Anda di halaman 1dari 17

Lex Crimen Vol. II/No.

3/Juli/2013

TINDAK PIDANA PENCURIAN DALAM PENDAHULUAN


KELUARGA BERDASARKAN A. Latar Belakang Penulisan
PASAL 367 KITAB UNDANG-UNDANG Tindak pidana atau perbuatan pidana
HUKUM PIDANA yang terjadi di masyarakat dan kejahatan
Oleh: Butje Tampi, SH, MH1 terhadap harta benda khususnya percurian
menempati rangking yang paling tinggi
ABSTRAK dalam arti bahwa kejahatan terhadap harta
Tujuan penelitian ini adalah untuk benda adalah yang paling banyak kali
mengetahui bagaimana pencurian dalam terjadi di dalam masyarakat. Namun
keluarga dapat dikenakan Pasal 367 KUHP demikian, pembentuk Kitab Undang-
dan bagaimana pengaturan pencurian undang Hukum Pidana mengatur bahwa
dalam keluarga di kemudian hari. Penulisan pencurian dalam keluarga tidak dapat
ini menggunakan metode kualitatif dan dipidana. Mengenai alasan mengapa
dapat disimpulkan bahwa: 1. Walaupun pembentuk undang-undang hukum pidana
pada prinsipnya pencurian adalah tindak menetapkan bahwa pencurian dalam
pidana biasa, namun dalam beberapa jenis keluarga bukan merupakan tindak pidana
pencurian seperti pencurian dalam keluarga dan tidak dapat dipidana karena tidak
sebagaimana diatur dalam Pasal 367 KUHP, merupakan perbuatan yang dapat dipidana.
pembentuk undang-undang menetapkan Kitab Undang-undang Hukum Pidana
pencurian sebagai tindak pidana aduan (KUHP) yang sekarang berlaku di Indonesia
(klacht delict), yaitu pencurian yang hanya adalah warisan dari Pemerintah Kolonial
dapat dituntut kalau ada pengaduan dari Belanda dari tahun 1918 yang merupakan
pihak yang dirugikan. Jenis pengaduan yang fotocopy dari Wetboek van Strafrecht
terdapat dalam Pasal 367 KUHP adalah Negeri Belanda yang sampai sekarang
pengaduan relatif, yaitu pengaduan masih berlaku berdasarkan ketentuan
terhadap orang yang melakukan Aturan Peralihan Undang-undang Dasar.
pencurian. 2. Substansi yang terdapat Sampai sekarang bangsa Indonesia belum
dalam Pasal 367 KUHP yang ada sekarang berhasil menyusun satu Kitab Undang-
sudah tidak sesuai dengan perkembangan undang Hukum Pidana Nasional, walaupun
dan dinamika masyarakat karena masih sekarang sedang dalam penggodokan dan
terkait dengan sistem hukum perdata barat persiapan.
(KUHPerdata), yaitu dalam hal adanya Bentuk pokok dari tindak pidana
lembaga pemisahan meja dan tempat tidur pencurian diatur dalam Pasal 362 Kitab
(scheiding van tafel en bed) dan lembaga Undang-undang Hukum Pidana, yaitu
pemisahan harta dalam perkawinan bahwa siapapun yang melakukan tindak
(scheiding van goederen). Adalah dapat pidana pencurian, diancam dengan pidana
diterima kalau pembentuk undang-undang penjara maksimal lima tahun atau denda
menetapkan pencurian dalam keluarga sebanyak-banyaknya enam puluh rupiah.
sebagai tindak pidana aduan, karena Dikaitkan dengan Pasal 367 Kitab Undang-
kepentingan pribadi lebih penting daripada undang Hukum Pidana, apakah rumusan
kepentingan umum kalau pencurian dalam bentuk pokok dari tindak pidana pencurian
keluarga itu dituntut tanpa adanya aduan. dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang
Kata kunci: Pencurian, keluarga Hukum Pidana merupakan rumusan mutlak
dengan tidak ada perkecualian. Dengan
kata lain apakah setiap orang siapapun juga
yang melakukan tindak pidana pencurian
1 seharusnya dilakukan penuntutan dan
Dosen Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi
Manado kalau terbukti seharusnya dipidana.

80
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

Bagaimana dengan pencurian dalam 1. Bagaimana pencurian dalam keluarga


keluarga sebagaimana dirumuskan dalam dapat dikenakan Pasal 367 KUHP?
Pasal 367 Kitab Undang-undang Hukum 2. Bagaimana pengaturan pencurian
Pidana? Apakah rumusan yang ada dalam dalam keluarga di kemudian hari?
Pasal 367 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana dapat dikatakan sebagai C. Tujuan Penulisan
^‰ Œl µ o] v_ Œ] •as umum yang diatur 1. Untuk mengetahui bagaimana
dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang pencurian dalam keluarga dapat
Hukum Pidana? Pencurian yang diatur dikenakan Pasal 367 Kitab Undang-
dalam Pasal 362 Kitab Undang-undang undang Hukum Pidana (KUHP).
Hukum Pidana dihubungkan dengan Pasal 2. Untuk mengetahui bagaimana
367 ayat (2) Kitab Undang-undang Hukum sebaiknya pengaturan pencurian
Pidana, apa yang menjadi dasar atau alasan dalam keluarga dikemudian hari
dari penbentuk undang-undang Hukum
pidana untuk menetapkan adanya tindak D. Manfaat Penulisan
pidana pencurian tertentu sebagai delik 1. Memberikan pemahaman tentang
aduan (klacht delict)? pencurian dalam keluarga yang dapat
Sehubungan dengan ketentuan Pasal dikenakan Pasal 367 Kitab Undang-
367 ayat (3) Kitab Undang-undang Hukum undang Hukum Pidana (KUHP)
Pidana, maka Kitab Undang-undang Hukum 2. Memberikan pemahaman tentang
Pidana mengakui keberadaan Hukum Adat, pengaturan pencurian dalam keluarga
dan apakah prinsip penerimaan hukum dikemudian hari.
adat dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana yang ada sekarang perlu E. Metode Penelitian
dipertahankan dalam pembentukan Kitab Dalam penulisan ini penulis
Undang-undang Hukum Pidana Nasional di menggunakan dua jenis metode yaitu
masa yang akan datang. Dalam rangka metode yang dipakai untuk memperoleh
pembentukan Kitab Undang-undang data dan metode yang dipakai untuk
Hukum Pidana Nasional di masa yang akan mengolah data yang diperoleh itu. Untuk
datang rumusan Pasal 367 Kitab Undang- memperoleh data dapam penulisan ini
undang Hukum Pidana yang ada sekarang maka penulis telah menggunakan metode
perlu dipertahankan, ataukah dihapus saja? penelitian kepustakaan (library research)
Kalau dipertahankan apakah rumusannya yang dilakukan dengan mempelajari
perlu dimodifikasi sehingga sesuai dengan berbagai sumber tertulis yang ada
tuntutan dan perkembangan jaman atau hubungannya dengan permasalahan yang
dikutip mentah-mentah saja dari rumusan dibahas seperti:
yang ada sekarang? - Buku-buku teks (textbook)
Inilah yang melatarbelakangi sekitar - Undang-undang terutama Kitab Undang-
pembahasan Pasal 367 Kitab Undang- undang Hukum Pidana
undang Hukum Pidana yang akan diuraikan - Sumber-sumber tertulis lainnya seperti
dalam penulisan karya ilmiah ini guna yurisprudensi dan sebagainya.
memperoleh pemahaman yang Data yang terkumpul itu kemudian
komprehensif sesuai dengan asas-asas diolah menjadi satu penulisan ilmiah
hukum pidana baik yang ada dalam teori dengan menggunakan metode pengolahan
maupun yang berlaku dalam praktek. data yang terdiri dari :
a. Metode deduksi, yaitu metode
B. Perumusan Masalah pembahasan sesuatu hal dengan
bertitik tolak pada suatu dalil umum,

81
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

dan dari dalil yang telah diterima undang Hukum Pidana sebagai berikut:
secara umum ini kita menarik ^ Œ vP •] ‰ u vP u ]o Œ vP • •µ šµU
kesimpulan secara khusus dengan yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan
menggunakan logika. orang lain, dengan maksud untuk dimiliki
b. Metode induksi, yaitu metode secara melawan hukum, diancam karena
pembahasan sesuatu hal dengan pencurian, dengan pidana penjara paling
bertitik tolak pada hal-hal yang lama lima tahun atau denda paling banyak
bersifat khusus, dan dari hal-hal v u ‰µoµZ Œµ‰] Z_X 2
khusus ini kita menarik kesmpulan Selanjutnya R. Soesilo membuat
secara umum (kebalikan dari metode terjemahan pasal 362 Kitab Undang-undang
deduksi). ,µlµu W] v • P ] Œ]lµšW ^ Œ vP
c. Metode perbandingan (komparasi), siapa mengambil sesuatu barang, yang
yaitu metode yang digunakan untuk sama sekali atau sebagian termasuk
membanding-bandingkan antara hal kepunyaan orang lain, dengan maksud akan
yang satu dengan hal yang lain, memiliki barang itu dengan melawan
antara sistem yang satu dengan hak, dihukum karena pencurian,
sistem yang lain atau antara konsep dengan hukuman penjara selama-lamanya
yang satu dengan konsep yang lain lima tahun atau denda sebanyak-
guna melihat persamaan dan vÇ lvÇ Z‰X õììU_ 3
perbedaan dari hal-hal yang Pasal 362 KUHP berbunyi sebagai
dibandingkan itu, kemudian menarik berikut: ^ ΠvP siapa mengambil suatu
kesimpulan. barang, yang seluruhnya atau sebagian
Ketiga metode pembahasan ini kepunyaan orang lain, dengan maksud
digunakan secara silih berganti dalam untuk memilikinya secara melawan hukum,
penulisan ini guna menghasilkan diancam karena pencurian dengan pidana
pembahasan yang dapat penjara paling lama lima tahun atau denda
dipertanggungjawabkan baik dari segi paling banyak s u ]o v Œ šµ• Œµ‰] Z_ 4
ilmiah maupun dari segi yuridis. Sebenarnya masih banyak lagi
terjemahan Kitab Undang-undang Hukum
PEMBAHASAN Pidana yang dibuat oleh para penulis,
A. Bahasan Pasal 367 KUHP Tentang namun kiranya tiga sumber yang disebut di
Pencurian Dalam Keluarga atas cukup untuk mermbandingkan
Tindak pidana pencurian, termasuk rumusan Pasal 362 Kitab Undang-undang
pencurian dalam keluarga yang akan Hukum Pidana sebagai bentuk pokok dari
dibahas dalam Bab ini diatur dalam Buku II tindak pidana pencurian.
Bab XXII Pasal 362 sampai dengan Pasal 367 Ada sedikit perbedaan rumusan Pasal
Kitab Undang-undang Hukum Pidana 362 Kitab Undang-undang Hukum
dengan judul Bab Tentang Pencurian.Oleh
karena Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) yang sekarang berlaku di
Indonesia adalah berasal dari Wetboek van 2
Moeljatno, Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Strafrecht voor Nederlands Indie maka
(Terjemahan), Bina Aksara, Jakarta, 1982, hal. 154.
dalam penerjemahan Wetboek van 3
R. Soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana
Strafrecht ini ke dalam bahasa Indonesia, (KUHP) serta Komentar-komentarnya lengkap pasal
terdapat sedikit perbedaan dalam demi pasal, Politeia, Bogor, 1976, hal. 215.
4
rumusannya. Ikhtiar Baru-Van Hoeve (Penerbit), Himpunan
Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia,
Prof. Moeljatno, S.H., misalnya
Disusun menurut sistem Engelbrecht, Jakarta,1989,
menerjemahkan pasal 362 Kitab Undang- hal.1410.

82
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

Pidana yang dibuat oloeh Prof. Moelyatno undang Hukum Pidana sebagai bentuk
dan rumusan yang dibuat oleh R. Soesilo pokoknya. Namun demikian dalam bahasa
sebagai berikut: 5 pergaulan sehari-hari, ada juga istilah
a. Prof. Moeljatno menggunakan istilah pencurian atau mencuri yang
^ Œ vP • •µ šµ_U ZX ^} •]o} pengertiannnya berbeda dengan
u vPPµv l v ]•š]o Z ^• •µ šµ Œ vP_X pengertian yang ada dalam Pasal 362 Kitab
b. Prof. Moeljatno menggunakan rumusan Undang-undang Hukum Pidana. Dalam
^• oµŒµZvÇ š µ • P] v kepunyaan bahasa koran misalnya ada kalimat :
}Œ vP o ]v_U Z. Soesilo menggunakan ^ o u ‰ Œš v ]vP v Œ Pµ µoµš vPl]•U
Œµuµ• v ^• u • l o] š µ • P] v Indonesia berhasil mencuri angka di sektor
š Œu •µl l ‰µvÇ v }Œ vP o ]v_X P v _X /•š]o Z u v µŒ] o u l}vš l• ]v]
c. Prof. Moeljatno menggunakan rumusan bukanlah mencuri dalam pengertian pasal
^ vP v u l•µ µvšµl u u]o]l] secara 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana,
u o Á v Zµlµu_U ZX ^} •]o} tetapi maksudnya adalah memperoleh
u vPPµv l v Œµuµ• v ^ vP v u l•µ angka atau menang.
akan memiliki barang itu dengan Kedua, mengenai perbedaan antara
u o Á v Z l_X hukum dan hak. Prof. Moeljatno
d. Prof. Moeljatno menggunakan rumusan menggunakan rumusan melawan hukum R.
^ ] v u l Œ v ‰ v µŒ] v_U ZX ^} •]o} Soesilo menggunakan rumusan melawan
u vPPµv l v Œµuµ• v ^ ]Zµlµu hak. Mana yang benar, apakah melawan
l Œ v ‰ v µŒ] v_X hukum atau melawan hak? Memang dalam
e. Prof. Moeljatno menggunakan rumusan menerjemahkan istilah bahasa Belanda ke
^pidana penjara paling lama lima tahun dalam bahasa Indonesia seringkali kita
atau denda paling banyak enam puluh terperangkap dengan penguasaan bahasa
Œµ‰] Z_U R. Soesilo menggunakan asing secara umum tanpa memahami istilah
Œµuµ• v ^Zµlµu v ‰ vi Œ • o u - itu dalam konteks hukum. Istilah hukum
lamanya lima tahun atau denda atau hak adalah terjemahan dari bahasa
sebanyak-banyaknya Rp. 900,- belanda : recht. Kapan recht itu berarti
Sehubungan dengan perbedaan hukum dan kapan recht itu berarti hak
rumusan Pasal 362 Kitab Undang-undang tergantung pemakaiannya dalam suatu
Hukum Pidana yang dibuat oleh Prof. kalimat. Oleh sebab itu dalam sistem
Moeljatno dan R. Soesilo, maka penulis hukum dikenal adanya subyektif recht (hak)
akan memberikan beberapa tanggapan dan obyektif recht (hukum). Hak adalah
sebagai berikut: kewenangan yang diberikan oleh hukum.
Pertama, dalam menerjemahkan Ketiga, mengenai perbedaan mengapa
sesuatu dari bahasa asing ke dalam bahasa Prof. Moeljatno dalam rumusannya
Indonesia (bukan saja dalam bidang menggunakan hukuman denda enam puluh
hukum), perlu orang yang memiliki rupiah sedang R. Soesilo menggunakan
kemampuan bahasa baik bahasa asing besaran Sembilan ratus rupiah, hal ini
maupun bahasa Indonesia. Khususnya disebabkan karena rumusan yang dibuat
dalam bidang hukum, maka diperlukan oleh Prof. Moeljatno belum disesuaikan
penguasaan terhadap bahasa hukum yang dengan Undang-undang Nomor
berbeda dengan bahasa pergaulan sehari- 18/Prp/1960 tanggal 14 April 1960 Tentang
hari. Misalnya istilah pencurian dalam Perubahan Jumlah Hukuman Denda dalam
bidang hukum adalah pengertian yang Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan
termaktub dalam pasal 362 Kitab Undang- dalam Ketentuan-ketentuan Pidana lainnya
yang dikeluarkan sebelum tanggal 17
5 R. Soesilo, Op.Cit, hal 216 Agustus 1945. Pasal 1 Undang-undang

83
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

Nomor 18/Prp/1960 berbunyi sebagai berlaku untuk pria. Unsur kedua adalah
berikut: mengambil (wegnemen). Istilah mengambil
(1) Tiap jumlah hukuman denda yang dalam arti sempit terbatas pada
diancamkan, baik dalam Kitab Undang- menggerakkan tangan dan jari, memegang
undang Hukum Pidana, sebagaimana barangnya dan memindahkannya ke
beberapa kali telah ditambah dan tempat lain. Namun dalam yurisprudensi
diubah dan terakhir dengan Undang- diterima pengertian yang luas mengenai
undang Nomor 1 Tahun 1960 pengertian mengambil (ekstensif
(Lembaran Negara Tahun 1960 No. 1) interpretasi) yaitu mengambil tenaga listrik
maupun dalam ketentuan-ketentuan dengan tidak melalui meteran yang sah
pidana lainnya yang dikeluarkan dikualifisir sebagai perbuatan mengambil.
sebelum tanggal 17 Agustus 1945, Mengenai unsur barang yang diambil,
sebagaimana telah diubah sebelum maka barang itu sebagian atau seluruhnya
hari mulai berlakunya Peraturan adalah milik orang lain. Dalam pengertian
Pengganti Undang-undang ini, harus luas, yurisprudensi di negeri Belanda
dibaca dalam mata uang rupiah dan menerima bahwa tenaga listrik termasuk
dilipatkan lima belas kali. ^ Œ vP_ Ç vP ‰ š ] ^ u ]o_X E uµv
(2) Ketentuan dalam ayat (1) tidak berlaku demikian mengenai istilah barang atau
terhadap jumlah hukuman denda benda ini di kalangan para sarjana masih
dalam ketentuan-ketentuan tindak terdapat saling beda pendapat. Dalam ilmu
pidana yang telah dimasukkan dalam alam dikatakan bahwa yang dimaksud
tindak pidana ekonomi. dengan benda adalah segala sesuatu yang
Kembali kepada bentuk pokok pencurian memakan tempat. Dalam hukum, benda
yang diatur dalam pasal 362 Kitab Undang- atau barang itu adalah segala sesuatu yang
undang Hukum Pidana, maka yang diatur berguna bagi manusia dan mempunyai nilai
disitu adalah pencurian biasa, dengan ekonomis dan dapat dikuasai oleh manusia.
unsur-unsurnya : Angin misalnya bukan benda dalam
a. Barang siapa, maksudnya siapa saja pengertian hukum. Namun apabila angin
b. Mengambil itu telah ditampung dalam suatu wadah
c. Sesuatu barang/barang sesuatu seperti tangki penyimpanan angin untuk
d. Barang itu seluruhnya atau memompa ban mobil, maka angin yang ada
sebagiannya milik orang lain dalam tabung itu sudah berubah sifatnya
e. Maksud untuk memiliki menjadi benda dalam pengertian hukum
f. Melawan hukum sehingga dapat diperdagangkan.
Istilah barang siapa menunjuk pada Lain halnya dengan bulan, bintang dan
siapa saja, setiap orang tanpa membedakan matahari yang bukan merupakan benda
antara laki-laki atau perempuan, suku, dalam pengertian hukum karena tidak
agama, ras antar golongan dan sebagainya. mempunyai nilai ekonomis dan tidak dapat
Hal ini perlu ditegaskan karena ada juga dikuasai oleh manusia, walaupun
beberapa jenis tindak pidana yang hanya mempunyai kegunaan bagi manusia.
ditujukan pada orang yang memikliki Unsur berikut dari Pasal 362 Kitab
kualifikasi tertentu, misalnya pejabat atau Undang-undang Hukum Pidana adalah
pegawai negeri. Misalnya pasal 346 Kitab ^u l•µ µvšµl u u]o]l]_X Dalam praktek
Undang-undang Hukum Pidana yang hanya memang agak sulit untuk membuktikan
mengancam pidana terhadap perempuan adanya maksud untuk memiliki dari
yang dengan sengaja menyebabkan gugur seseorang yang memngambil sesuatu
atau mati kandungannnya. Ketentuan ini barang. Sebab, maksud untuk memiliki ada
hanya berlaku untuk wanita dan tidak dalam diri manusia berupa niat yang tidak

84
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

diketahui oleh orang lain. Namun demikian, Tentang Pencurian. Oleh sebab itu untuk
apabila niat itu telah nyata dengan memahami ketentuan dalam pasal 367
menyembunyikan barang yang diambil itu Kitab Undang-undang Hukum Pidana ini,
ke dalam tempat tertentu sehingga sulit kita harus memahami secara elementer
diketahui orang lain, maka disini dapat ketentuan-ketentuan yang ada sebelumnya
dikatakan bahwa si pengambil barangitu mulai dari pasal 362 sampai dengan pasal
sudah mempunyai maksud untuk 366 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
memiliki.Unsur yang terakhir adalah unsur Di dalam pasal 362 Kitab Undang-undang
melawan hukum atau melawan hak. Hukum Pidana diatur tentang bentuk pokok
Perbuatan ini bertentangan dengan hukum daripada pencurian pada umumnya. Pasal
atau hak, karena barang yang diambil itu 363 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
bukan haknya. mengatur tentang pencurian dengan
Yang dimaksud dengan pencurian dalam pemberatan yaitu pencurian yang disertai
keluarga sebagaimana dimaksud dalam dengan keadaan-keadaan seperti :
Pasal 367 Kitab Undang-undang Hukum pencurian hewan, pencurian yang
Pidana adalah pencurian yang dilakukan dilakukan pada waktu ada kejadian macam-
oleh suami atau isteri dan orang yang macam seperti kebakaran, gempa bumi,
membantu melakukan pencurian itu, atau letusan gunung dan sebagainya, pencurian
yang dilakukan oleh keluarga sedarah atau yang dilakukan pada malam hari, pencurian
semenda baik dalam garis lurus maupun yang dilakukan bersama oleh dua orang
garis menimpang derajat kedua. atau lebih, dan pencurian yang dilakukan
Pasal 367 Kitab Undang-undang Hukum dengan membongkar, memecah dan
Pidana berbunyi sebagai berikut: sebagainya.
(1) Bila pelaku atau pembantu dari salah Pasal 364 Kitab Undang-undang Hukum
satu kejahatan dalam bab ini adalah Pidana mengatur tentang pencurian ringan
suami (isteri) dari orang yang terkena yang ancaman pidananya maksimal tiga
kejahatan dan tidak terpisah meja dan bulan atau denda maksimal sembilan ratus
ranjang atau terpisah harta kekayaan, rupiah.
maka terhadap pelaku atau pembantu Pasal 365 Kitab Undang-undang Hukum
itu tidak boleh diadakan tuntutan Pidana mengatur tentang pencurian
pidana. dengan kekerasan atau ancaman
(2) Bila dia adalah suami (isteri) yang kekerasan, sedang pasal 366 Kitab Undang-
terpisah meja dan ranjang atau undang Hukum Pidana menentukan bahwa
terpisah harta kekayaan, atau bila dia pada waktu menjatuhkan pidana karena
adalah keluarga sedarah atau salah satu perbuatan yang diterangkan
semenda, baik dalam garis lurus dalam pasal-pasal sebelumnya, maka hakim
maupun garis menyamping derajat dapat juga menjatuhkan hukuman berupa
kedua, maka terhadap orang itu dapat pencabutan hak-hak tertentu.
diadakan penuntutan hanya bila ada Disamping perlu memahami pasal-pasal
pengaduan dari yang terkena tentang pencurian yang ada dalam Bab XXII
kejahatan. Kitab Undang-undang Hukum Pidana, maka
(3) Bila menurut lembaga matrialkal, untuk mempelajari dan membahas tentang
kekuasaan ayah dilakukan oleh orang ketentuan Pasal 367 Kitab Undang-undang
lain daripada ayah kandung (sendiri), Hukum Pidana, kita perlu juga
maka ketentuan ayat di atas berlaku mempelajari sistem perkawinan menurut
juga bagi orang itu. Hukum Perdata Barat yang tercantum
Pasal 367 Kitab Undang-undang Hukum dalam Buku I Kitab Undang-undang Hukum
Pidana adalah pasal penutup dari Bab XXII Perdata (Van Personen atau Tentang

85
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

Orang) sebagaimana termuat dalam Stb. Undang-undang Hukum Perdata berbunyi :


1847 nomor 23. Sebab konsep-konsep ^hv vP-undang memandang soal
hukum perdata seperti pemisahan meja perkawinan hanya dalam hubungan-
dan tempat tidur (scheiding van tafel en Zµ µvP v ‰ Œ š _X 6
bed), konsep tentang harta kekayaan yang Dengan demikian undang-undang
terpisah atau kesatuan harta benda dalam memandang suatu perkawinan hanya
perkawinan (gemeenschap van goederen), sebagai suatu perjanjian sama seperti
itu semua adalah konsep yang hanya perjanjian jual beli, tukar menukar dan
dikenal dalam sistem perkawinan menurut sebagainya. Hal ini tentu berbeda dengan
Hukum Perdata Barat dan tidak dikenal hakekat perkawinan menuerut Undang-
dalam hukum perkawinan lain termasuk undang Perkawinan Nasional
dalam konsepsi hukum perkawinan adat. sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 1
Disamping perlu mempelajari konsep Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
perkawinan menurut hukum perdata barat, Tentang Perkawinan yang berbunyi:
maka untuk memahami pasal 367 Kitab ^W Œl Á]v v ialah ikatan lahir bathin antara
Undang-undang Hukum Pidana secara seorang pria dengan seorang wanita
komprehensif, maka kita juga perlu sebagai suami isteri dengan tujuan
memahami secara elementer tentang membentuk keluarga (rumah tangga) yang
prinsip-prinsip umum tentang masyarakat bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
hukum adat, khususnya dalam penarikan z vP D Z • _X 7
garis keturunan, sebab dalam ayat (3) Pasal Dengan demikian hakekat perkawinan
367 Kitab Undang-undang Hukum Pidana menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun
disebut-sebut tentang lembaga matiralkal, 1974 sangat berbeda dengan hakekat
atau menurut Œµuµ• v ZX ^} •]o} ^ š perkawinan menurut hukum perdata barat.
]•š] š l šµŒµv v ] µ_. Tanpa memahami Undang-undang perkawinan nasional tidak
prinsip-pripsip dasar tentang hukum hanya melihat pertkawinan itu sebagai
perkawinan menurut Hukum Perdata Barat suatu ikatan lahir saja, tetapi juga
serta prinsip-prinsip umum mengenai sekaligus merupakan ikatan bathin
Hukum Adat dalam masyarakat di antara suami dan steri untuk
Indonesia, maka maka sulit bagi kita untuk membangun suatu keluarga atau rumah
membahas Pasal 367 Kitab Undang-undang tangga berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Hukum Pidana ini secara komprehensif. Esa, sehingga perceraian sebagai salah
Sehubungan dengan pembahasan Pasal satu jalan untuk memutuskan perkawinan
367 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum sejauh mungkin dihindarkan. Menurut
Pidana, maka ada dua hal yang perlu pasal 199 Kitab Undang-undang Hukum
dijelaskan terlebih dahulu, yaitu : Perdata, perkawinan bubar karena empat
a. Perceraian meja makan dan tempat hal, yaitu :
tidur (scheiding van tafel en bed) Karena kematian
b. Perpisahan harta kekayaan. 1. Karena afwezigheid (tidak ada di
Ad a. Pemisahan meja makan dan tempat tempat) suami atau isteri selama 10
tidur tahun, yang diikuti oleh perkawinan
Dalam memahami tentang konsepsi baru oleh suami atau isteri itu
pemisahan meja dan tempat tidur ini maka
pertama-tama kita harus memahami 6
R. Soebekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-
tentang hakekat perkawinan menurut undang Hukum Perdata (Terjemahan dari Burgerlijk
sistem hukum perdata barat sebagaimana Wetboek), Pradnya Paramita, Jakarta, 1987, hal. 8.
7
Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Azas-azas
yang tercantum dalam Kitab Undang-
Hukum Perkawinan di Indonesia, Bina Aksara,
undang Hukum Perdata. Pasal 26 Kitab Jakarta,1987, hal. 3.

86
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

menurut keyentuan-ketentuan dalam 1. Harus ada putusan hakim tentang


bagian ke-5 Titel XVIII BW (pasal 493 perpisahan meja dan tempat tidur
s/d 498 BW). dengan alasan apapun. Harus sudah
2. Karena putusan hakim sesudah ada hidup berpisah selama minimal lima
pemisahan meja dan tempat tidur tahun tanpa rukun kembali.
dengan dilakukan pendaftaran 2. Suami isteri harus menghendaki
seperlunya pada BS (=Burgerlijke putusan atas perkawinannya itu;
Stand atau Catatan Sipil). persetujuan antara kedua belah pihak
3. Karena perceraian. 8 baik suami maupun isteri harus
Mengenai cara pemutusan perkawinan dinyatakan dengan nyata dan terang.
ini memang terdapat beberapa pandangan. Ad b. Perpisahan harta kekayaan
Pada dasarnya ada dua golongan . Disamping pengertian pemisahan meja
Golongan pertama berpendapat bahwa dan tempat tidur (scheiding van tafel en
pemutusan perkawinan selama suami isteri bed), hal yang perlu dijelaskan lagi adalah
masih hidup tidak boleh dilakukan sama mengenai pemisahan/penyatuan harta
sekali. kekayaan. Dalam sistem Hukum Perdata
Golongan kedua berpendapat bahwa Barat sebagaimana yang diatur dalam Kitab
pemutusan perkawinan itu boleh saja Undang-undang Hukum Perdata, harta
dilakukan, bilamana hubungan suami isteri benda yang dibawa dan diperoleh selama
dalam perkawinan itu sudah sedemikian perkawinan menjadi harta bersama,
rupa sehingga merupakan hal yang sepanjang tidak diadakan perjanjian yang
menyakitkan hati dan akan membahayakan sebaliknya. Pasal 119 Kitab Undang-undang
pendidikan anak-anak kalau hubungan Hukum Perdata berbunyi : Mulai saat
perkawinan itu dilanjutkan. Dengan perkawinan dilangsungkan, demi hukum
memperhatikan pendapat kedua golongan berlakukah persatuan bulat antara harta
di atas, maka pembentuk undang-undang kekayaan suami dan isteri, sekedar
u vP l v •µ šµ ^ všµl vš Œ _ Ç vP mengenai itu dengan perjanjian kawin tidak
tidak melarang atau membebaskan diadakan ketentuan lain. Persatuan itu
pemutusan perkawinan, dengan sepanjang perkawinan tidak boleh
mengadakan kemungkinan untuk adanya ditiadakan atau diubah dengan sesuatu
lembaga pemisahan meja dan tempat tidur persetujuan antara suami dan isteri.
(scheiding van tafel en bed) sebagai bentuk Kesatuan harta benda dalam perkawinan
antara untuk melakukan perceraian dalam menurut hukum perdata barat adalah suatu
waktu yang lama. Ini adalah konsekunsi dari prinsip. Suami isteri yang akan
jalan tengah yang diambil oleh pembentuk melangsungkan perkawinan dapat saja
undang-undang. menyimpang dari prinsip ini dengan
Suami isteri ini belum dalam status cerai, membuat suatu perjanjian yang disebut
tetapi mereka hidup serumah dengan meja perjanjian kawin (huwelijkse voorwaarden).
makan dan tempat tidur yang terpisah. Perjanjian kawin adalah suatu perjanjian
Untuk menggunakan cara pemutusan yang dilakukan oleh suami isteri di hadapan
perkawinan setelah ada pemisahan meja pejabat Catatan Sipil sebelum perkawinan
dan tempat tidur, maka harus dipenuhi tiga dilangsungkan yang isinya adalah bahwa
syarat, yaitu : hara benda yang dibawa dan diperoleh
selama perkawinan tidak menjadi harta
bersama, tetapi tetap dikuasai oleh masing-
8
masing pihak suami atau isteri. Sekali
R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Asas Safiudin,
perjanjian kawin ini dibuat, perjanjian itu
Hukum Orang dan Keluarga Buku I Burgerlijk
Wetboek, Alumni, Bandung, 1972, hal. 112.

87
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

tidak dapat diubah selama perkawinan (3) Perjanjian tersebut mulai berlaku
berlangsung. sejak perkawinan dilangsungkan.
Sekedar sebagai perbandingan, dalam (4) Selama perkawinan berlangsung
hukum perkawinan nasional sebagaimana perjanjian tersebut tidak dapat
disebutkan dalam Pasal 35 Undang-undang dirubah, kecuali bila dari kedua belah
Nomor 1 Tahun 1974 terdapat ketentuan pihak ada persetujuan untuk
yang mirip dengan system yang dianut oleh merubah dan perubahan tidak
hukum perdata barat. Pasal 35 Undang- merugikan pihak ketiga.
undang Nomor 1 Tahun 1974 berbunyi: Pembentuk undang-undang tidak
(1) Harta benda yang diperoleh selama menentukan secara limitatif isi daripada
perkawinan menjadi harta bersama. perjanjian perkawinan itu. Ini adalah prinsip
(2) Harta bawaan dari masing-masing yang dianut dalam sistem hukum
suami dan isteri dan harta benda yang perjanjian, bahwa orang boleh membuat
diperoleh masing-masing sebagai perjanjian apa saja dan berisi apa saja asal
hadiah atau warisan, adalah dibawah tidak bertentangan dengan undang-
penguasaan masing-masing sepanjang undang, kesusilaan dan moral yang baik.
para pihak tidak menentukan lain. Undang-undang Perkawinan menambahkan
Dengan demikian, Undang-undang dengan unsur agama, yaitu bahwa suatu
Nomor 1 Tahun 1974 membagi harta benda perjanjian perkawinan tidak boleh
atas dua jenis, yaitu harta benda yang bertentangan dengan agama.
diperoleh selama perkawinan, dan harta Sekarang akan diuraikan tentang unsur-
benda yang bukan diperoleh selama unsur yang terdapat dalam Pasal 367 Kitab
perkawinan, seperti harta bawaan, harta Undang-undang Hukum Pidana. Dalam ayat
yang diperoleh sebagai hadiah atau (1) Pasal 367 Kitab Undang-undang Hukum
warisan. Mengenai harta yang diperoleh Pidana menyebut unsur pertama yaitu
selama perkawinan, apakah itu diperoleh pembuat (pelaku) atau pembantu.
oleh suami atau diperoleh oleh isteri Bilamana kita menyebut pembuat (dader),
otomatis menjadi harta bersama. Mengenai maka sudah tentu hal ini berhubungan
harta bawaan masing-masing suami dan dengan Pasal 55 Kitab Undang-undang
isteri, dan harta benda yang diperoleh Hukum Pidana, sedangkan pembantu
sebagai hadiah atau warisan dapat saja (medeplichtige) berhubungan dengan Pasal
menjadi harta bersama, asal suami isteri 56 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
mengadakan perjanjian untuk itu. Pasal 55 Kitab Undang-undang Hukum
Mengenai perjanjian perkawinan diatur Pidana berbunyi sebagai berikut:
dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 1 (1) Dipidana sebagai pembuat (dader)
Tahun 1974 yang berbunyi sebagai berikut: sesuatu perbuatan pidana:
(1) Pada waktu atau sebelum perkawinan Ke-1. Mereka yang melakukan, yang
dilangsungkan, kedua pihak atas menyuruh lakukan dan yang
persetujuan bersama dapat turut serta melakukan
mengadakan perjanjian tertulis yang perbuatan.
disahkan oleh Pegawai pencatat Ke-2. Mereka yang dengan memberi
perkawinan, setelah mana isinya atau menjanjikan sesuatu,
berlaku juga terhadap pihak ketiga dengan menyalahgunakan
sepanjang pihak ketiga tersangkut. kekuasaan atau martabat,
(2) Perjanjian tersebut tidak dapat dengan kekerasan, ancaman
disyahkan bilamana melanggar batas- atau penyesatan, atau dengan
batas hukum, agama dan kesusilaan. memberi kesempatan, sarana
atau keterangan, sengaja

88
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

menganjurkan orang lain melakukan pencurian itu dapat dituntut


supaya melakukan perbuatan. dan dipidana? Setelah diadakan
(2) Terhadap pengajur hanya perbuatan penyelidikan diperoleh fakta sebagai
yang sengaja dianjurkan sajalah yang berikut:
diperhitungkan, beserta akibat- a. Suami isteri (yang melakukan
akibatnya. pencurian dan yang menjadi korban)
Pasal 56 Kitab Undang-undang Hukum masih terikat dengan perkawinan yang
Pidana berbunyi sebagai berikut: sah. Suami isteri ini tidak dalam status
Dipidana sebagai pembantu pisah meja dan tempat tidur (scheiding
(medeplichtige) sesuatu kejahatan: van tafel en bed).
Ke-1. mereka yang sengaja memberi b. Suami isteri tidak terpisah harta
bantuan pada waktu kejahatan kekayaan mereka, dalam arti bahwa
dilakukan. harta yang diperoleh selama
Ke-2. mereka yang sengja memberi perkawinan disepakati sebagai harta
kesempatan, sarana atau bersama (gemeenschap van goederen).
keterangan untuk melakukan Dalam kasus seperti contoh ini, maka si
kejahatan. suami tidak dapat dituntut melakukan
Unsur kedua dari Pasal 367 Kitab pencurian dalam keluarga sebagaimana
Undang-undang Hukum Pidana adalah: si yang diatur dalam Pasal 367 ayat (1) Kitab
pelaku atau pembantu adalah suami atau Undang-undang Hukum Pidana. Demikian
isteri dari orang yang terkena kejahatan. juga halnya kalau yang melakukan
Jadi kalau yang melakukan pencurian itu pencurian dalam keluarga adalah si isteri.
adalah suami, maka ia adalah suami dari Oleh karena suami isteri ini tidak dalam
isteri yang terkena kejahatan atau yang status pisah meja dan tempat tidur dan
menjadi korban. Sebaliknya kalau yang tidak dalam keadaan pisah harta kekayaan,
melakukan pencurian adalah isteri, maka ia maka si isteri yang melakukan pencurian
adalah isteri dari yang terkena kejahatan dalam keluarga tidak dapat dituntut atau
atau yang menjadi korban. dipidana.
Unsur ketiga dari Pasal 367 Kitab Dari segi akademik, pertanyaan yang
Undang-undang Hukum Pidana adalah timbul adalah: Apa dasar atau alasan dari
bahwa antara suami dan isteri dimaksud pembentuk undang-undang untuk
tidak dalam status pisah meja dan tempat menentukan bahwa pencurian yang
tidur, dan tidak dalam status harta dilakukan oleh suami atau isteri dalam
kekayaan yang terpisah. Maksudnya, suami keluarga yang masih terikat dengan
isteri ini masih dalam status perkawinan perkawinan dan tidak terpisah harta
dan harta benda mereka dalam perkawinan kekayaannya tidak dapat dipidana?
adalah harta bersama (gemeenschaap van Menurut R. Soesilo, pencurian atau
goederen). membantu melakukan pencurian atas
Sebagai contoh: kerugian suami atau isteri tidak dipidana,
Terjadi pencurian barang-barang dalam karena kedua orang ini baik isteri maupun
sebuah keluarga. Setelah diadakan suami sama-sama memiliki harta benda
penyelidikan, ternyata yang melakukan (kesatuan harta benda dalam perkawinan).
pencurian adalah suami, sedang yang Hal ini juga didasarkan pada tata susila.
menjadi korban adalah isteri. Si suami telah Adalah tindak sepantasnya dua orang : laki-
melakukan pencurian dan memenuhi laki dan perempuan yang terikat dalam
semua unsur yang ada dalam pasal 362 suatu perkawinan sebagai suami isteri, oleh
Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Jaksa sebagai penuntut umum diadu satu
Persoalannya adalah : apakah si suami yang sama lainnya di depan sidang pengadilan

89
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

dengan dakwaan salah satu pihak suami isteri dimaksud terpisah satu dengan
melakukan pencurian atau membantu lainnya. Syarat ini adalah syarat alternatif
melakukan pencurian. Hal ini bertentangan dan bukan syarat kumulatif, artinya salah
dengan kepatutan dalam masyarakat dan satu apakah pisah meja dan tempat tidur
oleh sebab itu pencurian semacam ini atau pisah harta kekayaan dan bukan
ditetapkan sebagai delik aduan dan bukan kedua-duanya. Dalam hal seperetri ini,
sebagai delik biasa. maka pencurian dalam keluarga ini hanya
Dalam bagian lain, R. Soesilo dapat dituntut apabila ada pengaduan dari
u vP š l v ZÁ ^‰ v µŒ] v š µ suami atau isteri yang terkena kejahatan itu
membantu pada pencuri atas kerugian atau yang menjadi korban. Misalnya kalau
suami atau isteri sendiri tidak dihukum, suami yang melakukan pencurian, maka si
oleh karena orang-orang itu sama-sama isteri yang harus melakukan pengaduan.
memiliki Z Œš v •µ u] ]•š Œ]_X Demikian juga sebaliknya, kalau si isteri
Sesudah menguraikan tentang unsur- yang melakukan pencurian dalam keluarga,
unsur yang ada dalam Pasal 367 ayat (1) maka si suami yang harus mengadukan.
Kitab Undang-undang Hukum Pidana maka Tanpa adanya pengaduan, tidak akan ada
sekarang akan diuraikan tentang unsur- penuntutan sebab pengaduan dari pihak
unsur yang terdapat dalam Pasal 367 ayat yang merasa dirugikan merupakan syarat
(2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana. penuntutan. Demikian juga kalau yang
Pasal 367 ayat (2) berbunyi: melakukan pencurian dalam keluarga
Jika dia adalah suami (isteri) yang adalah keluarga sedarah atau semenda,
terpisah meja dan tempat tidur atau baik dalam garis lurus maupun garis
terpisah harta kekayaan, atau jika dia menyimpang derajat kedua. Yang dimaksud
keluarga sedarah atau semenda, baik dalam dengan keluarga sedarah dalam garis lurus
garis lurus, maupun garis menyimpang dalam derajat kedua adalah : ke atas: bapak
derajat kedua, maka terhadap orang itu dan kakek/ibu dan nenek. Kebawah adalah
hanya mungkin diadakan penuntutan, jika anak dan cucu. Bapak/Ibu dan anak adalah
ada pengaduan yang terkena kejahatan. derajat pertama, sedang kakek dan cucu
Adapun unsur-unsur dari Pasal 367 ayat adalah derajat kedua dalam garis lurus.
(2) Kitab Undang-undang Hukum Pidana Sedang saudara atau semenda dalam garis
adalah sebagai berikut: menyimpang derajat kedua adalah :
1. Suami atau isteri yang melakukan saudara laki-laki, saudara perempuan,
pencurian dalam keluarga berada saudara ibu dan saudara bapak baik laki-laki
dalam status pisah meja dan tempat maupun perempuan, anak laki-laki dan
tidur atau terpisah harta kekayaan anak perempuan saudara (keponakan).
mereka. Orang-orang yang disebut ini, kalau
2. Yang melakukan pencurian dalam melakukan pencurian dalam keluarga,
keluarga adalah keluarga sedarah atau hanya dapat dituntut apabila ada
semenda baik dalam garis lurus pengaduan dari pihak yang merasa
maupun garis menyimpang derajat dirugikan. Misalnya dalam suatu keluarga
kedua. terjadi pencurian yang dilkakukan oleh
3. Penuntutan hanya dapat dilakukan seorang anak dari keluarga itu. Disini yang
bilamana ada pengaduan yang terkena menjadi korban adalah ayah dan ibu atau
kejahatan. suami isteri. Dan karena mereka yang
Suami atau isteri yang melakukan terkena kejahatan atau menjadi korban,
pencurian dalam keluarga ini berada dalam maka kalau mereka menghendaki agar
status pisah meja dan tempat tidur dengan terhadap pelaku pencurian itu dilakukan
pasangannya, atau harta kekayaan dari

90
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

penuntutan, maka suami isteri/ayah ibu 1. Garis keturunan yang bersifat parental
inilah yang harus membuat pengaduan. atau penarikan garis keturunan melalui
Sebagaimana telah diuraikan di muka, ibu dan bapak,
delik aduan ada yang bersifat absolut dan 2. Garis keturunan yang bersifat
ada yang bersifar relatif. Jenis delik aduan matriarchal atau penarikan garis
manakah yang ada dalam Pasal 367 Kitab keturunan melalui ibu,
Undang-undang Hukum Pidana? Perbedaan 3. Garis keturunan yang bersifat
antara delik aduan absolut dengan delik patriarchal atau garis keturunan
aduan relatif adalah perbedaan sifat. melalui bapak.
Pengaduan dalam delik aduan absolut Khususnya dalam masyarakat yang
ditujukan terhadap perbuatan itu sendiri menarik garis keturunan melalui ibu
š ŒZ ‰ ^( ]š_vÇ • ngkan dalam delik (matriarchal) maka kekuasaan bapak
aduan relatif, pengaduannya ditujukan dilakukan oleh orang lain dari bapak
terhadap orang tertentu yang melakukan kandung misalnya melalui paman. Dengan
suatu tindak pidana dan bukan terhadap demikian, maka dalam suatu masyarakat
peristiwa pidananya. Dengan menggunakan hukum adat yang menarik garis
kriteria ini, maka delik aduan yang keturunannya melalui ibu (misalnya
dimaksud dalam Pasal 367 ayat (2) Kitab didalam masyarakat hukum adat di
Undang-undang Hukum Pidana adalah Minangkabau), maka paman yang
jenis delik aduan relatif , karena menggantikan kedudukan dari bapak
pengaduannya ditujukan kepada orang kandung mempunyai kedudukan yang sama
yang melakukan pencurian dalam keluarga, dengan bapak kandung, artinya ia dapat
misalnya suami isteri atau yang berada melakukan pengaduan kalau dalam
dalam status pisah meja dan tempat tidur keluarga itu terjadi pencurian yang
atau pisah harta kekayaan, atau keluarga dilakukan dalam keluarga itu misalnya
sedarah atau semenda baik dalam garis l pencurian yang dilakukan oleh keluarga
Pasal 367 ayat (3) Kitab Undang-undang sedarah atau semenda, baik dalam garis
Hukum Pidana menentukan bahwa jika lurus maupun garis menyimpang derajat
menurut lembaga matriarchal, kekuasaan kedua. Kedudukan paman sebagai
bapak dilakukan oleh orang lain daripada pengganti bapak kandung dipandang sama
bapak kandungnya, maka aturan tersebut dengan kebudukan bapak kandung itu
ayat di atas, berlaku juga bagi orang itu. R. sendiri. Ini yang ditegaskan dalam pasal 367
^} •]o} u Œµuµ•l v W ^:]l u vµŒµš š ayat (3) Kitab Undang-undang Hukum
istiadat keturunan ibu, kekuasaan bapak Pidana.
dilakukan oleh orang lain dari bapak
kandung, maka ketentuan dalam ayat B. Pengaturan Pencurian Dalam Keluarga
kedua berlaku juga bagi orang itu._ Ayat (3) di Kemudian Hari
Pasal 367 Kitab Undang-undang Hukum Dari uraian-uraian dan pembahasan di
Pidana menghormati Hukum Adat yang muka kita dapat mengetahui bahwa
berlaku di Indonesia sebagai hukum yang ketentuan dalam Pasal 367 Kitab Undang-
hidup dalam masyarakat di Indonesia. Hal undang Hukum Pidana dimaksudkan untuk
ini terbukti dengan pengakuan atas menjamin adanya kepastian hukum dan
eksistensi dari adat istiadat dalam suku- keseimbangan di dalam hukum, yaitu
suku bangsa tertentu di Indonesia bahwa pencurian dalam keluarga yang
khususnya dalam penentuan garis dilakukan oleh suami atau isteri yang masih
keturunan. Sebagaimana kita ketahui dalam dalam status perkawinan dan menerima
sistem hukum adat kita dikenal adanya tiga prinsip harta bersama dalam perkawinan
jenis garis keturunan, yaitu : tidak dapat dipidana karena alasan praktis

91
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

dan filosofis. Alasan praktisnya adalah Setelah bangsa Indonesia memperoleh


bahwa harta yang ada dalam perkawinan kemrdekaan tanggal 17 Agustus 1945 dan
itu adalah harta bersama. Sedang alasan setelah melalui masa transisi, maka baru
filosofisnya adalah alasan tata susila. pada tahun 1958 kita mempunyai unifikasi
Bagaimana eksistensi substansi yang hukum pidana di Indonesia yakni dengan
termuat dalam Pasal 367 Kitab Undang- Undang-undang Nomor 73 Tahun 1958
undang Hukum Pidana dalam rangka yang menunjuk Undang-unjdang Nomor 1
pembentukan Kitab Undang-undang Tahun 1946 sebagai Kitab Undang-undang
Hukum Pidana Nasional di masa yang akan Hukum Pidana yang berlaku di seluruh
datang, apakah subatansi yang ada itu perlu Indonesia. Untuk mengantisipasi
dipertahankan, ataukah dibuang saja? perkembangan dan dinamika masyarakat
Sudah tentu hal ini memerlukan penelitian yang terus berkembang, maka sebelum
yang mendalam dan komprehensif. terbentuknya Kitab Undang-undang Hukum
Kita semua mengetahui bahwa Kitab Pidana Nasional, Kitab Undang-undang
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Hukum Pidana ini telah mengalami
yang sekarang berlaku di Indonesia adalah beberapa kali perubahan dan penambahan,
warisan pemerintah kolonial Belanda yang antara lain:
sampai sekarang masih tetap berlaku 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946
berdasarkan ketentuan Pasal II Aturan Tentang Peraturan hukum pidana.
Peralihan Undang-undang Dasar 1945 : 2. Undang-undang Nomor 73 Tahun 1958
Segala badan negara dan peraturan yang Tentang menyatakan berlakunya
ada masih langsung berlaku, selama belum Undang-undang Nomor 1 Tahun 1946
diadakan yang baru menurut Undang- Republik Indonesia tentang Peraturan
undang Dasar ini. Ketentuan peralihan ini hukum pidana untuk seluruh wilayah
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya Republik Indonesia dan mengubah
kekosongan hukum. Undang-undang Hukum Pidana.
Sekedar sebagai kilas balik sejarah, Kitab 3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1960
Undang-undang Hukum Pidana yang Tentang Perubahan Kitab Undang-
sekarang berlaku di Indonesia, berasal dari undang Hukum Pidana.
Wetboek van Strafrecht voor Nederlands 4. Undang-undang Nomor 16 Prp.1960
Indie yang dinyatakan mulai berlaku di Tentang beberapa perubahan dalam
Hindia Belanda tanggal 1 Januari 1918 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.
berdasarkan Koninklijke Besluit tahun 1915, 5. Undang-undang Nomor 18/ Prp. 1960
dan berlaku untuk semua golongan Tentang perubahan jumlah hukuman
penduduk di Hindia Belanda. Sejak tahun denda dalam Kitab Undang-undang
1918 terdapat unifikasi hukum pidana di Hukum Pidana dan dalam ketentuan-
Hindia Belanda. Walaupun demikian ketentuan pidana lainnya yang
keberhasilan melakukan unifikasi hukum dikeluarkan sebelum tanggal 17
pidana ini tidak diikuti oleh perangkat Agustus 1945.
peradilan yang ada, karena sebelumnya 6. Undang-undang Nomor 1/PNPS/1965
terdapat tiga jenis lingkungan peradilan, Tentang pencegahan penyalahgunaan
yaitu peradilan umum yang berlaku untuk dan atau penodaan agama, antara lain
setiap orang, peradilan swapraja dan penambahan pasal baru dalam KUHP
peradilan pribumi. Untuk peradilan umum yaitu Pasal 156a.
digunakan Wetboek van Strafrecht, sedang 7. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1976
untuk peradilan swapraja dan peradilan Tentang perubahan beberapa pasal
pribumi digunakan hukum (pidana) adat. dalam KUHPidana bertalian dengan
perluasan berlakunya ketentuan

92
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

perundangan pidana, kejahatan Kita membedakan antara hukum pidana


penerbangan dan kejahatan terhadap materil dan hukum pidana formal. Yang
sarana/prasarana penerbangan. dimaksud dengan hukum pidana materil
Disamping melakukan perubahan adalah ketentuan-ketentuan hukum pidana
terhadap Kitab Undang-undang Hukum yang mengatur tentang perbuatan-
Pidana, berkembang aturan-aturan pidana perbuatan apa yang tidak boleh dilakukan,
khusus di luar Kitab Undang-undang Hukum dan kalau dikakukan sanksi apa yang
Pidana (bijzondere delicten) seperti seharusnya diterapkan. Hukum Pidana
Undang-undang tentang Tindak Pidana materil ini termuat baik dalam Kitab
Subversif, Undang-undang Tentang Tindak Undang-undang Hukum Pidana dan
Pidana Penyelundupan, Undang-undang peraturan-peraturan pidana di luar Kitab
Tentang Tindak Pidana Korupsi, Undang- Undang-undang Hukum Pidana. Sedangkan
undang Tentang Tindak Pidana Pencucian hukum pidana formal adalah cara
uang (money laudering) dan sebagainya. mempertahankan hukum pidana materil
Lahirnya ketentuan tentang delik-delik atau yang lebih dikenal dengan Hukum
khusus di luar Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Seharusnya Hukum pidana
Pidana ini dimaksudkan untuk materil dan hukum pidana formal
mengantisipasi timbulnya tindak pidana merupakan satu kesatuan yang saling
baru yang sebelumnya tidak diatur dalam mendukung. Tetapi dalam kenyataannya di
Kitab Undang-undamng Hukum Pidana. Indonesia, kita sudah mempunyai Hukum
Walaupun sudah dilakukan serangkaian Pidana formal (Hukum Acara Pidana) yang
perubahan terhadap Kitab Undang-undang dapat dikatakan modern dan merupakan
Hukum Pidana serta lahirnya berbagai karya bangsa Indonesia yang cukup baik,
undang-undang yang mengatur tentang tetapi belum diikuti oleh lahirnya Hukum
delik-delik khusus di luar Kitab Undang- Pidana materil (Kitab Undang-undang
undang Hukum Pidana, ternyata Kitab Hukum Pidana) yang sifatnya nasional.
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) kita Hukum Pidana formal yang dimaksud
masih belum menampung kebutuhan adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun
hukum masyarakat Indonesia yang terus 1981, Lembaran Negara Tahun 1981
berkembang. Secara filosofis, Kitab Nomor 76) dengan nama Kitab Undang-
Undang-undang Hukum Pidana ini adalah undang Hukum Acara Pidana.
produk dari penguasa jaman penjajahan Kembali kepada pertanyaan apakah
yang sudah pasti tidak sesuai lagi dengan materi yang terdapat dalam ketentuan
kedudukan dan status negara Republik Pasal 367 Kitab Undang-undang Hukum
Indonesia sebagai negara yang merdeka Pidana masih perlu dipertahankan dalam
dan berdaulat penuh. Tata hukum yang penyusunan/pembentukan Kitab Undang-
dibangun di Indonesia seharusnya adalah undang Hukum Pidana nasional di masa
tata hukum nasional dan bukan tata hukum yang akan datang, menurut hermat penulis
kolonial. Memang untuk mengisi substansi ini masih perlu dipertahankan
kekosongan hukum sesuai dengan Aturan sepanjang politik hukum pidana Indonesia
Peralihan Undang-undang Dasar 1945 masih menganut paham pembedaan antara
semua peraturan yang ada pada saat tindak pidana biasa dan tindak pidana
proklamasi kemerdekaan masih langsung aduan. Hanya saja perumusannya harus
berlaku sebelum diganti. Namun masa dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
penantian untuk melahirkan satu Kitab mudah ditafsirkan secara ganda oleh
Undang-undang Hukum Pidana Nasional mereka yang menerapkannya. Harus diakui,
sudah terlalu lama. dengan menghormati sepenuhnya rumusan
yang ada dalam Pasal 367 Kitab Undang-

93
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

undang Hukum Pidana yang ada sekarang, Nederlands Indie telah diperlakukan bagi
rumusan dan substansi Pasal 367 Kitab semua golongan penduduk. Hal ini
Undang-undang ini perlu mengalami disebabkan karena golongan penduduk
perubahan. Rumusan dalam ayat (1) Pasal lainnya termasuk golongan Bumiputera
367 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tidak mengenal lembaga pisah meja dan
u]• ovÇ u •]Z u vÇ µš o u P ^‰]• Z tempat tidur dan lembaga pisah harta
u i v š u‰ š š] µŒ_ ~scheiding van tafel kekayaan.
en bed), suatu lembaga dalam sistem Ayat (2) Pasal 367 Kitab Undang-undang
keluarga dan sistem perkawinan yang Hukum Pidana juga masih menyebut pisah
hanya dikenal dalam sistem Hukum Perdata meja dan tempat tidur dan pisah harta
Barat dan tidak dikenal dalam stelsel kekayaan. Demikian juga dengan istilah
hukum lain di Indonesia yaitu dalam Hukum ^l oµ ŒP • Œ Z š µ • u v _ ]l
Adat dan Hukum Islam. Demikian juga dalam garis lurus maupun garis
vP v o u P _‰]• Z Z Œš l l Ç v_ menyimpang yang kurang jelas artinya.
(scheiding van goederen) yang hanya Kalau hendak digunakan, maka perlu ada
dikenal dalam sistem hukum perdata barat. penjelasan mengenai istilah-istilah byang
Kitab Undang-undang Hukum Perdata dipakai agar tidak ditafsirkan secara ganda
(Stb.1847 nomor 23) itu sendiri semula (multi tafsir).
dimaksudkan untuk diperlakukan bagi Dalam ayat (3) Kitab Undang-undang
golongan Eropah dan yang dipersamakan, Hukum Pidana pembentuk undang-undang
serta golongan lain yang menundukkan diri nampaknya menerima konsepsi dalam
terhadap hukum perdata barat. Kita semua lembaga hukum adat untuk daerah tertentu
mengetahui bahwa pada jaman Hindia dengan menyebut lembaga matriarchal
Belanda berdasarkan Pasal 131 dan 163 atau menurut adat istiadat keturunan ibu.
Indische Staatsregeling), penduduk di Dengan menghormati sepenuhnya
Hindia Belanda dibagi dalam tiga golongan, penghargaan terhadap hukum adat di
yaitu : Indonesia, maka apabila pembentuk
1. Golongan Eropah dan tang undang-undang hukum pidana
dipersamakan menggunakan lembaga hukum adat, maka
2. Golongan Timur Asing baik Tionghoa perlu dilakukan penelitian secara
maupun yang bukan Tionghoa mendalam apakah lembaga hukum adat itu
3. Golongan Bumiputera. masih eksis sampai sekarang atau tidak.
Untuk golongan Eropah dan yang Memang dalam penyusunan Kitab Undang-
dipersamakan diberlakukan hukum perdata undang Hukum Pidana nasional di masa
barat yang ada dalam Kitab Undang-undang yang akan datang, pembentuk undang-
Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) dan undang perlu memperhatikan segi-segi
Kitab Undang-undang Hukum Dagang hukum adat, tetapi hukum adat yang tidak
(Wetboek van Koophandel) serta Peraturan menghambat pembangunan nasional
Kepailitan (Failisement Verordening), untuk termasuk pembangunan di bidang hukum.
golongan Timur Asing diberlakukan Apalagi kita mengetahui bahwa menurut
sebagian Hukum Perdata Barat dengan penelitian dari Prof. C. van Vollenhoven, di
beberapa perkecualian, dan untuk Indonesia terdapat setidaknya 19 daerah
golongan Bumipuera diperlakukan hukum adat (rechtskringen), yang antara
Hukumm Adat. Melihat ketentuan Pasal lingkungan hukum adat yang satu dengan
367 ayat (1), seolah-olah pasal ini hanya yang lain belum tentu sama. Belum lagi
diperlakukan terhadap golongan Eropah kalau dihitung banyaknya kukuban hukum
dan yang dipersamakan saja, padahal sejak (rechtsgouwen) yang ada. Dalam penarikan
tahun 1918 Wetboek van Strafrecht voor garis keturunan misalnya, ada masyarakat

94
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

hukum adat yang menarik garis keturunan Jelasnya, kalau substansi dari Pasal 367
secara parental seperti di Jawa, Minahasa Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang
dan sebagainya, ada yang menarik garis ada sekarang dirasakan masih perlu
keturunan secara matriarchal seperti di diakomodir dalam pembentukan Kitab
Minangkabau dan ada yang menarik garis Undang-undang Hukum Pidana Nasional di
keturunan secara partiarchal seperti di masa yang akan datang, maka
Batak. perumusannya haruslah sedemikian rupa
Demikian juga rumusan Pasal 367 Kitab sehingga dapat menampung kebutuhan
Undang-undang Hukum Pidana Nasional hukum masyarakat dan menjamin
nanti tidak boleh bertentangan dengan kepastian hukum serta keadilan masyarakat
subsistem hukum lain misalnya dalam pada umumnya.
subsistem hukum perkawinan nasional.
Oleh karena subsistem hukum perkawinan PENUTUP
nasional sebagaimana diatur dalam A. Kesimpulan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Walaupun pada prinsipnya pencurian
Tentang Perkawinan tidak mengenal adalah tindak pidana biasa, namun dalam
lembaga pisah meja dan tempat tidur, beberapa jenis pencurian seperti pencurian
maka rumusannya harus dirubah misalnya dalam keluarga sebagaimana diatur dalam
dengan rumusan: ^Jika pembuat salah satu Pasal 367 KUHP, pembentuk undang-
kejahatan yang diterangkan dalam Bab ini undang menetapkan pencurian sebagai
adalah suami atau isteri dari yang terkena tindak pidana aduan (klacht delict), yaitu
kejahatan, maka tidak dapat dilakukan pencurian yang hanya dapat dituntut kalau
penuntutan, kecuali antara suami isteri ada pengaduan dari pihak yang dirugikan.
tersebut ada perjanjian kawin bahwa harta Jenis pengaduan yang terdapat dalam Pasal
yang diperoleh selama perkawinan, harta 367 KUHP adalah pengaduan relatif, yaitu
yang diperoleh sebagai hadiah dan harta pengaduan terhadap orang yang
yang diperoleh sebagai warisan menjadi melakukan pencurian.
harta b Υ u _X 1. Substansi yang terdapat dalam Pasal 367
Mengenai pembantu yang disebut dalam KUHP yang ada sekarang sudah tidak
ayat (1) kiranya tidak perlu disebutkan, sesuai dengan perkembangan dan
karena pembantu (medeplichtige) dalam dinamika masyarakat karena masih
subsistem hukum pidana, dipidana sebagai terkait dengan sistem hukum perdata
pelaku (dader). Rumusan ayat (2) Pasal 367 barat (KUHPerdata), yaitu dalam hal
Kitab Undang-undang Hukum Pidana adanya lembaga pemisahan meja dan
• Z Œµ•vÇ Œ µvÇ]W ^W v µŒ] v o u tempat tidur (scheiding van tafel en bed)
keluarga yang dilakukan oleh salah seorang dan lembaga pemisahan harta dalam
dari keluarga sedarah atau semenda baik perkawinan (scheiding van goederen).
dalam harus lurus maupun garis Adalah dapat diterima kalau pembentuk
menyimpang derajat kedua hanya dituntut undang-undang menetapkan pencurian
apabila ada pengaduan dari yang terkena dalam keluarga sebagai tindak pidana
l i Z š v_X aduan, karena kepentingan pribadi lebih
Mengenai substansi ayat (3) Pasal 367 penting daripada kepentingan umum
Kitab Undang-undang Hukum kalau pencurian dalam keluarga itu
Pidana,kiranya masih perlu dilakukan dituntut tanpa adanya aduan.
penelitian tentang eksistensi dari lembaga
adat matriarchal, partiarchal atau parental B. Saran-saran
itu. 1. Mengingat KUHP yang ada sekarang
sudah ketinggalan jaman, maka

95
Lex Crimen Vol. II/No. 3/Juli/2013

Pemerintah dan Dewan Perwakilan Pradjodikoro, Wirjono, Tindak-tindak


Rakyat perlu memprioritaskan Pidana Tertentu di Indonesia, PT Eresco,
pembentukan Kitab Undang-undang Bandung, 1980.
Hukum Pidana Nasional mendampingi Saleh, Wantjik, Pelengkap KUHP,
Kitab Undang-undang Hukum Acara Perubahan KUH Pidana dan UU Pidana
Pidana (UU Nomor 8 Tahun 1981) yang sampai dengan akhir 1980, Ghalia
ada sekarang. Indonesia, Jakarta, 1981.
2. Materi yang terkandung dalam Pasal 367 Soebekti, R., dan R. Tjitrosudibio, Kitab
KUHP perlu diakomodir dalam Undang-undang Hukum Perdata
penyusunan KUHP Nasional dengan (Terjemahan dari Burgerlijk Wetboek),
rumusan yang padat, sederhana dan Pradnya Paramita, Jakarta, 1987.
tidak multi tafsir serta mampu Soesilo, R., Kitab Undang-undang Hukum
menampung kebutuhan masyarakat dan Pidana serta Komentar-komentarnya
keadilan. Lengkap Pasal demi Pasal, Politeia,
Bogor, 1976.
DAFTAR PUSTAKA -------------, Pokok-pokok Hukum Pidana,
Abidin, A.Z., Bunga Rampai Hukum Pidana, Peraturan Umum dan Delik-delik Khusus,
Pradnya Paramita, Jakarta, Politeia, Bogor., 1974.
1983. Tresna, R., Asas-asas Hukum Pidana, PT
Kanter, E.Y., dan S.R.Sianturi, Asas-asas Tiara, Jakarta, 1959.
Hukum Pidana Indonesia dan Utrecht, E., Pengantar Hukum Pidana
Penerapannya, Alumni, AHP-PTHM, Indonesia, Jilid I, Balai Pustaka, Jakarta,
Jakarta, 1982. Tanpa tahun.
Kartanegara, Satochid., Kumpulan Kuliah ------------------------, Hukum Pidana I,
Hukum Pidana, Balai Lektur Mahasiswa, Penerbitan Universitas, Bandung
Tanpa tahun. 1967.
------------------------------------------, Kumpulan Sumber lain:
Kuliah Hukum Pidana Jilid II, Balai Lektur Penerbit Ikhtuar Baru dan van Hoeve,
Mahasiswa, Tanpa tahun. Himpunan Peraturan Perundang-
Lamintang, P.A.F., Dasar-dasar Hukum undangan Republik Indonesia, Disusun
Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, menurut sistem Engelbrecht, Jakarta,
1984. 1989.
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Pertanggungjawaban dalam Hukum Indonesia Tahun 1945 (Amandemen)
Pidana, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta, 1955.
-------------------------, Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (Terjemahan), Bina
Aksara, Jakarta,1983.
Poernomo, Bambang, Azas-azas Hukum
Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1978.
Prakoso, Djoko, dan I Ketut Murtika, Azas-
azas Hukum Perkawinan di Indonesia,
Bina Aksara, Jakarta,1987.
Prawirohamidjojo, Soetojo, R., dan Asis
Safioedin, Hukum Orang dan Keluarga,
Buku I Burgerlijk Wetboek, Alumni,
Bandung, 1972.

96

Anda mungkin juga menyukai