Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/357553386

ANALISIS PENYELESAIAN KAPAL TANKER IRAN YANG MELANGGAR HUKUM


LAUT INTERNASIONAL DENGAN MEMASUKI WILAYAH INDONESIA

Article · January 2022

CITATIONS READS

0 8,314

1 author:

Annisa Qonitah Ramadhani


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Annisa Qonitah Ramadhani on 04 January 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS PENYELESAIAN KAPAL TANKER IRAN YANG
MELANGGAR HUKUM LAUT INTERNASIONAL DENGAN
MEMASUKI WILAYAH INDONESIA
Annisa Qonitah Ramadhani
Fakultas Hukum, Ilmu Hukum
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email : a.qonitah.law20@mail.umy.ac.id
ABSTRAKSI
Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dimana nenek moyang bangsa Indonesia juga dikenal sebagai pelaut.
Kepulauan Indonesia yang terletak di antara dua benua, yaitu Asia-Australia, serta dua samudra Hindia-Pasifik.
Letak Indonesia yang berada di posisi silang tersebut tentu saja membuat kawasan Nusantara dilalui oleh para
pelaut dari berbagai negeri, baik untuk berdagang ataupun sekedar singgah. Mengenai analisis kapal tanker Iran
melanggar hukum laut internasional dengan memasuki wilayah Indonesia, Iran terbukti bersalah. Iran dinilai salah
karena memasuki perairan laut Indonesia tanpa izin, melakukan transfer minyak

Kata kunci: Kapal Tanker Iran, Hukum Laut Internasional

PENDAHULUAN
Sejak dahulu, laut telah digunakan sebagai jalur perdagangan oleh berbagai negara di
dunia dalam melakukan hubungan dagang. Perkembangan jalur transportasi dan perdagangan
laut mengalami pertumbuhan besar dari masa ke masa. Fungsi utama laut disamping sebagai
penyedia media transportasi, juga guna mendukung terselenggaranya perdagangan
internasional dan sebagai penyedia sumber daya alam yang paling besar, baik sumber daya
alam hayati maupun non-hayati.1
Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dimana nenek moyang bangsa Indonesia juga
dikenal sebagai pelaut. Umumnya, pelaut sangat mengandalkan kapal sebagai alat transportasi
untuk melakukan perjalanan laut atau pelayaran. Hal tersebut menjadikan jalur laut menjadi
jalan pendistribusian barang dan jasa yang paling efektif. Hal tersebut pun dinilai karena
kapasitas angkut laut menggunakan kapal mempunyai muatan dan kapasitas yang lebih besar
jika dibandingkan dengan jalur darat dan udara. Selain itu, regulasi pelayaran dan keselamatan
kapal selalu ditingkatkan, sehingga kapal termasuk transportasi yang aman dan juga dinilai
lebih ramah lingkungan karena regulasi dalam mengatur pencemaran dan pemakaian bahan
bakar semakin diperketat.
Kepulauan Indonesia yang terletak di antara dua benua, yaitu Asia-Australia, serta dua
samudra Hindia-Pasifik. Letak Indonesia yang berada di posisi silang tersebut tentu saja
membuat kawasan Nusantara dilalui oleh para pelaut dari berbagai negeri, baik untuk
berdagang ataupun sekedar singgah. Dapat disimpulkan bahwa Indonesia yang terletak di
posisi silang, berarti menunjukkan bahwa Indonesia memiliki jalur perdagangan laut strategis.

1
Dhiana Puspitawati, Hukum Laut Internasional (Jakarta: Penerbit KENCANA, 2017), hal. 1.
Sebagai titik tengah dari persilangan, faktanya wilayah Indonesia tentu saja memiliki
konsekuensi tersendiri. Dampak negatifnya, Indonesia harus selalu mengatasi segala ancaman
yang bisa saja terjadi di sepanjang jalur transportasi lautnya. Sedangkan sisi positifnya,
Indonesia bisa dengan mudah berinteraksi dengan negara-negara tetangga dalam kancah
internasional.
Adapun sejarah transportasi dan rute perdagangan Indonesia telah berkembang dari era
kolonial nusantara, terhitung dari pasca kemerdekaan sampai dengan saat ini. Kegiatan
perdagangan di Indonesia pun disokong oleh fasilitas transportasi laut yang telah disiapkan
oleh negara. Masyarakat dari berbagai bangsa ataupun negara juga dapat mengadakan berbagai
macam pertukaran melalui laut. Baik dari komoditi perdagangan sampai dengan ilmu
pengetahuan.2 Namun, terdapat konsekuensi bagi para pelaut asing jika ingin datang nantinya,
maka ia harus meminta izin terlebih dahulu. Baik perdagangan domestik maupun internasional.
Indonesia sudah menyiapkan program tol laut yang menyediakan harga lebih murah.
Tentu, hal ini akan memberikan keefektifan yang lebih bagi para pedagang atau pengguna laut
dan serta dapat menurunkan biaya jalan. Dengan begitu, bukan hanya pedagang dari pulau ke
pulau Indonesia lainnya saja yang akan diuntungkan, namun juga pedagang asing yang menjual
dagangannya di jalur perairan Indonesia.
Adapun pengaturan hukum laut sangat dianggap penting bagi masyarakat internasional
karena: Pertama, pengaturan hukum laut dapat meningkatkan keamanan masyarakat
internasional yang melakukan pelayaran di lautan; Kedua, pengaturan hukum laut penting guna
menjaga kestabilan dunia yang bersumber dari sumber daya alam di lautan.3 Sehingga, hal
tersebut tidak dapat menimbulkan konflik bagi negara lainnya untuk berebut hak atas akses
wilayah laut guna eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di laut yang telah ada sejak
abad ke-15.
United Nations Convention on the Law of The Sea 1982 (UNCLOS 1982) merupakan
hasil dari Konfrensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut yang mendefinisikan
hak dan tanggung jawab dalam pengunaan lautan di dunia, serta menetapkan pedoman untuk
bisnis, lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam laut. UNCLOS dibentuk dengan adanya
dorongan permasalahan yang terjadi di laut namun tidak dapat diselesaikan. Munculnya
UNCLOS diharapkan mampu mengatur hukum laut yang sebelumnya tidak ada. Seperti
mengenai hak lintas damai di laut teritorial, kebebasan di laut bebas, kriteria landas kontinen,
dan asas negara kepulauan.
The United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) yang merupakan
organisasi utama Majelis Umum PBB dalam menangani isu perdagangan, investasi, dan
pembangunan memperkirakan bahwa sekitar 80% dari perdagangan internasioanal diangkut
melalui laut.4 Semakin bertambahnya pemanfaatan laut, tentu sebenarnya akan semakin baik,
namun juga menimbulkan risiko terjadinya sebuah sengketa. Salah satu sengketa tersebut ialah
terjadinya Illegal, Unreported, and Unregulated Fishing (yang selanjutnya dikenal dengan

2
Yuda Prinada, “Sejarah Perkembangan Jalur Transportasi & Perdagangan di Indonesia", https://tirto.id/gbJh
(diakses pada 25 Desember 2021, pukul 22:46)
3
Chairul Anwar, Hukum Internasional: Horizon Baru Hukum Laut Internasional: Konvensi Hukum Laut 1982,
Penerbit Djambatan, Jakarta, 1989, hal. 103.
4
China Power Team, “How much trade transits the South China Sea?”, https://chinapower.csis.org/much-
trade-transits-south-china-sea/ (diakses pada 25 Desember 2021, pukul 22:46)
IUU Fishing), penenggelaman kapal, uji coba senjata militer, serta perebutan batas laut
teritorial.5
UNCLOS mengatur tentang dua hal pokok, yang pertama tentang masalah kedaulatan
dan yurisdiksi suatu negara atas wilayah laut yang meliputi pelayaran, lintas kapal dan pesawat
asing terutama pesawat militer asing; yang kedua, mengatur tentang eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya alam, baik hayati maupun non-hayati serta penyelesaian sengketa internasional
berkenaan dengan interpretasi dan implementasi rejim hukum yang baru sebagaimana diatur
dalam Konvensi Hukum Laut 1982. 6
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana penyelesaian pelanggaran hukum laut internasional yang dilakukan oleh
Iran terhadap Indonesia?
PEMBAHASAN
Pada awal 2021 lalu, Indonesia mendapati bahwa kapal tanker Iran melanggar hak lintas
hukum internasional dengan memasuki wilayah Indonesia, tepatnya di perairan Kalimantan
untuk melakukan pemindahan minyak secara ilegal bersamaan dengan Panama. Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia yang saat itu menduga kapal tanker minyak (MT) Freya
berbendera Iran langsung disita oleh Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla)
karena melanggar hukum internasional.
Kapal tanker Iran dan Panama melanggar hak lintas transit pada Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI) dan mematikan sistem identifikasi, Automatic Identification System (AIS).
Dua kapal tersebut, MT Horse (Iran) dan MT Freya (Panama), diduga melakukan pemindahan
minyak seara ilegal dan melanggar UU No.17/2006 tentang kepabeanan dan UU No.22/2001
tentang Migas.
Adapun negara Indonesia adalah negara kepulauan pertama yang berhasil menetapkan 3
Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Penentuan ALKI tersebut dilakukan dengan cara
menafsirkan ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982 dan mengadakan serangkaian
pertemuan dengan beberapa negara seperti; Malasyia, Sinagapura, Filipina, Amerika Serikat,
Australia, Inggris, Jepang serta melibatkan International Maritime Organization (IMO) dan
International Hydrographic Organization (IHO).7 Dengan penetapan ALKI, muncul banyak
persoalan terutama mengenai ancaman keselamatan dan keamanan pelayaran disepanjang
alur laut kepulauan. Tentunya hal ini berkaitan dengan pengawasan dan pengendalian di
sepanjang alur laut kepulauan yang sudah menjadi perairan internasional.8
AIS atau automatic identification system adalah sistem pelacakan kapal otomatis yang
memberi informasi tentang keadaan kapal, termasuk rincian posisi, waktu, haluan dan
kecepatan kapal, demi kepentingan keselamatan pelayaran. Pemerintah Indonesia lewat
Peraturan Menteri Perhubungan No.7/2019 tentang Pemasangan dan Pengaktifan Sistem

5
Yordan Gunawan, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern, Yogyakarta, LP3M UMY, hlm.
6
Dhiana Puspitawati, Hukum Laut Internasional (Jakarta: Penerbit KENCANA, 2017), hal. 5
7
Siti Merida Hutagalung, “PENETAPAN ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI): MANFAATNYA DAN
ANCAMAN BAGI KEAMANAN PELAYARAN DI WILAYAH PERAIRAN INDONESIA”, Jurnal Asia Pacific Studies. Vol.
1 No. 1. Jakarta Timur, 2017, hal. 77
8
Ibid.,
Identifikasi Otomatis bagi Kapal yang berlayar di Wilayah Perairan Indonesia mengharuskan
pemasangan dan pengaktifan AIS ini bagi setiap kapal berbendera Indonesia dan kapal asing
yang berlayar di wilayah perairan Indonesia
Kedua kapal tersebut pun diketahui menyembunyikan identitas kapal yang ditutup
dengan kain dan jaring serta tidak mengibarkan bendera kebangsaan dengan melanggar UU
No.17/2008 tentang Pelayaran.
Adapun Iran juga sebelumnya telah dituduh berusaha menyembunyikan penjualan
minyaknya untuk menghindari sanksi Amerika Serikat (AS) yang melumpuhkan. Tidak hanya
itu, Iran juga kerap dituduh menjual minyaknya secara ilegal di perairan internasional dengan
menonaktifkan sistem pelacakan pada tanker-tankernya. Hal ini melanggar UU No.22/2001
tentang Migas.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi kedaulatannya di perairan, Indonesia juga harus
memperhatikan kepentingan masyarakat internasional dalam menggunakan perlintasan laut,
yaitu lintas damai, lintas alur laut kepulauan dan lintas transit. Hal tersebut senada dengan pasal
51 Konvensi Hukum Laut 1982 agar negara kepulauan menghormati negara tetangga jika
melintas di perairan kepulauan.
Dalam rangka menindaklanjuti pasal 51 Konvensi Hukum Laut 1982, pemerintah telah
mengeluarkan berbagai peraturan dibidang kelautan yaitu UU No. 6 Tahun 1996 tentang
Perairan Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2002 tentang Peraturan Pemerintah
No. 37 Tahun 2002 tentang Hak dan Kewajiban Kapal dan Pesawat Udara Asing dalam
Melaksanakan Hak Lintas Alur Kepulauan. Akses kepada kapal dan pesawat udara Malaysia,
hak lintas akses dan komunikasi hasil kerjasama bilateral dituangkan dalam UU No. 1 Tahun
1983. Ketentuan tersebut dibuat sebagai bentuk kewajiban kepada masyarakat internasional
yang dilakukan oleh negara kepulauan, walaupun dalam penentuan alur dan lintas kepulauan
akan banyak menimbulkan banyak kesulitan karena bersinggungan dengan kepentingan
banyak negara. Penetapan alur kepulauan sebagai rezim baru untuk pelaksanaan pelayaran dan
penerbangan internasional wajib dilaksanakan sebagaimana diatur Konvensi Hukum Laut
1982.
Konvensi PBB tentang Hukum Laut II Tahun 1982 (UNCLOS 1982) sudah diratifikasi
oleh Indonesia dengan hukum nasionalnya yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985.
Konvensi ini sudah berlaku penuh di perairan Indonesia dan di perairan negara-negara yang
sudah meratifikasi dengan undang-undang nasionalnya. Bagi bangsa Indonesia, Konvensi ini
sangat bermakna dan berarti karena dengan adanya Konvensi ini Indonesia diakui secara
yuridis sebagai negara kepulauan oleh negara-negara di dunia, memiliki ZEE 200 mil laut dan
lebar laut teritorial 12 mil serta yang paling penting lagi antara pulau yang satu dengan pulau
lainnya tidak ada perairan bebas atau perairan internasional.
Permasalahan-permasalahan dalam hukum laut internasional banyak terjadi terutama
permasalahan batas laut antar negara, perikanan dan kepemilikan pulau-pulau di perbatasan.
Sering permasalahan-permasalahan tersebut di atas membuat negara-negara bersengketa
sehingga permasalahannya dibawa ke Mahkamah Internasional (International Court of Justice)
bahkan ada yang sampai terjadi konflik bersenjata.9 Oleh karena itu, dengan berpedoman dari

9
Yordan Gunawan, 2012, “Penegakan Hukum terhadap Pembajakan di Laut Melalui Yurisdiksi Mahkamah
Pidana Internasional”, Jurnal Media Hukum, Vol. 19 No. 1, hlm. 72-86.
ketentuan-ketentuan UNCLOS 1982 diharapkan semua negara menyelesaikan permasalahan
sesuai hukum laut internasional yang berlaku dalam UNCLOS 1982 itu sendiri.10
Pada Januari 2021 lalu, pemerintah tengah menggelar penyidikan dua kapal tanker
berbendera Iran dan Panama yang ditangkap di perairan Pontianak, Kalimantan Barat.
"Dua kapal ini tertangkap tangan sedang melaksanakan kegiatan ilegal di perairan
Indonesia", tegas Kepala Bakamla RI Laksdya TNI Aan Kurnia usai menggelar rapat dengan
Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD serta Dirjektur
Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan R. Agus H di Kantor Kementerian
Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Jakarta, Jumat (26/2).11
Dugaan awal, kapal berjenis motor tanker (MT) Horse yang berbendera Iran, dan MT
Frea yang berbendera Panama diamankan 24/1 oleh Kapal Negara (KN) Pulau Marore - 322
Bakamla RI. Kedua kapal tanker melanggar hak lintas transit pada Alur Laut Kepulauan
Indonesia (ALKI) I. Kemudian keduanya keluar dari batas 25 Neutical mile (Nm) melakukan
lego jangkar di luar ALKI, melaksanakan ship to ship transfer BBM ilegal, tidak mengibarkan
bendera kebangsaan, AIS dimatikan, ditemukannya beberapa pucuk senjata, serta adanya
tumpahan minyak yang diakibatkan oleh MT Frea.12
Tak berselang lama dari waktu penangkapan kapal, Mahfud MD memerintahkan
beberapa kementerian dan lembaga terkait lainnya untuk segera berkoordinasi dan membentuk
satgas penyelesaian hukum. Hal ini guna menyelidiki lebih dalam dan mengumpulkan bukti
konkrit agar proses penegakan hukum dapat berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sementara itu, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, R.
Agus H membenarkan adanya pelanggaran tersebut dan menegaskan kedua kapal tengah
diproses hukum. Tim penyidik yang diterjunkan, tengah berkoordinasi dengan kementerian
atau lembaga terkait pendalaman dasar hukum yang berlaku untuk menindak tegas pelanggaran
tersebut. Deputi III Bidang Koordinasi Hukum dan Ham Kemenko Polhukam, Sugeng
Purnomo menambahkan terkait tindak pidana pelanggaran sedang ditangani oleh penyidik dari
Kementerian Perhubungan.
Terkait pencemaran lingkungan, sedang ditangani penyidik dari Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dalam hal tersebut, ditemukannya senjata beserta
amunisinya, sedang ditangani oleh penyidik dari Bareskrim Polri.
Penyelesaian pelanggaran hukum laut internasional yang dilakukan Iran terhadap
Indonesia
Terkait penyelesaian pelanggaran hukum laut internasional yang dilakukan Iran
terhadap Indonesia faktanya bahwa setelah melalui proses hukum, Indonesia telah melepas
kapal tanker Iran dan kapal Panama yang disita pada awal tahun karena dicurigai melakukan
transfer minyak ilegal. Setelah proses hukum, kapal tanker minyak mentah - MT Horse

10
Mangisi Simanjuntak. Konvensi PBB 1982 Tentang Hukum Laut: Makna Dan Manfaatnya Bagi Bangsa
Indonesia (Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2018), hal. 13
11
Cahya Mulyana, “Sanksi Terhadap Kapal Tanker Iran dan Panama Segera Ditentukan”,
https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/387323/sanksi-terhadap-kapal-tanker-iran-dan-panama-
segera-ditentukan (diakses pada 28 Desember 2021)
12
Ibid.,
berbendera Iran dan MT Freya berbendera Panama - meninggalkan Indonesia pada Jumat
(28/5).
Kapten kedua kapal tanker tersebut dinyatakan bersalah karena memasuki wilayah
Indonesia tanpa izin. Kapten MT Horse Iran Mehdi Monghasemjahromi dan kapten MT Freya
China Chen Yo Qun masing-masing dijatuhi hukuman penjara yang ditangguhkan selama satu
tahun dengan masa percobaan dua tahun. Adapun pengadilan juga memerintahkan Chen untuk
membayar denda Rp 2 miliar (US$ 140.000) karena membuang minyak secara ilegal di
perairan Indonesia.
Kedua kapten dibebaskan dari tahanan dan diyakini telah meninggalkan Indonesia
bersama kru lainnya pada hari Jumat meskipun mereka dijatuhi hukuman. Pada bulan Januari
2021 lalu, kapal tanker itu terlihat di lepas pantai Kalimantan, bagian Indonesia dari pulau
Kalimantan, dan kemudian ditangkap setelah awak kapal tidak menanggapi panggilan radio.
Kapal MT Horse telah dibebaskan (pada hari Jumat) setelah 125 hari setelah proses hukum
berhasil diselesaikan
Iran telah meminta pemerintah Indonesia untuk memberikan keterangan terkait
penyitaan kapal tanker berbendera Iran di perairan Kalimantan. Permintaan ini disampaikan
juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, dalam keterangan pers
mingguan hari Senin (25/01) yang disiarkan oleh televisi. Khatibzadeh mengatakan penyitaan
itu terjadi karena "masalah teknis" dan ia sepertinya mengisyaratkan bahwa insiden ini "biasa
terjadi di sektor pengiriman oleh kapal".
"Otoritas Pelabuhan kami dan perusahaan pemilik kapal sedang mencari penyebab
masalah dan menyelesaikannya," kata Khatibzadeh dalam konferensi pers mingguan yang
disiarkan televisi, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.
Juru bicara petugas penjaga pantai di Indonesia, Wisnu Pramandita, mengatakan kapal
tanker yang disita di perairan lepas Kalimantan akan dikawal ke Pulau Batam di Provinsi
Kepulauan Riau untuk penyelidikan lebih lanjut.
"Kapal tanker, pertama kali terdeteksi pada pukul 5:30 waktu setempat (24/01),
menyembunyikan identitas mereka dengan tidak menunjukkan bendera nasional mereka,
mematikan sistem identifikasi otomatis dan tidak menanggapi panggilan radio," kata Wisnu
dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu.
Wisnu mengatakan kepada Reuters pada hari Senin (25/01) bahwa kapal itu "tertangkap
basah" mentransfer minyak dari MT Horse ke MT Freya dan terlihat ada tumpahan minyak di
sekitar kapal tanker penerima.
Wisnu menambahkan bahwa 61 awak kapal tersebut adalah warga negara Iran dan
China yang telah ditahan. Organisasi Maritim Internasional mengharuskan kapal menggunakan
transponder untuk keselamatan dan transparansi. Kru bisa mematikan perangkat jika ada
bahaya pembajakan atau bahaya serupa. Tetapi transponder sering kali dimatikan untuk
menyembunyikan lokasi kapal selama aktivitas terlarang.
Kedua supertanker itu, masing-masing mampu membawa dua juta barel minyak dan
terakhir terlihat awal bulan ini di lepas pantai Singapura, sebagaimana ditunjukan data Refinitiv
Eikon. Very Large Crude Carrier (VLCC) MT Horse, milik National Iranian Tanker Company
(NITC), hampir terisi penuh dengan minyak sementara VLCC MT Freya, yang dikelola oleh
Shanghai Future Ship Management Co, kosong, kata data itu. NITC belum bisa dihubungi
untuk dimintai komentar.
Pencarian oleh Reuters pada direktori perusahaan China menunjukkan bahwa alamat
kantor terdaftar Shanghai Future Ship Management Co berada di bawah perusahaan lain
bernama Shanghai Chengda Ship Management. Perusahaan itu juga belum memberikan
keterangan terkait insiden ini.
Iran dituduh menyembunyikan destinasi penjualan minyaknya dengan menonaktifkan
sistem pelacakan pada kapal tankernya, sehingga sulit untuk menilai berapa banyak ekspor
minyak mentah yang dilakukan Teheran, sementara negara itu berusaha untuk melawan sanksi
AS. Pada tahun 2018, mantan Presiden Donald Trump menarik Washington dari kesepakatan
nuklir Iran 2015 dan menerapkan kembali sanksi yang bertujuan untuk mengurangi ekspor
minyak Teheran menjadi nol. Iran mengirim kapal MT Horse ke Venezuela tahun lalu untuk
mengirimkan 2,1 juta barel kondensat Iran.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan singkat yang telah dipaparkan mengenai analisis kapal tanker
Iran melanggar hukum laut internasional dengan memasuki wilayah Indonesia, Iran terbukti
bersalah. Iran dinilai salah karena memasuki perairan laut Indonesia tanpa izin, melakukan
transfer minyak ilegal, mematikan AIS agar tidak dapat dilacak, dan menyembunyikan
identitas kapal. Namun, permasalahan kasus tersebut telah diselesaikan dengan kedua belah
pihak, Iran dan Indonesia secara baik. Diharapkan Iran sebagai negara anggota dari PPB untuk
menghindari penggunaan cara yang dapat mengancam perdamaian dan keamanan dari hukum
laut internasional itu sendiri.
REFERENCES
BUKU
Puspitawati Dhiana, 2017, Hukum Laut Internasional, Jakarta.
Anwar Chairul, 1989, Hukum Internasional: Horizon Baru Hukum Laut Internasional:
Konvensi Hukum Laut 1982, , Jakarta: Djambatan
Gunawan, Y, 2021, Hukum Internasional: Sebuah Pendekatan Modern, Yogyakarta:
LP3M UMY.
Simanjuntak Mangisi, 2018, Konvensi PBB 1982 Tentang Hukum Laut: Makna Dan
Manfaatnya Bagi Bangsa Indonesia, Jakarta: Mitra Wacana Media
JURNAL
Siti Merida Hutagalung, “PENETAPAN ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA
(ALKI): MANFAATNYA DAN ANCAMAN BAGI KEAMANAN PELAYARAN DI
WILAYAH PERAIRAN INDONESIA”, Jurnal Asia Pacific Studies. Vol. 1 No. 1. Jakarta
Timur, 2017, hal. 77
Yordan Gunawan, 2012, “Penegakan Hukum terhadap Pembajakan di Laut Melalui
Yurisdiksi Mahkamah Pidana Internasional”, Jurnal Media Hukum, Vol. 19 No. 1, hlm. 72-86.
ARTIKEL
Yuda Prinada, “Sejarah Perkembangan Jalur Transportasi & Perdagangan di
Indonesia", https://tirto.id/gbJh (diakses pada 25 Desember 2021, pukul 22:46)
China Power Team, “How much trade transits the South China Sea?”,
https://chinapower.csis.org/much-trade-transits-south-china-sea/ (diakses pada 25 Desember
2021, pukul 22:46)
Cahya Mulyana, “Sanksi Terhadap Kapal Tanker Iran dan Panama Segera Ditentukan”,
https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/387323/sanksi-terhadap-kapal-tanker-iran-
dan-panama-segera-ditentukan (diakses pada 28 Desember 2021)
Mazriea, Eva. “Setelah 4 Bulan Disita, Kapal Tanker Iran dan Panama Dibebask”.
https://www.voaindonesia.com/a/setelah-4-bulan-disita-tanker-iran-dan-panama-
dibebaskan/5909710.html diakses pada 30 Desember 2021
CNN Indonesia. “Indonesia Duga Kapal Tanker Iran Langgar Hukum Internasional”.
https://www.cnnindonesia.com/internasional/20210126101951-106-598408/indonesia-duga-
kapal-tanker-iran-langgar-hukum-internasional. Diakses pada 30 Desember 2021

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai