ANALISIS PUTUSAN
PUTUSAN Nomor : 14/Pdt.G/2012/PN.Im.
Nama :
NPM :
Angkatan :
Depok
DAFTAR ISI
KASUS POSISI
H. IMAN SOLIHIN bin RAHMAT (Penggugat) telah menikah secara sah menurut hukum
dengan Hj.KARSEM alias Hj.KASENG alias Hj.SITI ROSIDAH Binti WASKANA (Alm)
pada 17 Juni 1999 dengan akta nikah tercatat nomor 228/37/VI/1999. Pada 22 Juni 2010
Hj.KARSEM meninggal dunia dan meninggalkan ahli waris 2 orang anak yang bernama
ADAM SAPUTRA (11 tahun) dan SINTIA SAPUTRI (9 tahun) yang masih dibawah umur
dan belum cakap melakukan perbuatan hukum. Maka, secara hukum penggugat yang
mewakilinya. Hj. KARSEM semasa hidupnya memiliki harta pribadi yang diperolehnya
sebelum menikah dengan Penggugat yakni:
1. 2 rumah permanen ukuran panjang x lebar = 11 m 2 x 9m2 dan 9m2 x 11 m2 dengan IMB
nomor 502.648/SK/91-DB/1999 tercatat atas nama Hj.KARSEM terletak di Blok
Samakrombeng Desa Margamulya Rt.05 Rw.01 Kec. Bongas, Kabupaten Indramayu.
2. Sebidang tanah berikut rumah toko percetakan “Adam Offset” 14m2x7m2 dengan persil
nomor 233 DA. 38 kohir C Nomor 466 dengan luas 340 m2 atas nama Hj. KARSEM di
Desa Margamulya Rt. 016/04 Blok Gebangmampang Kec. Bongas Kab.Indramayu.
3. Sebidang tanah sawah, persil No.22 kohir C Nomor 989 luas 14.200 m2 (2 bahu) atas nama
Hj. KARSEM, Blok Samakrombeng Desa Margamulya Kec.Bongas Indramayu.
4. Sebidang tanah sawah, persil No.22 letter C / SPPT Nomor NOP 32.14.180.003.007.0016.0,
± 2 bahu atas nama Hj. KARSEM, dahulu terletak di Blok Samakrombeng, sekarang
menjadi Blok Tirtamulya, Desa Margamulya Kec.Bongas Kabupaten Indramayu.
5. Sebidang tanah sawah, persil No.22 letter C / SPPT Nomor NOP 32.14.180.003.006.0044.0,
luas ± 1 bahu atas nama Hj. KARSEM, dahulu terletak di Blok Samakrombeng, sekarang
menjadi Blok Tirtamulya Desa Margamulya Kecamatan Bongas Kabupaten Indramayu.
Tanah sawah yang dihibahkan oleh Hj. TASDEM (Tergugat I) kepada WASNA Bin
WASKANA (Tergugat II) adalah sawah persil nomor 22 C. Nomor 989 luas 14.200 m2 atas
nama Hj. KARSEM yang terletak blok Samakrombeng Desa Margamulya Kecamatan Bongas
Kabupaten Indramayu. Obyek tanah sengketa tersebut diatas oleh Tergugat II (WASNA Bin
WASKANA) telah dijual kepada H. RAKIDIN (Tergugat IV) dengan luas 7.100 m2 (1 bahu)
dan sebagian lagi telah dijual dengan luas 7.100 m2 (1 bahu) kepada Sdr. DARJI (Tergugat
V) dengan dibuat dihadapan Notaris DEDDY RUSNADI, SH.M.Kn. (Turut Tergugat III)
dengan tanpa hak dan melawan hukum tanpa persetujuan Penggugat sebagai wali ADAM
SAPUTRA dan SINTIA SAPUTRI yang merupakan pemilik sah byek tanah sengketa perkara
aquo.
Tergugat I (Hj. TASDEM), telah menjual tanah sawah dengan persil 22 C SPPT Nomor
32.14.180.003.007.0016.0 dengan luas 14.300m2 atas nama Hj. KARSEM kepada Sdr. H.
DIDI JUNEDI alias H. JUNETIN Bin H. RAENDI (Tergugat VI) dengan luas 8.000,- m2
(1 Hektar) dan sebagian lagi telah dijual kepada Sdr. TASDIK (Tergugat VII) dengan luas
3.200 m2 (1/2 bahu) dibuat dan dihadapan notaris DEDDY RUSNADI, SH.M.Kn. (Turut
Tergugat III), dan disaksikan Sdr. SUDIRAH WASTIKA Kuwu Desa Margamulya (Turut
Tergugat I).
Tanah sawah persil No.22 dengan letter C/ SPPT Nomor Nop 32.14.180.003.004.0031.0
dengan luas 7.100 m2 (1 bahu) atas nama Hj. KARSEM telah dikuasai dengan tanpa hak dan
dikelola oleh MASKINAH Binti WASKANA (Tergugat III) dengan alasan mendapat
pemberian dari Hj. TASDEM Binti TALUN (Tergugat I). Maka dari itu, Penggugat merasa
dirugikan karena dalam kesepakatan tergugat I (Hj. TASDEM) hanya sebagai pengelola dan
pemegang barang bukti atas obyek obyek tanah sengketa. Namun, ia telah mengalihkan Hak
jual beli dan hibah tanpa persetujuan Penggugat sebagai wali dari ADAM SAPUTRA dan
SINTIA SAPUTRI yang merupakan ahli waris dari Hj. KARSEM pemilik obyek tanah
sengketa perkara Aquo.
DASAR TEORI
2. KEWENANGAN MENGADILI
Kewenangan Mengadili (Kompetensi) terdiri dari:
a. Kompetensi Absolut/ Absolute Competentie (attributie van rechtsmacht):
- Kewenangan mengadili antara berbagai macam badan peradilan (Pasal 134 HIR).
- Menyangkut pembagian kekuasaan antar ruang lingkup badan peradilan, dilihat
dari macam-macam pengadilan menyangkut pemberiaan kuasa untuk mengadili.
- Contoh : perceraian mereka yang beragama Islam, yang menikah dengan tata cara
Islam, maka perceraian dilakukan di Pengadilan Agama. Apabila perceraian selain
agama Islam di PN.
1
Sudikno, hlm 15.
- Menjawab pertanyaan : Badan peradilan macam apa yang berwenang untuk
mengadili sengketa ini?
Pengecualian terhadap azas Actor Sequitur Forum Rei dalam pasal 118 HIR:
(1) Gugatan diajukan pada PN di wilayah hukum tergugat bertempat tinggal (Actor
Sequitor Forum Rei)
(2) Jika tergugat terdiri dari 2orang atau lebih, gugatan diajukan pada tempat tinggal dari
salah seorang tergugat atas pilihan penggugat. Jadi, penggugat yang menentukan
dimana ia akan mengajukan gugatannya.
Akan tetapi, jika para pihak tergugat terdapat hubungan berutang utama dan
penanggung, maka gugatan dimasukkan kepada Ketua Pengadilan Negeri di wilayah
hukum si pihak yang berutang utama bertempat tinggal.
(3) Apabila tempat tinggal dan tempat kediaman tergugat tidak dikenal, gugat diajukan
kepada Ketua Pengadilan Negeri wilayah hukum penggugat bertempat tinggal atau
salah seorang dari penggugat.
Apabila gugatan mengenai barang tetap, dapat diajukan kepada Ketua Pengadilan
Negeri dimana barang tetap tersebut terletak.
(4) Apabila ada tempat yang dipilih dengan suatu akta, gugat diajukan kepada Ketua
Pengadilan Negeri dalam wilayah hukum tempat tinggal yang dipilih dalam akta
tersebut.
4. CARA MENGHADAP
a. Proses Partij Materiil (Tanpa Kuasa)
b. Proses Partij Formil (Dengan Kuasa Khusus)
Pasal 123 HIR : “bilamana dikehendaki, kedua belah pihak dapat dibantu ata diwakili
oleh kuasa, yang dikuasakannya untuk melakukan itu dengan surat kuasa teristimewa
(kuasa khusus), kecuali kalau yang memberi kuasa itu sendiri hadir. Penggugat juga
dapat memberi kuasa dalam permintaan yang ditandatangani dan dmasukkan menurut
118 ayat 1 atau jika gugatan dilakukan dengan lisan (Pasal 120 HIR) harus disebutkan
dalam catatan yang dbuat surat gugat ini.”
5. TAHAPAN BERACARA
1) Segi administrative
a. Pihak Penggugat
- Mengajukan gugatan/permohonan; -Membayar ongkos perkara (persekot);
- Menerima tanda bukti pembayaran.
b. Pihak Pengadilan
- Panitera menerima perkara yang diajukan dan memberi nomor register perkara;
- Panitera menyampaikan kepada KPN;
- KPN majelis hakim;
- Majelis hakim menentukan hari sidang pertama;
- Panitera membuat surat panggilan;
- Juru sita menyampaikan surat panggilan kepada para pihak.
Dokumen Penting dalam Segi Administratif :
a. Surat Penetapan hari sidang pertama;
b. Surat Panggilan;
Disampaikan secara langsung, minimal 3 hari kerja, pendelegasian wewenang bila
berbeda tempat tinggal (Pasal 388,389,390 HIR)
c. Berita Acara Pemanggilan (Relass);
d. Daftar Perkara (Roll).
2) Segi yudisial 4 tahap :
a. Tahap hari sidang pertama ada empat kemungkinan :
1. Penggugat dan Tergugat Hadir
Majelis hakim mendamaikan secara ex officio (130 HIR)
Jika perdamaian tercapai, maka dibuat Akta Perdamaian (Akta Van
Dading) yang bersifat final and binding (terakhir dan mengikat)
Jika perdamaian tidak tercapai, maka persidangan dilanjutkan.
2. Penggugat Tidak Hadir ; Tergugat Hadir
Majelis hakim memeriksa apakah pemanggilan dilakukan sah dan patut (122
HIR);
Tergugat dipanggil sekali lagi (Pasal 126 dan 127 HIR);
Jika tergugat pada pemanggilan kedua tetap tidak hadir, maka gugatan
diputus Verstek/in absensia (putusan tak hadir) (125 ayat 1 HIR);
Upaya hukum terhadap putusan Verstek adalah Verzet. (Pasal 129 jo 125
ayat 3 HIR).
Syarat-Syarat Putusan Verstek yang Mengabulkan Gugatan Penggugat :
Tergugat/para tergugat/kuasanya semua tidak hadir pada hari sidang yang
ditentukan;
Petitum gugatan tidak melawan hak;
Petitum gugatan beralasan (Pasal 125 ayat 1 HIR);
Tenggang waktu mengajukan verzet 14 hari (Pasal 129 ayat 1 HIR).
3. Penggugat Tidak Hadir ; Tergugat Hadir.
Majelis hakim memeriksa apakah pemanggilan telah dilakukan dengan sah
dan patut (Pasal 122 HIR);
Penggugat dipangil sekali lagi (Pasal 126 HIR);
Jika penggugat pada panggilan kedua tetap tidak hadir, gugatan dianggap
gugur dan penggugat dibebankan membayar biaya perkara (124 HIR).
4. Penggugat dan Tergugat sama-sama Tidak Hadir
Sidang ditunda dan para pihak akan dipanggil lagi secara sah dan patut.
b. Tahap Jawab Menjawab
1. Jawaban tergugat atas gugatan penggugat;
2. Replik;
3. Duplik;
4. Kesimpulan Penggugat dan Tergugat.
c. Tahap Pembuktian;
d. Tahap Putusan Hakim dan Pelaksanaannya
6. GUGATAN
Perbedaan antara gugatan dan permohonan adalah dalam gugatan ada suatu sengketa atau
konflik yang harus diselesaikan dan diputus oleh pengadilan. Setiap orang yang merasa
haknya dirugikan dapat mengajukan gugatan terhadap pihak yang dianggap merugikan
dirinya melalui pengadilan. Gugatan tersebut harus diajukan oleh pihak yang
berkepentingan. Melalui proses pengadilan, akan diperoleh suatu putusan hakim untuk
menentukan siapa yang benar dan berhak mengenai pokok sengketa dan objek yang
disengketakan. Hakim benar-benar berfungsi sebagai hakim yang mengadili dan memutus
diantara pihak-pihak tersebut. Berbeda dengan gugatan, dalam permohonan tidak terdapat
suatu sengketa. Hakim hanya memberi jasa sebagai seorang tenaga tata usaha negara.
Hakim hanya mengeluarkan suatu penetapan atau putusan declatoir saja.2
Definisi
Menurut Sudikno Mertokusumo, gugatan adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa.
Sedangkan, menurut Darwi Prints, gugatan adalah Suatu upaya atau tindakan untuk
menuntut hak/memaksa pihak lain untuk melaksanakan tugas/kewajibannya guna
memulihkan kerugian yang diderita oleh Penggugat melalui suatu putusan pengadilan.
Menyusun Gugatan
Mengenai persyaratan tentang isi daripada gugatan tidak ada ketentuannya, tetapi dapat
melihat dalam Rv Ps.8 No.3 yang mengharuskan adanya pokok gugatan yang meliputi3 :
1. Persona Standi in Judicio
Menguraikan kompetensi, identitas para pihak (ciri-ciri daripada penggugat dan
tergugat. Ciri-ciri biasanya mencakup nama, pekerjaan, umur, dan tempat tinggal),
kualitas para pihak.
2. Dalil-dalil konkret tentang adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta
alasan-alasan daripada tuntutan. Dikenal dengan istilah Fundamentum
Petendi/Posita. Fundamentum petendi ini terdiri dari dua bagian:
a. Bagian yang meguraikan tentang kejadian atau peristiwanya;
Penjelasan duduk perkara tentang adanya hak atau hubungan hukum yang menjadi
dasar yuridis daripada tuntutan.
b. Bagian yang meguraikan tentang dasar hukumnya.
Uraian yuridis tidak berarti harus menyebutkan peraturan hukum yang dijadikan
dasar tuntutan, melainkan cukup hak atau peristiwa yang harus dibuktikan di dalam
persidangan sebagai dasar tuntutan yang memberi gambaran kejadian materiil yang
menjadi dasar tuntutan.4
3. Petitum atau Tuntutan adalah apa yang diminta atau diharapkan Penggugat agar
diputus oleh hakim. Jadi, tuntutan akan terjawab dalam amar atau dictum putusan. Oleh
karenanya, petitum harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Tuntutan yang tidak jelas
atau berisi pernyataan yang bertentangan satu sama lain (obscuur libel) mengakibatkan
gugatan tidak dapat diterima.5 Tuntutan dapat dibagi menjadi 3 :
1) Tuntutan primer : tuntutan pokok yang langsung berhubungan dengan perkara;
2) Tuntutan tambahan : bukan tuntutan pokok tetapi masih ada hubungannya dengan
pokok perkara. Misalnya : tuntutan agar tergugat dihukum membayar biaya
perkara, agar putusan dapat dijalankan terlebih dahulu meski ada perlawanan,
banding, kasasi (uitvoerbaar bij voorraad), agar tergugat dihukum membayar bunga
moratoir, membayar uang paksa (dwangsom), dalam perkara gugat cerai terdapat
3
Soeroso, Ibid., hlm. 27
4
Soeroso, Ibid., hlm.27
5
Soeroso, Ibid., hlm. 27
tuntutan nafkah bagi istri.
3) Tuntutan subsidair : biasanya berbunyi “agar hakim mengadili menurut keadilan
yang benar” atau “mohon putusan yang seadil-adilnya” (aequo et bono). Tujuan
tuntutan subsidair adalah agar apabila tuntutan primair ditolak masih ada
kemungkinan dikabulkannya gugatan didasarkan atas kebebasan hakim dan
keadilan.
Pencabutan Gugatan
Gugatan dapat dicabut selama putusan pengadilan belum dijatuhkan dengan catatan:
a. Apabila gugatan belum sampai dijawab oleh Tergugat, maka Penggugat dapat
langsung mengajukan pencabutan gugatan.
6
Sudikno, Ibid., hlm. 82.
b. Apabila pihak tergugat sudah memberikan jawaban maka pencabutan gugatan dapat
dilaksanakan apabila ada persetujuan dari tergugat.7
7. MEDIASI
8. JAWABAN
Jawaban diajukan setelah usaha perdamaian yang dilakukan oleh hakim tidak berhasil.
Jawaban tergugat dapat terdiri dari 2 macam:
1) Jawaban yang tidak langsung mengenai pokok perkara (eksepsi/tangkisan)
HIR hanya mengenai satu mcam eksepsi, yakni eksepsi perihal tidak berkiasanya
hakim yang menyangkut kekuasaan abslut dan kekuasaan relative. Kedua macam
eksepsi tersebut meripakan eksepsi yang menyangkut acara atau dalam hukum acara
perdata dikenal dengan istilah eksepsi prosesuil. Eksepsi mengenai kekuasaan relative
tidak diperkenankan untuk diajukan pada setiap waktu, melainkan harus diajukan pada
permulaan sidang, sebelum tergugat menjawab pokok perkara baik secara lisan atau
tertulis. Jika eksepsi kekuasaan relative terlambat diajukan, maka eksepsi tersebut tidak
dapat diterima pengadilan dan pengajuannya akan menjadi sia-sia.8 Eksepsi mengenai
kekuasaan abosulut dapat diajuka setiap waktu selama pemeriksaan perkara
berlangsung. Bahkan, hakim wajib karena jabatannya, tanpa diminta penggugat, untuk
memecahkan soal berkuasa atau tidaknya beliau memeriksapersoalan tersebut tanpa
menunggu diajukan keberatan dari pihak yang berperkara.
Selain itu, terdapat eksepsi bahwa persoalan yang sama telah diputus dan telah
memperoleh kekuatan hukum tetap (ne bis in idem), eksepsi bahwa persoalan yang
sama sedang diperiksa oleh PN lain atau sedang diperiksa dalam taraf banding atau
kasasi, dan eksepsi bahwa yang bersangkutan tidak mempunyai kualifikasi atau sifat
7
Prof.Dr.R Supomo S.H,alm., “Hukum Atjara Perdata Pengadilan Negeri” (Jakarta:Pradnja
Paramita, 1971), hlm 28.
8
retnowulan hlm.40
untuk bertindak (error in persona).
Sedangkan, eksepsi yang berdasarkan hukum materiil ada 2 macam :
a. Eksepsi dilatoir
Eksepsi yang menyatakan bahwa gugatan penggugat belum dapat dikabulkan.
Misalnya penggugat telah memberikan penundaan pembayaran.
b. Eksepsi Paremptoir
Eksepsi yang menghalangi dikabulkannya gugatan, misalna karena gugatan lampau
waktu (daluarsa) atau utang yang menjadi dasar gugatan telah dihapuskan.
Pasal 136 HIR menyebutkan bahwa eksepsi lainnya kecuali yang menyangkut
kekuasaan hakim, secara absolut dan relative tersebut diatas, harus dibahas dan
diputuskan bersama dengan pokok perkara. Tujuannya adalah untuk menghindari
keterlambatan yang tidak perlu, dibuat-buat dan agar proses berjalan cepat dan lancar.
2) Jawaban yang langsung mengenai pokok perkara, terdiri dari 2 macam:
a. Jawaban dalam konpensi (gugatan asli/asal), berisi pengakuan, penyangkalan,
referte/diam.
b. Jawaban berupa rekopensi (gugatan balik), diatur dalam pasal 132 a dan b HIR.
Gugat balasan terhadap gugat yang telah diajukan oleh penggugat, maka tidak
dibenarkan apabila tergugat I misalnya mengajukan gugatan ke tergugat lainnya.
Gugat balasan harus ditujukan kepada penggugat atau para penggugat oleh
tergugat, para tergugat, atau turut tergugat. Tergugat yang menggugat pihak
penggugat asal disebut dengan penggugat dalam rekopensi. Pada azasnya, gugat
balasan dapat diajukan dalam setiap perkara kecuali (132a HIR):
- Jika penggugat dalam gugatan asal mengenai sifat, sedangkan gugat balasan
mengenai diri sendiri dan sebaliknya;
- Jika PN, kepada siapa gugat asal itu dimasukkan, tidak berhak, oleh karena
berhubungan dengan pokok perselisihan, memeriksa gugat balasan;
- Dalam perkara perselisihan menjalankan putusan;
- Jika dalam pemeriksaan pertama tidak dimasukan gugat balasan, maka dalam
tingkat banding ttidak boleh mengajukan gugat balasan.
Gugat asal maupun gugat balasan pada umumnya diselesaikan sekaligus dengan satu
putusan. Pertimbangan hukumnya memuat dua hal, yakni pertimbangan hukum dalam
konpensi dan pertimbangan hukum dalam rekopensi.9 Gugat balasan sangat berfaedah
bagi kedua belah pihak yang bersengketa karena :
9
Retno wulan, hlm. 45
a. Menghemat ongkos perkara;
b. Mempermudah pemeriksaan;
c. Mempercepat penyelesaian sengketa;
d. Menghindari putusan yang saling bertentangan.
3) Replik
Replik diatur dalam Pasal 142 Rv (Stb. 1847-52 jo 1849-63).
Replik adalah memberi balasan jawaban atas jawaban yang telah dikemukakan
Tergugat atau kuasanya. Replik terdiri dari dalil-dalil yang dikemukakan penggugat,
merupakan sanggahan atau penolakan atas sebagian atau seluruh dalil-dalil yang
dikemukakan tergugat dalam jawabannya.
4) Duplik
Duplik merupakan jawaban tergugat atas replik yang dikemukakan oleh penggugat.
Dalam duplik tergugat akan memperkuat dalil-dalil yg dikemukakan dalam jawaban
dan berusaha mematahkan dalil-dalil yg ada dalam replik penggugat.
5) Kesimpulan
Merupakan konklusi dari hasil-hasil selama persidangan berlangsung. Masing-masing
pihak akan menyampaikan kesimpulan. Umumnya, tiap pihak akan mengemukakan
kesimpulan yang menguntungkan bagi dirinya sendiri.
9. SURAT KUASA
Pemberian Kuasa adalah suatu persetujuan dengan mana seorang memberikan
kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk dan atas namanya
menyelenggarakan suatu urusan.
Dalam perjanjian pemberian kuasa, berlaku syarat-syarat perjanjian yakni sepakat,
cakap, hal tertentu, dan sebab yang halal (Pasal 1320 KUHPerdata).
Cara Pemberian Kuasa menurut Pasal 123 HIR dapat secara lisan dan tertulis.
Bentuk Pemberian Kuasa (Pasal 1795 KUHPerdata):
a. Khusus : hanya mengenai satu kepentingan tertentu atau lebih. Untuk beracara di
pengadilan, harus menggunakan surat kuasa khusus (SEMA No. 2 Tahun 1959 dan
Fatwa MA No. 531K/Sip/1973). Pada surat kuasa khusus, harus dicantumkan apa
saja hal-hal yang diberikan kepada si wakil dan menantumkan pada tahap apa surat
kuasa tersebut dapat dipergunakan.
b. Umum : meliputi segala kepentingan di pemberi kuasa. Dirumuskan dalam kata-
kata yang umum dan hanya meliputi perbuatan pengurusan (Pasal 1796
KUHperdata).
Syarat surat kuasa khusus
SEMA No. 2 Tahun 1959 mengatur syarat surat kuasa khusus sesuai dengan Pasal 123
HIR, harus memuat :
a. Identitas dan kedudukan para pihak;
b. Kompetensi absolut dan relative;
c. Pokok sengketa (PMH atau Wanprestasi).
SEMA No. 6 Tahun 1994 :
Surat kuasa yang bersifat khusus harus dicantumkan dengan jelas hanya diperlukan
untuk perkara tertentu misalnya perkara waris, siapa penggugat dan tergugatnya, jika
dalaam surat kuasa khusus telah disebutkan berlaku juga pada tingkat banding dan
kasasi, maka surat kuasa tersebut sah untuk dipergunakan pada tingkat banding dan
kasasi.
Hak-Hak yang biasa termuat dalam surat kuasa :
a. Hak substitusi (Pasal 1803 BW)
si kuasa bertanggung jawab untuk orang yang telah ditunjuk olehnya sebagai
penggantinya dalam melaksanakan kuasanya :
- jika ia tidak diberikan kekuasaan untuk menunjuk seorang lain sebagai
penggantinya;
- jika kekuasaan itu telah diberikan kepadanya tanpa penyebutan seorang
tertentu, sedangkan orang yan dipilihnya itu ternyata seorang yang tak cakap
atau tak mampu.
Si pemberi kuasa senantiasa dianggap telah memberi kekuasaan kepada si kuasa
untuk menunjuk orang lain sebagai penggantinya mengurus benda-benda yang
terletak di luar wilayah Indonesia atau lain pulau pemberi kuasa.
Dalam segala hal, si pemberi kuasa dpaat menuntut langsung orag yang ditunjuk
oleh kuasa sebagai penggantinya.
b. Hak Honorarium (Pasal 1808 dan 1794 BW)
Pemberi kuasa berkewajiban mengembalikan persekot-persekot dan biaya yang
telah dikeluarkan penerima kuasa untuk melaksanakan kuasanya dan membayar
upah yang diperjanjikan.
10
Sudikno, Ibid., hlm. 84
11
Soedikno, Ibid., hlm.83
12
Sudikno, Ibid., hlm. 85
diajukan kepada hakim sebelum memberikan repliknya.13 Dasar hukum: Pasal 70-76
Rv.
Permohonan untuk memasukan pihak ketiga disebut dengan gugatan insidentil dan dengan
suatu putusan sela akan diputus apakah gugatan insidentil itu akan dikabulkan atau ditolak
karena dianggap tidak beralasan. Putusan sela tersebut adalah putusan insidentil.14
Selain itu, dikenal istilah “Derdenverzet” yang merupakan perlawanan pihak ketiga namun
masuknya pihak ketiga ini adalah setelah ada putusan. Derdenverzet merupakan salah satu
upaya hukum luar biasa, karena pada dasarnya suatu putusan hanya mengikat para pihak
yang berperkara saja dan tidak mengikat pihak ketiga ( 1917 BW). Namun bila ada
putusan yang merugikan kepentingan pihak ketiga maka pihak ketiga tersebut dapat
melakukan perlawanan terhadap putusan tersebut. Dasar hukum: 378-384 Rv, 195 ayat (6)
HIR.
12. PUTUSAN
Menurut Sudikno Mertokusumo, putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh
hakim, sebagai pejabat yang diberi wewenang itu, diucapkan dipersidangan dan
bertujuan mengakhiri atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara para pihak
Putusan hakim harus dibacakan di depan persidangan yang terbuka untuk umum. Bila
hal tersebut tidak dilaksanakan maka terhadap putusan tersebut terancam batal. Akan
tetapi untuk penetapan hal tersebut tidak perlu dilakukan.
Berdasarkan pasal 184 HIR suatu putusan hakim harus berisi:
a. Suatu keterangan singkat tetapi jelas dari isi gugatan dan jawaban;
b. Alasan-alasan yang dipakai sebagai dasar dari putusan hakim;
c. Keputusan hakim tentang pokok perkara dan tentang ongkos perkara;
d. Keterangan apakah pihak-pihak yang berperkara hadir pada waktu keputusan itu
dijatuhkan;
e. Jika didasarkan atas suatu undang-undang, harus disebutkan;
f. Tandatangan hakim dan panitera.
Susunan dan isi putusan hakim terdiri dari :15
1) Kepala Putusan
Mencantumkan irah-irah, yakni “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa” (pasal 4 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970). Kepala putusan ini memberi
kekuatan eksekutorial pada putusan.
2) Identitas Para Pihak
Semua perkara atau gugatan harus memuat identitas para pihak, seperti nama, umur,
alamat, dan nama pengacara jika ada.
3) Pertimbangan atau Considerans
- Merupakan dasar daripada putusan. Pertimbangan putusa dibagi menjadi dua,
yakni pertimbangan duduk perkara dan hukumnya.
- Pertimbangan dari putusan merupakan alasan hakim sebagai
pertanggungjawaban ke masyarakat mengapa ia mengambil putusan demikian
(obyektif).
4) Amar atau Dictum
- Pada dasarnya merupakan jawaban terhadap petitum dari gugatan.
- Dalam mengadili suatu perkara, hakim wajib mengadili semua tuntutan dan
dilarang menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak dituntut atau
mengabulkan lebih dari apa yang dituntut.
- Amar putusan dapat bersifat deklaratif (amar itu merupakan penetapan) dan
dispositive (apabila memberi hukum atau hukumnya mengabulkan atau
menolak gugatan).16
5) Penandatanganan oleh hakim ketua, hakim anggota, dan panitera.
Penggolongan Putusan :
1) Putusan Sela
Merupakan putusan yang dijatuhkan sebelum putusan akhir dengan tujuan untuk
15
Soeroso, Ibid., hlm. 79-81.
16
Soeroso, Ibid., hlm.81.
mempermudah kelanjutan pemeriksaan perkara. Semua putusan sela diucapakan
dalam sidang dan merupakan bagian dari berita acara persidangan. Terhadap salinan
otentik dari putusan sela tersebut kedua belah pihak dapat memperolehnya dari
berita acara yang memuat putusan sela tersebut.
2) Putusan Akhir
Merupakan putusan yang mengakhiri perkara perdata pada tingkat pemeriksaan
tertentu. Putusan akhir belum tentu merupakan putusan yang memiliki kekuatan
hukum tetap. Sedangkan, putusan BHT pasti merupakan putusan akhir.
Macam Putusan Sela
1) Putusan Preparatoir
Putusan persiapan mengenai jalannya pemeriksaan guna melancarkan proses
persidangan hingga tercapai putusan akhir.
2) Putusan Incidentieel
Putusan yang berhubungan dengan insiden, yitu peristiwa yang menghentikan
prosedur peradilan biasa. Putusan ini belum berhubungan dengan pokok perkara,
masih bersifat formil belum menyangkut materil suatu perkara.
3) Putusan Provisionieel
Putusan yang menjawab tuntutan provisi, yaitu permintaan pihak yang berperkara
supaya diadakan tindakan pendahuluan untuk kepentingan salah satu pihak sebelum
putusan akhir dijatuhkan.
4) Putusan Interlocutoir
Putusan yang isinya memerintahkan pembuktian, isi putusan ini mempengaruhi
putusan akhir.
17
Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Ibid., hlm 109.
Putusan yang berisi penghukuman.
Selain itu, terdapat juga:
1) Putusan perdamaian
Putusan yang dijatuhkan hakim yang menghukum para pihak yang berperkara untuk
melaksanakan isi perjanjian perdamaian yang sebelumnya telah disetujui para pihak.
2) Putusan Gugur
Putusan gugur dijatuhkan kepada Penggugat oleh hakim dalam hal Penggugat tidak
hadir pada hari sidang pertama tanpa alasan yang sah dan tidak pula menyuruh
wakilnya untuk hadir padahal penggugat telah dipanggil secara sah dan patut (Pasal
124 HIR).
3) Putusan Verstek
Putusan yang dijatuhkan oleh hakim karena tergugat tidak hadir pada hari sidang
pertama dan tidak mengirimkan wakilnya yang sah walaupun telah dipenggil secara
sah dan patut (pasal 125 HIR).
4) Putusan Serta Merta
Putusan yang dapat dilaksanakan terlebih dahulu (uit voerbaar bij voorraad)
walaupun terhadap putusan tersebut ada upaya hukum lain (baik upaya hukum biasa
maupun luar biasa). Syaratnya diatur dalam Pasal 180 ayat (1) HIR:
a. Ada surat otentik atau tulisan di bawah tangan yang menurut undang-undang
mempunyai kekuatan bukti.
b. Ada putusan pengadilan sebelumnya yang sudah mempunyai kekuatan tetap
yang menguntungkan pihak penggugat dan ada hubungannya dengan gugatan
yang bersangkutan.
c. Ada gugatan provisionil yang dikabulkan.
d. Dalam sengketa-sengketa mengenai bezitrechts.
e. Pada praktek putusan uit voerbaar bij voorraad sangat sulit dikabulkan karena
banyak menimbulkan kesulitan
18
Wildan Sayuthi, “Sita Eksekusi : Praktek Kejurusitaan Pengadilan” (Jakarta: PT Tatanusa,
2004), hlm. 60.
19
Yahya Harahap, “Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Sidang {erdata” (Jakarta:Sinar
Grafika, 2005), hlm.6-18.
20
Subekti, “Hukum Acara Perdata” (Jakarta:BPHN,1977) hlm.130
pelelangan terlebih dahulu.21 Dasar hukum 196 HIR.
3) Eksekusi untuk melaksanakan suatu perbuatan Pasal 225 HIR.
Tata Cara Sita Eksekusi
1) Berdasarkan Surat Perintah Ketua Pengadilan Negeri;
2) Dilaksanakan Panitera atau Juru Sita;
3) Pelaksanaan dibantu Dua Orang Saksi;
4) Sita Eksekusi Dilakukan di Tempat;
5) Pembuatan Berita Acara Sita Eksekusi;
6) Penjagaan Yuridis Barang yang Disita;
7) Ketidakhadiran Tersita Tidak Menghalangi Sita Eksekusi .
15. CLASS ACTION
Suatu tata cara atau prosedur pengajuan gugatan dimana satu orang atau lebih yang
mewakili kelompok mengajukan gugatan untuk dirinya sendiri dan sekaligus mewakili
sekelompok orang yang jumlahnya banyak, yang memiliki kesamaan fakta atau
kesamaan dasar hukum dan kesamaan tuntutan antara wakil kelompok dan anggota
kelompoknya. (Pasal 1 huruf a PERMA No.1 Tahun 2002)
Persyaratan (Pasal 2 PERMA No.1 Tahun 2002):
1) Jumlah anggota kelompok sedemikian banyak;
2) Kesamaan fakta atau peristiwa;
3) Kesamaan dasar hukum yang digunakan;
4) Kesamaan jenis tuntutan diantara wakil kelompok dengan anggota kelompok;
5) Wakil kelompok harus memiliki kejujuran dan kesungguhan untuk melindungi
kepentingan anggota kelompok yang diwakili.
21
Wildan Sayuthi, Ibid., hlm.68
ANALISIS
2. KEWENANGAN MENGADILI
a. Kompetensi Absolut
Kewenangan mengadili antar berbagai macam badan peradilan, dalam hal ini
mengenai gugatan waris perdata termasuk dalam ranah Peradilan Umum, dalam
putusan ini, masih dalam tingkat pertama/Pengadilan Negeri.
b. Kompetensi Relatif
Putusan No.14/Pdt.G/2012 memiliki 7 orang tergugat dan 3 orang turut tergugat.
Artinya, dalam putusan ini terdapat lebih dari satu orang tergugat. Implikasinya
adalah, yang berlaku bukanlah pasal 118 ayat 1 HIR melainkan Pasal 118 ayat
(2) HIR. Pasal 118 ayat (2) HIR mengatur bahwa jika tergugat terdiri dari 2
orang atau lebih, gugatan diajukan pada tempat tinggal dari salah seorang
tergugat atas pilihan penggugat. Jadi, penggugat yang menentukan dimana ia
akan mengajukan gugatan. Dalam kasus ini juga tidak terdapat hubungan
berutang utama dan penanggung. Maka, dikarenakan seluruh tergugat bertempat
tinggal di Kabupaten Indramayu serta Penggugat juga berdomisili di Kabupaten
Indramayu, maka Penggugat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri
Indramayu.
5. TAHAPAN BERACARA
6. GUGATAN
Gugatan adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa. Dalam hal ini sengketa
yang dipermasalahkan adalah … mengenai persoalan warisan Almh.Hj.KARSEM.
Selain itu, cara mengajukan gugatan dalam putusan ini adalah diajukan dengan cara
tertulis. Gugatan sejatinya disusun meliputi:
1. Persona standi in judicio
2. Posita/Fundamentum Petendi
Fundamentum petendi merupakan tentang adanya hubungan hukum yang
merupakan dasar serta alasan-alasan daripada tuntutan. Hal ini seperti yang
terdapat pada kasus posisi.
3. Petitum
7. MEDIASI
8. JAWABAN
Jawaban diajukan setelah proses mediasi gagal. Dalam Putusan No.14/Pdt.G/2012
Pn.Im. Dalam putusan ini, terdapat jawaban yang tidak langsung mengenai pokok
perkara (tangkisan/eksepsi) dan jawaban yang langsung mengenai pokok perkara,