Anda di halaman 1dari 17

HUKUM INTERNASIONAL

Nama Anggota:
Mitha Gustina (17 4301 007)
Vanisa Dwiputri Riansari (17 4301 023)
Dwi Amelia Lestari (17 4301 028)
Carissa Dwiathiya R. B. (17 4301 029)
Hana Febrianti Pertiwi (17 4301 047)
Pengertian Hukum Internasional

 Hukum internasional (international law ) atau hukum internasional public


(public internasional law ) merupakan istilah yang lebih popular digunakan
saat ini dibandingkan istilah Hukum bangsa-bangsa (law of nationans), hukum
antarnegara (inter state law). Dua istilah terakhir ini ditinggalkan karena
dianggap tidak sesuai lagi dengan kebutuhan. Hubungan internasional sudah
berkembang pesat sedemikian rupa sehingga subjek-subjek negara tidaklah
terbatas pada negara saja sebagaimana di awal perkembangan hukum
internasional.
 Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum internasional (public) adalah
keseluruhan kaidah-kaidah dan asas asas hukum yang mengatur hubungan
atau persoalan yang melintasi batas negara-negara ( hubungan internasional)
yang bukan perdata.
Hukum Internasional dan Hukum Dunia
 Hukum internasional didasarkan atas pemikiran:
1. Masyarakat internasional yang terdiri dari sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka
(independen) dalam arti masing-masing berdiri sendiri tidak di bawah kekuasaan yang lain
(Multi State System).
2. Tidak ada suatu badan yang berdiri di atas negara-negara baik dalam bentuk negara (world
state) maupun badan suprasional yang lain.
3. Merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat internasional sederajat.
Masyarakat internasional tunduk pada hukum internasional sebagai suatu tertib hukum yang
mengikat secara koordinatif untuk memelihara dan mengatur berbagai kepentingan bersama.

 Hukum dunia berpangkal pada pemikiran yang lain:


1. Banyak dianalogikan dengan hukum tata negara, hukum dunia merupakan semacam negara
(federasi) dunia yang meliputi semua negara di dunia ini.
2. Negara dunia secara hirarki berdiri di atas negara-negara nasional.
3. Hukum dunia merupakan suatu tertib hukum sub-ordinasi.
Subjek Hukum Internasional
 Negara
Negara adalah subjek hukum internasional dalam arti klasik, dan telah demikian
halnya sejak lahirnya hukum Internasional.
 Tahta Suci
Tahta Suci (Vatikan) merupakan salah satu subjek hukum internasional yang telah
ada sejak dahulu disamping negara.
 Palang Merah Internasional
Organisasi ini sebagai subjek hukum (yang terbatas) lahir karena sejarah namun
kedudukannya diperkuat dalam perjanjian.
 Organisasi Internasional
Seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Buruh Internasional
(ILO) mempunyai hak dan kewajiban yang ditetapkan dalam konvensi-konvensi
Internasional yang merupakan semacam anggaran dasarnya.
Subjek Hukum Internasional
 Individu
Individu sudah lama dianggap sebagai subjek hukum internasional, yang antara
terdapat dalam:
1. Perjanjian Versailles tahun 1919 yang mengakhiri Perang Dunia I antara
Jerman dengan Inggris dan Perancis, yang di dalamnya terdapat pasal-pasal
yang memungkinkan individu mengajukan perkara ke Mahkamah Arbitrase
Internasional.
2. Perjanjian antara Jerman dan Polandia tahun 1922 mengenai Upper Silesia.
3. Keputusan Mahkamah Internasional Permanen dalam perkara yang menyangkut
pegawai kereta api Danzig.
4. Keputusan organisasi regional dan transnasional seperti PBB, ILO, Masyarakat
Eropa, dan lain-lain.
 Pemberontak dan pihak dalam sengketa (belligerent) Menurut hukum perang ,
pemberontak dapat memperoleh kedudukan dan hak sebagai pihak yang
bersengketa (belligerent))dalam beberapa keadaan tertentu.
Sumber Hukum Internasional
 Dalam hukum Internasional ada 2 tempat yang menunjukan atau mencantumkan
secara tertulis sumber hukum dalam arti formal, yakni pasal 7 konvensi Den Haag XII
tanggal 18 Oktober 1907, yang mendirikan Mahkamah Internasional Perampasan
Kapal di Laut dan dalam pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional Permanen tanggal
16 Desember 1920 yang kemudian diterima berlakunya dalam piagam PBB tertanggal
26 Juni 1945.
 Bagi hukum internasional positif, hanya pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional
sajalah yang penting. Pasal 38 ayat (1) mengatakan bahwa, dalam mengadili perkara
yang diajukan kepadanya, mahkamah Internasional akan mempergunakan:
1. Perjanjian Internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus yang mengandung
ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negara-negara bersengketa.
2. Kebiasaan-kebiasaan Internasional
3. Prinsip hukum umum
4. Sumber hukum tambahan, keputusan pengadilan dan pendapat para sarjana
terkemuka didunia.
5. Keputusan badan perlengkapan organisasi dan lembaga internasional.
Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Hukum Internasional
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan HI:
 Meningkatnya jumlah negara baru akibat proses dekolonisasi.
 Munculnya berbagai organisasi internasional.
 Diakuinya individu sebagai subjek HI.
 Perkembangan teknologi dan komunikasi.
 Muncul dan makin berperannya aktor-aktor non state dalam percaturan internasional
khususnya NGO juga perusahaan transnasional (TNC) yang memberi warna baru pada wajah
hukum internasional.
 Era globalisasi. Globalisasi pada abad ke-20 dan 21 ditandai dengan intensitas:
 Transaksi bisnis yang dilakukan antar pelaku usaha antar negara.
 Melemahnya pelaksanaan kedaulatan negara-negara berkembang (Negara Berkembang) atas
tekanan negara-negara maju (Negara Maju).
 Pemanfaatan hukum internasional oleh Negara Maju untuk berbagai kepentingannya.
 Seiring dengan era globalisasi di atas munculnya isu-isu yang mengglobal seperti demokrasi,
HAM, lingkungan hidup, terorisme yang banyak memengaruhi perkembangan hukum
internasional
Indonesia dan Hukum Internasional
 Sebagai anggota masyarakat bangsa-bangsa Indonesia membutuhkan hukum Indonesia
untuk melakukan interaksi dengan subyek-subyek hukum HI yang lain. satu mamfaat
yang paling di rasakan oleh Indonesia adalah diakui konsep Negara kepulauan dalam
Konvensi Hukum laut PBB 1982.apa yang di perjuangkan Indonesia sejak deklarasi
Juanda 1957 dan dituangkan dalam UU No. 4 Prp 1960 tentang perairan Indonesia
yang semula dianggap tindakan sepihak dan melanggar hukum kebiasaan
International akhirnya memperoleh pengakuan dalam BAB IV Konvensi 1982 disebut .
pengakuan ini sangat berimplikasi pada luas wilaya Indonesia dan yang terpenting
adalah menjaga stabilitas dan keamanan hukum . keberhasilan pemamfaatan hukum
international olrh Indonesia ini menurut hikmanto juwana ditunjang oleh pemikiran
yang logis , konsistensi perjuangan di forum international dan diplomasi yang gigih.
 Sebaliknya Indonesia juga sering kali gagal menggunakan hukum international untuk
menggunakan hukum international untuk melindungi kepentingan misalnya saja
kegagalan Indonesia memperjuangkan Geo Stationery Orbit (GSO) sebagai bagian dari
Indonesia mengingatkan wilaya tersebut terletak diatas wilaya katulistiwa .
perjuangan ini di katakana gagal karena pada tahun 2002 indonesia mengakhiri
meratifikisai Space Treaty 1967 yang tidak mengakui adanya klaim apa pun oleh
negara terhadap ruang angkasa . kegagalan Indonesia ini bersumber pada kurang
logisnya konseep yang diperjuangin dan mendapatan tetangan dari mayoritas negara.
 Kegagalan yang lain misalnya dalam kasus sengketa sipandan ligitan antara Indonesia
dengan Malaysia yang berakhir dengan keluarnya putusan mahkama international 17
Desember 2002 yang menyatakan bahwa Malaysia yang berhak memiliki kedaulatan
atas kedua pulau yang disangketakan . Indonesia gagal menyakitkan para hakim MI
agar kedua pulau yang disengketakan masuk dalam kedaulatan Indonesia.
 Apabila contoh-contoh di atas menunjukan penggunaan HI oleh Indonesia maka
contoh-contoh berikut adalah penggunaan Hukum International oleh subyek-subyek HI
terhadap Indonesia.sebagaimana pernah disinggung sebelumnya negara maju sering
kali menggunakan perjanjian International untuk tercapainya kepentingan negaranya .
perjanjian-perjanjian tersebut banyak yang ‘mengekang’ kebebasan dan kedaulatan
Indonesia . berbagai perjanjian international yang di ikuti oleh Indonesia berdampak
pada berdasarkan ruang gerak pemerintah dalam mengambil kebijakan. Tingkat
ketergantungan ekonomi yang tinggi daari Indonesia terhadap negara maju dan
lembaga keungan international telah menyebabkan kerentanan Indonesia.untuk
memenuhi berbagai desakan dan tekanan.dengan diratifikasinya perjanjian
GGTT/WTO desakan terhadap Indonesia untuk membuka akses pasarnya semakin
tingggi . diberlakukan Undang-Undang desain tata letak Sirkuit terpadu dan
amandemen terhadap UU paten,UU merek dan UU Hak cipta juga tidak lepas dari
akibat keikutwatiran dibentuknya pengadilan international bagi pelaku kejahatan
international di timur memaksa pemerintah Indonesia untuk segera membuat UU
peradilan HAM serta mendirikn pengadilan HAM.
Cara Menyelesaikan Sengketa Internasional
Secara Damai dan Bersahabat

 Negosiasi
Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan yang paling
tua digunakan oleh umat manusia. Penyelesaian melalui negosiasi merupakan
cara yang paling penting. Banyak sengketa diselesaikan setiap hari oleh negosiasi
ini tanpa adanya publisitas atau menarik perhatian publik. Alasan utamanya
adalah karena dengan cara ini, para pihak dapat mengawasi prosedur
penyelesaian sengketanya dan setiap penyelesaiannya didasarkan pada
kesepakatan atau konsensus para pihak
Negosiasi dapat dilangsungkan melalui saluran-saluran diplomatik pada
konperensi-konperensi internasional atau dalam suatu lembaga atau organisasi
internasional.
 Pencarian Fakta (fact finding)
Metode penyelesaian sengketa ini digunakan untuk mencapai penyelesaian sebuah
sengketa dengan cara mendirikan sebuah komisi atau badan untuk mencari dan
mendengarkan semua bukti-bukti yang bersifat internasional, yang relevan dengan
permasalahan.
Tujuan dari pencari fakta (Fact Finding) yang paling utama adalah memberikan laporan
kepada para pihak mengenai fakta yang ada. Sedangkan tujuan lain dari penyelesaian
sengketa internasional dengan cara pencari fakta yaitu :
a. Membetuk suatu dasar bagi penyelesaian semgketa antar dua negara
b. Mengawasi pelaksanaan suatu perjanijian internasional.
c. Memberikan informasi guna membuat putusan ditingkat internasional
Dasar hukum yang dipakai dalam fact finding adalah pasal 9 sampaim dengan 36 haque
convention on the pacific settlement of disputes tahun 1899 dan 1907.
 Good Offices (Jasa-jasa Baik)
Jasa-jasa baik adalah suatu cara penyelesaian sengketa melalui pihak
bantuan pihak yang ketiga. Pihak ketiga ini berupaya agar para pihak
menyelesaikan sengketanya dengan negoisasi. Fungsi dari jasa-jasa baik yang
paling utama adalah memperemukan para pihak agar mereka mau bertemu,
duduk bersama dan bernegoisasi atau dikenal dengan nama fasilisator.
Keikut sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian sengketa dapat dua
macamyaitu atas permintaan para pihak atau inisiatif pihak ketiga sendiri yang
menawarkan jasa-jasa baiknya guna menyelesaiakan sengketa. Dalam kedua cara
ini, syarat mutlak yang harus ada adalah kesepakatan para pihak
 Mediasi
Yang menjadi pihak ketiga ini organisasi internasional, negara ataupun
individu. Pihak ketiga ini dalam sengketa ini dinamakan mediator. Biasanya ia
dengan kapasitasnya sebagai pihak yang netral berupa mendamaikan para pihak
dengan memberikan saran penyelesaian sengketa
Fungsi utamanya adalah mencari solusi (penyelesaian) mengidentifikasi, hal-
hal yang dapat disepakati para pihak serta membuat usulan-usulan yang dapat
mengakhiri sengketa, informal, dan bersifat aktif. Dalam proses negoisasi sesuai
dengan pasal 3 dan 4 haque convention on the pacific settlement ofdisputes
(1907) yang menyatakan bahwa usulan-usulan yang diberikan mediator janganlah
dianggap sebagai suatu tindakan yang bersahabat terhadap suatu pihak (yang
merasa merugikan).
 Konsiliasi
Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa yang sifatnya lebih formal
dibandingkan mediasi. Biasanya konsiliasi ini berbentuk badan konsiliasi yang
dibentuk oleh para pihak melalui perjanjian. Komisi ini berfungsi untuk
menetapkan persyaratan-persyaratan penyelesaian yang diterima oleh para
pihak, sehingga lebih formal atau luas karena ada aturan dan ada lembaga atau
lembaganya.
Para pihak mendengarkan keterangan lisan para pihak dan dapat diwakkili
oleh kuasanya. Hasil fakta-fakta yang diperoleh konsilator (sebutan dari
konsiliasi) menyerahkan laporannya kepada para pihak dengan kesimpulan dan
usulan-usulannya, dan putusannya tidak mengikat karena diterima atau tidaknya
usulan tersebut tergantung sepenuhnya kepada para pihak.
Cara Penyelesaian Paksa dan Memaksa
 Perang dan Tindakan bersenjata Non perang
Keseluruhan tujuan perang adalah untuk menaklukan negara lawan dan mebebankan syarat-
syarat penyelesaiaan diamana negara yang ditaklukan itu tidak memiliki alternative lain selain
mematuhinya.
 Retorsi (retorsion)
Retorsi adalah istilah teknik pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap tindakan-tindakan
yang tidak pantas aatau tidak patut dari negara lain, balas dendam tersebut dilakuakna dalam
bentuk tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat didalam konferensi negara yang
kehormatannya dihina: misalnya merenggangnya hubungan diplomati anta 2 negara, pencabutan
previllage diplomatic dan lain-lain.
 Tindakan-tindakan Pembalasan (Repraisals)
Pembalasan adalah tindakan yang dipakai oleh negara-negara untuk mengupayakan diperolehnya
ganti rugi dari negara-negara lain dengan melakukan tindakan-tindakan yang besifat pembalasan.
Saat ini praktek pembalasan hanya dibenarkan, apabila negara yang dituju oleh pembalasan ini
bersalah melakukan tindakan yang sifatnya merupakan pelanggaran internasional. Contoh nyata
tindkan pembalsan, misalnya pengusiran orang-orang hungaria dari Yugoslavia pada tahun 1935,
yang merupakan balas dendam dari pembunuhan raja Alexander dari Yugoslavia.
 Blokade Secara Damai (pacific Blokade)
Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan secara damai. Kadang-
kadang dilakukan sebagi suatu pembalasan, tindakan itu pada umumnya ditujukan
untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade untuk mentaati permintaan
ganti rugi kerugian yang diderita oleh negara untuk meblokade.
Ada beberapa manfaat nyata dalam pengunaan blokade damai. Tindakan ini
merupakan cara yang jauh dari kekerasan dibanding dengan perang dan blokade
yang sifatnya fleksibel.
Berikut ini adalah beberapa contoh mengenai perana hukum internasional
(berdasarkan sumber-sumbernya) dalam menjaga perdamaian dunia.
 Perjanjian pemanfaatan Benua Antartika secara damai pada tahun 1959
 Perjanjian pemanfaatan nuklir untuk kepentingan perdamaian pada tahun 1968.
 Perjanjian damai Dayton (Ochio-AS) pada tahun 1995 yang mengharuskan
Serbia, Muslim Bosnia, dan Krosia mematuhinya. Untuk mengatasi
prjanjiantersebut, NATO menempatkan pasukannya guna menegakkan hukum
intgernasional yang telah disepakati.

Anda mungkin juga menyukai