan kondisi ideal bahan bakar. Secara keseluruhan pemakaian bahan bakar bisa
dikontrol secara optimal mengikuti pola berkendara. Sedangkan close loop yaitu

pengontrolan sistem suplai bahan bakar dengan memperhitungkan kontrol. Dimana close
loop mengontrol campuran bahan bakar sesuai kondisi ideal, sehingga dicapai efisiensi
maksimal dan kinerja catalytic converter untuk kontrol emisi kendaraan. Kondisi ini
terjadi saat idle atau pengendara normal dengan batasan injakan pedal gas atau putaran
mesin tinggi yang menjadi indikasi pengemudi perlu tenaga optimal.
Inti dari berkendara eco adalah gas dan rem konstan. Saat menekan gas terlalu
dalam, maka akan terjadi suplai berlebihan bensin ke mesin. Akselerasi memang
meningkat, tapi tak sebanding dengan bbm yang terbuang. Boleh saja injak gas dalam
saat diperlukan misalnya menyalip, tapi di keseharian lebih baik melaju konstan.
Sedangkan
mengerem mendadak memang tidak membutuhkan bbm, tapi berarti Anda akan butuh
bbm ekstra untuk mengembalikan kecepatan semula.
Seperti yang kita ketahui bahwa pengujian yang dilakukan produsen pada
umumnya menggunakan pengemudi yang telah memiliki pemahaman berkendara cukup
tinggi dan professional bahkan beberapa diantaranya memiliki sertifikat karena
pemahaman dan keprofesionalannya dalam keahlian mengemudi (berkendara Eco). Dan
biasanya hasil dari pengujian inilah yang digunakan produsen untuk dimuat di iklan
maupun media lain dalam mempromosikan kendaraan atau mobil yang akan dipasarkan.
Sedangkan konsumen yang ada pada umumnya, tidak banyak yang memiliki kemampuan
mengemudi (berkendara Eco) dengan baik. Kalaupun ada mungkin tidak akan sama
persis dengan pengemudi yang melakukan pengujian yang diberdayakan oleh pihak
produsen, hasilnya bisa lebih baik ataupun lebih buruk.
3. Pada kasus ini, beban kendaraan juga berpengaruh pada konsumsi BBM Nissan March

pada khususnya maupun pada mobil lain pada umumnya. Harus ditelaah ulang apakah
kendaraan yang digunakan konsumen memiliki beban tambahan. Besar kemungkinan
kendaraan yang digunakan pengujian oleh produsen memiliki beban kendaraan standar,
artinya tidak membawa beban tambahan (bisa saja hanya terdapat pengemudi saja, saat
pengujian) dan tidak ada beban tambahan lain, missal koper isi pakaian atau lainnya.
Karena beberapa konsumen di Indonesia menganggap mobil merupakan rumah ke dua.
Sehingga banyak barang-barang, yang dipaksakan masuk ke dalam mobil, padahal barang

tersebut tidak selalu dipakai. Dalam kasus ini, dalam kesehariaannya juga perlu dilihat
lagi apakah beban kendaraan yang digunakan konsumen sama dengan saat pengujian,
misalnya kesehariannya hanya diisi pengemudi saja (sama seperti saat pengujian yang
dilakukan produsen), tidak membawa penumpang lain, tidak membawa beban lain (hanya
beban standar saja). Karena setiap kilogram yang ditambahkan di mobil akan menuntut
kerja lebih dari mesin. Apalagi bila barang bawaan mencapai puluhan bahkan ratusan
kilogram. Bawalah barang-barang yang penting saja, dan singkirkan yang tidak terlalu
perlu. Hal ini juga akan membuat mobil lebih rapi sehingga mood mengemudi bisa
membaik. Dengan mood baik, aksi penghematan bbm saat mengemudi bisa dilakukan
lebih mudah.
4. Dari kasus diatas diketahui bahwa rute yang dilalui konsumen adalah Buncit-kuningan-

Buncit selama satu bulan. Daerah ini merupakan daerah rawan macet yang rasanya tidak
fair jikalau menghitung kilometer untuk tiap liternya, karena banyak bensin yang terbakar
saat mobil dalam keadaan berhenti (macet). Mari kita tinjau apakah saat produsen
melakukan pengujian kendaraannya menggunakan rute yang sama. Dari sumber yang
didapat, klaim 21.8km/l didapat saat diadakan pengujian kendaraan menuju Yogyakarta,
yang mana notabene kondisi jalannya sangat jauh berbeda dengan kondisi jalan BuncitKuningan. Jikalau ingin lebih adil dan bijak, ada baiknya konsumen pun mencoba rute
yang sama pada saat produsen melakukan pengujian kendaraannya, atau bisa juga
diperbaiki mekanisme pengujian produsen, dengan melakukan pengujian pada rute yang
termasuk macet dalam kondisi harian. Karena umumnya kendaraan city car seperti
Nissan march lebih diperuntukan penggunaannya dalam kota untuk menghadapi
kemacetan, maka akan lebih adil rasanya jikalau pengujian yang dilakukan produsen juga
ditempatkan didaerah perkotaan.
Diluar ini semua jikalau konsumen ingin merasakan setidaknya mendekati hasil
pengujian produsen, konsumen dapat mengatur ulang rute, dengan cara menghindari rute
padat dan jam sibuk, sehingga proses stop and go berkurang. Karena semakin tinggi
kecepatan rata-rata di rute dalam kota akan membuat konsumsi BBM menjadi lebih
hemat. Meskipun jaraknya agak jauh, rute yang lancar akan membuat mobil butuh bbm
lebih sedikit ketimbang melewati kemacetan. Hal ini berpengaruh makin signifikan untuk

mobil berkapasitas mesin lebih besar. Berdasarkan data yang dimiliki autobild Indonesia,
saat mobil berhenti di kemacetan bisa menghabiskan 1,5 liter bensin per jam secara
percuma. Menjaga mobil tetap bergerak merupakan kunci dasar penghematan bbm.
5. Pengaruh transmisi pada mobil juga berpengaruh pada konsumsi BBM. Pada kasus ini
konsumen menggunakan mobil bertransmisi otomatis yang cendrung dinilai lebih boros
dari transmisi manual dari mata orang awam. Padahal hal ini tidak sepenuhnya benar,
jikalau dilakukan pengujian dengan satu pengemudi yang memahami karakter tranmisi
otomatis dan mengendarai mobil bertransmisi otomatis dan dipertemukan dengan
pengemudi yang tidak memahami cara mengendarai kendaraan transmisi manual. Tetapi
jikalau kedua pengemudi memiliki kemampuan mengemudi yang sama baik transmisi
manual maupun otomatis maka akan sedikit lebih irit transmisi manual, karena dapat
mengontrol putaran mesin sesuai dengan yang diinginkan dan di kondisi yang paling
hemat.
Dalam kasus ini pun rasanya perlu diteliti lebih dalam lagi, kendaraan yang
diujicobakan oleh produsen menggunakan transmisi apa, sehingga dapat ditemukan titik
pembandingnya, selain dari sisi pengemudi.
Apabila, konsumen biasa menggunakan mobil bertransmisi manual, maka akan
perlu penyesuaian pada saat menggunakan mobil bertransmisi otomatis. Karena kedua
transmisi ini terdapat perbedaan mencolok dalam perlakuannya untuk mendapatkan
konsumsi BBM yang tidak boros. Jika mobil bertransmisi manual, perpindahan gigi
sebaiknya dilakukan pada putaran mesin 2.500 3.000 rpm lantaran mesin sudah
menghasilkan torsi yang cukup. Cepatnya frekuensi pembakaran sangat tergantung putaran mesin. Semakin tinggi putaran berarti semakin sering bbm dibakar, dan di putaran
tinggi hambatan gesek komponen mesin bertambah besar. Sebaliknya, jika putaran terlalu
rendah mesin tak memiliki porsi cukup untuk mempertahankan kecepatan. Paling ideal
jika putaran dijaga pada 2.000-3.000 rpm saat melaju konstan
Sedangkan, untuk mobil bertansmisi otomatis, pindahkan ke posisi N saat
berhenti di kemacetan parah atau menunggu di traffic light. Pelan tidak selalu identik
dengan irit BBM. Pada mobil bertransmisi otomatis, kecepatan rendah membuat
komputer transmisi akan memerintahkan transmisi bekerja pada perbandingan gigi yang

sesuai. Seperti pada Nissan March, bila kecepatan kurang dari 60 km/jam, maka transmisi
akan mengunci di gigi 3 sehingga putaran mesin akan lebih tinggi ketimbang melewati
kecepatan 60 km/jam. Dan kali ini pun pengetahuan konsumen akan cara mengemudi
yang benar pun dituntut agar tidak terdapat perbedaan signifikan dengan pengujian yang
dilakukan produsen, yang pengemudinya sudah terampil dan mengetahui karakter
transmisi suatu kendaraan
6. Selain itu penggunaan aksesoris yang berlebihan yang meningkatkan koofisien gesek
antara udara dengan mobil dan juga berkendara dengan jendela mobil tebuka akan
menahan laju mobil yang akhirnya membuat bahan bakar lebih boros, terutama pada
kecepatan di atas 80 km/jam.
Dapat dipastikan produsen tidak akan melakukan hal ini saat pengujian BBM
kendaraan yang dimaksud untuk mencapai angka konsumsi BBM yang paling hemat,
sedangkan pada konsumen, terkadang hal-hal seperti ini dapat terlewatkan dalam
kesehariannya
7.

Hal yang juga perlu mendapat perhatian dalam kasus ini adalah perihal tekanan angin
pada ban mobil yang digunakan konsumen dan produsen.
Ban dengan tekanan terlalu rendah meningkatkan hambatan gelinding
(rollingresistance) dan membuat mesin harus mengeluarkan usaha lebih menjalankannya.
Selain lebih boros bbm, kurangnya tekanan ban juga menimbulkan risiko pecah ban lebih
besar. Untuk itu, sangat disarankan untuk mengecek kondisi tekanan ban secara visual
setiap hari. Dan tiap minggu ukurlah tekanan ban di tempat terpercaya. Selalu setel
tekanan ban sesuai rekomendasi pabrikan mobil.
Diketahui saat pengujian mobil yang dilakukan produsen hanya dilakukan satu
kali jalan, artinya kondisi tekanan angin pada ban tidak banyak berubah sehingga
mengurangi hambatan gelinding, sehingga mesin tidak perlu mengeluarkan tenaga lebih
untuk menjalankan kendaraan, yang akan berefek langsung pada konsumsi BBM.
Sedangkan pada konsumen, penghitungan BBM dilakukan dalam rentang 1 bulan.
Dimana ada kemungkinan besar terjadi penurunan tekanan angin pada ban, yang dapat
meningkatkan hambatan gelinding dan membuat mesin harus mengeluarkan usaha lebih
unjutk menjalankan kendaraan dan berdampak langsung pada konsumsi BBM sehingga

menjadi lebih boros. Hal ini juga perlu diselidiki lebih dalam pada kasus ini, apakah
konsumen selalu menjaga tekanan angin pada bannya sesuai standar pabrikan, setiap kali
konsumen akan menggunakan kendaraannya dalam rentang waktu 1 bulan (rentang
waktu konsumen menghitung konsumsi BBM kendaraan yang digunakannya).
Penggunaan bahan bakar yang tepat juga berpengaruh pada konsumsi BBM.
Umumnya semakin tinggi RON yang digunakan maka akan semakin baik
pembakarannya, sehingga mengurangi bahan bakar yang tidak terbakar dengan
sempurna. Maka gunakanlah bahan bakar yang sesuai rekomendasi produsen untuk
memperoleh performa maksimal. Biasanya ini dapat diketahui di buku manual atau
melihat angka kompresi mesin. Sebagai info, seluruh mobil produksi 2007 ke atas sudah
merekomendasikan bahan bakar dengan minimum RON 90.
Pada saat pengujian kendaraan yang dilakukan produsen juga harus diketahui
produsen menggunakan BBM dengan tingkat RON berapa. Karena rasanya akan tidak
adil jikalau produsen menggunakan RON 95 (pertamax plus) sedangkan konsumen
melakukan pengujian selama 1 bulan hanya menggunakan RON 92 (pertamax) atau
bahkan RON 88 (premium)
Ada langkah yang cukup bijak yang dapat diambil konsumen agar dapat
meminimalkan kerugian dalam memilih atau menggunakan suatu produk. Konsumen
diharapkan teliti dan mau menggali informasi lebih banyak, berkaitan dengan kendaraan
atau mobil yang akan dipilih atau digunakan. Sebetulnya saat ini tidak lah sulit
mendapatkan informasi suatu produk, sebelum konsumen memutuskan untuk membeli
atau menggunakan suatu produk. Informasi ini bisa didapat dari media massa, media
cetak, media elektronik, mapun hasil uji oleh orang atau rekan yang telah menggunakan
produk tersebut. Demikian juga untuk konsumsi BBM Nissan March, banyak media yang
mengulas maupun melakukan pengujian terhadap kendaraan ini. Seperti yang dilakukan
Autobild Indonesia. Media ini juga melakukan pengujian terhadap kendaraan Nissan
March, media ini bersifat independen. Selain melakukan pengujian kendaraan, media ini
juga memberikan penilaian suatu mobil dari berbagai sudut pandang, dan memaparkan
keunggulan maupun kelemahan suatu mobil.

Pada ulasan autobild tentang Nissan March tanggal 13 Januari 2011, menyampaikan
bahwa konsumsi BBM Nissan March pada jalan bebas hambatan adalah sebesar 19.8 km/l
sedangkan konsumsi BBM dalam kota sebesar 15.4 km/l
Rute

Konsumsi BBM per liter

Jalan Bebas Hambatan

Dalam Kota

13 Januari 2011

19.8

15.4

12 Mei 2011

20.1

15.9

25 Mei 2011

19.8

17 Oktober 2011

13.5

14 Juni 2012

16.94

13.8

Tabel Pengujian konsumsi BBM Nissan March yang Dilakukan oleh Autobild Indonesia periode
Januari 2011 Juni 2012
Grafik Pengujian konsumsi BBM Nissan March yang Dilakukan oleh Autobild Indonesia periode
Januari 2011 Juni 2012
Perlu menjadi perhatian konsumen juga, bahwa pengujian yang dilakukan pihak media
(khususnya media otomotif seperti autobild Indonesia) pada umumnya menggunakan pengemudi
yang telah memiliki pemahaman berkendara cukup tinggi dan professional bahkan beberapa
diantaranya memiliki sertifikat karena pemahaman dan keprofesionalannya dalam keahlian
mengemudi (berkendara Eco), bukan pengemudi yang baru mengenal cara mengemudi. Jadi
konsumen pun diharapkan lebih tau kondisi nyatanya untuk membandingkan pemakaian
konsumsi BBM yang dihasilkan konsumen dengan yang ditulis media, bisa dapat sama, sedikit
berbeda, atau sangat jauh berbeda. Dan hal ini pulalah yang harusnya juga menjadi salah satu
pertimbangan

sebelum

ingin

mempertanyakan

apa

yang

tertera

pada

iklan

suatu

produk/kendaraan. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga pengemudi yang digunakan media
untuk melakukan pengujian adalah dari kalangan masyarakat umum. Seperti pada ulasan
Autobild Indonesia tanggal 17 Oktober 2011. Biasanya hal ini dilakukan media untuk
mendapatkan kondisi nyata yang terjadi secara umum pada masyarakat.

Kasus yang terjadi pada Ludmilla Arief yang menggunakan kendaraan Nissan March
bertransmisi otomatis, dapat mengacu pada hasil pengujian media autobild Indonesia diatas.
Dimana Ludmilla hanya mampu mencapai konsumsi BBM sebesar 7.9km/l hingga 8.2 km/l
dengan rute dalam kota. Hal ini harusnya diteliti lebih lanjut seperti factor-faktor yang telah
disampaikan sebelumnya, seperti kondisi kendaraan, kondisi lalulintas, dan faktor pengemudi.
Pun demikian dengan iklan yang dibuat oleh Nissan, harus diteliti dengan baik, dengan
menggunakan bukti-bukti dan saksi-saksi ahli sehingga didapat konsumsi 21km/l. Kelemahan
iklan yang dimaksud tidak menjelaskan kondisi seperti apa yang terjadi saat dilakukan pengujian
tersebut. Sehingga konsumen merasa tertipu, dengan menganggap kondisi yang dilakukan saat
pengujian adalah sama dengan kondisi yang dialami konsumen dalam kesehariannya
Dari kasus ini, diharapkan baik produsen maupun konsumen dapat saling memahami dan
menghormati satu sama lain dalam memasarkan produk maupun memilih atau menggunakan
produk. Dengan langkah seperti, berhati-hati menggunakan bahasa iklan, dan menjelaskan
kondisi detail pengujian yang dituliskan di iklan. Konsumen pun berperan aktif mencari
informasi dari produk atau kendaraan yang akan digunakan sebelum menetapkan pilihannya.
Regulasi dari pemerintah mengenai periklanan juga harus lebih jelas agar pihak pemasar
memiliki rambu-rambu yang jelas dalam melakukan kegiatan periklanan.

Anda mungkin juga menyukai