karena pada saat kelahirannya manusia telah bergaul dengan manusia lainnya
yang disebut dengan masyarakat1. Sehingga hukum dan tingkah laku manusia
dalam masyarakat bagaikan satu keping mata uang yang mempunyai dua sisi yang
tidak dapat dipisahkan. Tidak ada tingkah laku manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang lepas dari aturan hukum . Oleh karenanya tidak berlebihan
kalau dikatakan dimana ada masyarakat disitu ada hukum ( ubi societas, ibi ius ) 2.
berinteraksi dengan manusia yang lainnya sehingga hal tersebut tidak menutup
konflik atau pertentangan tersebut maka akan terjadi perang semua orang
melawan semua orang ( bellum omnium contra omnes) yang berebut dan
yang seimbang dalam suasana yang damai, tertib dan aman. Untuk menciptakan
kehidupan masyarakat yang harmonis dan teratur maka diperlukan adanya hukum.
1
Teguh Prasetyo, Hukum Dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, (Yogyakarta: Media
Perkasa, 2013), hlm.1
2
Arie Purnomosidi, Membangun Hukum Berdasarkan Pancasila, (Bandung: Nusa Media,
2014), hlm. 142
[1]
Hukum tersebut mempunyai peran yang sentral dalam menciptakan dan
3
Teguh Prasetyo, Hukum Dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, (Yogyakarta:
Media Perkasa, 2013), hlm.2
[2]
A. PEMBANGUNAN HUKUM NASIONAL
law pada hakekatnya adalah sebuah judge law , artinya hukum yang
law ini4.
karakteristik dari civil law itu sendiri adalah adanya kodifikasi , hakim
Timur, Korea Utara yang diilhami oleh filsafat dan ideologi marxisme.
Keempat, hukum Islam ( Islamic law ) yaitu hukum yang lahir dan
4
Emeritus John Gilissen, Sejarah Hukum, (Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hlm. 348
5
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: KENCANA, 2008), hlm. 244
6
Zudan Arif, Hukum Indonesia Dalam Berbagai Prespektif, ( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), hlm. 93
7
Ibid, hlm. 94
[3]
Begitu juga halnya dengan Indonesia, sebagai negara yang
yang diberlakukan oleh Indonesia, yaitu Hukum Adat, Hukum Islam, civil
Kerumitan dalam hukum tersebut akan timbul mana kala antara hukum
ideologis berbeda. Hukum barat (civil law dan common law) dilandasi
bukan hanya keragaman hukum rakyat yang umumnya tak terumus secara
8
Zudan Arif, Hukum Indonesia Dalam Berbagai Prespektif, ( Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2014), hlm. 94-95
[4]
secara eksplisit itu saja, akan tetapi juga karena sistem pengelolaan hukum
nasional dengan bermula dari titik nol atau bertolak dari suatu konfigurasi
baru yang masih harus ditemukan terlebih dahulu jelaslah tidak mungkin9.
tidak percaya lagi pada hukum yang ada pada saat ini, terutama di bidang
karena adanya faktor sejarah, yaitu pernah dijajah oleh bangsa Belanda.
9
Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional: Dinamika Sosial-
Politik Dalam Perkembangan Hukum di Indonesia, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995),
hlm. 187-188
[5]
Indonesia yang syarat dengan nuansa positivistik hingga mengakibatkan
yang hendak di bangun itu secara hierarki piramida tersusun atas cita
pranata dan kaidah hukum adat sepanjang masih hidup dalam kenyataan
hukum Islam sejauh sudah selesai diresepsi dalam hukum adat atau sudah
dilandasi oleh (1) nilai ideologis, yaitu nilai yang berdasarkan pada
ideologi nasional yaitu Pancasila; (2) nilai historis, yaitu nilai didasari
paada sejarah bangsa Indonesia; (3) nilai sosiologis, yaitu nilai yang sesuai
dengan tata nilai budaya masyarakat Indonesia; (4) nilai juridis yaitu
serta; (5) nilai filosofis, yaitu nilai yang berintikan pada rasa keadilan dan
10
Teguh Prasetyo, Hukum Dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, (Yogyakarta:
Media Perkasa, 2013), hlm. 144-145
11
Bernard Arief Sidharta, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum: Sebuah Penelitian
Tentang Fundasi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum Sebagai Landasan Pengembangan
Ilmu Hukum Nasional Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2000), hlm. 81
[6]
akan memberikan dampak positif bagi masyarakat untuk dapat menikmati
rasa keadilan, kepastian dan manfaat hukum yang pada akhirnya akan
hukum.
mengabaikan keadaan dan dimensi waktu saat hukum itu di tetapkan dan
dapat berlaku efektif yang bisa mendukung cita-cita kemerdekaan dan cita-
[7]
Sehingga dalam pembangunan hukum yang perlu dilakukan
adalah:
masyarakat14.
internasional15.
13
Ahmad Gunawan, Menggagas Hukum Progresif Indonesia, (Yogyakarta; Pustaka
Pelajar, 2012), hlm. 162
14
Esmi Warasih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, (Semarang; PT Suryandaru
Utama, 2005), hlm. 89
15
Teguh Prasetyo, Hukum Dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, (Yogyakarta:
Media Perkasa, 2013), hlm. 150-151
16
Padmo Wahyono, Albert Hasibuan dkk, Kerangka Landasan Pembangunan Hukum,
(Jakarta: PUSTAKA SINAR HARAPAN, 1997), hlm.34-40
[8]
a. Perumusan politik hukum yang baik dan tidak menumbuhkan
sistem.
menyeluruh.
lainnya.
[9]
Rencana Peningkatan Peranan Peradilan, Rencana Peningkatan
hukum.
pembentukan hukum.
[10]
Dalam hal penyelenggaraan oleh instansi pemerintah, maka
(bestuursoreganisatie).
sebagainya (bestuurswaarborgen).
[11]
kebijaksanaan pemerintah (hukum birokratik) dan
sebagainya (bestuursinstrumentariumi).
adalah:
4. Lembaga pemasyarakatan
[12]
5. Bantuan hukum dalam arti luas, penasihat hukum, konsultasi
7. Peranan Yurisprudensi.
9. Penghukuman.
NASIONAL
negara, yaitu Pancasila dan UUD 194517 atau hukum yang dibangun di
atas kreativitas atau aktivitas yang didasarkan atas cita rasa dan rekayasa
bangsa sendiri18.
17
C.F.G. Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional,
(Bandung; Alumni, 1991), hlm. 43
18
Iman Syaukani, Dasar-Dasar Politik Hukum, ( Jakarta; PT Grafindo Persada, 2004), hlm.
62
[13]
Dari pemaparan di atas maka dapat dikatakan, bahwa Pancasila
batu uji apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu benar-
19
Padmo Wahyono, Albert Hasibuan dkk, Kerangka Landasan Pembangunan Hukum,
(Jakarta: PUSTAKA SINAR HARAPAN, 1997), hlm. 9 s
[14]
nasional, regional maupun global. Adapun penjabaran terhadap nilai-nilai
asasi manusia.
[15]
e. Nilai Keadilan sosial. Artinya bahwa pembentukan hukum
orang lain.
partisipatif.
[16]
e. Pembangunan hukum harus mempunyai sikap hormat terhadap
DAFTAR PUSTAKA
20
Teguh Prasetyo, Hukum Dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, (Yogyakarta:
Media Perkasa, 2013), hlm. 156-158
[17]
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: KENCANA, 2008
[18]