PENGERTIAN PENYERTAAN
Suatu tindak pidana dapat
dilakukan oleh seseorang dan Dalam sistematikan KUHP,
dalam hal-hal tertentu dapat penyertaan diatur dalam
juga dilakukan oleh Buku I Ketentuan Umum Bab
beberapa orang secara V Pasal 55 sampai 63 KUHP
bersama-sama. yang berjudul Turut Serta
Keterlibatan dari beberapa Melakukan Perbuatan yang
orang
Dapat Dihukum (KUHP
didalam suatu tindak pidana
terjemahan R. Soesilo)
merupakan bentuk kerjasama
yang berlainan sifat dan
bentuknya sesuai dengan
PENGERTIAN PENYERTAAN
1. Jika ajaran penyertaan dalam hukum pidana tidak diatur dalam ketentuan umum
Buku I KUHP maka akan sangat tidak adil jikalau dalam suatu tindak pidana terdapat
seorang yang mempunyai niat untuk mewujudkan suatu tindak pidana dengan
menyuruh atau membujuk orang lain untuk melakukannya dan orang tersebut tidak
dapat dijangkau oleh hukum pidana dan tidak dapat dipidana karena si penyuruh atau
si pembujuk (pelaku intelektual) tidak melakukan perbuatan atau tidak menimbulkan
suatu akibat sebagaimana dilarang dalam rumu-san delik.
2. Pengaturan penyertaan dalam ketentuan umum dimaksudkan untuk merangkum
unsur-unsur umum dari hampir setiap delik baik delik umum yang terdapat dlaam
KUHP maupun delik khusus yang terda-pat diluar KUHP. Undang-undang dapat saja di
setiap perumusannya menyatakan dan menetapkan siapa saja disamping pelaku
utama dalam suatu delik dan dapat dimintai pertanggungjawaban. Namun cara
perumusan seperti ini secara teknis akan menjadi sangat rumit dan bertele-tele dan
tidak efektif.
BENTUK-BENTUK PENYERTAAN
PENYERTAAN MENURUT KUHP INDONESIA DIATUR DALAM
PASAL 55 DAN 56 KUHP YANG RUMUSANNYA SEBAGAI BERIKUT
Pasal 55 KUHP:
(1)Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa Pasal 56 KUHP:
pidana: Dihukum sebagai orang yang
1. Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan membantu melakukan kejahatan:
atau turut serta melakukan perbuatan itu; 1. Barangsiapa dengan sengaja
2. Orang yang dengan pemberian, perjanjian, salah
memakai kekuasaan atau pengaruh kekerasan,
membantu melakukan
ancaman atau tipu daya atau dengan memeri kejahatan itu.
kesempatan daya upaya atau keterangan, sengaja 2. Baranga siapa dengan
membujuk untuk melakukan suatu perbuatan. sengaja memberi kesempatan,
(2)Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja daya upaya atau keterangan
dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta
akibat-akibatnya
untuk melakukan kejahatan
itu.
BENTUK-BENTUK PENYERTAAN
PEMBUAT ATAU DADER PEMBANTU/ MEDEPLICTIGE
(PASAL 55 KUHP), TERBAGI ATAS 4 GOLONGAN) (PASAL 56 KUHP), TERBAGI ATAS 2
GOL
PEMBUA
T ATAU
DADER
1. PELAKU (PLEGER)
Orang yang menyuruh atau orang yang menyuruh orang lain untuk
melakukan pencurian dan pembunuhan tidak dapat disebut sebagai
pelaku (pleger) melainkan disebut sebagai pembuat dalam kappasitas
sebagai doenpleger dan uitlokker.
LANJUTAN......
Contoh:
A menyuruh B yang keadaannya gila untuk menganiaya C.
Dalam hal ini B telah melakukan suatu perbuatan yang memenuhi
unsur delik penganiayaan tetapi tidak dapat dipidana karena tidak
terdapat unsur kemampuan bertanggungjawab.
LANJUTAN......
Contoh
seorang bidan yang disuruh melakukan abortus oleh seorang dokter
dengan itikad baik mengira bahwa abortus tersebut adalah abortus
berindikasi media padahal abotus provocatus criminalis.
LANJUTAN......
Contoh
seorang buruh (B) stasiun mengambil barang yang mengira bahwa
barang tersebut adalah milik A yang menyuruhnya. Ternyata A
melakukan pencurian dengan memperalat B. .
LANJUTAN......
5. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu sama sekali tidak
mempunyai unsur kejahatan, baik dolus maupun culpa, ataupun apabila orang tersebut
tidak memenuhi unsur opzet/ maksud seperti yang telah disyaratkan oleh
undang-undang bagi tindak pidana tersebut
6. Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu tidak mempunyai
suatu hoedanigheid atau sifat tertentu, seperti yang telah disyaratkan oleh
undang-undang, yakni sebagai suatu sifat yang harus dimiliki oleh pelakunya
sendiri
Contoh:
S adalah buruh di pelabuhan yang bukan pegawai negeri, disuruh oleh
pegawai bea cukai untuk menerima suap dari seorang importir yang
memasukkan barang-barang (dalam hal contoh ini terdapat perbedaan
pendapat).
LANJUTAN......
CATATAN
Contohnya:
A menyuruh B untuk membongkar rumah yang dikatakan kepunyaannya akan tetapi yang
sebenarnya kepunyaannya C, dan mulailah B membongkar rumah itu. Akan tetapi baru saja
ia selesai membongkar atap rumah itu B merasa lelah dan tidak mau meneruskan
pembongkaran rumah itu. Dalam hal ini A (penyuruh) hanya dapat dipertanggungajwabkan
terhadap pembongkaran atap rumah itu saja, meskipun maksudnya lebih jauh dari itu.
LANJUTAN......
TANGGUNG JAWAB MANUS DOMINA
PELAKU TIDAK LANGSUNG
2. tanggung jawab yang menyuruh itu tidak lebih daripada apa yang
dikehandaki olehnya. Jika yang disuruh melakukan sesuatu hal yang
melebihi suruhannya maka inilah yang menjadi tanggung jawab yang
melakukan sendiri
A menyuruh B memanjat pohon kelapa yang dikatakan kepunyaannya dan memetik buah
dari pohon itu. Karena pohon kelapa itu hanya sedikit buahnya maka B dengan tidak
disuruh oleh A, memanjat pohon kelapa lain dan memetik buahnya, karena B menduga
bahwa pohon itu kepunyaan A. dalam hal ini A hanya dapat dipertanggungjawabkan atas
pengambilan buah kelapa dari pohon yang satu saja.
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA UNTUK MASING-MASING
PEMBUAT (MANUS DOMINA DAN MANUS MINISTRA
PERTANGGUNGHAWABAN PIDANA MANUS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA MANUS
DOMINA MINISTRA
(PELAKU TIDAK LANGSUNG) (PELAKU LANGSUNG))
MENURUT POMPE
Contohnya :
MENURUT POMPE
Contohnya :
2. Salah seorang
memenuhi semua dua orang pencopet di keramian
pasar yakni A dan B saling
unsur tindak
bekerja sama, A yang menabrak
pidana, sedang orang yang menjadi sasaran,
yang lain tidak. sedangkan B yang mengambil
dompet orang tersebut
LANJUTAN
MENURUT POMPE
Contohnya :
pencurian berat dengan jalan
merusak (Pasal 363 ayat (1) ke 5
3. Tidak seorangpun KUHP) dimana dalam
memenuhi unsur mewujudkan delik tersebut A
tindak pidana mencongkel dan merusak kunci
seluruhnya, tetapi dan grendel jendela rumah,
mereka sedang B yang masuk
bersama-sama rumah mengambil
barang-barang yang kemudian
mewujudkan tindak
diterima A di depan jendela
pidana itu.
LANJUTAN
MENURUT TIRTAAMIDJAJA
Orang-orang yang bersama-sama melakukan tindak pidana itu,
timbal balik bertanggungjawab bagi perbuatan bersama, sekedar
perbuatan itu terletak dalam lingkungan sengaja bersama-sama.
Contoh
A dan B bermufakat untuk mencuri di rumah C, jika perlu dengan
melakukan kekerasan. Mereka berdua memasuki rumah C dan mencuri
dan mengambil beberapa barang. Saat mereka melakukan pencurian itu
C terbangun. A menyerang C dan melukainya dengan sebuah golok. B
tidak turut serta menyerang C. C kemudian meninggal dunia karena
luka-luka tadi. Dalam hal ini B turut bertanggungjawab dalam hal
melakukan kekerasan itu meskipun ia tidak turut serta melakukannya
LANJUTAN
Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa setiap orang yang bersama-sama
melakukan suatu tidak pidana bertanggungjawab sepenuhnya atas segala akibat yang
timbul dalam ruang lingkup kerjasama tersebut. Apabila akibat terjadi di luar lingkup
kerjasama, masing-masing bertanggungjawab sendiri-sendiri atas perbuatannya.
dimana A dan B setuju untuk bersama membakar sebuah gudang pada malam hari mereka
menuju ke sana, kemudian A naik tangga (yang dipegang oleh B) untuk membakar rumput
kering di loteng, yang semula tidak berhasil karena rumpurtterlalu basah.
Atas permintaan A, B kemudian mengambil beberapa rumput dari lantai kemudian
diberikannya
kepada A tetapi gagal. Akhirnya A berhasil sendiri membakar gudang itu. B mengajukan kasasi
terhadap vonis yang didalamnya ia dianggap sebagai orang yang turut serta melakukan
(medepleger).
Hoge Raad dalam pertimbangannya menyatakan: “bagaimanapun juga, berkaitan dengan
persetujuan untuk bersama-sama membakar, kerjasama antara kedua oknum itu begitu lengkap
dan erat, sehingga akhirnya adalah sedikit banyak kebetulanlah bahwa A lah yang menyulutkan
korek api pada rumput. Oleh karena itu perbuatan B tidak membawa sifat memberi bantuan
(medeplichtige) melainkan bersama-sama dan bergabung membuat kebakaran yang lengkap
4. ORANG YANG MEMBUJUK UNTUK MELAKUKAN
(UITLOKKER)
S.R. Sianturi
PENGGERAK
Wirjono Protjodikoro, R
PEMBUJUK;
Soesilo, R. Tresna
• Satochid Kartanegara
UITLOKKING adalah setiap perbuatan yang menggerakkan
orang lain untuk melakukan suatu perbuatan yang terlarang
yang senantiasa harus dipergunakan cara, daya, upaya
sebagaimana dalam Pasal 55 ayat (1) ke 2 KUHP.
Orang Yang Menggerakkan Orang Lain Untuk
Melakukan Tindak Pidana Disebut Actor
Intelectualis Atau Intelectueel Dader Atau
Provocateur Atau Uitlokke
PERBEDAAN DOENPLEGEN DENGAN UITLOKKEN
DOENPLEGEN (MENYURUH MELAKUKAN) UITLOKKEN (MEMBUJUK UNTUK MELAKUKAN)
1. Orang yang disuruh (manus misnitra) 1. Orang yang dibujuk (pelaku materil) dapat
tergolong orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau dapat
dipertanggungjawabkan dalam hukum dipidana karena melakukan suatu tindak
pidana, sehingga pa-danya tidak dapat pidana. Demi-kian juga halnya si pembujuk
dipidana karena ada alasan peniadaan dapat dipidana kerena menggerakkan
pidana yang melekat pada unsur pembuat orang untuk melakukan tindak pidana;
atau unsur perbuatannya dan yang 2. Daya upaya yang digunakan pembujuk
dipidana adalah si penyuruh (manus ditentukan secara limitatif dalam
domina). undang-undang yakni dengan pemberian,
2. Daya upaya atau sarana yang perjanjian, salah memakai kekuasaan
dipergunakan oleh penyuruh untuk aatau pengaruh, dengan paksaan,
ancaman atau tipu muslihat, atau dengan
menggerakkan tidak ditentukan secara memberikan kesempatan, ikhtiar atau
limitatif dalam undang-undang keterangan.
artinya
dapat berupa apa saja.
SYARAT-SYARAT UITLOKKEN (PEMBUJUKAN)
Pelaku intlektual hanya sebagai otak dan dalam hal ini tidak
melakukan anasir delik sebab jika melakukan anasir delik maka
konstruksinya bukan termasuk uitlokken melainkan bisa jadi
sebagai pleger atau medepleger. Meskipun hanya sebagai
intelektual dader yang tidak melaksanakan anasir delik, uitlokker
tetap dapat dipidana sebagai pembuat berdasarkan Pasal 55 (1)
ke-2 KUHP
PENJELASAN DARI SETIAP SYARAT DIATAS....
1. PEMBERIAN
Permberian dapat berupa uang 2. PERJANJIAN
atau barang. Barang tersebut Janji berarti
dapat berupa barang berharga kesanggupan untuk
yang bernilai ekonomis maupun
barang yang sama sekali tidak memberi sesuatu
mempunyai nilai ekonomis tetapi dengan syarat jika
bagi terbujuk sangat berarti dari dilaksanakan sesuai yang
segi kegunaannya, demikian juga
barang yang bernilai historis diperintahkan
bagi terbujuk
DAYA UPAYA DALAM
PASAL 55 AYAT (1) KE-2 KUHP
5. DENGAN KEKERASAN
Kekerasan adalah penggunaan tenaga atau kekuatan fisik orang yang tidak kecil
misalnya memukul, menendang, menempeleng dan sebagainya.
Secara objektif harusnya tindak pidana yang dianjurkan telah dilaksanakan oleh
terbujuk, atau paling tidak sampai tahap percobaan dan untuk itulah
pembujuk sudah dapat dipidana sebagai uitlokker. Dasar pemidanaan uitlokker
yang tindak pidananya tidak selesai secara sempurna adalah ketentuan Pasal
86 KUHP dimana ditentukan bahwa kejahatan yang dimaksud dalam UU
adalah baik kejahatan pada umumnya atau kejahatan tertentu, termasuk
percobaannya dan pembantuannya, kecuali ditentukan lain suatu aturan
SYARAT-SYARAT UITLOKKEN (PEMBUJUKAN)
Contohnya :
A hanya membujuk B untuk menganiaya C dengan rangkain tipu muslihat tapi
ternyata karena panas hati B malah mam-bunuh C. Dalam kasus ini A hanya
dipertanggungjawabkan berdasarkan Pasal 163 bis ayat 1 KUHP yakni
pembujukan yang gagal yang juga dapat dipidana dan B tetap
dipertanggungjawabkan sebagai pembuat tunggal.
BENTUK-BENTUK PENYERTAAN
PEMBANTU/
MEDEPLICTIGE
PENGERTIAN PEMBANTUAN
Pasal 56 KUHP :
Dipidana sebagai orang yang membantu melakukan suatu kejahatan :
1. Barangsiapa dengan sengaja membantu melakukan kejahatan itu,
2. Barangsiapa dengan sengaja memberi kesempatan, sarana atau
keterangan untuk melakukan kejahatan itu.
A. PEMBANTUAN PADA SAAT KEJAHATAN DILAKUKAN
(PASAL 56 KE-1 KUHP)
Karakteristik pembantuan menurut Pasal 56 ke-1 KUHP sebagai berikut:
1. Waktu pemberian bantuan pada saat atau bersamaan ketika kejahatan
dilakukan.
2. Bentuk bantuan tidak dibatasi dan dapat berupa apa saja.