Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Rahasia dagang pada hakekatnya meliputi banyak hal, Rahasia Dagang


merupakan salah satu cabang dari HAKI. Lingkup perlindungan Rahasia Dagang
meliputi metode produksi, metode pengolahan, metode penjualan, atau informasi
lain di bidang teknologi dan/atau bisnis yang memiliki nilai ekonomi dan tidak
diketahui oleh masyarakat umum. Rahasia dagang didefinisikan sebagai informasi
termasuk suatu rumus, pola-pola, kompilasi, program, metoda teknik atau proses
yang menghasilkan nilai ekonomis secara mandiri, nyata dan potensial. Informasi
itu sendiri bukan merupakan informasi yang diketahui umum dan tidak mudah
diakses oleh orang lain untuk digunakan sehingga yang bersangkutan mendapat
keuntungan ekonomis.1
Persaingan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
yang dihadapi para pengusaha dalam mencapai tujuan yaitu memperoleh laba
yang sebesar-besarnya dan mengungguli perusahaan lain serta menjaga
perolehan laba tersebut. Dalam mencapai tujuan tersebut, sering kali terjadi
praktek persaingan curang yang dapat menimbulkan konflik antara pengusaha
yang satu dengan pengusaha yang lain. Konflik itu juga dapat merugikan
rakyat sebagai konsumen untuk mencegah dan mengatasi persaingan curang
itu, diperlukan hukum yang akan menentukan rambu-rambu yang harus ditaati
secara preventif dan represif bagi mereka yang melakukan persaingan.
Tujuannya tidak lain agar hukum dapat mencegah terjadinya persaingan
curang. Lingkup tujuan di atas termasuk pula tindakan hukum terhadap
pengusaha yang melakukan pelanggaran terhadap pemilik hak rahasia dagang.
Jika memperhatikan peraturan-peraturan yang tercakup dalam hukum
umum, tampaknya pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan
1
Mahila, S. (2017). Perlindungan Rahasia Dagang dalam Hubungannya dengan Perjanjian
Kerja. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 10(3), 16-24.

1
pasal 322 serta pasal 323 Kitab Undang-undang Hukum Pidana telah tidak
memadai untuk melindungi pemegang Hak Rahasia Dagang dari tindakan
pengusaha lain yang melakukan persaingan curang. Karena pasal-pasal itu
dianggap kurang memadai, maka perlu dibentuk hukum khusus yang diatur
dalam Undang-undang Rahasia Dagang Nomor 30 Tahun 2000.2
Meskipun perlindungan terhadap pemilik Hak Rahasia Dagang tidak
harus selalu diatur dalam suatu undang-undang khusus, karena bisa saja
perlindungan itu diatur dalam satu undang-undang yang bersifat umum, yang
didalamnya juga memberikan perlindungan terhadap pemilik Hak Rahasia
Dagang sebagaimana diterapkan di beberapa negara industri maju, misalnya :
Amerika Serikat, Jepang, Jerman atau Australia. Namun Indonesia
menganggap perlu membuat secara khusus Undang-undang Rahasia Dagang
yang memberikan perlindungan terhadap pemilik hak tersebut. Undang-
undang Rahasia Dagang ini merupakan salah satu dari sistem hukum yang
baru saja disahkan bersama-sama Undang-undang Desain Industri dan
Undang-undang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu yang disahkan pada akhir
2000 yang memiliki kekhasan undang-undang Hak Kekayaan Intelektual
lainnya.
Pembahasan mengenai rancangan undang-undang tentang Rahasia
Dagang, Desain Industri, dan Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu hingga
menjadi undang-undang dapat dianggap cukup lama dan berlangsung hampir
selama setahun sejak diajukan pemerintah kepada DPR pada tanggal 17
Desember 1999 hingga disetujui untuk menjadi undang-undang pada rapat
pleno DPR tanggal 4 Desember 2000.
Walau bukan suatu jaminan atau korelasi apabila pembahasan yang
cukup lama itu menghasilkan suatu undang-undang yang berkualitas tinggi
dan mampu bertahan lama serta mampu memenuhi harapan masyarakat.
Namun kita patut mengharapkan hal itu agar tidak sia-sia segala jerih payah
tenaga, pikiran, waktu, dan biaya yang telah dikeluarkan oleh para perancang

2
Sitompul, H. D., Syaparudin, S., & Suranta, F. A. (2010). Perlindungan Hukum bagi Para Pihak
dalam Perjanjian Franchise.JURNAL MERCATORIA, 3(2), 144-162.

2
undang-undang, baik yang berada di DPR dan pemerintah termasuk
lembagaswadaya masyarakat yang telah turun dan berpartisipasi dalam
penyusunan rancangan undang-undang itu. Bagaimanapun, kita patut berkecil
hati dan kecewa apabila beberapa waktu kemudian salah satu dan atau 3 (tiga)
undang-undang itu ternyata harus mengalami revisi, karena tidak ada (1) satu
pun undang-undang di dunia ini yang tidak mengalami revisi walau kerap kali
memiliki banyak intepretasi.
Kehidupan masyarakat selalu dinamis, mengalami pertumbuhan dan
juga perubahan yang terjadi karena pengaruh politik, ekonomi, sosial dan
budaya, baik dalam tingkat nasional dan internasional terutama karena adanya
tekanan-tekanan yang mengarah pada era perdagangan bebas dunia. Dengan
demikan, revisi terhadap undang-undang ini bisa saja terjadi karena pengaruh
faktor-faktor tersebut diatas. Tentu saja, jika terjadi perubahan, kita dapat
berharap agar perubahan itu mengarah pada kesempurnaan sehingga
implementasi undang-undang itu dapat terlaksana secara efektif dan dihormati
oleh para pelaku bisnis dan oleh para penegak hukum. Selain itu administrator
atau aparat Dirjen HAKI pun mampu melaksanakan pasal-pasal yang terdapat
dalam undang-undang ini secara konsisten dan tidak menzalimi para usahawan
yang tidak paham terhadap undang-undang ini, atau menzalimi masyarakat
karena aparat tersebut memegang kekuasaan.
Kita tentu berharap pula, agar masalah penegakan hukum yang akan
dilaksanakan oleh polisi, jaksa serta hakim mampu dilakukan secara
profesional dan adil berdasarkan pada moralitas agama yang dianutnya. Yang
perlu dipikirkan saat ini adalah implementasi dan sistem hukum Rahasia
Dagang dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ekonomi nasional,
khususnya bagi para pengusaha nasional agar kesetaraan dan kemampuan
mereka dalam persaingan dunia melalui pemahaman terhadap Hak Kekayaan
Intelektual terutama Rahasia Dagang dapat ditingkatkan.
Berangkat dari latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Akibat Hukum Bagi Mantan Karyawan yang

3
Membocorkan Rahasia Dagang Perusahaan”, dengan mengambil contoh salah
satu kasus pembocoran rahasia dagang yang dilakukan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang dimaksud diatas, maka
penulis mengajukan permasalahan, yakni:
1. Bagaimana perlindungan hukum Rahasia Dagang di Indonesia?
2. Apa akibat hukum bagi mantan karyawan yang membocorkan Rahasia
Dagang perusahaan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penelitian ini pada hakekatnya adalah untuk mengetahui
perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas sebelumnya yakni:
1. Untuk mengetahui perlindungan hukum Rahasia Dagang di Indonesia.
2. Untuk mengetahui akibat hukum bagi mantan karyawan yang
membocorkan Rahasia Dagang perusahaan.

1.4 Manfaat Penulisan


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
memperkaya literatur atau menambah sumber pengetahuan pada mahasiswa
mengenai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), khususnya Rahasia Dagang
yang perlu dilindungi. Masalah ini perlu disosialisasikan secara luas, hasil
penelitian ini sesungguhnya mencoba memberikan kontribusi dan masukan
kepada masyarakat dan instansi-instansi yang terkait agar pengelolaannya
dapat berkelanjutan secara optimal dan membuahkan hasil yang memuaskan
tanpa ada pihak-pihak yang merasa dirugikan. Khususnya dalam rangka
menekan sengketa Rahasia Dagang yang sering terjadi.
1.5 Kerangka Teori
Dalam penelitian ini digunakan 3 (tiga) teori utama yaitu Teori Keadilan,
Teori Ancaman, dan Teori Pencegahan.

Pertama, Teori Keadilan yang bersumber dari Teori Keadilan Perbaikan


Aristoteles. Teori Keadilan Perbaikan adalah keadilan yang dimaksudkan
mengembalikan suatu keadaan atau status kepada kondisi yang seharusnya, yang
dikarenakan perlakuan tindakan hukum.[4]

4
Kedua, Teori Pemidanaan, Teori-teori pemidanaan berhubungan langsung
dengan hukum pidana dalam arti subjektif. Karena teori-teori ini menerangkan
mengenai dasar-dasar dari hak negara dalam menjatuhkan dan menjalankan
pidana. Korelasi antara teori ini dengan permasalahan dalam skripsi ini adalah
ancaman pidana yang diberikan kepada pelaku yang melakukan tindak pidana
pembunuhan yang didahului pemerkosaan.
Ketiga, Teori Pencegahan, yaitu Teori Pencegahan Umum dan Pencegahan
Khusus. Teori Pencegahan Umum menyatakan bahwa pidana yang dijatuhkan
pada penjahat ditujukan agar orang-orang menjadi takut untuk berbuat kejahatan.
Sedangkan, Teori Pencegahan Khusus menyatakan bahwa mencegah pelaku
kejahatan yang telah dipidana agar ia tidak mengulang lagi melakukan kejahatan
dan mencegah agar orang yang telah berniat buruk untuk tidak mewujudkan
niatnya itu.
Pencegahan harus dilakukan untuk membuat efek jera bagi pelaku dan
pencegahan bagi orang lain yang mempunyai niat melakukan tindak pidana yang
sama.
1.6 Metode Penelitian
Dalam upaya mencapai tujuan dari penelitian ini, metode penelitian yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Metode Pendekatan
Pendekatan yuridis normatif dalam penelitian merupakan pendekatan
utama yakni mengungkap kaidah-kaidah normatif dan asas-asas hukum yang
merupakan kebijakan dalam merumuskan tindak pidana pembunuhan yang terkait
dengan perundang - undangan hukum pidana di Indonesia.
1.7 Bahan hukum
Bahan hukum yang akan dipergunakan dalam penelitian ini, meliputi :

5
a. Bahan hukum primer dalam bentuk antara lain Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Hak Asasi Manusia, Putusan
Pengadilan.
b. Bahan hukum sekunder dalam bentuk antara lain Rancangan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana, hasil - hasil penelitian yang berkaitan dengan
tindak pidana dalam bidang pendidikan, dan pendapat para sarjana.
c. Bahan hukum tersier berupa kamus hukum, kamus bahasa, ensiklopedia
hukum, dan ilmu lain yang terkait.
1.8 Teknik Pengumpulan Data
a. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum (Penelitian Kepustakaan atau
library research).
Baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder dikumpulkan
berdasarkan topik permasalahan yang telah dirumuskan berdasarkan sistem bola
salju dan diklasifikasi menurut sumber dan hierarkinya untuk dikaji secara
komprehensif. Secara diskreptif dilakukan mulai dari penelitian terhadap
ketentuan dalam UUD 1945 dan peraturan perundangan yang berkaitan antara
lain Kitab Undang Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Hak Asasi Manusia,
Putusan Pengadilan.
b. Penelitian Lapangan (field research)
Penelitian lapangan dilakukan guna mendapatkan data primer sebagai data
pendukung/penjelas melengkapi studi kepustakaan. Studi lapangan ini diperlukan
untuk mendapatkan data tentang bagaimana terjadinya tindak pidana kekerasan
yang dilakukan guru kepada anak didik di lingkungan sekolah.
1.9 Analisa Data
Dalam menganalisis data yang diperoleh baik bahan hukum primer maupun
sekunder dan membahas permasalahannya yang menggunakan metode kualitatif.
Analisis kualitatif ini dilakukan secara deskriptif karena penelitian ini tidak hanya

6
bermaksud mengungkapkan atau menggambarkan data kebijakan hukum pidana
sebagaimana adanya, tetapi juga bermaksud menggambarkan tentang kebijakan
hukum pidana yang diharapkan dalam undang-undang yang akan datang. Karena
itu untuk pengolahan data menyatu dengan proses pengumpulan data dalam suatu
siklus, artinya bahwa hubungan data yang satu dengan yang lain senantiasa
dipertahankan baik pada studi kepustakaan, analisis bahan kepustakaan maupun
penyusunan hasil penelitian.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


2.1.1 Penelitian oleh Anastasia E. Gerungan
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Anastasia E. Gerungan dengan
mengangkat judul penelitian “Perlindungan Hukum Terhadap Rahasia Dagang
Ditinjau dari Aspek Hukum Perdata dan Pidana di Indonesia”.3
Sesuai dengan judulnya, tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk
mengetahui berbagai bentuk perlindungan hukum terhadap rahasia dagang
ditinjau dari aspek hukum perdata dan pidana yang berlaku di Indonesia.

3
Gerungan, A. E. (2016). Perlindungan Hukum terhadap Rahasia Dagang Ditinjau dari Aspek
Hukum Perdata dan Pidana di Indonesia oleh: Anastasia E. Gerungan. Jurnal Hukum Unsrat,22(5).

7
Melalui penelitian ini diketahui bahwa walaupun Rahasia Dagang bersifat
keperdataan, yang mengatur hubungan antara individu yang memiliki (hak)
Rahasia Dagang dengan pihak ketiga, yang berhubungan dengan informasi yang
terkandung dalam Rahasia Dagang, guna melindungi kepentingan pemilik dan
pemegang Rahasia Dagang secara khusus dan usaha pada umumnya. Negara
memberikan sanksi pidana kepada pelanggar hak Rahasia Dagang sebagaimana
diatur dalam Pasal 17 ayat (1) UU No. 30 Tahun 2000. Walau demikian tindakan
pemberian sanksi oleh Negara ini pun diharapkan kembali kepada kepentingan
dari pihak yang dilindungi dengan menjadikan tindak pidana tersebut sebagai
delik aduan (Pasal 17 ayat (2)). Penegakan hukum terhadap pelanggaran dalam
bidang Rahasia Dagang lebih berat dibandingkan dengan penegakan hukum
HAKI lainnya.
2.1.2 Penelitian oleh Yanni Lewis Paat
Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Yanni Lewis Paat dengan
mengangkat judul penelitian “Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang Menurut
Hukum Positif Indonesia”4
Sesuai dengan judulnya, tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk
mengetahui bagaimana penyelesaian sengketa rahasia dagang menurut hukum
positif di Indonesia.
Melalui penelitian ini diketahui bahwa dengan adanya UURD sekarang,
perlindungan hukum terhadap pemegang hak rahasia dagang semakin kuat. Secara
perdata dengan ditegaskannya hak menggugat kepada pihak-pihak yang
melanggar hak rahasia dagang, perlindungan hukum perdata semakin mendapat
kepastian hukum (Pasal 11 UURD). Sejalan dengan perlindungan hukum dari segi
hukum perdata, dimuat juga dasar-dasar hukum perlindungan dari segi hukum
pidana. Dimuat dalam Pasal 16 dan Pasal 17. Untuk lebih terjaminnya positivitas
norma-norma hukum perdata dan administrasi tersebut, pembentuk UURD masih
merasa perlu memberi daya pemaksa untuk ditaatinya ketentuan hukum rahasia
dagang melalui hukum pidana.
Pemilik Rahasia Dagang memiliki hak untuk menggunakan sendiri
Rahasia Dagang yang dimilikinya dan memberikan Lisensi kepada atau melarang

4
Paat, Y. L. (2013). Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang Menurut Hukum Positif
Indonesia. Lex et Societatis, 1(3).

8
pihak lain untuk menggunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia
Dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang bersifat komersial (Pasal
4 UURD). Apabila upaya-upaya menjaga kerahasiaan telah dilakukan sesuai UU
Rahasia Dagang, maka jika terjadi penggunaan atau pengungkapan informasi
rahasia tersebut kepada pihak ketiga untuk kepentingan komersial, dapat diduga
telah terjadi pelanggaran rahasia dagang.

2.2 Landasan Teori


Rahasia dagang sebagai suatu aset yaitu lebih tepatnya intangible asset me-
miliki beberapa teori dalam perlin-dungannya. Perlindungan rahasia dagang
didasarkan atas beberapa teori yaitu se-bagai berikut:5
2.2.1 Teori Hak Milik
Rahasia dagang masuk dalam ka-tegori hak milik. Rahasia dagang
memi-liki nilai ekonomi yang tinggi. Sebagai-mana dalam Pasal 570 KUH
Perdata hak milik merupakan hak untuk menikmati kegunaan kebendaan
dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan
kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan Undang-Undang atau
peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak me-
netapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain; kesemuanya itu
dengan tidak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi
kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan Un-dang-Undang dan
dengan pembayaran ganti rugi. Hak milik dapat dipertahankan bagi orang
lain yang menyalahgunakan. Hak milik dapat digunakan seluas-luas-nya.
Hak kebendaan selanjutnya melekat pada hak milik. Selain itu hak milik
ber-sifat tetap dan tidak dapat dimusnahkan kecuali hak milik tersebut
berpindah tangan, baik karena pewarisan maupun penjualan.
Rahasia dagang merupakan hasil kerja keras disertai pikiran yang
dimiliki individu dan memiliki nilai ekonomi ting-gi. Kepemilikan dari
rahasia dagang ini tidak boleh disalahgunakan dan diman-faatkan dengan
semena-mena yang dapat merugikan pelaku usaha yang lain. Ra-hasia
dagang memang tidak perlu didaf-tarkan seperti hak kekayaan intelektual

5
Mustikarini, I. D. (2016). Perlindungan Hukum Rahasia Dagang terhadap Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA). Perspektif Hukum, 16(1), 75-88.

9
yang lain. Perlindungan hukum terhadap rahasia dagang ini dijamin oleh
undang-undang mengenai penggunaan hak dan peralihannya.
2.2.2 Teori Kontrak
Teori kontrak merupakan dasar yang paling sering dikemukakan
dalam proses pengadilan mengenai rahasia da-gang. Dalam system hukum
Indonesia yang mengadopsi prinsip hukum Eropa Kontinental dianut bahwa
kontrak atau perjanjian pada umumnya merupakan sumber perikatan (Pasal
1233 BW). Se-suai dengan Pasal 1338 BW bahwa per-janjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai Undang-Undang. Dengan demi-kian perjanjian-
perjanjian yang dibuat para pihak tidak dapat ditarik kembali se-cara
sepihak dan pelanggaran atas hal ter-sebut merupakan wanprestasi.
Prinsip-prinsip kontraktual ini pun dijadikan dasar perlindungan
know-how dalam hukum Belanda yang mengklasifi-kasikan perlindungan
sebelum kontrak ditutup, pada saat kontrak berjalan dan pada saat kontrak
telah berakhir.
Prinsip perlindungan berdasarkan hukum kontrak ini sangat relevan
dengan bentuk perlindungan berdasarkan system hukum perburuhan atau
hukum ketenaga-kerjaan. Hubungan antara pengusaha dan karyawan
merupakan salah satu masalah penting berkenaan. Berkenaan dengan ra-
hasia dagang. Tingginya tingkat keluar masuk karyawan dari satu
perusahaan ke perusahaan lain menyebabkan perlunya pengaturan rahasia
dagang ini diintegrasi-kan ke dalam Undang-Undang Ketenaga-kerjaan.
Teori ini pun terkait dengan ma-salah “orang dalam” perusahaan (insider
trading). Perlu ditegaskan di sini bahwa suatu perjanjian yang dibuat oleh
per-usahaan dengan karyawannya yang isinya melarang penggunaan
teknologi atau in-formasi yang telah diketahui secara umum atau merupakan
public domain adalah suatu tindakan yang dianggap sebagai cacat hukum.
2.2.3 Teori Perbuatan Melawan Hukum
Perlindungan rahasia dagang juga terkait dengan teori perbuatan
melawan hukum. Prinsip ini banyak juga dianut oleh berbagai negara untuk
mengatasi persaingan curang yang dilakukan oleh competitor lain.
Sebagaimana yurispru-densi Belanda sejak tahun 1919 yang diikuti oleh
yurisprudensi di Indonesia telah memperluas pengertian perbuatan melawan

10
hukum (onrechtmatige daad) sebagai berikut:7 “….Suatu perbuatan atau
kelalaian yang lenggar hak orang lain atau bertentangan dengan kewajiban
hukum si pelaku, atau bertentangan kesu-silaan, atau bertentangan dengan
sikap hati-hati yang perlu diperhatikan di dalam pergaulan masyarakat
terhadap kepen-tingan lahiriah maupun milik orang la-in….” Sedangkan
seseorang dianggap te-lah melakukan perbuatan melawan hu-kum dalam hal
rahasia dagang yaitu ketika secara tanpa hak memanfaatkan in-formasi
rahasia dagang dengan cara:
1. Memperoleh dengan tata cara yang tidak lazim;
2. Pengungkapannya atau penggunaan-nya mengakibatkan dilanggarnya
kera-hasiaan yang diperoleh dari orang lain yang mengungkapkan rahasia
itu ke-padanya;
3. Mempelajari rahasia dagang tersebut dari orang ketiga yang memperoleh
in-formasi tersebut secara tidak patut atau pengungkapan pihak ketiga ini
meru-pakan pelanggaran juga;
4. Mempelajari rahasia dagang tersebut dan kemudian mengungkapkannya
dengan menyatakan bahwa hal terse-but merupakan pembukaan rahasia
da-gang dengan sengaja

11
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perlindungan Hukum Rahasia Dagang di Indonesia


Rahasia dagang sebagai suatu informasi yang bernilai ekonomis,
dikelompokkan dalam informasi teknologi dan informasi bisnis. Yang
termasuk dalam informasi teknologi yaitu:
 Informasi tentang penelitian dan pengembangan suatu teknologi.
 Informasi tentang produksi/proses.
 Informasi mengenai kontrol mutu.
Sedangkan yang dimaksud dalam informasi bisnis, adalah :
 Informasi yang berkaitan dengan penjualan dan pemasaran suatu
produk.
 Informasi yang berkaitan dengan para langganan.
 Informasi tentang keuangan.
 Informasi tentang administrasi.
Informasi yang terdapat dalam iklan, brosur, buku panduan
pengoperasian, yang diberikan kepada masyarakat adalah informasi yang
tidak lagi dikategorikan dalam informasi yang diatur dalam rahasia dagang.
Dengan adanya unsur kerahasiaan dalam rahasia dagang ini menyebabkan
rahasia dagang tidak memiliki batas jangka waktu perlindungan, yang
terpenting adalah selama pemilik rahasia dagang tetap melakukan upaya
untuk menjaga kerahasiaan dari informasi, maka informasi ini masih tetap
dalam perlindungan rahasia dagang.
Sebagaimana telah tercantum dalam lingkup rahasia dagang yang
diatur dalam Pasal 2 UU No. 30 Tahun 2000, maka dapat dijelaskan bahwa
suatu rahasia dagang bisa mendapatkan perlindungan apabila informasi itu:
 Bersifat rahasia dan hanya diketahui oleh pihak tertentu bukan secara
umum oleh masyarakat.

 Memiliki nilai ekonomi apabila digunakan untuk menjalankan


kegiatan usaha yang bersifat komersial atau dapat meningkatkan
keuntungan.
 Dijaga kerahasiaannya apabila pemilik atau para pihak yang
menguasainya telah melakukan langkah-langkah yang layak dan patut.
Dasar perlindungan rahasia dagang adalah pertama, UU No. 30
tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, perlindungan berdasarkan kontrak

12
sesuai asas kebebasan berkontrak yang diatur oleh Pasal 1338 BW, Pasal
1234 BW jo. Pasal 1242 BW tentang perikatan untuk berbuat sesuatu atau
tidak berbuat sesuatu, Pasal 1603b dan 1603d BW tentang kewajiban buruh.
Kedua, perlindungan berdasarkan KUHP Pasal 322 ayat (1) tentang
kejahatan membuka rahasia, Pasal 323 ayat (1) tentang hal memberitahukan
hal-hal khusus tentang suatu perusahaan dagang, Pasal 382 bis KUHP
tentang perbuatan curang. Ketiga, adalah prinsip hukum persaingan curang
dan adalah dasar hukum berdasarkan perbuatan melawan hukum (Pasal
1365 BW).6
Untuk mendapat perlindungan Rahasia Dagang tidak perlu diajukan
pendaftaran (berlangsung secara otomatis), karena undang-undang secara
langsung melindungi Rahasia Dagang tersebut apabila informasi tersebut
bersifat Rahasia, bernilai ekonomis, dan dijaga kerahasiaannya, kecuali
untuk lisensi Rahasia Dagang yang diberikan. Lisensi Rahasia Dagang harus
dicatatkan ke Direktorat Jenderal HKI – Depkumham.
Suatu Rahasia Dagang dilindungi dengan jangka waktu yang tidak
terbatas. Ukurannya adalah selama informasi tersebut terjaga
kerahasiaannya sampai informasi tersebut menjadi milik publik. Berbeda
dengan hak kekayaan intelektual lainnya yang memiliki batasan waktu
tertentu untuk perlindungannya,
Objek rahasia dagang yang dilindungi adalah terdiri atas: formula-
formula dan metode pengolahan bahan kimia dan makanan, metode dalam
menjalankan usaha, daftar konsumen, informasi tentang keinginan
konsumen, tingkat debitur mengembalikan kredit, perencanaan (blue print),
rencana arsitektur, tabulasi data, informasi teknik manufaktur, rumus-rumus
perancangan, analisis dalam rencana pemasaran, perangkat lunak computer,
kode-kode akses dan alogaritma, serta pemasaran dan rencana usaha.6
Adapun objek yang tidak dilindungi oleh Rahasia Dagang yaitu
semua informasi yang telah menjadi rahasia umum atau milik umum (public
domain) atau informasi yang telah dipublikasikan dimuka umum.
Rahasia Dagang hanya akan dilindungi sebagai HKI selama terjaga
kerahasiaannya. Untuk dilindungi sebagai HKI, Rahasia Dagang tidak perlu
6
Legrands, G. C. (2013). Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Rahasia Dagang. Lex Privatum, 1(4).

13
didaftarkan, karena undang-undang secara langsung melindungi rahasia
dagang tersebut apabila informasi tersebut mencakup seluruh lingkup
rahasia dagang itu sendiri. Namun keadaan ini merupakan salah satu
kelemahan dari sistem perlindungan rahasia dagang, karena tanpa
mekanisme pendaftaran ini akan menimbulkan kurangnya kepastian hukum.
Tetapi jika ditempuh sistem pendaftaran (menggunakan stelsel konstitutif),
maka rahasia dagang itu sendiri akan gugur eksistensinya sebagai HKI,
karena hal ini berarti akan terpublikasi. Ketentuan ini mengandung maksud
bahwa selama belum diumumkan penemuan tersebut masih dianggap
sebagai rahasia dagang dan informasi tersebut akan kehilangan
eksistensinya sebagai rahasia dagang pada saat diumumkan.
Sebagai bentuk perlindungan bagi para pemilik rahasia dagang,
maka pemilik rahasia dagang memiliki hak-hak tertentu yang diatur dalam
Pasal 4 Undang-Undang Rahasia Dagang (UURD), yaitu sebagai berikut:
1. Penggunaan sendiri rahasia dagang
Pemilik rahasia dagang memiliki hak untuk menggunakan sendiri
Rahasia Dagangnya (Pasal 4 huruf (a) Undang-undang Rahasia dagang
(UURD)), artinya melaksanakan sendiri dalam perusahaan yang
dijalankannya. Di samping melaksanakan sendiri, pada waktu yang sama
Pemilik Rahasia Dagang boleh memberikan lisensi kepada pihak lain untuk
menggunakan rahasia dagangnya dan melarang pihak lain mengungkapkan
rahasia dagangnya untuk kepentingan yang bersifat komersial.
2. Pemberian lisensi kepada pihak lain
Pemilik rahasia dagang memiliki hak untuk memberikan lisensi
kepada atau melarang pihak lain menggunakan rahasia dagangnya., atau
mengungkapkan rahasia dagangnya kepada pihak ketiga untuk kepentingan
yang bersifat komersial (Pasal 4 huruf (b)). Setiap perjanjian lisensi wajib
dicatatkan pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual dengan
membayar biaya (Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Rahasia Dagang
(UURD)). Yang wajib dicatatkan pada Direktorat Jenderal hanyalah
mengenai data yang bersifat administratif dari perjanjian lisensi dan tidak
mencakup substansi rahasia dagang yang diperjanjikan. Bila tidak

14
dicatatkan, perjanjian lisensi tidak mempunyai akibat hukum terhadap pihak
ketiga (Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Rahasia Dagang).
Perjanjian lisensi yang tercatat pada Direktorat Jenderal Hak
Intelektual diumumkan dalam Berita Resmi Rahasia Dagang (Pasal 8 ayat
(3) Undang-Undang Rahasia Dagang (UURD)). Hal-hal yang diumumkan
dalam Berita Resmi Rahasia Dagang hanya mengenai data yang bersifat
administratif dan tidak mencakup substansi rahasia yang diperjanjikan,
perjanjian lisensi dilarang memuat ketentuan yang dapat menimbulkan
akibat yang merugikan perekonomian Negara Indonesia, atau memuat
ketentuan yang mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat (Pasal 9 ayat
(1) Undang-Undang Rahasia Dagang (UURD)). Misalnya, perjanjian
tersebut mengatur kewajiban yang dapat dinilai tidak adil bagi penerima
lisensi, seperti menghalangi proses alih teknologi ke Indonesia. Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual wajib menolak pencatatan perjanjian
lisensi yang memuat ketentuan demikian itu (Pasal 9 ayat (3) Undang-
Undang Rahasia Dagang (UURD)).
3. Pelanggaran Pihak lain Menggunakan Rahasia Dagang
Pemilik Rahasia Dagang berhak melarang pihak lain menggunakan
Rahasia Dagangnya untuk kepentingan yang bersifat komersial. Pemilik
Rahasia Dagang dapat menggugat siapapun yang dengan sengaja dan tanpa
hak melakukan perbuatan pemberian lisensi kepada pihak lain, atau
mengungkapkan Rahasia Dagangnya kepada pihak ketiga, dalam bentuk
tuntutan ganti kerugian dan/atau menghentikan perbuatan yang dilarang
tersebut. Gugatan penggugat diajukan ke dan didaftarkan pada Pengadilan
Negeri (Pasal 11 Undang-Undang Rahasia Dagang (UURD)). Namun, pihak
yang bersengketa boleh juga menyelesaikan sengketa melalui arbitrase atau
penyelesaian sengketa alternatif lainnya (Pasal (12) Undang-Undang
Rahasia Dagang (UURD)). Yang dimaksud “penyelesaian sengketa
alternatif” adalah negosiasi, rekonsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para
pihak sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
4. Pengungkapan Rahasia Dagang Kepada Pihak Ketiga
Pemilik Rahasia Dagang berhak melarang pihak lain
mengungkapkan Rahasia Dagangnya kepada pihak ketiga untuk tujuan

15
komersial. Akan tetapi, menurut ketentuan pasal 15 Undang-Undang
Rahasia Dagang (UURD), seseorang tidak dianggap melakukan pelanggaran
atas Rahasia Dagang apabila:
 Pengungkapan atau penggunaan Rahasia Dagang itu didasarkan pada
kepentingan pertahanan keamanan, kesehatan, atau keselamatan
masyarakat.
 Rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari penggunaan Rahasia
Dagang milik orang lain dilakukan semata-mata untuk kepentingan
pengembangan lebih lanjut dari produk yang bersangkutan.

3.2 Kasus Rahasia Dagang


3.2.1 Contoh Kasus Rahasia Dagang
Bocorkan Rahasia Dagang Racikan Kopi, Hi Pin Dibui
Andi Saputra – detikNews
Palu - Hi Pin dihukum 1 tahun penjara karena membocorkan rahasia
dagang racikan kopi. Eks karyawan pabrik kopi CV Bintang Harapan itu
dikenakan UU Rahasia Dagang.

Kasus bermula saat pria kelahiran 30 November 1970 bermasalah


dengan majikannya. Pada November 2009, ia mendatangi mess karyawan
membujuk mereka pindah pabrik. Beberapa karyawan CV Bintang
Harapan terbujuk dan mereka pindah ke pabrik Hi Pin dengan bendera CV
Tiga Berlian.

Nah, Hi Pin menyuruh karyawan barunya untuk membuat sistem


kerja sama dengan tempat lama. Seperti penggorengan, penggilingan,
saringan, hingga pengemasan. Sehingga cita rasa yang didapat bisa sama
persis, baik aroma dan cita rasanya.

Untuk pemasaran, jaringan distribusi juga menggunakan jejaring


yang sama. Pelan-pelan, bisnis CV Bintang Harapan dan Hi Pin dilaporkan
ke polisi dengan dalih mencuri rahasia dagang.

Pada 4 Agustus 2011, jaksa menuntut Hi Pin 1 tahun penjara


karena melanggar Pasal 17 ayat 1 UU 30/2000 tentang Rahasia Dagang.

16
Tuntutan itu mentah. PN Palu membebaskan Hi Pin dan memulihkan
namanya.

"Menyatakan Terdakwa Hi Pin terbukti secara sah dan meyakinkan


bersalah melakukan tindak pidana 'tanpa hak menggunakan rahasia dagang
pihak lain'. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Hi Pin oleh karena itu
dengan pidana penjara selama 1 tahun penjara," demikian lansir panitera
MA dalam websitenya, Selasa (6/11/2018).

Putusan ini diketok oleh Artidjo Alkostar dengan anggota Prof


Surya Jaya dan Sri Murwahyuni. Ketiganya meyakini perbuatan Hi Pin
memerintahkan saksi Noldhy Lagindawa untuk membuat tempat
penggorengan dan penggilingan kopi sesuai dengan pengalaman mereka
saat bekerja pada CV Bintang Harapan.

"Terdakwa juga memerintahkan mengambil contoh kopi mentah


dokumentasi dan mesin-mesin penggorengan dan produksi, mengambil
saringan kopi bubuk, mengambil plastik packing pada pabrik kopi CV.
Bintang Harapan dengan maksud agar kopi bubuk hasil produksi CV Tiga
Putra Berlian milik Terdakwa sama dengan kopi bubuk produksi CV
Bintang Harapan," papar majelis menguraikan kesalahan Hi Pin.7

3.2.2 Analisis dan Penyelesaian Kasus Rahasia Dagang

3.2.2.1 Pidana Bagi Mantan Karyawan yang Membocorkan


Rahasia Dagang Perusahaan

Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun


2000 tentang Rahasia Dagang, Rahasia Dagang adalah informasi yang
tidak diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis,
mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha, dan
dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

7
https://news.detik.com/berita/d-4289403/bocorkan-rahasia-dagang-racikan-kopi-hi-pin-dibui

17
Apabila seseorang membuka atau membocorkan rahasia
dagang suatu perusahaan kepada perusahaan lain, maka orang tersebut
dapat dituntut secara pidana dengan dasar Pasal 13 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang (UU Rahasia Dagang).
Pelanggaran Rahasia Dagang juga terjadi apabila seseorang
dengan sengaja mengungkapkan Rahasia Dagang, mengingkari
kesepakatan atau mengingkari kewajiban tertulis atau tidak tertulis
untuk menjaga Rahasia Dagang yang bersangkutan.
Terdapat pengecualian untuk perbuatan dalam Pasal 13 UU
Rahasia Dagang tersebut, yaitu tidak dianggap pelanggaran Rahasia
Dagang apabila:

 Tindakan pengungkapan Rahasia Dagang atau penggunaan Rahasia


Dagang tersebut didasarkan pada kepentingan pertahanan
keamanan, kesehatan, atau keselamatan masyarakat;

 Tindakan rekayasa ulang atas produk yang dihasilkan dari


penggunaan Rahasia Dagang milik orang lain yang dilakukan
semata-mata untuk kepentingan pengembangan lebih lanjut produk
yang bersangkutan.

Untuk pelanggaran terhadap Pasal 13 UU Rahasia Dagang,


seseorang dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp300juta. Tindak pidana tersebut
merupakan delik aduan. Oleh karena itu, mantan karyawan tersebut
dapat dipidana karena membocorkan rahasia dagang perusahaan
kepada perusahaan lain.
Mantan karyawan tersebut juga dapat digugat secara perdata
berdasarkan Pasal 11 jo. Pasal 4 UU Rahasia Dagang karena
mengungkapkan Rahasia Dagang kepada pihak ketiga untuk
kepentingan yang bersifat komersial.

3.2.2.2 Alternatif Penyelesaian Sengketa Selain Tuntutan Pidana

18
Selain mengajukan tuntutan pidana, perusahaan juga dapat
mengajukan gugatan perdata yang didasarkan pada Pasal 11 jo. Pasal 4
UU Rahasia Dagang:8

Pasal 11 UU Rahasia Dagang:

Pemegang Hak Rahasia Dagang atau penerima Lisensi dapat


menggugat siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan
perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, berupa:

 Gugatan ganti rugi; dan/atau

 Penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


4.

Gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diajukan ke


Pengadilan Negeri.

Pasal 4 UU Rahasia Dagang:

Pemilik Rahasia Dagang memiliki hak untuk:

 Menggunakan sendiri Rahasia Dagang yang dimilikinya;

 Memberikan Lisensi kepada atau melarang pihak lain untuk


menggunakan Rahasia Dagang atau mengungkapkan Rahasia
Dagang itu kepada pihak ketiga untuk kepentingan yang bersifat
komersial.

Jadi, selain menuntut pidana, perusahaan (sebagai pemegang


rahasia dagang atau penerima lisensi) dapat menggugat secara perdata
mantan karyawan yang membocorkan rahasia dagang perusahaan
kepada pihak ketiga (perusahaan lain).

8
Anggraini, L. (2018). PERLINDUNGAN HUKUM PERDATA DAGANG TERHADAP
PEMILIK RAHASIA DAGANG DI INDONESIA. NIAGAWAN, 7(3), 113-121.

19
Selain penyelesaian gugatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 UU Rahasia Dagang, para pihak dapat menyelesaikan
perselisihan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.[6]
Yang dimaksud dengan “alternatif penyelesaian sengketa” adalah
negosiasi, mediasi, konsiliasi, dan cara lain yang dipilih oleh para
pihak sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditemukan dalam pembahasan
sebelumnya, ialah:
1. Rahasia dagang adalah informasi yang tidak diketahui secara
umum atau diketahui secara terbatas oleh pihak-pihak tertentu
tentang hal-hal yang menyangkut dagang.
2. Perlindungan hukum rahasia dagang memberikan hak bagi pemilik
rahasia dagang sebagai hak milik yang seluas-luasnya tanpa
mengganggu orang lain dan tidak bertentangan dengan peraturan
per-undang-undangan;
3. Terjadinya pengungkapan informasi yang dimiliki satu pihak
kepada pihak lainnya tanpa diketahui oleh pihak pemilik informasi
dapat menimbulkan kerugian bagi pemilik informasi tersebut.
Pengungkapan informasi dapat dilakukan dilakukan oleh tenaga
kerja dari pemilik informasi.
4. Dengan semakin pentingnya peran rahasia dagang dalam bidang
persaingan usaha, maka rahasia dagang harus dilindungi. Dan hal
mengenai perlindungan ini, telah diatur dalam UU No. 30 Tahun
2000, yang mengatur hal-hal terkait kepastian hukum dan
perlindungan rahasia dagang.

20
5. Apabila terjadi sengketa bisnis antara pemilik/pemegang Rahasia
Dagang dengan pihak ketiga yang berkaitan dengan pelaksanaan
perjanjian, maka pemilik/pemegang Rahasia Dagang dapat
menyelesaikan sengketa tersebut di luar pengadilan, yaitu dengan
cara arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa.

4.2 Saran
1. Adanya undang-undang khusus yang mengatur rahasia dagang,
diharapkan dapat memberi perlindungan terhadap pemiik hak
rahasia dagang sehingga akan memacu dan meningkatkan
kreatifitas atau inovasi pada umumnya, dalam rangka
mengembangkan usahanya
2. Ada harapan agar mampu mengatasi persaingan curang secara
preventif dan represif dari para pelaku pesaing curang yang
mengabaikan pengembangan kreatifitas dan inovasinya.
3. Bagi peneliti selanjutnya, keterbatasan dalam penelitian ini
hendaknya dapat lebih disempurnakan lagi
4. Diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu
mengaplikasikannya di dalam kehidupan sehari-hari.

21
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal

Anggraini, L. (2018). PERLINDUNGAN HUKUM PERDATA DAGANG


TERHADAP PEMILIK RAHASIA DAGANG DI INDONESIA. NIAGAWAN,
7(3), 113-121.

Gerungan, A. E. (2016). Perlindungan Hukum terhadap Rahasia Dagang Ditinjau


dari Aspek Hukum Perdata dan Pidana di Indonesia oleh: Anastasia E. Gerungan.
Jurnal Hukum Unsrat, 22(5).

Legrands, G. C. (2013). Perlindungan Hukum Bagi Pemilik Rahasia Dagang. Lex


Privatum, 1(4).

Mahila, S. (2017). Perlindungan Rahasia Dagang dalam Hubungannya dengan


Perjanjian Kerja. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 10(3), 16-24.

Mustikarini, I. D. (2016). Perlindungan Hukum Rahasia Dagang terhadap


Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Perspektif Hukum, 16(1), 75-88.

Paat, Y. L. (2013). Penyelesaian Sengketa Rahasia Dagang Menurut Hukum


Positif Indonesia. Lex et Societatis, 1(3).

Sitompul, H. D., Syaparudin, S., & Suranta, F. A. (2010). Perlindungan Hukum


bagi Para Pihak dalam Perjanjian Franchise.JURNAL MERCATORIA, 3(2), 144-
162.

Website

22
https://news.detik.com/berita/d-4289403/bocorkan-rahasia-dagang-racikan-kopi-
hi-pin-dibui

23

Anda mungkin juga menyukai