Anda di halaman 1dari 46

Norma Hukum

Ilmu Perundang-undangan

Disusun oleh:
Pamungkas Satya Putra

Fakultas Hukum
Universitas Singaperbangsa Karawang
Karawang
2020
1 Pamungkas Satya Putra
Pokok bahasan:
1.Pengertian norma;
2.Norma statis dan norma dinamis;
3.Norma vertikal dan norma horizontal;
4.Norma hukum umum dan norma hukum individual;
5.Norma hukum abstrak dan norma hukum konkrit;
6.Norma hukum terus-menerus dan norma hukum sekali selesai;
7.Norma hukum tunggal dan norma hukum berpasangan;
8.Daya Laku dan Daya Guna;
9.Hierarki norma hukum.

Pamungkas Satya Putra 2


PERTANYAAN

• Mengapa kita perlu membicarakan Norma?


• Apa kaitannya Norma dengan Peraturan
(Perundang-undangan)?

Powerpoint Templates
Page 3
Pengertian Norma
 Norma Aturan, patokan, pedoman yang mengandung suruhan-
suruhan atau disebut dengan das Sollen (ought to be/ought to do)
dengan istilah “hendaknya”.
Contoh: Hendaknya engkau saling menghormati.
 Norma berasal dari istilah nomos/i (nilai), sedangkan kaidah berasal
dari istilah qa’idah (ukuran atau nilai pengukur).
 Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto dalam buku Perihal
Kaidah Hukum menegaskan:
“Kaidah adalah patokan atau ukuran ataupun pedoman untuk
berperilaku atau bersikap tindak dalam hidup. Apabila ditinjau bentuk
hakekatnya, maka kaidah merupakan perumusan suatu pandangan
(oordeel) mengenai perikelakuan atau sikap tindak”.
 Jimly Asshiddiqie dalam buku Perihal Undang-undang menegaskan:
“Norma atau kaidah merupakan pelembagaan nilai-nilai, baik dan
buruk dalam bentuk4
tata aturan yang berisi kebolehan, anjuran atau
Pamungkas Satya Putra
perintah.”
 Maria Farida Indrati S dalam buku Ilmu Perundang-undangan 1
menegaskan:
“Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam
hubungannya dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya”
 Sudikno Mertokusumo dalam buku Penemuan Hukum: Sebuah
Pengantar menegaskan:
“Kaidah pada hakekatnya merupakan perumusan suatu pandangan
objektif mengenai penilaian atau sikap yang seyogianya dilakukan atau
tidak dilakukan yang dilarang atau dianjurkan untuk dijalankan”
Kesimpulan:
Norma atau kaidah merupakan tata aturan (agama, kesusilaan,
kesopanan dan hukum) yang seharusnya (ought to be/ought to do)
wajib dipatuhi oleh setiap manusia dalam bermasyarakat yang
memiliki nilai-nilai yaitu perintah (gebod), larangan (verbod) dan
kebolehan (mogen).
5 Pamungkas Satya Putra
Mengapa kita butuh Norma?

• Setiap manusia mempunyai berbagai


kepentingan
• Ketika hidup bermasyarakat, kadang
bersinggungan antara satu sama lain
• Apa yang terjadi apabila ia hidup sendiri ?
• Apakah dalam hidup bermasyarakat, kita
membutuhkan norma?

Powerpoint Templates
Page 6
Jenis-jenis Norma
No. Norma Sifat

1. Norma Agama Tertulis dan tidak tertulis


Contoh:
Kitab Zabur, Taurat, Tri-
pitaka, Weda, Injil, AlKitab,
Al Qur’an.

2. Norma Kesusilaan Tidak tertulis, akan tetapi


dapat diterapkan melalui
mekanisme hukum positif.
3. Norma Kesopanan atau adat istiadat Tidak tertulis, akan tetapi
melalui mekanisme hukum
positif. Contoh: UUD NRI
Tahun 1945 Bab VI Ps. 18 B
ayat (1) dan (2).
Kewarisan dan lainnya.
4. Norma Hukum Tertulis dan tidak tertulis.
7 Pamungkas Satya Putra
Pertanyaan

 Adakah persamaan
diantaranya?

 Apakah ada perbedaan


antara norma lain dan
norma hukum ?

Pamungkas Satya Putra 8


PERSAMAAN:
Merupakan pedoman berperilaku/aturan bertindak.

9 Pamungkas Satya Putra


Perbedaan:

Norma Lainnya Norma Hukum

1.Otonom dan 1.Heteronom


Heteronom 2.Dapat dilekati
2.Tidak ada sanksi sanksi/Pemaksa
fisik/pemaksa 3.Ada aparat
3.Tidak ada aparat pelaksana
resmi 4.Berlaku di seluruh
4.Hanya pada Indonesia
wilayah tertentu
10 Pamungkas Satya Putra
 Norma Agama merupakan aturan hidup dan kehidupan manusia yang berisi
kepercayaan akan perintah, anjuran dan larangan dari Tuhan Yang Maha Esa
yang bertujuan untuk mencapai kesucian, keimanan dan ketaqwaan; (sanksi
akan diterima di Akhirat);
 Norma Kesusilaan (moral) merupakan aturan moral manusia yang
didasarkan kepada hati nurani atau akhlak yang merupakan nilai-nilai moral
yang mengikat manusia yang tertuju kepada kehidupan pribadi (sanksi
dikucilkan oleh orang-orang);
 Norma Kesopanan (adat istiadat) merupakan aturan tingkah laku di dalam
suatu masyarakat pada waktu dan tempat tertentu yang bertujuan untuk
menikmati kehidupan antar pribadi yang memiliki hakekat yaitu kepantasan,
kepatutan atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat (sanksi dapat
dikeluarkan dari masyarakat tersebut);
 Norma Hukum merupakan aturan yang dibentuk oleh badan atau pejabat
yang berwenang baik tertulis maupun tidak tertulis yang berisi akan perintah,
anjuran dan larangan, serta sanksi bagi setiap yang melanggarnya (sanksi
dapat berupa administratif, perdata dan pidana);
11 Pamungkas Satya Putra
 Norma Hukum (legal norm, rechtsnormen)
Sudikno Mertokusumo menegaskan bahwa:
“Kaidah hukum lazimnya diartikan sebagai peraturan hidup yang
menentukan bagaimana manusia itu seyogyanya berperilaku,
bersikap di dalam masyarakat agar kepentingannya dan kepentingan
orang lain terlindungi”.
Fungsi dari norma hukum menurut Mochtar Kusumaatmadja
dalam buku Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan yang
dikutip oleh I Gde Pantja Astawa dan Suprin Na’a menegaskan
bahwa:
1. Berfungsi untuk menciptakan ketertiban, keamanan dan ketenangan
(law as a tool of social control);
2. Berfungsi untuk memperbaharui perilaku (law as a tool of social
engineering);
3. Berfungsi untuk membangun peradaban manusia (law as a tool of
building human civilization).
12 Pamungkas Satya Putra
Ciri Norma Hukum
Rosjidi Ranggawidjaja menegaskan bahwa ciri norma hukum, yaitu:
1. Adanya paksaan dari luar yang berwujud ancaman hukum bagi
pelanggarnya (biasanya berupa sanksi fisik yang dapat dipaksakan
oleh alat negara);
2. Bersifat umum, yaitu berlaku bagi siapa saja.
Maria Farida Indrati S menegaskan bahwa ciri norma hukum yaitu:
1. Norma hukum bersifat heteronom karena datang dari luar diri
manusia sendiri;
2. Norma hukum dapat dilekati dengan sanksi pidana atau sanksi
pemaksa secara fisik, sedangkan norma-norma lain tidak dapat
dilekati dengan sanksi pidana atau sanksi pemaksa secara fisik;
3. Saksi pidana atau sanksi pemaksa dalam norma hukum
dilaksanakan oleh aparat negara, sedangkan dalam norma-norma
lain datang dari diri sendiri.

13 Pamungkas Satya Putra


Rachmat Trijono menegaskan bahwa norma hukum dibedakan dengan
norma-norma lainnya karena:
1. Bersifat heteronom, yakni datangnya dari luar, bukan dari dalam diri
sendiri, bisa diikuti sanksi yang dapat dipaksakan oleh negara;
2. Proses pembuatannya mengikuti tata cara tertentu;
3. Dibuat oleh pejabat atau lembaga negara yang berwenang;
4. Mengikuti hierarki tertentu;
5. Bersifat abstrak dan umum.
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto menegaskan bahwa:
Kaidah hukum harus ada di samping kaidah-kaidah lainnya, karena:
1. Ketiga tata kaidah yang lain dari kaidah hukum tidak cukup meliputi keseluruhan
kehidupan manusia, misalnya: Pencatatan, kelahiran, perkawinan ataupun kematian
dan juga peraturan lalu lintas dan angkutan jalan raya;
2. Kemungkinan hidup bersama menjadi tidak pantas atau tidak seyogianya, apabila
hanya diatur oleh ketiga tata kaidah tersebut.

14 Pamungkas Satya Putra


Ciri Norma Hukum
Menurut Jimly Asshiddiqie norma hukum (rechtsnormen, legal
norm) sebagai pelembagaan nilai-nilai dan sekaligus sebagai patokan
atau standar, berisikan:
1. Kebolehan atau yang dalam bahasa Arab disebut ibahah, mubah
(permittere);
2. Anjuran positif untuk mengerjakan sesuatu atau dalam bahasa Arab
disebut sunnah;
3. Anjuran negatif untuk tidak mengerjakan sesuatu atau dalam
bahasa Arab disebut makruh;
4. Perintah positif untuk melakukan sesuatu atau kewajiban
(obligattere);
5. Perintah negatif untuk tidak melakukan sesuatu atau yang dalam
bahasa Arab disebut haram atau larangan (prohibere).

15 Pamungkas Satya Putra


Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto menegaskan bahwa
norma hukum berisikan:
1. Suruhan (gebod, obligattere) yaitu berisi apa yang harus dilakukan
oleh manusia, berupa suatu perintah untuk melakukan sesuatu;
2. Larangan (verbod, prohibere) yaitu berisi apa yang tidak boleh
dilakukan;
3. Kebolehan (mogen, permittere) yaitu berisikan apa yang
dibolehkan, artinya tidak dilarang dan tidak disuruh.
A. Hamid S. Attamimi menegaskan bahwa norma-norma hukum
mengandung sifat-sifat yaitu:
1. Perintah (gebod);
2. Larangan (verbod);
3. Pengizinan (toestemming);
4. Pembebasan (vrijstelling).

16 Pamungkas Satya Putra


 Amiroeddin Syarif menegaskan bahwa kaidah hukum memiliki
sifat-sifat yaitu:
1. Imperatif yaitu berupa perintah yang secara apriori harus ditaati,
baik berupa suruhan maupun larangan;
2. Fakultatif yaitu tidak secara apriori mengikat atau wajib dipatuhi.

17 Pamungkas Satya Putra


Norma Statis dan Norma Dinamis
 Hans Kelsen dalam buku The General Theory Law and State
mengemukakan terdapat dua (2) sistem norma yaitu:
1. Sistem norma statis ( nomostatis) yaitu sistem yang melihat “isi”
suatu norma. Norma umum dapat ditarik menjadi norma khusus atau
norma khusus dapat ditarik dari norma umum.

18 Pamungkas Satya Putra


2.Sistem norma dinamik (nomodynamic) yaitu sistem norma yang
melihat pada berlakunya suatu norma atau dari cara pembentukan dan
penghapusannya.

Menurut Hans Kelsen, norma itu berlapis-lapis dan berjenjang, dalam


suatu susunan hierarki, di mana norma yang di bawah berlaku dan
bersumber pada norma yang lebih tinggi, norma yang lebih tinggi
berlaku bagi norma yang lebih tinggi lagi dan demikian seterusnya dan
pada akhirnya berhenti pada suatu norma yang tertinggi yang disebut
Grundnorm.

19 Pamungkas Satya Putra


Grundnorm, basic norm atau fundamentalnorm
tidak berdasar dan berlaku dan tidak
bersumber pada norma yang lebih tinggi. Tapi
berlaku secara presupposed

20 Pamungkas Satya Putra


Termasuk Sistem
Manakah
norma hukum

Pamungkas Satya Putra 21


 Hukum sebagai norma hukum dinamik karena:

1.Dibentuk dan dihapus oleh lembaga yang berwenang


membentuknya;
2.Norma pada awalnya tidak dilihat dari segi isi norma tersebut,
tapi segi pembentukannya;
3.Norma hukum berjenjang dan berlapis membentuk hierarki.

Hukum adalah sah/valid apabila dibentuk oleh lembaga atau


otoritas yang berwenang dan berdasar norma yang lebih tinggi,
sehingga dalam hal ini norma yang lebih rendah (inferior)
dapat dibentuk oleh norma yang lebih tinggi (superior) dan
hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis membentuk
suatu hierarki.

22 Pamungkas Satya Putra


Dinamika norma hukum:

1. Dinamika hukum vertikal


Dinamika yang norma hukumnya berjejang dari atas ke bawah
atau dari bawah ke atas.
Contoh: Tata Susunan Norma Hukum RI.
2. Dinamika hukum horizontal
Dinamika yang normanya bergerak ke samping, dinamika ini
tidak membentuk norma baru tapi bergerak kesamping dengan
analogi. Contoh: suatu penarikan norma hukum untuk kejadian-
kejadian yang serupa “pencurian: barang, aliran listrik dipersa-
makan dengan barang”.

23 Pamungkas Satya Putra


Norma hukum dapat berwujud:

A. Norma hukum umum dan norma hukum individual


Apabila suatu norma dilihat dari segi alamat yang dituju
(addressat). Norma tersebut dapat dibedakan menjadi norma
hukum umum dan norma hukum individual, karena didasarkan
kepada subjek norma.
1. Norma hukum umum (algemeen): suatu norma hukum yang
ditujukan untuk orang banyak (umum dan tidak tertentu).
“Umum” berarti bahwa suatu peraturan ditujukan untuk semua
orang “atau semua warga negara”. Contoh:
-Barangsiapa;
-Setiap orang;
-Setiap warga negara.
24 Pamungkas Satya Putra
2. Norma hukum individual (individueel) yaitu norma hukum
yang ditujukan atau dialamatkan (addressat) pada seseorang,
beberapa orang atau banyak orang yang telah ditentukan, sehingga
norma hukum yang individual ini biasanya dirumuskan sebagai
berikut:

-Imam bin Sukarya yang bertempat tinggal di Jl. Flamboyan No. 10


Karawang.
-Para pengemudi bus kota Mayasari Bakti jurusan Blok M-
Rawamangun yang beroperasi antara jam 07.00 sampai jam 08.00
pagi pada tanggal 01 Oktober 2014.

25 Pamungkas Satya Putra


B. Norma hukum abstrak dan norma hukum konkrit
Suatu norma hukum dilihat dari hal yang diatur atau perbuatan/
tingkah lakunya.
1.Norma hukum abstrak: suatu norma hukum yang melihat
pada perbuatan seseorang yang tidak ada batasnya dalam arti
tidak konkrit. Contoh:
-Mencuri;
-Membunuh;
-Menebang pohon.
2.Norma hukum konkrit: suatu norma hukum yang melihat
perbuatan seseorang itu secara lebih nyata (konkrit). Contoh:
-Mencuri motor merek Yamaha berwarna hitam yang diparkir di
Unsika;
-Membunuh si Badu dengan sebuah kujang.
26 Pamungkas Satya Putra
 Sifat-sifat norma hukum yang umum-individual dan norma hukum yang
abstrak-konkrit, terdapat empat panduan kombinasi dari norma-norma
tersebut, yaitu:
1. Norma hukum umum-abstrak: Suatu norma hukum yang ditujukan untuk
umum dan perbuatannya masih bersifat abstrak (belum konkrit). Misalnya:
Undang-undang; Setiap warga negara dilarang mencuri (membunuh/
menebang pohon).
2. Norma hukum umum-konkrit: Suatu norma hukum yang ditujukan untuk
umum dan perbuatannya sudah tertentu (konkrit). Misalnya: Rambu lalu
lintas yang dipasang di suatu tempat tertentu; Setiap orang dilarang
mencuri mobil merek Toyota berwarna putih yang diparkir di depan toko
Sarinah; Setiap orang dilarang membunuh si Badu dengan kujang.
3. Norma hukum individual-abstrak: Suatu norma hukum yang ditujukan
untuk seseorang atau orang-orang tertentu dan perbuatannya bersifat
abstrak (belum konkrit). Misalnya: Izin Gangguan; Si Badu yang bertempat
tinggal di Jl. Durian No. 1 Karawang dilarang mencuri.

27 Pamungkas Satya Putra


4.Norma hukum individual-konkrit: Suatu norma hukum yang
ditujukan untuk seseorang atau orang-orang tertentu dan
perbuatannya bersifat konkrit. Misalnya: Keputusan Tata Usaha
Negara; Si Badi umur 21 Tahun dilarang merokok di kantor tempat
ia bekerja.
C.Norma hukum terus-menerus dan norma hukum sekali
selesai
Norma hukum yang dibedakan dari segi daya laku.
1.Norma hukum yang berlaku terus menerus (dauerhaftig)
merupakan norma hukum yang berlaku tidak dibatasi oleh
waktu, sampai peraturan itu dicabut atau diganti dengan
peraturan yang baru. Contoh:
-Setiap warga negara dilarang untuk mencemari lingkungan.

28 Pamungkas Satya Putra


2.Norma hukum yang berlaku sekali-selesai (einmalig): Suatu
norma hukum yang berlaku hanya satu kali saja dan setelah itu
selesai, jadi sifatnya hanya menetapkan saja. Contoh: Penetapan
seseorang sebagai Pegawai Negeri Sipil; Penetapan seseorang untuk
membangun rumah.
Suatu keputusan yang bersifat penetapan (beschikking).
No. Norma Hukum Keterangan

1. Norma hukum yang bersifat mengatur yaitu Norma hukum yang


umum-abstrak dan berlaku terus-menerus termasuk dalam peraturan
perundang-undangan
(regeling)
2. Norma hukum yang bersifat menetapkan yaitu Norma hukum yang
individual-konkrit dan sekali-selesai merupakan suatu keputusan
yang bersifat penetapan
(beschikking)

29 Pamungkas Satya Putra


D. Norma hukum tunggal dan norma hukum berpasangan
Suatu norma hukum dapat merupakan norma hukum tunggal
dan dapat juga berwujud norma hukum yang berpasangan.
1. Norma hukum tunggal: Suatu norma hukum yang berdiri sendiri
tanpa diikuti oleh suatu norma hukum lainnya, jadi isinya hanya
merupakan suatu suruhan (das Sollen) tentang bagaimana
hendaknya seseorang bertindak atau bertingkah laku. Contoh:
-Hendaknya setiap manusia memanusiakan manusia lainnya;
-Hendaknya engkau berperikemanusiaan;
-Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama lima tahun,
dan sesudahnya dapat dipilih kembali
(Naskah Asli UUD Tahun 1945 sebelum Perubahan).
2. Norma hukum berpasangan: Suatu norma hukum yang terdiri
atas dua (2) norma hukum yaitu norma hukum primer dan norma
hukum sekunder.

30 Pamungkas Satya Putra


a. Norma hukum primer: norma hukum yang berisi aturan/patokan
bagaimana cara seseorang harus berperilaku di dalam masyarakat
(das Sollen). Contoh:
-Hendaknya engkau tidak mencuri;
-Hendaknya engkau tidak menghilangkan nyawa orang lain;
-Hendaknya engkau tidak menganiaya orang lain.
b. Norma hukum sekunder: norma hukum yang berisi tata cara
penanggulangannya apabila norma hukum primer itu tidak
dipenuhi atau tidak dipatuhi (das Sollen). Contoh:
- “(...) apabila engkau mencuri maka engkau dihukum 3 bulan”.

31 Pamungkas Satya Putra


Wujud Norma Hukum

Norma Tunggal

Norma Hukum

Primer

Norma
Berpasangan Sekunder

32 Pamungkas Satya Putra


Bila kita melihat norma hukum primer dan norma sekunder,
disebut apakah hubungan antara keduanya?

Contoh :
Hendaknya engkau tidak membunuh, apabila engkau
membunuh dihukum 15 tahun.

Apakah hubungan diatas adalah kasualitet (sebab akibat) ?

“Kasualitet adalah perbuatan tertentu selalu akan


mengakibatkan kondisi atau keadaan tertentu”.

33 Pamungkas Satya Putra


34 Pamungkas Satya Putra
No. Sudut Pandang Macam Keterangan
1. Addressat 1. Umum Umum Abstrak
2. Individual Umum Konkret
2. Hal yang diatur Abstrak Individual Abstrak
Konkret Individual Konkret
3. Daya berlaku Einmalig Sekali-selesai
Dauerhaftig Terus-menerus
4. Bentuk isi Tunggal Primer
Berpasangan Primer-Sekunder
5. Sifat Regeling Peraturan
Beschikking Ketetapan
6. Sistem Nomostatic Norma Statis
Nomodynamic Norma Dinamis

35 Pamungkas Satya Putra


Lingkungan kuasa berlakunya norma hukum

1. Lingkungan kuasa tempat (ruintegebeid, terrritorial sphere)


menunjukan tempat berlakunya norma hukum (Misalnya: Perda
Kab/Kota, Perda Prov).
2. Lingkungan kuasa persoalan (zakengebeid, material sphere)
menyangkut masalah atau persoalan yang diatur (privat atau
publik).
3. Lingkungan kuasa orang (personengebeid, personal sphere)
menyangkut orang yang diatur (setiap penduduk atau hanya untuk
PNS).
4. Lingkungan kuasa waktu (tijdgebeid, temporal sphere)
menunjukan sejak kapan dan sampai kapan berlakunya sesuatu
norma hukum tersebut.

36 Pamungkas Satya Putra


Norma Hukum Dalam Peraturan Perundang-undangan
 D.W.P Ruiter menegaskan bahwa peraturan perundang-undangan
(wet in materiele zin) mengandung tiga unsur:
1. Norma hukum (rechtsnorm);
2. Berlaku ke luar (naar buiten weken);
3. Bersifat umum dalam arti luas (algemeenheid in ruime zin).
Ruiter menegaskan bahwa sebuah norma (termasuk norma hukum)
mengandung unsur-unsur berikut:
1. Cara keharusan berperilaku disebut operator norma (modus van
behoren);
2. Seorang atau sekelompok orang disebut subjek norma (norm-
addressat);
3. Perilaku yang dirumuskan disebut objek norma (normgedrag);
4. Syarat-syarat disebut kondisi norma (normcondities).

37 Pamungkas Satya Putra


Kasualitet dikenal dalam ilmu alam. Contoh: air akan
membeku pada 0 derajat, air mendidih pada 100 derajat
di mana kondisi atau keadaan tertentu akan menimbulkan
gejala/akibat yang tertentu pula. Dari contoh norma hukum
primer dan sekunder, akibat yang ditimbulkan karena tidak
terpenuhinya norma hukum primer tidak selalu
mengakibatkan dipidana/dihukum dengan hukuman yang
sama.
Jadi hubungan antar norma hukum primer dan sekunder
adalah Zurechnung atau pertanggungjawaban. Di mana
seorang yang melakukan suatu perbuatan yang dikenankan
pidana hanya dapat dijatuhi sanksi pidana sebatas apa yang
dapat dipertanggung jawabkan terhadap perbuatan tersebut.

38 Pamungkas Satya Putra


Daya Laku (Validity) dan Daya Guna (Efficacy)

Daya Laku (validitas)


Suatu norma berlaku karena mempunyai daya laku atau karena
mempunyai keabsahan (validity/Geltung). Validity ini berlaku
apabila norma tersebut dibentuk oleh norma yang lebih tinggi atau
dibentuk oleh lembaga yang berwenang.
Daya Guna (efektifitas)
Selain itu, berhubungan dengan berlakunya suatu norma biasanya
dihadapkan pula dengan efficacy dari norma tersebut. Dalam hal ini
kita melihat apakah suatu norma yang ada dan berlaku itu bekerja
atau berdaya guna secara efektif atau tidak, atau apakah norma itu
ditaati.

39 Pamungkas Satya Putra


Sumber-sumber Hukum Tata Negara

 Paton:
“The term sources of law has many meanings and its frequent
cause of error unless we scrutines carefully the particular
meaning given to it any particular text”.
 Sumber hukum memiliki banyak pengertian dan sering
menimbulkan kesalahan, dengan pengecualian apabila diteliti
dengan benar tentang berbagai arti tertentu.
 Sumber hukum terbagi atas:
1. Sumber hukum formil: sumber hukum yang dikenal dari
bentuk;
2. Sumber hukum Materiil: sumber hukum yan menentukan isi
hukum.

Pamungkas Satya Putra 40


1. Sumber hukum materiil: dasar dan pandangan hidup bernegara,
serta kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat
merumuskan kaidah-kaidah hukum tata negara;
2. Sumber hukum formil:
a.Hukum perundang-undangan ketatanegaraan;
b.Hukum adat ketatanegaraan (rembug desa);
c.Hukum kebiasaan (costum) ketatanegaraan atau konvensi
ketatanegaraan;
(perbuatan dalam kehidupan ketatanegaraan yang dilakukan
berulang kali, sehingga diterima dan ditaati dalam praktek
ketatanegaraan)
d.Yurisprudensi ketatanegaraan;
e.Traktat (treaty) atau perjanjian internasional ketatanegaraan;
f.Doktrin (doctrine) ketatanegaraan.

Pamungkas Satya Putra 41


1. Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966 tentang
Memorandum DPR-GR mengenai Sumber Tertib Hukum
Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan Perundangan
Republik Indonesia, yaitu:
a. Undang-Undang Dasar 1945;
b. Ketetapan MPRS/MPR;
c.Undang-undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang (Perpu);
d.Peraturan Pemerintah;
e.Keputusan Presiden;
f.Peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya, seperti:
1.Peraturan Menteri;
2.Instruksi Menteri dan lain-lain.

Pamungkas Satya Putra 42


2. Kemudian dirubah oleh Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan
Peraturan Perundang-undangan, yaitu:
a.Undang-Undang Dasar 1945;
b.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia;
c.Undang-undang;
d.Peraturan Pemerintah pengganti undang-undang (Perpu);
e.Peraturan Pemerintah;
f.Keputusan Presiden;
g.Peraturan Daerah.
3.Kemudian dirubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, Pasal 6
adalah sebagai berikut:
a.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
c.Peraturan Pemerintah;
d.Peraturan Presiden;
e.Peraturan Daerah.
4.Kemudian dirubah oleh Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Jenis
dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan Pasal 7, terdiri
atas:
a.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945;
b.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang;
d.Peraturan Pemerintah;
e.Peraturan Presiden;
f.Peraturan Daerah Provinsi; dan
g.Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Terima Kasih
Waasalamu’alaikum WR. WB.

46 Pamungkas Satya Putra

Anda mungkin juga menyukai