Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH POLITIK HUKUM

Penerapan Asas Equality Before The Law Dalam Kasus Penganiyayan Yang
Dilakukan Oleh Anak Pejabat

Disusun oleh
Nama :
NIM:

Dosen Pengampuh : Dr. Eka Martiana Wulansari, S.H., M.H.

MAGISTER HUKUM
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGGERANG
2023
Abstrak

Penerapan Asas Equality Before The Law Dalam Kasus Penganiyayan Yang
Dilakukan Oleh Anak Pejabat
Equality before the law (semua orang sama didepan hukum) adalah salah satu asas
terpenting dalam hukum modern. Asas ini menjadi salah satu sendi doktrin Rule
of Law yang juga menyebar pada negara negara berkembang seperti Indonesia,
maka dari itu asas ini dijadikan landasan bagi setiap manusia yang melakukan
penegakan hukum di negeri ini tanpa terkecuali.

Adapun permasalah yang diangkat dalam penulisan ini adalah Faktor –faktor anak
melakukan tindak pidana penganiyayan dan Bagaimana hukuman yang
dijatuhkan oleh hakim.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian skripsi ini ialah Pedekatan
yuridis normatif dan pendekatan empiris. Data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui studi kepustakaan (library research) seperti buku-buku literatur
dan karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Data sekunder
terdiri dari 3 (tiga) Bahan Hukum, yaitu, bahan Hukum Primer, sekunder dan
tersier.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh kesimpulan bahwa Faktor penyebab


pelaku melakukan penganiayaan ada beberapa faktor yang menjadikan terdakwa
melakukan tindak pidana kejahatan tersebut diantara beberapa Faktor penyebab
terjadinya tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh terdakwa yaitu faktor
umur, faktor lingkungan, faktor spiritual, faktor dendan dan faktor ekonomi,
namun faktor dendam merupakan faktor pemicu utama yang menjadikan terdakwa
melakukan tindak pidana kejahatan tersebut. Dan hukuman yang dijatuhkan oleh
hakim terhadap terdakwa Mario dandi adalah pidana penjara selama 12 tahun
dengan membebankan hukuman kewajiban restitusi atau pidana pengganti kerugian
sebesar Rp 25,15 miliar untuk anak korban DO Dan majelis hakim memerintahkan
agar satu unit kendaraan Jeep Rubiccon B 2571 PBP 2013 milik Mario Dandy yang
menjadi salah-satu barang bukti dalam perbuatan penganiayaan terhadap korban
anak DO dilelang untuk mengurangi biaya restitusi.

Saran Bagi penegak hukum terutama Majelis Hakim, Diharapkan menjatuhkan


sanksi pidana dengan melihat peraturan Perundang-undangan yang berlaku namun
dengan melihat aspek-aspek kemanusian apakah tindakan tersebut layakatau
tidak untuk diberikan hukuman lamanya dipenjara yang berdasarkan pada
Undang-undang. Untuk masyarakat agar lebih mengedepankan persaudaraan jika
terjadi perselisihan diantara masyarakat yang satu dan yang lain, menyelesaikan
permasalahan dengan jalur penganiayaan merupakan perbuatan yang salah baik
dimata hukum maupun agama.
A. PENDAHULUAN

Equality before the law (semua orang sama didepan hukum) adalah salah satu asas

terpenting dalam hukum modern. Asas ini menjadi salah satu sendi doktrin Rule

of Law yang juga menyebar pada negara negara berkembang seperti Indonesia,

maka dari itu asas ini dijadikan landasan bagi setiap manusia yang melakukan

penegakan hukum di negeri ini tanpa terkecuali.

Negara hukum merupakan negara yang berdasar atas hukum bukan berdasar atas

kekuasaan semata, dalam negara hukum kedudukan hukum merupakan posisi

tertinggi (supremasi hukum/rule of law). Di Indonesia jelas didalam Undang-

undang Dasar 1945 perubahan Ke-4 yang di syahkan pada tanggal 10 Agustus

2002, Bab-I Pasal 1 ayat (3) menyatakan secara tegas bahwa ”Negara Indonesia

adalah Negara Hukum” penegakan hukum yang baik tidaklah pandang bulu atau

pilih kasih, siapa yang menjadi pelaku pelanggar hukum harus diadili dan

diputuskan sesuai hukum, sejatinya asas persamaan dihadapan hukum bergerak

dalam payung hukum yang berlaku umum (general) dan tunggal. Ketunggalan

hukum itu menjadi salah satu wajah utuh diantara dimensi sosial lain (misalkan

terhadap ekonomi dan

sosial). Persamaan hanya dihadapan hukum seakan memberikan sinyal

didalamnya bahwa secara sosial dan ekonomi orang boleh tidak

mendapatkanpersamaan. Perbedaaan perlakuan persamaan antara didalam wilayah

hukum, wilayah sosial dan wilayah ekonomi itulah yang menjadikan asas

persamaan dihadapan hukum tergerus ditengah dinamika sosial dan ekonomi.


Tujuan utama adanya Equality before the law adalah menegakan keadilan dimana

persamaan kedudukan berarti hukum sebagai satu entitas tidak membedakan

siapapun yang meminta keadilan kepadanya, diharapkan dengan adanya asas ini

tidak terjadi suatu diskriminasi dalam supremasi hukum di Indonesia dimana ada

suatu pembeda antara penguasa dan rakyatnya, yang membedakan hanyalah

fungsinya yakni pemerintah berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur, baik yang

mengatur maupun yang diatur pedomannya satu, yaitu Undang-undang, bila tidak

ada persamaan hukum maka orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa

kebal hukum.

Hukum dan penegakan hukum adalah satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan,

keduanya harus bisa berjalan secara sinegis, subtansi (isi) hukum yang termuat

dalam berbagai peraturan perundangan hanya akan menjadi sampah tanpa

ditopang dengan sistem hukum serta budaya hukum yang tumbuh dan

berkembang dalam masyarakat.

Adapun salah satu contoh penerapan asas equality before the law adalah kasus

yang pada awal Tahun 2023 sukup menyita perhatian publik yakni Kasus

penganiayaan Mario Dandy merupakan anak pejabat pajak terhadap korban D

terjadi pada Senin 20 Febuari 2023 di Kompleks Grand Permata, Ulujami,

Pesanggrahan, Jaksel. Penganiyaan itu bermula ketika AG (pacar Mario Dandy)

mengadu kepadanya perihal perbuatan tidak baik yang dilakukan D terhadap AG.

Mario yang memiliki hubungan dengan AG lantas menghubungi D untuk

mengonfirmasi perkataan AG tersebut.

2
Kendati demikian, D selalu mengabaikan telepon yang masuk dari Mario Dandy

berulang kali. Karena panggilan teleponnya selalu ditolak D, lalu Mario membuat

rencana untuk menjebak D dengan dalih ingin mengembalikan kartu pelajar milik

D.

Mario Dandy bersama AG, dan Shane lalu menemui D dengan menaiki Jeep

Rubicon bernopol B-120-DEN. Mario Dandy bersama AG dan Shane mendatangi

korban yang sedang berada di rumah R.Awalnya, D tidak mau menemui AG dan

Mario, namun ketika pelaku mengirimkan pesan singkat kepada D, kemudian ia

langsung keluar menuju belakang mobil yang dibawa Mario. Setelah itu, situasi

semakin memanas dan perdebatan antara keduanya berujung dengan tindak

kekerasan yang dilakukan Mario kepada D. Akibat perbuatan Mario Dandy, D

Mengalami luka berat sehinga koma.

Dalam Proses penanganan kasus penganiayaan yang menyeret Mario Dandy dan

temannya, Shene Lukas, terkesan lama lantaran dan tidak ditanganin dengan

serius oleh pihak kepolisian bahkan kelurga korban sempan membuat surat

terbuka di twiter yang meminta kepada pihak Kepolisan untuk membebaskan saja

Mario dandy dari Penjara Karena lamanya Proses penangan kasus tersebut, bahwa

atas cuitan dari keluraga koraban menyita perhatian masyarakat dan pemerintah

waktu Menkopolhukam Prof. Madfud MD membuat pernyataan serta

memerintahkan Kepolisan untuk menangani kasus ini dengan serius dan pelaku

penganianyan segera di proses sesuai hukum yang berlaku di indonesia.

B. Permasalahan

3
Berdasarkan uraian-uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan

di angkat dalam makalah adalah sebagai berkut:

1. Faktor –faktor anak melakukan tindak pidana penganiyayan ?

2. Bagaimana hukuman yang dijatuhkan oleh hakim?

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum yuridis normatif yakni

melakukan dengan cara mengkaji berbagai literatur yang sifatnya tidak terbatas

oleh waktu dan tempat, serta mengkaji berbagai literatur baik yang berupa buku-

buku, hasil penelitian sebelumnya maupun peraturan perundang-undangan baik

cetak maupun online yang berkaitan dengan permasalahan yang ditelit, Untuk

menjawab permasalahan yang ada, maka penelitian ini menggunakan 3 (tiga)

pendekatan penelitian yaitu, pendekatan perundang-undangan (statute approach),

pendekatan konseptual (conceptual approach), dan pendekatan komparatif

(comparative approach).

Jenis dan sumber bahan-bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini

terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Pengumpulan bahan-bahan

hukum dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan menginventarisasi aturan

hukum positif, meneliti bahan pustaka (buku, jurnal ilmiah, laporan hasil

penelitian), dan sumber-sumber bahan hukum lainnya yang relevan dengan

permasalahan hukum yang dikaji. Bahan-bahan hukum yang sudah terkumpul,

selanjutnya diklasifikasi, diseleksi dan dipastikan tidak bertentangan satu sama

lain, untuk memudahkan menganalisis dan mengkonstruksikannya.

4
D. PEMBAHASAN

Kerangka Pemikiran

Menurut S. R. Sianturi, secara ringkas unsur-unsur tindak pidana, yaitu


1. adanya subjek
2. adanya unsur kesalahan
3. perbuatan bersifat melawan hukum
4. suatu tindakan yang dilarang atau diharuskan oleh undang undang/
perundangan dan terhadap yang melanggarnya diancam pidana
5. dalam suatu waktu, tempat dan keadaan tertentu.

Merujuk pada unsur-unsur tindak pidana di atas, S. R. Sianturi merumuskan


pengertian dari tindak pidana sebagai suatu tindakan pada tempat, waktu dan
keadaan tertentu, yang dilarang (atau melanggar keharusan) dan diancam dengan
pidana oleh undang-undang serta bersifat melawan hukum dan mengandung unsur
kesalahan yang dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab.Lima
unsur di atas, dapat disederhanakan menjadi unsur subjektif dan unsur objektif,
unsur subjektif meliputi subjek dan adanya unsur kesalahan. Sedangkan yang
termasuk unsur objektif adalah perbuatannya bersifat melawan hukum, tindakan
yang dilarang atau diharuskan oleh undang-undang/perundangan dan terhadap
pelanggarnya diancam pidana, dan dilakukan dalam waktu, tempat dan keadaan
tertentu.1

Menurut Lamintang dalam buku Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia juga


berpendapat bahwa setiap tindak pidana yang terdapat dalam KUHP pada
umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang pada dasarnya dapat kita
bagi menjadi dua macam unsur, yakni unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur
objektif, Yang dimaksud dengan unsur subjektif itu adalah unsur-unsur yang
melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku dan
termasuk ke dalamnya, yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam
hatinya.Sedangkan yang dimaksud unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada
hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana
tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.2

Penganiayaan Berat

1
S. R. Sianturi. 2002. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapan, Cet. 3.
Storia Grafika, Jakarta. hlm.208.
2
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang. 2010. Hukum Penitensier Indonesia. Sinar
Garfika, Jakarta. hlm. 45.

5
Penganiayaan berat merupakan penganiayaan yang melukai berat (zwaar
lichamelijk letsel) atau dapat disebut luka berat pada tubuh orang lain. Ketentuan
pidana mengenai penganiayaan berat diatur dalam Pasal 354 KUHP:
1. Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, dihukum karena
menganiaya berat, dengan hukuman penjara selama-lamanya delapan tahun.
2. Jika perbuatan itu menjadikan kematian orangnya, sitersalah dihukum penjara
selama-lamanya sepuluh tahun.

Unsur-unsur penganiayaan berat berdasarkan Pasal 354 ayat (1) KUHP sebagai
berikut
a). Unsur Subjektif : opzettelijk atau dengan sengaja.
b). Unsur Objektif terbagi atas:
1). toebrengen atau menyebabkan ataupun mendatangkan,
2). zwaar lichamelijk letsel atau luka berat pada tubuh, dan
3). een ander atau orang lain.

Unsur-unsur penganiayaan berat berdasarkan Pasal 354 ayat (2) KUHP sebagai
berikut
a). Unsur Subjektif : opzettelijk atau dengan sengaja.
b). Unsur Objektif terbagi atas:
1). toebrengen atau menyebabkan ataupun mendatangkan,
2). zwaar lichamelijk letsel atau luka berat pada tubuh,
3). een ander atau orang lain,
4). ten gevolge hebben atau yang mengakibatkan, dan
5). den dood atau kematian.3

Dalam Pasal 354 ayat (1) dan ayat (2) KUHP telah mensyaratkan bahwa pelaku
memang telah menghendaki (willens) untuk melakukan suatu perbuatan
menimbulkan luka berat pada tubuh orang lain, dan ia harus mengetahui (wetens)
bahwa dengan melakukan perbuatannya tersebut :
a). ia telah bermaksud untuk menimbulkan luka berat pada tubuh orang lain,
b). ia menyadari bahwa orang lain pasti (zeker)akan mendapat luka berat pada
tubuhnya, dan
c). ia menyadari bahwa orang lain mungkin (mogelijk) akan mendapat luka
berat pada tubuhnya.4

Penganiayaan berat hanya terbagi dalam dua bentuk antara lain penganiayaan
berat biasa ayat (1) dan penganiayaan berat yang menimbulkan kematian ayat (2)
pada penganiayaan berat dapat menimbulkan kematian. Kesengajaan terhadap
kematian dalam penganiayaan berat adalah sama dengan kesengajaan terhadap
kematian penganiayaan biasa dan penganiayaan berencana yang menimbulkan
kematian, dalam arti bahwa kematian ini tidak menjadi tujuan/ kematian tersebut
dikehendaki sebelumnya.

3
P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang. Ibid. hlm.160
4
Adami Chazawi. 2011. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Rajawali Pers, Jakarta. hlm.33

6
Penganiayaan Berat Berencana

Penganiayaan berat berencana merupakan bentuk gabungan antara penganiayaan


berat (Pasal 354 ayat (1) dengan penganiayaan berencana (Pasal 353 ayat (1)).
Dengan kata lain, suatu penganiayaan berat yang terjadi dalam penganiayaan
berencana. Bentuk penganiayaan ini harus terjdai secara serentak/bersama.Oleh
karena itu, baik unsur penganiayaan berat maupun unsur dari penganiayaan
berencana harus terpenuhi, Ketentuan pidana mengenai penganiayaan berat
berencana diatur dalam Pasal 355 KUHP :
(1) Penganiayaan berat yang dilakukan dengan direncanakan terlebih dahulu
(2) Jika perbuatan itu menyebabkan kematian orangnya, sitersalah dihukum
penjara selama-lamanya lima belas tahun.

Penganiayaan berat berencana terdiri dari 2 (dua) macam, yakni:


a. Penganiayaan berat berencana biasa (ayat 1);
b. Penganiayaan berat berencana yang diperberat, yakni jika menimbulkan
kematian orang lain (ayat 2).5

Penganiayaan Terhadap Orang

Orang Berkualitas Tertentu atau Dengan Cara Tertentu Memberatkan. Pidana


yang ditentukan dalam Pasal 351, 353, 354 dan 355 dapat ditambah dengan
sepertiga:
1) Bagi yang melakukan kejahatan itu terhadap ibunya, bapaknya yang sah,
istrinya atau anaknya;
2) Jika kejahatan itu dilakukan terhadap seorang pejabat ketika atau karena
menjalankan tugasnya yang sah;
3) Jika kejahatan itu dilakukan dengan memberikan bahan yang berbahaya bagi
nyawa atau kesehatan untuk dimakan atau diminum apabila dicermati, maka
Pasal 356 merupakan ketentuan yang memperberat berbagai
penganiayaan.Berdasarkan Pasal 356 KUHP ini terdapat dua hal yang
memberatkan berbagai penganiayaan yaitu:
a) Kualitas korban
b) Cara atau modus penganiayaan

Demikian juga terhadap pegawai yang ketika atau karena melakukan tugas-
tugasnya yang sah, mereka membutuhkan perlindungan hukum yang lebih besar
agar dapat menunaikan tugas-tugas tersebut demi kepentingan umum.6

1. Faktor –faktor anak melakukan tindak pidana penganiyayan:

a. Faktor Umur

5
Adami Chazawi. ibid. hlm. 36.
6
http://repository.unpas.ac.id, diakses pada Tanggal 10 November 2022 Jam 10:17 WIB

7
Umur merupakan salah satu faktor pemicu bilamana seseorang ingin melakukan
kejahatan tindak pidana penganiayaan terhadap orang lain, pada umumnya
kematangan dalam berpikir seseorang dapat dilihat dari usia pada seseorang, usia
sangat penting untuk menentukan tindakan-tindakan yang dapat dikatakan salah
atau dikatakan benar dimana tingkatan kedewasaan dan kematangan untuk
berpikir sangat dipengaruhi dari umur seseorang, semakin muda umur seseorang
sangat mudah untuk melakukan tindak pidana penganiayaan oleh karena belum
matangnya berfikir menjadi faktor dalam hal ini untuk melakukan suatu tindak
pidana.

b. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan dimana seseorang tersebut berada, dalam hal ini bisa
dilihat dari lingkungan terdekat seperti lingkungan keluarga, lingkungan bermain,
lingkungan tempat tinggal dan lingkungan bersosial media. lingkungan dapat
merubah watak atau karakter yang ada pada diri seseorang. Maka bilamana dalam
lingkungan itu bagus seseorang tersebut akan memiliki prilaku dan keperibadian
yang baik juga. namun bilamana seseorang tersebut terdapat pada lingkungan
yang salah, keluarga yang tidak benar, tempat tinggal banyak pelaku kejahatan
kemungkinan seseorang tersebut akan terjerumus dan melakukan tindak
kejahatan, salah satunya kasus penganiayaan, para pelaku penganiayaan ini
penyebab terbesarnya dikarenakan hasil dari lingkungan yang salah, salah dalam
memilih lingkungan pertemanan sehingga mereka mengikuti dalam hal-hal yang
dilarang oleh Undang-Undang.

c. Faktor Spiritual
Faktor spiritual merupakan lingkup akan agama pada diri seseorang, pada saat ini
dimana zaman yang sudah begitu berubah dengan cepat banyak hal-hal sudah
terjadi jika tidak diikuti dengan perkembangan pada nilai spiritual dalam hal ini
ibadah dan nilai-nilai moral dapat kemungkinan seseorang dapat terjerumus akan
tindakan yang dapat merugikan orang lain.

Orang-orang kebanyakan lebih memikirkan kehidupan duniawi daripada


kehidupan setelah kematian orang cenderung melupakan kebaikan dan melakukan
tindakan yang dianggap salah, timbulnya kejahatan bisa saja datang dari
kurangnya spiritual terhadap Tuhan. Padahal ibadah merupakan kegiatan yang
dapat mencegah manusia dari melakukan kejahatan semakin banyak ibadah yang
dimiliki seseorang, semakin dia mengingat keberadaan Tuhan. Jika seseorang
selalu mengingat keberadaan Tuhan, timbulnya rasa takut untuk melakukan
tindakan kejahatan. iman pada diri seseorang dapat mencegah tindakan kriminal
berupa kejahatan.

d. Faktor Dendan
Dendam merupakan sering kali menjadi faktor yang mempengaruhi seseorang
melakukan kejahatan dendam terjadi disebabkan karena adanya perasaan atau rasa
yang belum selesai dan dipendam seseorang karena adanya suatu peristiwa yang
tidak menyenangkan sehingga seseorang tersbut ada rasa dendam dan ingin

8
melakukan balasan terhadap atas apa yang sudah di terimanya selama ini yang
berkeinginan keras untuk membalas amarah rasa dendamnya, tidak dapat
mengendalikan hawa nafsu menjadikan adanya kemarahan yang berlarut-larut dan
terpendam sehingga menjadi bibit dendam.

Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa terdakwa melakukan tindak

pidana kejahatan penganiayaan bukan tanpa ada nya sebab namun adanya

beberapa faktor yang menjadikan terdakwa melakukan tindak pidana kejahatan

tersebut dimana tindak pidana tersebut tercantum dalam KUHP Pasal 355 ayat (1)

diantara beberapa Faktor penyebab terjadinya tindak pidana penganiayaan yang

dilakukan oleh terdakwa yaitu faktor Umur, Faktor Lingkungan, Faktor Spiritual,

Faktor Dendan dan Faktor Ekonomi.

2 Bagaimana hukuman yang dijatuhkan oleh hakim?

Dalam putusan pengadilan dalam pertimbangan Hakim dijelaskan menjadi 2

(dua) sub bagian yang berkaitan dengan pertimbangan hakim dalam putusan

pengadilan yaitu pengertian pertimbangan hakim dan dasar pertimbangan hakim.

Pertimbangan Hakim adalah salah satu aspek yang sangat penting untuk

mewujudkan nilai dari suatu putusan hakim yang mengandung keadilan (exaequo

et buno) dan mengandung kepastian hukum, disamping itu terdapat manfaat bagi

para pihak yang bersangkutan sehingga hakim ini harus disikapi dengan teliti,

baik dan cermat. Jika pertimbangan hakim tidak teliti, baik dan cermat, maka

putusan hakim yang berasal dari pertimbangan hakim tersebut akan dibatalkan

oleh Pengadilan Tinggi/ Mahkamah Agung.

I.M.P Ranuhandoko menyatakan bahwa Pertimbangan hakim atau Ratio

Decidendi adalah argumentasi atau alasan yang dipakai oleh hakim sebagai

9
pertimbangan hukum yang menjadi dasar sebelum memutus perkara7 . Dalam

praktik sebelum pertimbangan yuridis ini dibuktikan, maka hakim terlebih dahulu

akan menarik fakta-fakta dalam persidangan yang timbul dan merupakan

konklusif komulatif dari keterangan para saksi, keterangan terdakwa dan barang

bukti.

Hakim dalam menjatuhkan putusan harus berdasarkan atau yang telah ditentukan
oleh Undang-Undang. Hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman yang lebih
rendah dari batas minimal dan juga hakim tidak boleh menjatuhkan hukuman
yang lebih tinggi dari batas maksimal hukuman yang telah ditentukan oleh
Undang-Undang. Dalam memutus putusan, ada beberapa teori yang dapat
digunakan oleh hakim. Menurut Mackenzie, ada beberapa teori atau pendekatan
yang dapat di pergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan
putusan dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut:
1. Teori Keseimbangan
Teori keseimbangan yaitu keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan
oleh Undang Undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau
berkaitan dengan perkara.
2. Teori Pendekatan
Seni dan Intuisi Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau
kewenangan dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan, hakim
akan menyesuaikan dengan keadaan dan hukuman yang wajar bagi setiap
pelaku tindak pidana atau dalam perkara perdata, hakim akan melihat keadaan
pihak yang berperkara, yaitu penggugat dan tergugat, dalam perkara perdata
pihak terdakwa atau Penuntut Umum dalam perkara pidana. Penjatuhan
putusan, hakim mempergunakan pendekatan seni, lebih ditentukan oleh instink
atau instuisi daripada pengetahuan dari Hakim.
3 Teori Pendekatan
Keilmuan Titik tolak dari ilmu ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan
pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya
dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin
konsistensi dari putusan hakim.
4 Teori Pendekatan
Pengalaman Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat
membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang di hadapinya sehari-
hari.

5 Teori Ratio Decidendi

7
I.P.M Ranuhandoko. 2003. Terminologi Hukum Inggris-Indonesia. Sinar Grafika,
Jakarta, hlm. 475.

10
Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar yang
mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang di
sengketakan kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan
dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam
penjatuhan putusan serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi
yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak
yang berperkara.
6 Teori Kebijaksanaan
Aspek dari teori ini adalah menekankan bahwa pemerintah, masyarakat,
keluarga dan orang tua ikut bertanggung jawab untuk membimbing, mendidik,
membina dan melindungi terdakwa, agar kelak dapat menjadi manusia yang
berguna bagi keluarga, masyarakat dan bangsanya.8

Dalam pertanggungjawaban pidana maka beban pertanggungjawaban dibebankan

kepada pelaku kejahatan tindak pidana berkaitan dengan dasar untuk menjatuhkan

sanksi pidana. Seseorang akan memiliki sifat pertanggungjawaban pidana apabila

suatu hal atau perbuatan yang dilakukan olehnya bersifat melawan hukum, namun

seseorang dapat hilang sifat bertaanggungjawabnya apabila didalam dirinya

ditemukan suatu unsur yang menyebabkan hilangnya kemampuan

bertanggungjawab seseorang, tetapi jika unsur-unsur dalam tindak pidana itu

terpenuhi maka seseorang tersebut dapat dikenakan pidana penjara.

Dalam kasus pneganinyaan yang melibatkan terdakwa Mario Dandy Satriyo di

Pengadilan Negeri berujung pada penjatuhan hukuman pidana penjara selama 12

tahun. Hukuman tersebut setelah Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Kamis

tanggal 7 Septeber 2023 memvonis Mario Dandy terbukti bersalah melakukan tindak

pidana penganiayaan berat yang direncanakan terhadap korban anak DO (17 tahun).

Majelis hakim juga menghukum Mario Dandy dengan pidana restitusi atau ganti

rugi sebesar Rp 25 miliar. Mengadili, menyatakan terdakwa Mario Dandy Satriyo

8
Ahmad Rifai. 2010. Penemuan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 102.

11
alias Mario Dandy telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan

tindak pidana melakukan penganiayaan berat dengan rencana terlebih dulu,Vonis

dan hukuman terhadap Mario Dandy itu, pun bulat mufakat disepakati, tanpa beda

pendapat oleh dua anggota majelis hakim lainnya. Yakni Hakim Tumpanuli Marbun,

dan Hakim Muhammad Ramdes.

Selain menjatuhkan pidana penjara, majelis hakim juga setuju dengan membebankan

hukuman kewajiban restitusi atau pidana pengganti kerugian terhadap Mario Dandy

sebesar Rp 25,15 miliar untuk anak korban DO. Dan dalam putusannya, majelis

hakim memerintahkan agar satu unit kendaraan Jeep Rubiccon B 2571 PBP 2013

milik Mario Dandy yang menjadi salah-satu barang bukti dalam perbuatan

penganiayaan terhadap korban anak DO dilelang untuk mengurangi biaya restitusi.

Dalam pertimbangannya, majelis hakim menilai tak ada alasan pemaaf bagi Mario

Dandy sebagai pelaku penganiayaan berat terhadap anak korban DO. Sehingga tidak

ada hal yang meringankan bagi pengurangan hukuman terhadap Mario

Dandy. Majelis hakim, pun dalam pertimbangan pemberatannya menegaskan,

perbuatan Mario Dandy yang melakukan penganiayaan berat terhadap anak korban

DO, berakhir dengan kepuasan pribadi. “Bahwa terdakwa menikmati perbuatannya.

Bahkan, terdakwa melakukan selebrasi serta menyebarkan rekaman video atas

perbuatannya itu. Dan bahwa perbuatan terdakwa yang melakukan penganiayaan

berat, merusak masa dengan anak korban Cristalino David Ozora.

Hukuman pidana penjara 12 tahun yang dijatuhkan majelis hakim sudah sesuai

dengan desakan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam tuntutannya. Namun begitu,

12
dalam hukuman restitusi, putusan majelis hakim tak sesuai dengan tuntutan

JPU. JPU dalam tuntutan sebelumnya, meminta agar majelis hakim membebankan

restitusi terhadap terdakwa Mario Dandy senilai Rp 120 miliar. Dan dalam

tuntutannya, JPU meminta agar hakim memastikan jika hukuman ganti rugi tersebut

tak dapat dilunasi, Mario Dandy ditambahi hukuman penjara selama 7 tahun.

E. PENUTUP.

1. Kesimpulan

a. Faktor penyebab pelaku melakukan penganiayaan ada beberapa faktor

yang menjadikan terdakwa melakukan tindak pidana kejahatan tersebut

diantara beberapa Faktor penyebab terjadinya tindak pidana

penganiayaan yang dilakukan oleh terdakwa yaitu faktor umur, faktor

lingkungan, faktor spiritual, faktor dendan dan faktor ekonomi, namun

faktor dendam merupakan faktor pemicu utama yang menjadikan

terdakwa melakukan tindak pidana kejahatan tersebut.

b. Hukuman yang dijatuhkan oleh hakim terhadap terdakwa Mario dandi

adalah pidana penjara selama 12 tahun dengan membebankan hukuman

kewajiban restitusi atau pidana pengganti kerugian sebesar Rp 25,15 miliar

untuk anak korban DO Dan majelis hakim memerintahkan agar satu unit

kendaraan Jeep Rubiccon B 2571 PBP 2013 milik Mario Dandy yang

menjadi salah-satu barang bukti dalam perbuatan penganiayaan terhadap

korban anak DO dilelang untuk mengurangi biaya restitusi.

2. Saran

13
a. Bagi penegak hukum terutama Majelis Hakim, Diharapkan menjatuhkan

sanksi pidana dengan melihat peraturan Perundang-undangan yang berlaku

namun dengan melihat aspek-aspek kemanusian apakah tindakan tersebut

layak atau tidak untuk diberikan hukuman lamanya dipenjara yang

berdasarkan pada Undang-undang.

b. Untuk masyarakat agar lebih mengedepankan persaudaraan jika terjadi

perselisihan diantara masyarakat yang satu dan yang lain, menyelesaikan

permasalahan dengan jalur penganiayaan merupakan perbuatan yang salah

baik dimata hukum maupun agama.

14
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku:

Adami Chazawi. 2011. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Rajawali Pers,


Jakarta.

Ahmad Rifai. 2010. Penemuan Hukum, Sinar Grafika, Jakarta.

I.P.M Ranuhandoko. 2003. Terminologi Hukum Inggris-Indonesia. Sinar Grafika,


Jakarta.

P.A.F Lamintang dan Theo Lamintang. 2010. Hukum Penitensier Indonesia. Sinar
Garfika, Jakarta.

S. R. Sianturi. 2002. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapan, Cet.


3. Storia Grafika, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 hasil


Amandemen.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia


sebagaiman telah di ubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021
tentang Kejaksaan

C. SUMBER LAINNYA

Kamus Hukum. 2008. Citra Umbara, Jakarta.

Poerdaminto. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.

Sudarsono. 1992. Kamus Hukum. Rineka Cipta, Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pengertian Pidana, Diakses dari


https://kbbi.kata.web.id/.

15
http://repository.unpas.ac.id, diakses pada Tanggal 10 November 2022

16

Anda mungkin juga menyukai