Anda di halaman 1dari 12

PERAN HUKUM HUMANITER DALAM MENJAGA

PERDAMAIAN DUNIA
Dede Wira Piyata
NIM :180106118
Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah Dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Ar-Raniry
30 Januari, 2021 Sabtu, 14.00 WIB
Abstact
Hukum humaniter internasional memiliki sejarah yang singkat namun penuh peristiwa.
Negara-Negara melakukan kesepakatan tentang peraturan-peraturan internasional untuk
menghindari penderitaan yang semestinya akibat perang – peraturan-peraturan dalam
suatu Konvensi yang mereka setuju sendiri untuk mematuhinya. Sejak saat itu,
perubahan sifat pertikaian bersenjata dan daya merusak persenjataan modern
menyadarkan perlunya banyak perbaikan dan perluasan hukum humaniter melalui
negosiasi panjang yang membutuhkan kesabaran. Perang timbul karena adanya
permusuhan antara dua negara (bangsa, agama, suku, ras, dan sebagainya) dan adanya
pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau lebih. Berdasarkan permasalahan
di atas penulis ingin membahas tentang:Bagaimana pengertian perdamaian dunia?,
Bagaimana peran Hukum Humaniter dalam menjaga perdamaian dunia ?, Bagaimana
peran Indonesia dalam menjaga perdamian dunia?. Perdamaian Dunia Dalam studi
perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua pengertian.Pertama, perdamaian adalah
kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala jenis kekerasan.Kedua, perdamaian
adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan. tujuan yang hendak dicapai oleh
hukum humaniter tersebut, yaitu, Memberikan perlindungan terhadap kombatan
maupun penduduk sipil dari penderitaan yang tidak perlu (unnecessary suffering).;
Menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka yang jatuh ke
tangan musuh. Kombatan yang jatuh ke tangan musuh harus dilindungi dan dirawat
serta berhak diperlakukan sebagai tawanan perang.; Mencegah dilakukannya perang
secara kejam tanpa mengenal batas. Disini yang terpenting adalah asas kemanusiaan;,
Indonesia tidak hanya memiliki peran penting dalam mewujudkan perdamaian dunia
karena sistem dan jumlah umat muslimnya yang terbanyak
A. Pendahuluan
Ancaman konflik bersenjata atau peperangan adalah ancaman yang nyata dan
dapat terjadi di bagian bumi dimana saja. Kita tidak akan pernah tahu kapan peperangan
itu akan terjadi di negara kita. Langkah terbaik adalah untuk bersiap-siap, seperti yang
dikatakan oleh pepatah latin Si Vis Pacem Para Bellum (jika menginginkan kedamaian,

1
maka bersiaplah untuk perang). Konflik dan kekerasan yang terjadi di berbagai belahan
dunia adalah suatu tragedi kemanusiaan dan suatu yang sangat disayangkan.1
Hukum humaniter internasional memiliki sejarah yang singkat namun penuh
peristiwa. Baru pada pertengahan abad XIX, Negara-Negara melakukan kesepakatan
tentang peraturan-peraturan internasional untuk menghindari penderitaan yang
semestinya akibat perang – peraturan-peraturan dalam suatu Konvensi yang mereka
setuju sendiri untuk mematuhinya. Sejak saat itu, perubahan sifat pertikaian bersenjata
dan daya merusak persenjataan modern menyadarkan perlunya banyak perbaikan dan
perluasan hukum humaniter melalui negosiasi panjang yang membutuhkan kesabaran.
Lembar Fakta ini menelusuri perkembangan hukum humaniter internasional dan
memberi gambaran terkini tentang ruang lingkup dan pengertian hukum humaniter
internasional bagi tentara maupun masyarakat sipil yang terperangkap dalam pertikaian
bersenjata.
Selama Perang Dunia I berlangsung, banyak terjadi kejahatan perang antara lain
yang dilakukan oleh Jerman ketika menginvasi Belgia. Jerman melakukan deportasi
warga Belgia untuk dijadikan budak selama perang berlangsung.Sebenarnya,
pembatasan terhadap konflik bersenjata sudah diusahakan oleh prajurit terkenal Cina
yang bernama Sun Tzu pada abad ke-6 SM. Bangsa Yunani kuno termasuk bangsa
pertama yang memandang larangan-larangan dalam konflik bersenjata sebagai hukum.
Namun, keberadaan istilah kejahatan perang itu sendiri terdapat dalam manu, Kitab
Hukum Hindu, sekitar 200 tahun sebelum masehi.2
Perang adalah suatu hal yang amat ditakuti oleh setiap orang karena dampak
yang ditimbulkannya, bukan saja kerugian secara jasmani, melainkan juga kerugian
secara rohani. Para korban perang bukan hanya dari kalangan militer atau tentara
(combatant), tetapi juga masyarakat sipil, termasuk diantaranya kaum perempuan dan
anak-anak yang pada umumnya berada di luar lingkaran konflik.3
Perang timbul karena adanya permusuhan antara dua negara (bangsa, agama,
suku, ras, dan sebagainya) dan adanya pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan
atau lebih.Dari dua negara yang sedang berperang dan di dalam perperangan dan
1
Yordan Gunawan, Diseminasi Hukum Humaniter Internasional Dalam Upaya Menyebarkan
Semangat Perdamaian, Jurnal Loyalitas Sosial Vol. 2 No. 2 September 2020, hlm 86.
2
Eddy O.S Hiariej, Pengadilan atas Beberapa kejahatan Serius Terhadap HAM, (Jakarta: PT Raja
Gravindo Persada, 2010), 39
3
Nita Triana, Perlindungan Perempuan dan Anak-Anak Ketika Perang Dalam Hukum Humaniter
Internasional, dalam Jurnal Dinamika Hukum. Vol. VI, No.2, Summer 2009,1

2
sengketa senjata tersebut penduduk-penduduk sipil khususnya wanita dan anak-anak
selalu menjadi korbannya. Hukum perang atau yang sering disebut hukum humaniter
internasional, atau hukum sengketa bersenjata memiliki sejarah yang sama tuanya
dengan peradaban manusia, atau sama tuanya dengan perang itu sendiri. Mochtar
Kusuamaatmaja mengatakan, bahwa adalah suatu kenyataan yang menyedihkan bahwa
selama 3400 tahun sejarah yang tertulis, umat manusia hanya mengenal 250 tahun
perdamaian . Naluri untuk mempertahankan diri kemudian membawa keinsyarafan
bahwa cara berperang yang tidak mengenal batas itu sangat merugikan umat manusia,
sehingga kemudian mulailah orang mengadakan pembatasan-pembatasan, menetapkan
ketentuan-ketentuan yang mengatur perang antar bangsa-bangsa.
Perdamaian adalah suatu hal prestisius yang dicita-citakan oleh setiap bangsa
dan negara. Negara-negara di dunia telah bersepakat untuk ikut bersama-sama dalam
menjaga perdamaian dunia dan membentuk organisasi internasional yang bernama
United Nations yang mana tujuan utamanya adalah demi menjaga keamanan dan
kedamaian dunia seperti yang tertuang pada pasal 1 Piagam Perserikatan Bangsa
Bangsa. Indonesia pun telah menunjukan komitmennya untuk ikut serta dalam
menegakkan dan menjaga perdamaian dunia dengan bergabung dalam Perserikatan
Bangsa Bangsa, serta menjadi salah satu negara penandatangan Konvensi Jenewa 1949.
Komitmen ini juga dituangkan didalam pembukaan UUD Dasar Negara Republik
Indonesia 1945, yang berbunyi “ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Kata “damai” biasa diartikan keadaan dimana itu tidak adanya kekerasan.
Sedangkan beberapa lainnya mengartikan kedamaian sebagai keadaan tenang dimana
tidak ada selisih dan pertentangan dimana orang-orang secara individu maupun
kelompok masyarakat hidup dengan tenang. Hukum humaniter internasional adalah
seperangkat aturan untuk alasan kemanusiaan, membatasi efek konflik bersenjata.
Melindungi orang yang bukan atau tidak lagi berpartisipasi dalam konflik, juga
membatasi sarana dan metode perang. Hukum Humaniter Internasional juga dikenal
sebagai hukum perang atau hukum konflik bersenjata. Hukum humaniter internasional
adalah bagian dari hukum internasional, yaitu sekumpulan aturan yang mengatur
hubungan antar negara.

3
Hukum internasional adalah hukum yang terkandung dalam perjanjian antar
Negara, Konvensi, Kebiasaan Internasional, yang terdiri dari Praktek kenegaraan yang
kemudian memiliki kekuatan mengikat secara hukum, serta mengandung prinsip-prinsip
umum.4
Dalam menjaga perdamian dunia hukum humaniter international seharusnya
ampuh menjadi payung perdamaian dunia, tetapi seperti yang kita lihat bersama, masih
banyak pelanggara hak asasi menusia, perang di palestina, suriah belum berakhir, dan
genosida terhadap orang Myanmar, pembantaian orang Muslim di India masih saja
terjadi, dan masih banyak kasus lainnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas penulis ingin membahas tentang:
1. Bagaimana pengertian perdamaian dunia?
2. Bagaimana peran Hukum Humaniter dalam menjaga perdamaian dunia ?
3. Bagaimana peran Indonesia dalam menjaga perdamian dunia?
C. Pembahasan
1. Pengertian Perdamian Dunia
Perdamaian Dunia adalah sebuah gagasan kebebasan, perdamaian, dan
kebahagian bagi seluruh Negara dan bangsa. Perdamaian Dunia melintasi perbatasan
melalui hak asasi manusia, teknologi, pendidikan, teknik, pengobatan, diplomat dan
pengakhiran bentuk pertikaian. Sejak 1945, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lima
anggota permanen Majelis Keamanannya (AS, Rusia, China, Prancis, dan Tritania
Raya) bekerja untuk menyelesaikan konflik tanpa perang atau deklarasi perang. Namun,
Negara-Negara telah memasuki sejumlah konflik militer sejak masa itu.
Perdamaian Dunia Dalam studi perdamaian, perdamaian dipahami dalam dua
pengertian.Pertama, perdamaian adalah kondisi tidak adanya atau berkurangnya segala
jenis kekerasan.Kedua, perdamaian adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan.
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perdamaian adalah apa yang kita
miliki ketika transformasi konflik yang kreatif berlangsung secara tanpa kekerasan.
Perdamaian selain merupakan sebuah keadaan, juga merupakan suatu proses kreatif
tanpa kekerasan yang dialami dalam transformasi (fase perkembangan) suatu konflik.
Umumnya pemahaman tentang kekerasan hanya merujuk pada tindakan yang dilakukan

4
ICRC, Advisory Service on International Humanitarian Law. (2004).

4
secara fisik dan mempunyai akibat secara langsung.Batasan seperti ini terlalu
minimalistis karena rujukannya berfokus pada peniadaan atau perusakan fisik semata.
Kendati pun demikian, pengertian perdamaian tidak berhenti di situ.Perdamaian
bukan sekedar soal ketiadaan kekerasan atau pun situasi yang anti kekerasan.Lebih jauh
dari itu perdamaian seharusnya mengandung pengertian keadilan dan kemajuan.
Perdamaian dunia tidak akan dicapai bila tingkat penyebaran penyakit, ketidakadilan,
kemiskinan dan keadaan putus harapan tidak diminimalisir. Perdamaian bukan soal
penggunaan metode kreatif nonkekerasan terhadap setiap bentuk kekerasan, tapi
semestinya dapat menciptakan sebuah situasi yang seimbang dan harmoni, yang tidak
berat sebelah bagi pihak yang kuat tetapi sama-sama sederajat dan seimbang bagi semua
pihak. Jadi perdamaian dunia merupakan tiadanya kekerasan, kesenjangan, terjadinya
konflik antar negara di seluruh dunia .
2. Peran Hukum Humaniter Dalam Menjaga Perdamaian Dunia
Hukum Humaniter Internasional (HHI) lahir sebagai upaya penyeimbang antara
kebutuhan-kebutuhan militer dan keperluan akan penghormatan akan hakikat manusia.
Konvensi Jenewa 1949 menjadi sebuah hukum positif internasional yang menjadi
bagian dari kaidah hukum internasional, pada umumnya negara-negara di dunia tidak
menyangah keberadaaanya karena memang Konvensi Jenewa 1949 bertujuan untuk
memanusiakan perang. HHI sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
kemanusiaan ditengah situasi perang dan konflik bersenjata. Komite Palang Merah
Internasional (ICRC) hadir menjadi pihak ketiga dan berperan sebagai non-state, ICRC
dapat beroperasi dimanapun wilayahwilayah konflik untuk menjamin bahwa pihak-
pihak yang sedang berkonflik akan menghormati aturan-aturan dari Konvensi Jenewa
yang telah disepakati bersama oleh negara-negara di dunia.
Sistem kenegaraan yang didapat saat sekarang ini telah ditjelaskan oleh
Aristoteles dalam perspektif sejarah yang mencakup segalanya yaitu bahwa manusia
pada dasarnya adalah makhluk sosial. Pada setiap tahap perkembangannya manusia itu
mempunyai kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dilaksanakan sendiri, dan karena
itu mereka membentuk kelompok-kelompok sosial.5
Munculnya hubungan yang tidak harmonis dalam hubungan internasional
merupakan hal yang menarik untuk terus dipelajari sebagai bentuk interaksi antara
5
J. Frankel, International Relation, Penterjemah Laila. H. Hasyim, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), hlm. 1

5
aktoraktor internasional. konflik antara dua kelompok atau lebih pada tingkat paling
tinggi akan menimbulkan perang antar kelompok tersebut. Sebagaimana diungkap
sebelumnya, bahwa tipe interaksi ini telah ada sejak munculnya peradaban manusia
sampai dengan saat ini.
Pada dasarnya Hubungan Internasional merupakan interaksi antar aktor suatu
negara dengan negara lain. Secara umum pengertian Hubungan Internasional adalah
hubungan yang dilakukan antar negara yaitu unit politik yang didefinisikan menurut
territorial, populasi, dan otonomi daerah yang secara efektif mengontrol wilayah dan
penghuninya tanpa menghiraukan homogenitas etnis. Hubungan Internasional
mencakup segala bentuk hubungan antar bangsa dan kelompok-kelompok bangsa dalam
masyarakat dunia dan cara berfikir manusia . Negara merupakan unit hubungan antar
bangsa sekaligus sebagai aktor dalam masyarakat antar bangsa. Negara sebagai suatu
organisasi diciptakan dan disiapkan untuk mencapai tujuan tertentu melalui berbagai
tindakan yang direncanakan.6
HHI mencoba untuk mengatur agar suatu perang dapat dilakukan dengan lebih
memperhatikan prinsip-prinsip kemanusiaan. Pada dasarnya tujuan hukum humaniter
adalah untuk memanusiawikan perang. Oleh karena itu, perkembangan hukum perang
menjadi hukum sengketa bersenjata dan kemudian menjadi hukum humaniter
sebenarnya tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai oleh hukum humaniter
tersebut, yaitu:
1) Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk sipil dari
penderitaan yang tidak perlu (unnecessary suffering).
2) Menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka yang jatuh
ke tangan musuh. Kombatan yang jatuh ke tangan musuh harus dilindungi dan
dirawat serta berhak diperlakukan sebagai tawanan perang.
3) Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas. Disini yang
terpenting adalah asas kemanusiaan.7
Seiring dengan berkembangnya komunitas internasional, sejumlah negara di seluruh
dunia telah memberikan sumbangan atas perkembangan HHI. Dewasa ini, HHI diakui
sebagai suatu sistem hukum yang benar-benar universal. Pada umumnya aturan tentang
6
heodore A. Couloumbis & James H. Wolfe, Introduction to International Relations, 1986,
Prentice Hall, hlm. 32-33
7
GPH Haryomataram, Bunga Rampai Hukum Humaniter (Hukum Perang), (Jakarta : Bumi
Nusantara Jaya, 1988), hal. 12.

6
perang itu termuat dalam aturan tingkah laku, moral dan agama. Hukum untuk
perlindungan bagi kelompok orang tertentu selama sengketa bersenjata dapat ditelusuri
kembali melalui sejarah di hampir semua negara atau peradaban di dunia. Dalam
peradaban bangsa Romawi dikenal konsep perang yang adil (just war). Kelompok orang
tertentu itu meliputi penduduk sipil, anak-anak, perempuan, kombatan yang meletakkan
senjata dan tawanan perang. Hampir tidak mungkin menemukan bukti okumenter kapan
dan dimana aturanaturan Hukum Humaniter itu timbul. Namun, untuk sampai kepada
bentuknya yang sekarang, HHI telah mengalami perkembangan yang sangat panjang
dan dalam rentang waktu yang sangat panjang tersebut telah banyak upaya-upaya yang
dilakukan untuk memanusiawikan perang. Selama masa tersebut terdapat usaha-usaha
untuk memberikan perlindungan kepada orang-orang dari kekejaman perang dan
perlakuan yang semenamena dari pihakpihak yang terlibat dalam adu kekuatan tersebut.
Kehadiran HHI sebagai norma bagi negara-negara dunia telah meletakkannya
sebagai bagian dari Hukum Internasional, yan merupakan salah satu alat dan cara yang
dapat digunakan oleh setiap negara, termasuk negara damai dan negara yang netaral,
untuk ikut serta mengurangi penderitaan yang dialami oleh individu (-baca :
masyarakat) akibat perang yang terjadi di berbagai negara. HHI tidak saja meliputi
ketentuanketentuan yang terdapat dalam perjanjian internasional, tetapi juga meliputi
kebiasaankebiasaan internasional yang terjadi dan diakui. Dengan demikian HHI
merupakan instrumen yang didalamnya terdapat norma dan kaidah yang dapat
digunakan oleh semua aktor internasional untuk mengatasi isu internasional berkaitan
dengan kerugian dan korban perang.
HHI terdiri dari dua cabang utama yang termuat dalam:
1) Konvensi Jenewa yang dirancang untuk melindungi personil militer yang tidak dapat
lagi terlibat dalam pertempuran dan orang-orang yang tidak terlibat aktif
dalampermusuhan dengan penduduk sipil;
2) Hukum Den Haag yang menentukan hak dan kewajiban negara-negara yang
berperang tentang perilaku pada waktu operasi militer dan membatasi alat yang
digunakan untuk menyerang musuh.8
Konvensi Jenewa adalah konvensi yang penerimaannya paling luas karena
seluruh dunia menjadi pihak yang terikat dalam konvensi tersebut. konferensi
8
ICRC, Hukum Humaniter Internasional Menjawab Pertanyaan-Peertanyaan Anda, 2004, hlm.
4

7
internasional di Jenewa yang merupakan realisasi dari gagasan Hendry Dunanat telah
berlangsung beberapa kali dan puncaknya adalah lahirnya konvensi Jenewa tahun 1949
tentang Perlindungan Korban Perang (International Convention for the Protection of
Victims of War). Konvensi ini secara lebih detail terdiri dari empat bagian, yakni :
1. Konvensi Jenewa tentang Perbaikan Keadaan yang Luka dan Sakit dalam
Angkatan Bersenjata di Medan Pertempuran Darat;
2. Konvensi Jenewa untuk Perbaikan Keadaan Anggota Angkatan Bersenjata di
Laut yang Luka, Sakit, dan Krban Karam;
3. Konvensi Jenewa Mengenai Perlakuan Tawanan Perang;
4. Konvensi Jenewa Mengenai Perlindungan Warga Sipil di Waktu Peran
Menurut Konvensi-konvensi Jenewa, kegiatan kemanusiaan mengharuskan
ketidakberpihakan (impartiality) dan harus bemanfaat bagi orang tanpa memandang ras,
warna kulit, agama atau kepercayaan, jenis kelamin, keturunan atau kekayaan, atau
kriteria serupa lainnya. Oleh karena itu, tak seorangpun boleh dihilangkan
kesempatannya untuk memperoleh bantuan atau perlindungan hanya karena dia
memiliki keyakinan tertentu, dan tak satu masyarakat pun boleh ditinggalkan hanya
karena mereka berada di bawah kendali sebuah pihak yang masyarakat internasional
berupaya mengucilkannya. Satu-satunya urutan prioritas yang dapat ditetapkan haruslah
berdasarkan kebutuhan korban, dan urutan prioritas penyediaan bantuan kemanusiaan
ini harus cocok dengan urgensi keadaan sulit korban yang bantuan kemanusiaan
tersebut dimaksudkan untuk meringankannya.9
3. Peran Indonesia Dalam Menjaga Perdamian Dunia
Indonesia tidak hanya memiliki peran penting dalam mewujudkan perdamaian
dunia karena sistem dan jumlah umat muslimnya yang terbanyak.Akan tetapi, peran
tersebut juga turut tercermin pada setiap kedutaan Indonesia di luar negeri.Dari
kedutaan-kedutaan tersebut, tercermin bahwa Indonesia tidak mengklasifikasikan
keistimewaan tertentu bagi masing-masing perwakilan negaranya di luar.Dengan
adanya kedutaan-kedutaan Indonesia di luar negeri itu pula, sebenarnya kita memiliki
kesempatan untuk bisa ikut berperan dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Jika dalam politik luar negeri bebas aktif, tujuan dari bebas yaitu untuk
menentukan sikap dan kebijaksanaan terhadap permasalahan internasional, dan tidak

9
ICRC, Kekerasan dan Penggunaan Kekuatan, hlm. 55

8
mengikatkan diri secara apriori pada satu kekuatan dunia.Selain itu, sebuah negara juga
memiliki kesempatan untuk turut aktif memberikan sumbangan, baik dalam bentuk
pemikiran maupun partisipasi aktif dalam menyelesaikan konflik, sengketa dan
permasalahan dunia lainnya, demi terwujudnya ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Kontribusi Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia :
a. Konferensi Asia-Afrika
Indonesia menjadi salah satu pelopor tercetusnya konferensi Asia-Afrika yang
tujuannya adalah menghimpun persatuan Negara-negara Asia-Afrika yang pada saat
itu baru memperoleh kemerdekaan, mempromosikan serta meningkatkan kerja sama
antar Negara serta menentang segala bentuk penjajahan. Konferensi ini dipelopori
oleh menteri luar negeri Indonesia pada saat itu, Ali sastromidjojo, beserta 4
pemimpin Negara lainnya Pakista,India,Bangladesh, dan Myanmar yang kemudian
diikuti 24 negara Asia-Afrika lainnya.
b. Kontingen Garuda (1957-sekarang)
Kontingen Garuda adalah pasukan penjaga perdamaian yang anggotanya diambil
dari militer Indonesia yang bertugas dibawah naugan Perserikatan Bangsa-
bangsa.Sejak misi pertamanya tahun 1957, Kontingen garuda sampai sekarang
masih aktif dalam melakukan berbagai misi perdamaian. Negara-negara yang pernah
menjadi tujuan dalam misi Kontingen Garuda adalah Negara-negara di Timur
Tengah seperti Mesir,Lebanon,Palestina,Irak. Negara Asean seperti
Filipina,kamboja,dan Vietnam. Juga Negara Eropa Timur seperti Georgia dan
Bosnia.
c. Gerakan Non-Blok (1961)
Indonesia menjadi salah satu pelopor yang tergabung dalam gerakan Non-Blok,
sebuah perhimpunan dari bangsa-bangsa yang tidak beraliansi dengan Negara-
negara dengan kekuatan besar manapun. Pada saat itu Soekarno bersama dengan
beberapa pemimpin Negara lainnya mendeklarasikan keinginan mereka untuk tidak
terlibat kobnfrontasi yang muncul menanggapi terjadinya perang dingin antara blok
barat dan blok timur. Saat ini organisasinya beranggotakan 120 negara,
d. Membentuk ASEAN (1967)

9
Indonesia dan Malaysia yang sempat berkonfrontasi akhirnya berdamai.Kedua
Negara bersama Asia Tenggara lainnya, Singapura, Thailand, Filipina merasa perlu
untuk menciptakan perdamaian antar Negara dikawasan Asia Tenggara. Akhirnya
pada tahun 1967 terbentuklah ASEAN untuk mempererat hubungan
politik,sosial,ekonomi,dan keamanan di Asia Tenggara. Saat ini Negara ASEAN
berjumlah 10 negara ditambah dengan 5 negara perluasan.
e. Sangketa Laut Tiongkok (2002-sekarang)
Melalui Declaration Of Conduct (DOC) pada 2002, Indonesia sampai sekarang
memiliki peran yang besar untuk menciptakan perdamaian di Laut Cini
Selatan.Indonesia pada akhirnya menginginkan Negara-negara yang terlibat untuk
merumuskan Code Of Conduct, yaitu sebuah kesepakatan bersama yang mengatur
apa saja dan tidak boleh dilakukan diwilayah sangketa.
f. Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan PBB (2007-2008)
Indonesia menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamana PBB pada tahun 2007-
2008, pada masa tersebut Indonesia konsisten menyerukan untuk berdirinya Negara
Palestina yang merdeka dan di akui dunia. Menyerukan keterlibatan Internasional
yang berimbang dalam penyelesaian konflik Israel-Palestina.Menyerukan agar
kedua belah mematuhi parlementer perdamaian yang ditetapkan PBB.

D. Kesimpulan
perdamaian adalah transformasi konflik kreatif non-kekerasan. Dari dua definisi
di atas dapat disimpulkan bahwa perdamaian adalah apa yang kita miliki ketika
transformasi konflik yang kreatif berlangsung secara tanpa kekerasan. Perdamaian
selain merupakan sebuah keadaan, juga merupakan suatu proses kreatif tanpa kekerasan
yang dialami dalam transformasi (fase perkembangan) suatu konflik. Umumnya
pemahaman tentang kekerasan hanya merujuk pada tindakan yang dilakukan secara
fisik dan mempunyai akibat secara langsung .Batasan seperti ini terlalu minimalistis
karena rujukannya berfokus pada peniadaan atau perusakan fisik semata.
tujuan yang hendak dicapai oleh hukum humaniter tersebut, yaitu:
1) Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk sipil dari
penderitaan yang tidak perlu (unnecessary suffering).

10
2) Menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka yang jatuh
ke tangan musuh. Kombatan yang jatuh ke tangan musuh harus dilindungi dan
dirawat serta berhak diperlakukan sebagai tawanan perang.
3) Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas. Disini yang
terpenting adalah asas kemanusiaan.
Hubungan dan kerjasama antara bangsa muncul karena tidak meratanya
pembagian kekayaan alam dan perkembangan industri diseluruh dunia sehingga terjadi
saling ketergantungan antara bangsa dan Negara yang berbeda. Karena hubungan dan
kerjasama ini terus menerus, sangatlah penting untuk memelihara dan mengaturnya
sehingga bermanfaat dalam pengaturan khusus sehingga tumbuh rasa persahabatan dan
saling pengertian antara bangsa di dunia.politik luar negeri adalah strategi yang
digunakan suatu Negara dalam hubungannya dengan Negara-negara lain. Maka politik
luar negeri berhubungan erat dengan kebijakan yang akan dipilih oleh suatu Negara. Hal
ini terkait dengan politik luar negeri yang diterapkan Indonesia.
Kebijakan politik luar negeri Indonesia bebas aktif tentunya merupakan strategi
politik yang diterapkan Indonesia dalam politik global.Agar prinsip bebas aktif ini dapat
dioperasioalisasikan dalam politik luar negeri Indonesia maka setiap priode
pemerintahan hendaklah menetapkan landasan operasional.Politik luar negeri Indonesia
yang senantiasa berubah sesuai dengan kepentingan nasional. Perumusan politik luar
negeri suatu Negara tak terlepas dari kepentingan nasional Negara yang bersangkutan.
Dengan kata lain, ketika kepentingan nasional suatu Negara terancam, maka politik luar
negeri akan dikeluarkan sebagai salah satu upaya dalam mengamankan kepentingan
ansional Negara yang bersangkutan. Sengketa internasional adalah suatu perselisihan
antara subyek-subyek hokum internasional mengenai fakta,hokum atau politi dimana
tuntutan atau pernyataan suatu pihak ditolak,dituntut balik atau diigkari oleh pihak
lainnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Yordan Gunawan, Diseminasi Hukum Humaniter Internasional Dalam Upaya


Menyebarkan Semangat Perdamaian, Jurnal Loyalitas Sosial Vol. 2 No. 2
September 2020.
Eddy O.S Hiariej, Pengadilan atas Beberapa kejahatan Serius Terhadap HAM, (Jakarta:
PT Raja Gravindo Persada, 2010).
Nita Triana, Perlindungan Perempuan dan Anak-Anak Ketika Perang Dalam Hukum
Humaniter Internasional, dalam Jurnal Dinamika Hukum. Vol. VI, No.2,
Summer 2009,
ICRC, Advisory Service on International Humanitarian Law. (2004).
J. Frankel, International Relation, Penterjemah Laila. H. Hasyim, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1991).
heodore A. Couloumbis & James H. Wolfe, Introduction to International Relations,
1986, Prentice Hall,
GPH Haryomataram, Bunga Rampai Hukum Humaniter (Hukum Perang), (Jakarta :
Bumi Nusantara Jaya, 1988)
ICRC, Hukum Humaniter Internasional Menjawab Pertanyaan-Peertanyaan Anda,
2004.
ICRC, Kekerasan dan Penggunaan Kekuatan,

12

Anda mungkin juga menyukai