Penerapan Asas Equality Before The Law Dalam Kasus Penganiyayan Yang
Dilakukan Oleh Anak Pejabat
Disusun oleh
Nama :
NIM:
MAGISTER HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGGERANG
2023
Abstrak
Penerapan Asas Equality Before The Law Dalam Kasus Penganiyayan Yang
Dilakukan Oleh Anak Pejabat
Equality before the law (semua orang sama didepan hukum) adalah salah satu asas
terpenting dalam hukum modern. Asas ini menjadi salah satu sendi doktrin Rule
of Law yang juga menyebar pada negara negara berkembang seperti Indonesia,
maka dari itu asas ini dijadikan landasan bagi setiap manusia yang melakukan
penegakan hukum di negeri ini tanpa terkecuali.
Adapun permasalah yang diangkat dalam penulisan ini adalah Faktor –faktor anak
melakukan tindak pidana penganiyayan dan Bagaimana hukuman yang
dijatuhkan oleh hakim.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini ialah Pedekatan
yuridis normatif dan pendekatan empiris. Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui studi kepustakaan (library research) seperti buku-buku literatur
dan karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Data sekunder
terdiri dari 3 (tiga) Bahan Hukum, yaitu, bahan Hukum Primer, sekunder dan
tersier.
Equality before the law (semua orang sama didepan hukum) adalah salah satu asas
terpenting dalam hukum modern. Asas ini menjadi salah satu sendi doktrin Rule
of Law yang juga menyebar pada negara negara berkembang seperti Indonesia,
maka dari itu asas ini dijadikan landasan bagi setiap manusia yang melakukan
Negara hukum merupakan negara yang berdasar atas hukum bukan berdasar atas
undang Dasar 1945 perubahan Ke-4 yang di syahkan pada tanggal 10 Agustus
2002, Bab-I Pasal 1 ayat (3) menyatakan secara tegas bahwa ”Negara Indonesia
adalah Negara Hukum” penegakan hukum yang baik tidaklah pandang bulu atau
pilih kasih, siapa yang menjadi pelaku pelanggar hukum harus diadili dan
dalam payung hukum yang berlaku umum (general) dan tunggal. Ketunggalan
hukum itu menjadi salah satu wajah utuh diantara dimensi sosial lain (misalkan
hukum, wilayah sosial dan wilayah ekonomi itulah yang menjadikan asas
siapapun yang meminta keadilan kepadanya, diharapkan dengan adanya asas ini
tidak terjadi suatu diskriminasi dalam supremasi hukum di Indonesia dimana ada
fungsinya yakni pemerintah berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur, baik yang
mengatur maupun yang diatur pedomannya satu, yaitu Undang-undang, bila tidak
ada persamaan hukum maka orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa
kebal hukum.
Hukum dan penegakan hukum adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan,
keduanya harus bisa berjalan secara sinegis, subtansi (isi) hukum yang termuat
ditopang dengan sistem hukum serta budaya hukum yang tumbuh dan
Adapun salah satu contoh penerapan asas equality before the law adalah kasus
yang pada awal Tahun 2023 sukup menyita perhatian publik yakni Kasus
mengadu kepadanya perihal perbuatan tidak baik yang dilakukan D terhadap AG.
2
Kendati demikian, D selalu mengabaikan telepon yang masuk dari Mario Dandy
berulang kali. Karena panggilan teleponnya selalu ditolak D, lalu Mario membuat
rencana untuk menjebak D dengan dalih ingin mengembalikan kartu pelajar milik
D.
Mario Dandy bersama AG, dan Shane lalu menemui D dengan menaiki Jeep
korban yang sedang berada di rumah R.Awalnya, D tidak mau menemui AG dan
langsung keluar menuju belakang mobil yang dibawa Mario. Setelah itu, situasi
Dalam Proses penanganan kasus penganiayaan yang menyeret Mario Dandy dan
temannya, Shene Lukas, terkesan lama lantaran dan tidak ditanganin dengan
serius oleh pihak kepolisian bahkan kelurga korban sempan membuat surat
terbuka di twiter yang meminta kepada pihak Kepolisan untuk membebaskan saja
Mario dandy dari Penjara Karena lamanya Proses penangan kasus tersebut, bahwa
atas cuitan dari keluraga koraban menyita perhatian masyarakat dan pemerintah
memerintahkan Kepolisan untuk menangani kasus ini dengan serius dan pelaku
B. Permasalahan
3
Berdasarkan uraian-uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan
C. Metode Penelitian
melakukan dengan cara mengkaji berbagai literatur yang sifatnya tidak terbatas
oleh waktu dan tempat, serta mengkaji berbagai literatur baik yang berupa buku-
cetak maupun online yang berkaitan dengan permasalahan yang ditelit, Untuk
(comparative approach).
Jenis dan sumber bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan bahan-bahan
hukum positif, meneliti bahan pustaka (buku, jurnal ilmiah, laporan hasil
4
D. PEMBAHASAN
Kerangka Pemikiran
Penganiayaan Berat
1
S. R. Sianturi. 2002. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapan, Cet. 3.
Storia Grafika, Jakarta. hlm.208.
2
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang. 2010. Hukum Penitensier Indonesia. Sinar
Garfika, Jakarta. hlm. 45.
5
Penganiayaan berat merupakan penganiayaan yang melukai berat (zwaar
lichamelijk letsel) atau dapat disebut luka berat pada tubuh orang lain. Ketentuan
pidana mengenai penganiayaan berat diatur dalam Pasal 354 KUHP:
1. Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, dihukum karena
menganiaya berat, dengan hukuman penjara selama-lamanya delapan tahun.
2. Jika perbuatan itu menjadikan kematian orangnya, sitersalah dihukum penjara
selama-lamanya sepuluh tahun.
Unsur-unsur penganiayaan berat berdasarkan Pasal 354 ayat (1) KUHP sebagai
berikut
a). Unsur Subjektif : opzettelijk atau dengan sengaja.
b). Unsur Objektif terbagi atas:
1). toebrengen atau menyebabkan ataupun mendatangkan,
2). zwaar lichamelijk letsel atau luka berat pada tubuh, dan
3). een ander atau orang lain.
Unsur-unsur penganiayaan berat berdasarkan Pasal 354 ayat (2) KUHP sebagai
berikut
a). Unsur Subjektif : opzettelijk atau dengan sengaja.
b). Unsur Objektif terbagi atas:
1). toebrengen atau menyebabkan ataupun mendatangkan,
2). zwaar lichamelijk letsel atau luka berat pada tubuh,
3). een ander atau orang lain,
4). ten gevolge hebben atau yang mengakibatkan, dan
5). den dood atau kematian.3
Dalam Pasal 354 ayat (1) dan ayat (2) KUHP telah mensyaratkan bahwa pelaku
memang telah menghendaki (willens) untuk melakukan suatu perbuatan
menimbulkan luka berat pada tubuh orang lain, dan ia harus mengetahui (wetens)
bahwa dengan melakukan perbuatannya tersebut :
a). ia telah bermaksud untuk menimbulkan luka berat pada tubuh orang lain,
b). ia menyadari bahwa orang lain pasti (zeker)akan mendapat luka berat pada
tubuhnya, dan
c). ia menyadari bahwa orang lain mungkin (mogelijk) akan mendapat luka
berat pada tubuhnya.4
Penganiayaan berat hanya terbagi dalam dua bentuk antara lain penganiayaan
berat biasa ayat (1) dan penganiayaan berat yang menimbulkan kematian ayat (2)
pada penganiayaan berat dapat menimbulkan kematian. Kesengajaan terhadap
kematian dalam penganiayaan berat adalah sama dengan kesengajaan terhadap
kematian penganiayaan biasa dan penganiayaan berencana yang menimbulkan
kematian, dalam arti bahwa kematian ini tidak menjadi tujuan/ kematian tersebut
dikehendaki sebelumnya.
3
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang. Ibid. hlm.160
4
Adami Chazawi. 2011. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Rajawali Pers, Jakarta. hlm.33
6
Penganiayaan Berat Berencana
Demikian juga terhadap pegawai yang ketika atau karena melakukan tugas-
tugasnya yang sah, mereka membutuhkan perlindungan hukum yang lebih besar
agar dapat menunaikan tugas-tugas tersebut demi kepentingan umum.6
a. Faktor Umur
5
Adami Chazawi. ibid. hlm. 36.
6
http://repository.unpas.ac.id, diakses pada Tanggal 10 November 2022 Jam 10:17 WIB
7
Umur merupakan salah satu faktor pemicu bilamana seseorang ingin melakukan
kejahatan tindak pidana penganiayaan terhadap orang lain, pada umumnya
kematangan dalam berpikir seseorang dapat dilihat dari usia pada seseorang, usia
sangat penting untuk menentukan tindakan-tindakan yang dapat dikatakan salah
atau dikatakan benar dimana tingkatan kedewasaan dan kematangan untuk
berpikir sangat dipengaruhi dari umur seseorang, semakin muda umur seseorang
sangat mudah untuk melakukan tindak pidana penganiayaan oleh karena belum
matangnya berfikir menjadi faktor dalam hal ini untuk melakukan suatu tindak
pidana.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan dimana seseorang tersebut berada, dalam hal ini bisa
dilihat dari lingkungan terdekat seperti lingkungan keluarga, lingkungan bermain,
lingkungan tempat tinggal dan lingkungan bersosial media. lingkungan dapat
merubah watak atau karakter yang ada pada diri seseorang. Maka bilamana dalam
lingkungan itu bagus seseorang tersebut akan memiliki prilaku dan keperibadian
yang baik juga. namun bilamana seseorang tersebut terdapat pada lingkungan
yang salah, keluarga yang tidak benar, tempat tinggal banyak pelaku kejahatan
kemungkinan seseorang tersebut akan terjerumus dan melakukan tindak
kejahatan, salah satunya kasus penganiayaan, para pelaku penganiayaan ini
penyebab terbesarnya dikarenakan hasil dari lingkungan yang salah, salah dalam
memilih lingkungan pertemanan sehingga mereka mengikuti dalam hal-hal yang
dilarang oleh Undang-Undang.
c. Faktor Spiritual
Faktor spiritual merupakan lingkup akan agama pada diri seseorang, pada saat ini
dimana zaman yang sudah begitu berubah dengan cepat banyak hal-hal sudah
terjadi jika tidak diikuti dengan perkembangan pada nilai spiritual dalam hal ini
ibadah dan nilai-nilai moral dapat kemungkinan seseorang dapat terjerumus akan
tindakan yang dapat merugikan orang lain.
d. Faktor Dendan
Dendam merupakan sering kali menjadi faktor yang mempengaruhi seseorang
melakukan kejahatan dendam terjadi disebabkan karena adanya perasaan atau rasa
yang belum selesai dan dipendam seseorang karena adanya suatu peristiwa yang
tidak menyenangkan sehingga seseorang tersbut ada rasa dendam dan ingin
8
melakukan balasan terhadap atas apa yang sudah di terimanya selama ini yang
berkeinginan keras untuk membalas amarah rasa dendamnya, tidak dapat
mengendalikan hawa nafsu menjadikan adanya kemarahan yang berlarut-larut dan
terpendam sehingga menjadi bibit dendam.
pidana kejahatan penganiayaan bukan tanpa ada nya sebab namun adanya
tersebut dimana tindak pidana tersebut tercantum dalam KUHP Pasal 355 ayat (1)
dilakukan oleh terdakwa yaitu faktor Umur, Faktor Lingkungan, Faktor Spiritual,
(dua) sub bagian yang berkaitan dengan pertimbangan hakim dalam putusan
Pertimbangan Hakim adalah salah satu aspek yang sangat penting untuk
mewujudkan nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan (exaequo
et buno) dan mengandung kepastian hukum, disamping itu terdapat manfaat bagi
para pihak yang bersangkutan sehingga hakim ini harus disikapi dengan teliti,
baik dan cermat. Jika pertimbangan hakim tidak teliti, baik dan cermat, maka
putusan hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan
Decidendi adalah argumentasi atau alasan yang dipakai oleh hakim sebagai
9
pertimbangan hukum yang menjadi dasar sebelum memutus perkara7 . Dalam
praktik sebelum pertimbangan yuridis ini dibuktikan, maka hakim terlebih dahulu
konklusif komulatif dari keterangan para saksi, keterangan terdakwa dan barang
bukti.
Hakim dalam menjatuhkan putusan harus berdasarkan atau yang telah ditentukan
oleh Undang-Undang. Hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman yang lebih
rendah dari batas minimal dan juga hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman
yang lebih tinggi dari batas maksimal hukuman yang telah ditentukan oleh
Undang-Undang. Dalam memutus putusan, ada beberapa teori yang dapat
digunakan oleh hakim. Menurut Mackenzie, ada beberapa teori atau pendekatan
yang dapat di pergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan
putusan dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut:
1. Teori Keseimbangan
Teori keseimbangan yaitu keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan
oleh Undang Undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau
berkaitan dengan perkara.
2. Teori Pendekatan
Seni dan Intuisi Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau
kewenangan dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan, hakim
akan menyesuaikan dengan keadaan dan hukuman yang wajar bagi setiap
pelaku tindak pidana atau dalam perkara perdata, hakim akan melihat keadaan
pihak yang berperkara, yaitu penggugat dan tergugat, dalam perkara perdata
pihak terdakwa atau Penuntut Umum dalam perkara pidana. Penjatuhan
putusan, hakim mempergunakan pendekatan seni, lebih ditentukan oleh instink
atau instuisi daripada pengetahuan dari Hakim.
3 Teori Pendekatan
Keilmuan Titik tolak dari ilmu ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan
pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya
dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin
konsistensi dari putusan hakim.
4 Teori Pendekatan
Pengalaman Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat
membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang di hadapinya sehari-
hari.
7
I.P.M Ranuhandoko. 2003. Terminologi Hukum Inggris-Indonesia. Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 475.
10
Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar yang
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang di
sengketakan kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan
dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam
penjatuhan putusan serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi
yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak
yang berperkara.
6 Teori Kebijaksanaan
Aspek dari teori ini adalah menekankan bahwa pemerintah, masyarakat,
keluarga dan orang tua ikut bertanggung jawab untuk membimbing, mendidik,
membina dan melindungi terdakwa, agar kelak dapat menjadi manusia yang
berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsanya.8
kepada pelaku kejahatan tindak pidana berkaitan dengan dasar untuk menjatuhkan
suatu hal atau perbuatan yang dilakukan olehnya bersifat melawan hukum, namun
tahun. Hukuman tersebut setelah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Kamis
tanggal 7 Septeber 2023 memvonis Mario Dandy terbukti bersalah melakukan tindak
pidana penganiayaan berat yang direncanakan terhadap korban anak DO (17 tahun).
Majelis hakim juga menghukum Mario Dandy dengan pidana restitusi atau ganti
8
Ahmad Rifai. 2010. Penemuan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 102.
11
alias Mario Dandy telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan
dan hukuman terhadap Mario Dandy itu, pun bulat mufakat disepakati, tanpa beda
pendapat oleh dua anggota majelis hakim lainnya. Yakni Hakim Tumpanuli Marbun,
Selain menjatuhkan pidana penjara, majelis hakim juga setuju dengan membebankan
hukuman kewajiban restitusi atau pidana pengganti kerugian terhadap Mario Dandy
sebesar Rp 25,15 miliar untuk anak korban DO. Dan dalam putusannya, majelis
hakim memerintahkan agar satu unit kendaraan Jeep Rubiccon B 2571 PBP 2013
milik Mario Dandy yang menjadi salah-satu barang bukti dalam perbuatan
Dalam pertimbangannya, majelis hakim menilai tak ada alasan pemaaf bagi Mario
Dandy sebagai pelaku penganiayaan berat terhadap anak korban DO. Sehingga tidak
perbuatan Mario Dandy yang melakukan penganiayaan berat terhadap anak korban
Hukuman pidana penjara 12 tahun yang dijatuhkan majelis hakim sudah sesuai
dengan desakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam tuntutannya. Namun begitu,
12
dalam hukuman restitusi, putusan majelis hakim tak sesuai dengan tuntutan
JPU. JPU dalam tuntutan sebelumnya, meminta agar majelis hakim membebankan
restitusi terhadap terdakwa Mario Dandy senilai Rp 120 miliar. Dan dalam
tuntutannya, JPU meminta agar hakim memastikan jika hukuman ganti rugi tersebut
tak dapat dilunasi, Mario Dandy ditambahi hukuman penjara selama 7 tahun.
E. PENUTUP.
1. Kesimpulan
untuk anak korban DO Dan majelis hakim memerintahkan agar satu unit
kendaraan Jeep Rubiccon B 2571 PBP 2013 milik Mario Dandy yang
2. Saran
13
a. Bagi penegak hukum terutama Majelis Hakim, Diharapkan menjatuhkan
14
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku:
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang. 2010. Hukum Penitensier Indonesia. Sinar
Garfika, Jakarta.
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. SUMBER LAINNYA
15
http://repository.unpas.ac.id, diakses pada Tanggal 10 November 2022
16