Nama Anggota:
Mitha Gustina (17 4301 007)
Vanisa Dwiputri Riansari (17 4301 023)
Dwi Amelia Lestari (17 4301 028)
Carissa Dwiathiya R. B. (17 4301 029)
Hana Febrianti Pertiwi (17 4301 047)
Pengertian Hukum Internasional
Negosiasi
Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan yang paling
tua digunakan oleh umat manusia. Penyelesaian melalui negosiasi merupakan
cara yang paling penting. Banyak sengketa diselesaikan setiap hari oleh negosiasi
ini tanpa adanya publisitas atau menarik perhatian publik. Alasan utamanya
adalah karena dengan cara ini, para pihak dapat mengawasi prosedur
penyelesaian sengketanya dan setiap penyelesaiannya didasarkan pada
kesepakatan atau konsensus para pihak
Negosiasi dapat dilangsungkan melalui saluran-saluran diplomatik pada
konperensi-konperensi internasional atau dalam suatu lembaga atau organisasi
internasional.
Pencarian Fakta (fact finding)
Metode penyelesaian sengketa ini digunakan untuk mencapai penyelesaian sebuah
sengketa dengan cara mendirikan sebuah komisi atau badan untuk mencari dan
mendengarkan semua bukti-bukti yang bersifat internasional, yang relevan dengan
permasalahan.
Tujuan dari pencari fakta (Fact Finding) yang paling utama adalah memberikan laporan
kepada para pihak mengenai fakta yang ada. Sedangkan tujuan lain dari penyelesaian
sengketa internasional dengan cara pencari fakta yaitu :
a. Membetuk suatu dasar bagi penyelesaian semgketa antar dua negara
b. Mengawasi pelaksanaan suatu perjanijian internasional.
c. Memberikan informasi guna membuat putusan ditingkat internasional
Dasar hukum yang dipakai dalam fact finding adalah pasal 9 sampaim dengan 36 haque
convention on the pacific settlement of disputes tahun 1899 dan 1907.
Good Offices (Jasa-jasa Baik)
Jasa-jasa baik adalah suatu cara penyelesaian sengketa melalui pihak
bantuan pihak yang ketiga. Pihak ketiga ini berupaya agar para pihak
menyelesaikan sengketanya dengan negoisasi. Fungsi dari jasa-jasa baik yang
paling utama adalah memperemukan para pihak agar mereka mau bertemu,
duduk bersama dan bernegoisasi atau dikenal dengan nama fasilisator.
Keikut sertaan pihak ketiga dalam penyelesaian sengketa dapat dua
macamyaitu atas permintaan para pihak atau inisiatif pihak ketiga sendiri yang
menawarkan jasa-jasa baiknya guna menyelesaiakan sengketa. Dalam kedua cara
ini, syarat mutlak yang harus ada adalah kesepakatan para pihak
Mediasi
Yang menjadi pihak ketiga ini organisasi internasional, negara ataupun
individu. Pihak ketiga ini dalam sengketa ini dinamakan mediator. Biasanya ia
dengan kapasitasnya sebagai pihak yang netral berupa mendamaikan para pihak
dengan memberikan saran penyelesaian sengketa
Fungsi utamanya adalah mencari solusi (penyelesaian) mengidentifikasi, hal-
hal yang dapat disepakati para pihak serta membuat usulan-usulan yang dapat
mengakhiri sengketa, informal, dan bersifat aktif. Dalam proses negoisasi sesuai
dengan pasal 3 dan 4 haque convention on the pacific settlement ofdisputes
(1907) yang menyatakan bahwa usulan-usulan yang diberikan mediator janganlah
dianggap sebagai suatu tindakan yang bersahabat terhadap suatu pihak (yang
merasa merugikan).
Konsiliasi
Konsiliasi adalah cara penyelesaian sengketa yang sifatnya lebih formal
dibandingkan mediasi. Biasanya konsiliasi ini berbentuk badan konsiliasi yang
dibentuk oleh para pihak melalui perjanjian. Komisi ini berfungsi untuk
menetapkan persyaratan-persyaratan penyelesaian yang diterima oleh para
pihak, sehingga lebih formal atau luas karena ada aturan dan ada lembaga atau
lembaganya.
Para pihak mendengarkan keterangan lisan para pihak dan dapat diwakkili
oleh kuasanya. Hasil fakta-fakta yang diperoleh konsilator (sebutan dari
konsiliasi) menyerahkan laporannya kepada para pihak dengan kesimpulan dan
usulan-usulannya, dan putusannya tidak mengikat karena diterima atau tidaknya
usulan tersebut tergantung sepenuhnya kepada para pihak.
Cara Penyelesaian Paksa dan Memaksa
Perang dan Tindakan bersenjata Non perang
Keseluruhan tujuan perang adalah untuk menaklukan negara lawan dan mebebankan syarat-
syarat penyelesaiaan diamana negara yang ditaklukan itu tidak memiliki alternative lain selain
mematuhinya.
Retorsi (retorsion)
Retorsi adalah istilah teknik pembalasan dendam oleh suatu negara terhadap tindakan-tindakan
yang tidak pantas aatau tidak patut dari negara lain, balas dendam tersebut dilakuakna dalam
bentuk tindakan-tindakan sah yang tidak bersahabat didalam konferensi negara yang
kehormatannya dihina: misalnya merenggangnya hubungan diplomati anta 2 negara, pencabutan
previllage diplomatic dan lain-lain.
Tindakan-tindakan Pembalasan (Repraisals)
Pembalasan adalah tindakan yang dipakai oleh negara-negara untuk mengupayakan diperolehnya
ganti rugi dari negara-negara lain dengan melakukan tindakan-tindakan yang besifat pembalasan.
Saat ini praktek pembalasan hanya dibenarkan, apabila negara yang dituju oleh pembalasan ini
bersalah melakukan tindakan yang sifatnya merupakan pelanggaran internasional. Contoh nyata
tindkan pembalsan, misalnya pengusiran orang-orang hungaria dari Yugoslavia pada tahun 1935,
yang merupakan balas dendam dari pembunuhan raja Alexander dari Yugoslavia.
Blokade Secara Damai (pacific Blokade)
Blokade secara damai adalah suatu tindakan yang dilakukan secara damai. Kadang-
kadang dilakukan sebagi suatu pembalasan, tindakan itu pada umumnya ditujukan
untuk memaksa negara yang pelabuhannya diblokade untuk mentaati permintaan
ganti rugi kerugian yang diderita oleh negara untuk meblokade.
Ada beberapa manfaat nyata dalam pengunaan blokade damai. Tindakan ini
merupakan cara yang jauh dari kekerasan dibanding dengan perang dan blokade
yang sifatnya fleksibel.
Berikut ini adalah beberapa contoh mengenai perana hukum internasional
(berdasarkan sumber-sumbernya) dalam menjaga perdamaian dunia.
Perjanjian pemanfaatan Benua Antartika secara damai pada tahun 1959
Perjanjian pemanfaatan nuklir untuk kepentingan perdamaian pada tahun 1968.
Perjanjian damai Dayton (Ochio-AS) pada tahun 1995 yang mengharuskan
Serbia, Muslim Bosnia, dan Krosia mematuhinya. Untuk mengatasi
prjanjiantersebut, NATO menempatkan pasukannya guna menegakkan hukum
intgernasional yang telah disepakati.