Dengan hormat,
Kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Dr.Alexandre Michael K, S.H., M.Hum;
2. Hendrawan Sumanto, SH, MS;
3. Dr Adrian Subandrio, SH, MH;
4. Herjuna Pramudya, SH.
para konsultan hukum dari Alex and Associate Law Firm, memilih domisili
hukum di Jalan MT Haryono Nomor 345 Malang, Jawa Timur, bertindak untuk
dan atas nama pemberi kuasa, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 14
Agustus 2013 sebagaimana terlampir yang ditandatangani oleh:
1
2
A.
KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI
1. Perubahan UUD NRI 1945 telah menciptakan sebuah lembaga baru yang
berfungsi untuk mengawal konstitusi, yaitu Mahkamah Konstitusi, selanjutnya
disebut “MK”, sebagaimana tertuang dalam Pasal 7B, Pasal 24 Ayat (1) dan
Ayat (2), serta Pasal 24C UUD NRI 1945, yang diatur lebih lanjut dalam
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Mahkamah Konstitusi (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 70, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5266), selanjutnya disebut “UU MK” (Bukti P-5).
CONTOH
PERMOHONAN
JUDICIAL REVIEW
3
B.
KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PARA PEMOHON
8. Bahwa oleh karena itu, Para Pemohon menguraikan kedudukan hukum (Legal
Standing) Para Pemohon dalam mengajukan permohonan dalam perkara a
quo, sebagai berikut:
10. Bahwa Pemohon I sampai dengan Pemohon II sebagai badan hukum privat,
secara konstitusional telah dirugikan pemenuhan Hak
Konstitusionalnya untuk menjunjung tinggi dan menaati hukum yang
dipositifkan di dalam Undang-Undang a quo, oleh karena :
a. Pasal 78 ayat (2) UU Perkoperasian mengurangi hak konstitusional
Pemohon I sampai dengan Pemohon II untuk melakukan usaha
6
Hak dan kedudukan yang sama merupakan salah satu bagian asas
kekeluargaan. Unsur khas asas kekeluargaan sebagaimana kita ketahui
salah satunya adalah unsur hidup bersama para anggota demi kebaikan
bersama seluruh keluarga. Tentunya dengan pembatasan sebagaimana
yang telah disebutkan, maka unsur hidup bersama tersebut berpotensi
untuk hilang. Sehingga koperasi nantinya tidak ditentukan oleh anggota
tetapi oleh salah satu bagian dari koperasi yaitu pengawas. Dengan
demikian pemohon kehilangan haknya untuk mengajukan calon
pengurus.
Hal lain yang menjadi perhatian adalah bahwa tidak semua anggota
koperasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi pengurus
koperasi. Kesempatan yang sama menjadi pengurus merupakan salah
satu bagian pula bagian dari asas kekeluargaan yang mana untuk seluruh
anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi pengurus
koperasi. Dengan pembatasan yang diberikan untuk mencalonkan
pengurus hanya oleh pengawas, maka akan menutup kemungkinan bagi
pemohon untuk mengusulkan diri menjadi pengurus. Tertutupnya
kesempatan bagi pemohon bahkan sudah dimulai dari tahap pencalonan
sehingga upaya untuk memajukan koperasi dengan cara menjadi
pengurus tidak dapat dilakukan. Mengingat bahwa koperasi merupakan
usaha bersama berdasar asas kekeluargaan, maka jelas dengan
diaturnya pencalonan pengurus oleh pasal a quo sangat merugikan hak
konstitutional pemohon.
berlakunya Pasal 50 ayat (1) huruf a Pasal 55 ayat (1), Pasal 56 ayat (1),
dan pasal 78 ayat (2) UU Perkoperasian. Oleh karena itu, dengan
dikabulkannya permohonan ini oleh MK sebagai the sole interpreter of the
constitution dan pengawal konstitusi maka kerugian Hak Konstitusional Para
Pemohon tidak akan terjadi lagi.
A.
PASAL 50 AYAT (1) DAN PASAL 56 AYAT (1) UU PERKOPERASIAN
BERTENTANGAN DENGAN PASAL 28 C AYAT (2) DAN PASAL 33 AYAT (1)
UUD NRI 1945 YANG MENJAMIN HAK KONSTITUSIONAL PARA PEMOHON
UNTUK MEMAJUKAN DIRI DALAM MEMPERJUANGKAN HAK SECARA
KOLEKTIF BERDASAR ATAS AZAS KEKELUARGAAN
(1) Pengurus dipilih dan diangkat pada Rapat Anggota atas usul
Pengawas.
bertentangan dengan Pasal 28 C Ayat (2) dan Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI
1945 yang menjamin hak konstitusional para pemohon untuk memajukan diri
dalam memperjuangkan hak secara kolektif berdasar atas azas
kekeluargaan. Hal tersebut didasarkan pada alasan-alasan sebagaimana
diuraikan berikut.
15. Bahwa ketentuan Pasal 50 ayat (1) huruf a Pasal 56 ayat (1) UU
Perkoperasian tersebut yang tidak memberi kesempatan pada setiap
anggota untuk bisa memilih dan dipilih sebagai pengurus secara langsung
dalam Rapat Anggota, namun harus melalui satu pintu pengusulan oleh
Pengawas bertentangan dengan Pasal 28 C Ayat (2) dan Pasal 33 Ayat
(1) UUD NRI 1945.
16. Bahwa Pasal 28 C Ayat (2) UUD NRI 1945 secara jelas menentukan bahwa
“Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan
haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya.” Dengan dibatasinya hak setiap anggota untuk memajukan
dirinya untuk dipilih dalam Rapat Anggota sebagai Pengurus koperasi maka
anggota tersebut sudah kehilangan kesempatan untuk memperjuangkan
haknya membangun masyarakat, bangsa dan negaranya. Terlebih lagi
dikaitkan dengan Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI 1945 yang di dalamnya
terdapat azas kekeluargaan yang maknanya adalah brotherhood atau ke-
ukhuwah-an (yang bukan kinship nepotistik) sebagai pernyataan adanya
11
b. Pasal 23 huruf c:
Rapat Anggota menetapkan :
c. pemilihan, pengangkatan, pemberhentian pengurus dan pengawas;
CONTOH
PERMOHONAN
JUDICIAL REVIEW
12
c. Pasal 29:
(1) Pengurus dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat
Anggota.
B.
PASAL 55 AYAT (1) UU PERKOPERASIAN BERTENTANGAN DENGAN
PASAL 33 AYAT (1) UUD NRI 1945 YANG MENJAMIN HAK
KONSTITUSIONAL PARA PEMOHON UNTUK MELAKUKAN USAHA
BERSAMA BERDASAR ATAS AZAS KEKELUARGAAN
bertentangan dengan Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI 1945 yang menjamin hak
konstitusional para pemohon untuk melakukan usaha bersama berdasar
atas azas kekeluargaan. Hal tersebut didasarkan pada alasan-alasan
sebagaimana diuraikan berikut.
21. Bahwa azas kekeluargaan sebagai landasan usaha bersama yang diatur
dalam Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI 1945 adalah menghendaki hubungan
antara anggota koperasi satu sama lain harus mencerminkan sebagai
orang-orang yang bersaudara, satu keluarga. Rasa solidaritas harus
dipupuk dan diperkuat. Anggota dididik mempunyai sifat “individualitas”, insaf
akan harga dirinya. Apabila ia telah insaf akan harga dirinya sebagai anggota
koperasi, tekadnya akan kuat membela kepentingan koperasinya.
Ingatannya akan tertuju kepada kepentingan bersama, sebagai anggota–
anggota koperasi. “Individualitas” lain sekali dari individualisme
“individualisme”. “Individualisme” ialah sikap yang mengutamakan
kepentingan diri sendiri dibandingkan kepentingan orang lain dan kalau perlu
mencari keuntungan bagi diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan
orang lain. “Individualitas” menjadikan seorang anggota koperasi sebagai
pembela dan pejuang yang giat bagi koperasinya. Dengan naik dan maju
koperasinya, kedudukannya sendiri ikut naik dan maju. Dalam pelajaran dan
usaha koperasi di bidang manapun juga, ditanam kemauan dan
kepercayaan pada diri sendiri dalam persekutuan untuk melaksanakan “self-
help” dan autoaktivia untuk kepentingan bersama.
22. Bahwa adanya ketentuan Pasal 55 ayat (1) UU Perkoperasian yang
memungkinkan pengurus dipilih dari non-Anggota menunjukkan bahwa
pembentuk undang-undang tidak memahami jiwa koperasi yang
mengedepankan azas kekeluargaan, saling tolong menolong, gotong
14
C.
PASAL 78 AYAT (2) UU PERKOPERASIAN BERTENTANGAN DENGAN
PASAL 33 AYAT (1) UUD NRI 1945 YANG MENJAMIN HAK
KONSTITUSIONAL PARA PEMOHON UNTUK MELAKUKAN USAHA
BERSAMA BERDASAR ATAS AZAS KEKELUARGAAN
bertentangan dengan Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI 1945 yang menjamin
hak konstitusional para pemohon untuk melakukan usaha bersama
berdasar atas azas kekeluargaan. Hal tersebut didasarkan pada alasan-
alasan sebagaimana diuraikan berikut.
26. Bahwa pelarangan koperasi membagikan kepada Anggota Surplus Hasil
Usaha yang berasal dari transaksi dengan non-Anggota sungguh tidak
sesuai dengan asas kekeluargaan yang menjadi landasan usaha bersama
16
dalam Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI 1945 yang bangunan perusahaanya
adalah koperasi. Menurut M Hatta (1977:15), dalam asas kekeluargaan
terkandung makna hubungan antar anggota koperasi satu sama lain harus
mencerminkan orang-orang bersaudara, sekeluarga. Rasa solidarita harus
dipupuk dan diperkuat sehingga setiap anggota mempunyai individualita
(insaf akan harga dirinya). Dengan demikian setiap anggota mempunyai hak
yang sama, tidak ada perbedaan/tidak terbatas atas modal yang disimpan di
Koperasi.
Dr. Fauget dalam bukunya The Cooperative Sector, 1951 menegaskan
adanya 4 prinsip yang setidak-tidaknya harus dipenuhi oleh setiap badan
yang menamakan diri koperasi. Pertama, adanya ketentuan tentang
perbandingan yang berimbang dalam hasil yang diperoleh atas pemanfaatan
jasa-jasa oleh setiap pemakai dala koperasi. Kedua, adanya ketentuan atau
peraturan persamaan hak antara para anggota. Ketiga, Adanya
pengaturan tentang keanggotaan organisasi yang berdasarkan
kesukarelaan. Keempat, Adanya ketentuan atau peraturan tentang
partisipasi dari pihak anggota dalam ketatalaksanaan dan usaha koperasi.
Jelas ketentuan tersebut bertentangan dengan prinsip adanya ketentuan
tentang perbandingan yang berimbang dalam hasil yang diperoleh atas
pemanfaatan jasa-jasa oleh setiap pemakai dala koperasi karena Surplus
Hasil Usaha yang berasal dari transaksi dengan non-Anggota dilarang
dibagikan kepada Anggota. Pelarangan tersebut juga bertentangan dengan
Prinsip ICA (International Cooperative Alliance), meliputi :
- SHU dibagi tiga yaitu: cadangan, masyarakat, ke anggota sesuai
dengan jasa masing-masing;
- Keanggotaan koperasi secara terbuka tanpa adanya pembatasan yang
dibuat buat;
- Kepemimpinan yang demokratis atas dasar satu orang satu suara;
- Modal menerima bunga yang terbatas (bila ada);
- Semua koperasi harus melaksanakan pendidikan secara terus menerus;
dan
- Gerakan koperasi harus melaksanakan kerjasama yang erat baik
ditingkat regional, nasional maupun internasional.
27. Bahwa Anggota Koperasi sebagai Pemilik dan pengguna jasa seharusnya
juga menerima sisa hasil usaha baik dari anggota maupun non anggota.
17
III. PETITUM
VI. PENUTUP
Demikian Permohonan Uji Materil (Judicial Review) ini kami sampaikan,
atas perhatian dan kearifan Majelis Hakim yang mulia kami sampaikan terima
kasih. Dan sebagai kelengkapan permohonan ini, Kami lampirkan bukti-bukti dan
daftar sementara saksi dan ahli.
CONTOH
Hormat kami,
PERMOHONAN
KUASA HUKUM PARA PEMOHON :
JUDICIAL REVIEW