Anda di halaman 1dari 7

HUKUM KEBENDAAN DI INDONESIA DITINJAU DARI KITAB

UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

A. Pendahuluan
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menjelaskan bahwa
KUHPer Indonesia menganut dua sistem, yaitu sistem tertutup dan juga
sistem terbuka. Bahwa Buku ke-II KUHPer menganut mengenai close
system atau yang disebut dengan system tertutup. Sistem tertutup tersebut
bermakna orang tidak diperbolehkan mengadakan hak hak kebendaan selain
dari yang telah diatur dalam undang undang ini. Selain itu, hukum benda
yang bermakna memaksa (dwingend recht), artinya peraturan tersebut harus
dipatuhi, tidak boleh disimpangi, termasuk membuat peraturan baru yang
menyimpang dari yang telah ditetapkan. 1 Kemudian, sistem terbuka (open
system) diatur dalam buku III KUH yang bermakna setiap orang dapat
mengadakan perikatan yang bersumber pada perjanjian, perjanjian apapun
dan bagaimanapun, baik itu yang diatur dengan undang-undang atau tidak,
inilah yang disebut dengan kebebasan berkontrak, dengan syarat kebebasan
berkontrak harus halal, dan tidak melanggar hukum, sebagaimana yang telah
diatur dalam undang-undang.2
Hukum perdata menurut Subekti adalah seluruh hukum private
materiil berupa segala hukum pokok mengatur kepentingan perseorangan.
Kemudian, Sudikno mertokusumo juga mengartikan hukum perdata adalah
segala peraturan yang berkaitan dan berkenaan mempelajari hubungan
antara orang yang satu dan juga dengan yang lainnya, termasuk dalam hal
hubungan keluarga dan pergaulan masyarakat. Salah satu kamar atau ruang
lingkup dari hukum perdata adalah berkenaan dengan hukum kebendaan. 3
Hukum kebendaan diatur di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHper) dan juga aturan khusus atau turunan lainnya. Dalam makalah
singkat ini Penulis ingin menjabarkan dan menjelaskan berkenaan dengan

1
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata Hak Jaminan Atas Tanah, Cetakan
Pertama, (Yogyakarta: Liberty, 1981), hlm. 2
2
Ibid.
3
Siti Malikhatun Badriyah, Penemuan Hukum dan Penciptaan Hukum Oleh Hakim Untuk
Mewujudkan Keadilan, Jurnal MMH, Volume 40, Nomor 3, 2011, hlm. 387.

1
hukum kebendaan yang ada di Indonesia dan mengenai pelaksanaannya.
Oleh karena itu Penulis menggunakan sebuah judul Makalah yang berjudul:
Hukum Kebendaan di Indonesia Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang penulis gunakan adalah sebagai berikutL
1. Bagaimana analisis asas-asas kebendaan yang berlaku dalam hukum
benda dan pembagian benda menurut hukum benda?

C. Pembahasan
Bahwa definisi benda dapat ditemukan secara hukum dan harfiah
dalam KUHPerdata. Definisi tersebut menjadi sebagai acuan dalam
pemberian definis dan juga pemaknaan benda dari sudut pandang yang
berbeda. Pengertian benda dalam KUHPerdata, diartikan sebagai kata zaak
yang mempunyai dua arti, yaitu barang berwujud dan bagian dari pada harta
kekayaan, yang termasuk zaak selain dari pada barang yang berwujud, juga
beberapa hak tertentu sbagai barang yang tak berwujud, juga beberapa hak
tertentu sebagai barang yang tak berwujud. Pasal 499 KUHPerdata
menjelaskan pengertian benda (zaak) adalah segala sesuatu yang dapat
menjadi obyek hak milik. Yang dapat menjadi obyek hak milik dapat berupa
barang dan dapat pula berupa hak, seperti hak cipta, hak paten, dan lain –
lain. Pengertian benda yang dimaksud oleh KUHPerdata adalah benda
berwujud seperti kendaraan bermotor, tanah, dan lain – lain. Sedangkan
benda tak berwujud seperti hak cipta, paten, tdak diatur oleh KUHPerdata,
melainkan diatur dalam undang – undang tersendiri, yaitu Undang – Undang
Perlindungan Hak Kekayaan Inteletual.4
Adapun asas-asas berkenaan dengan hak-hak kebendaan yang hadir
adalah sebagai berikut:5

4
Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Orang dan Hukum Keluarga,
(Bandung: Nuansa Aulia, 2015), hlm. 4.
5
Mohammad Govinda Khan, Implementasi Hukum Benda/Kebendaan Terhadap Anak
Menurut Hukum Perdata, Jurnal Lex Crimen, Volume VI, Nomor 5, 2017.

2
1. Merupakan hukum memaksa, asas ini berkenaan dengan atas suatu benda
itu hanya dapat diadakan hak kebendaan sebagaimana yangntelah
disebutkan dalam undang-undang.
2. Dapat dipindahkan, asas ini berkenaan dengan semua hak kebendaan
dapat dipindahtangankan, kecuali hak pakai dan hak mendiami.
3. Asas Individualiteit, asas ini berkenaan dengan obyek dari hak
kebendaan adalah suatu barang yang dapat ditentukan (individueel
bepaald), artinya orang hanya dapat sebagai pemilik dari barang yang
berwujud yang merupakan kesatuan : rumah, mebel, hewan.
4. Asas Totaliteit, asas ini berkenaan dengan hak kebendaan selalu melekat
atas keseluruhan daripada obyeknya.
5. Asas tidak dapat dipisahkan, asas ini berkenaan dengan pemilik tidak
dapat memindah-tangankan sebagian daripada wewenang yang termasuk
suatu hak kebendaan yang ada padanya, misalnya pemilik.
6. Asas Prioriteit, asas yang berkenaan dengan hak kebendaan memberikan
wewenang yang sejenis dengan wewenang-wewenang dari eigendom,
sekalipun luasnya berbeda-beda.
7. Asas Percampuran, asas yang berkenaan kepemilikan suatu benda
memiliki keterbatasan dalam kewenangannya.
8. Asas perlakuan yang berlainan terhadap benda bergerak dan tidak
bergerak, asas berkenaan dengan penyerahan, pembebanan, bezit, dan
juga kadaluwarsa berkenaan dengan benda-benda bergerak dan tidak
bergerak berlainan.
9. Asas Publiciteit, asas yang berarti pengumuman kepada masyarakat
berkenaan dengan status kepemilikan dari suatu kebendaan.6
Salah satu hak kebendaan yang ada adalah Hak kebendaan yang
bersifat memberi kenikmatan ini dapat atas bendanya sendiri dapat juga atas
benda milik orang lain terdiri dari: Bezit adalah suatu kedaan dimana
seseorang menguasai sesuatu benda, baik sendiri maupun dengan perantara
orang lain, seolah-olah sebagai pemiliknya itu disebut bezitter, Hak milik
adalah hak untuk menikmati kegunanan dari sebuah benda dengan leluasa
6
Juliana Evawati, Asas Publisitas Pada Hak Jaminan Atas Resi Gudang, Jurnal Yuridika,
Volume 29, Nomor 2, 2014, hlm. 233.

3
dan untuk berbuat bebas terhadap benda itu dengan kedaulatan sepenuhnya.
Hak memungut hasil adalah hak untuk menarik hasil dari benda orang lain,
seolah-olah benda itu miliknya sendiri, dengan kewajiban untuk menjaga
benda tersebut tetap dalam keadaan seperti semula. Hak pakai dan Hak
mendiami itu merupakan hak kebendaan yang terjadinya dan hapusnya sama
seperti hak memungut hasil.7 Berdasarkan hal tersebut maka dalam hal ini
pembagian jenis-jenis benda adalah sebagai berikut:

Benda Berwujud dan Tidak Berwujud

Benda bergerak dan tidak bergerak

Benda yang dipakai habis dan tidak dipakai habis


Jenis-Jenis Benda
(Zakenrecht) Benda yang musnah dan yang tetap ada

Benda dapat diganti dan tidak dapat diganti

Benda dapat dibagi dan tidak dapat dibagi


D. Penutup
Berdasarkan uraian penjabaranBenda
dan Diperdagangkan
penjelasan di dan
atasYang
makaTidak
dapat
Diperdagangkan
disimpulkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat dilepaskan dari
unsur kebendaan. Kebendaan merupakan pengaturan
Benda yang
Terdaftar dan sangat
Tidak luas dan
Terdaftar
juga memiliki aturan yang khusus dan diatur secara khusus juga. Hal
tersebut yang memberikan penjelasan dan pembedaan pengaturan
kebendaan yang diatur dalam KUHPer merupakan hak kebendaan yang
tidak pernah bisa lelpas dan selalu melekat pada diri kita. Sehingga,
berdasarkan penjabaran dan penguraian di atas maka dalam hal ini kita
sebagai mahasiswa tidak boleh salah dalam mengartikan kebendaan dan
juga berkaitan dengan ruang lingkup kebendaan tersebut, karena akan
berpengaruh dalam proses pelaksanaannya.

7
Komariah, Hukum Perdatam (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2022).

4
DAFTAR PUSTAKA

Djaja S. Meliala, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Orang dan Hukum


Keluarga, (Bandung: Nuansa Aulia, 2015).
Juliana Evawati, Asas Publisitas Pada Hak Jaminan Atas Resi Gudang, Jurnal
Yuridika, Volume 29, Nomor 2, 2014.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
Komariah, Hukum Perdatam (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,
2022).
Mohammad Govinda Khan, Implementasi Hukum Benda/Kebendaan Terhadap
Anak Menurut Hukum Perdata, Jurnal Lex Crimen, Volume VI, Nomor 5,
2017.
Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, Hukum Perdata Hak Jaminan Atas Tanah,
Cetakan Pertama, (Yogyakarta: Liberty, 1981).
Siti Malikhatun Badriyah, Penemuan Hukum dan Penciptaan Hukum Oleh Hakim
Untuk Mewujudkan Keadilan, Jurnal MMH, Volume 40, Nomor 3, 2011.

LAMPIRAN

5
6
7

Anda mungkin juga menyukai