Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Semakin modern zaman, kebutuhan manusia makin terus bertambah dan tidak ada
puasnya. Banyak produsen yang menguras pikiran - pikiran yang kreatif untuk meningkatkan
kualitas produknya, agar mampu bersaing dalam merebut pasar karena tingginya persaingan
produsen terkadang menyebabkan salah satu produsen melakukan persaingan tidak sehat. Di
dalam persaingan tersebut terkadang produsen melakukan pelanggaran - pelanggaran dalam
hukum perdagangan yang bertujuan agar pesaing produsenya mengalami kurangnya
penghasilan yang berdampak pada kerugian (bangkrut) yang berskala besar.
Dimana dalam dagang tukar ini terdapat berbagai kesulitan, seperti orang yang satu
harus memiliki barang yang diminta oleh orang lainnya dan nilai pertukarannya kira-kira
harus sama. Barang yang dipertukarkan harus dapat dibagi-bagi. Lagi pula semakin banyak
kebutuhan manusia, akan semakin banyak pula kesulitan yang terjadi dalam pertukaran itu.
Oleh karena itu, dengan segera orang memakai beberapa benda untuk membandingkan nilai
segala barang lain dengan nilai beberapa benda tertentu. Disamping itu, benda tersebut juga
harus disukai oleh umum. Benda-benda yang khusus dipergunakan untuk dipertukarkan
dengan barang-barang yang diperlukan disebut alat tukar (garam, kulit kerang, potongan
logam, dan lain-lain).
Dari permasalahan yang sering terjadi maka di bentuklah suatu peraturan
perdagangan yang disebut Hukum Dagang. Hukum dagang ini di manfatkan agar dapat
mengatur berjalannya suatu perdagangan dan mencegah, dan memberikan sanksi kepada
produsen/perusahaan yang terbukti melakukan pelanggaran.
Sebelum kita melangkah lebih jauh dan mendalam, kita dituntut untuk mengerti dan
memahami Hukum Dagang. Dan penerarapannya dalam kehidupan sehari-hari. Langkah
pertama kita dalam membicarakan Hukum Dagang dalam negara diawali dengan
mengemukakan

definisi dagang itu

sendiri. Dengan

terlebih dahulu

mengemukakan

definisinya yang sudah disepakati oleh pakar-pakar ilmu hukum dagang sendiri, kita akan
mengetahui berbagai faktor dalam proses kemunculannya. Perdagangan atau Perniagaan pada
umumnya adalah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat atau pada suatu waktu dan
menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu yang berikut dengan maksud memperoleh
keuntungan.
Hukum dagang merupakan jenis khusus dari hukum perdata. Karena itu hubungan
hukum, tindakan atau perbuatan hukum dagang juga merupakan hubungan hukum, tindakan
atau perbuatan hukum keperdataan.

Istilah dagang atau niaga (atau istilah sekarang adalah bisnis) adalah terjemahan dari
istilah handel dalam bahasa Belanda yang dapat diartikan sebagai dagang, niaga atau
perniagaan, atau istilah sekarang menyebutnya bisnis, sehingga hendels recht diartikan
sebagai hukum dagang, hukum niaga atau hukum perniagaan, atau biasa disebut juga sebagai
hukum bisnis.
Atas dasar ini, maka sumber utama dari hukum dagang ini adalah Wetboek v.
Koophandel yang kita kenal sebagai Kitab Undang-Undang Hukum Dagang. Suatu hal yang
sangat penting mengetahui bahwa hukum dagang atau hukum perniagaan itu merupakan
bagian khusus dari hukum perdata, karena tidak mungkin kita mempelajari hukum dagang
tanpa mengetahui pengertian-pengertian keperdataan yang tercakup dalam sumber hukumnya
yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
1.2

TUJUAN

1.3

RUANG LINGKUP MATERI

BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut bahasa Indonesia, istilah teori berarti pendapat yang dikemukakan suatu
keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian), misalnya asas dan hukum umum yang
menjadi suatu ketentuan atau ilmu pengetahuan. Dalam lingkup ilmu-ilmu sosial, teori
adalah seperangkat antrean melayani masyarakat, gejala sosial dan tingkah laku sosial
manusia yang saling terkait secara logis dan berdasarkan keseragaman empirik yang dapat
dirumuskan secara sistematik. Suatu teori adalah hasil proses akumulasi dari serangkaian
pengetahuan sistematis yang mendahuluinya (Herman Soewardi dan Haryo S. Martodirjo,
1998:27). Kaitannya dengan ilmu hukum dagang sering digolongkan kedalam kelompok ilmu
sosial, dengan alasan bahwa ilmu hukum dagang merupakan ilmu yang objek materinya
bersamaan dengan penyatuan perilaku manusia di dalam masyarakat. Sunaryati Hartono
menyatakan bahwa ilmu hukum merupakan ilmu yang normatif. Ilmu hukum dagang
memiliki ciri khas yang berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya, yaitu ilmu hukum yang
didominasi oleh cara berfikir deduktif dan kebenaran koheren (terutama dalam civil law
system). Oleh karena itu, teori ilmu hukum dagang dibangun dari teori kebenaran koheren
(ahli coherence theory) kerena kebenaran memiliki sifat yang relatif. Relativitas tersebut
disebabkan perbedaan kriteria kebenaran yang digunakan oleh manusia yang satu dengan
manusia lainnya.
Teori kebenaran koheren menyatakan bahwa suatu dianggap benar, baik sesuatu itu
bersifat koheren atau konsisten dengan sesuatu yang telah ada sebelumnya yang dianggap
benar. Contoh, semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya (pasal 1338 ayat 1 kitab undang-undang Hukum Perdata).
Kemudian, jika terjadi suatu peristiwa perjanjian sewa tersembunyi dibuat secara sah maka
perjanjian sewa tersebut mengikat kedua belah pihak, sebagaimana mengikatnya sebuah
undang-undang.
Selain menggunakan teori kebenaran koheren, dalam tulisan ini didukung pula
dengan teori kebenaran pragmatis (the pragmatic theory) dan teori kebenaran koresponden
(the corespondence theory). Teori kebenaran pragmatis adalah kebenaran suatu pernyataan
diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut berguna (fungsional) dalam kehidupan
praktis manusia. Sebagai contoh dalam ketentuan pasal 1977 ayat 1 kitab undang-undang
Hukum Perdata adalah benar, karena dalam rumusan pasal tersebut berguna bagi kelancaran
perdagangan benda-benda bergerak didalam dunia biSnis.
Pada saat terjadinya perjanjian antara pihak-pihak yang bersangkutan, Mariam Darus
Badrulzaman (2005:24) menyebutkan ada empat macam teori, yaitu sebagai berikut :

1.

Teori kehendak (wilstheorie) mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat

kehendak pihak penerima dinyatakan, misalkan dengan melukiskan surat.


2.

Teori pengiriman (verzend theorie) mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi pada saat

kehendak yang dinyatakan itu dikirimi oleh pihak yang menerima tawaran.
3.

Teori pengetahuan (vernemings theorie) mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan

seharusnya sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima.


4.

Teori kepercayaan (vertrowens theorie) mengajarkan bahwa kesepakatan itu terjadi pada

saat pernyataan kehendak dianggap layak diterima oleh pihak yang menawarkan.

BAB III
PEMBAHASAN
Sebelum tahun 1938 Hukum Dagang hanya mengikat kepada para pedagang saja
yang melakukan perbuatan dagang, tetapi sejak tahun 1938 pengertian Perbuatan Dagang,
dirubah menjadi perbuatan Perusahaan yang artinya menjadi lebih luas sehingga berlaku bagi
setiap pengusaha (perusahaan). Pada zaman yang modern ini perdagangan adalah pemberian
perantara antara produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-barang
yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan.
Ada beberapa macam pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen :
a. Pekerjaan orang-orang perantara sebagai makelar, komisioner, pedagang keliling dan
sebagainya.
b. Pembentukan badan-badan usaha (asosiasi), seperti perseroan terbatas (PT), perseroan
firma ,Perseroan Komanditer, dsb yang tujuannya guna memajukan perdagangan.
c. Pengangkutan untuk kepentingan lalu lintas niaga baik didarat, laut maupun udara.
d. Pertanggungan (asuransi)yang berhubungan dengan pengangkutan, supaya si pedagang
dapat menutup resiko pengangkutan dengan asuransi.
e. Perantaraan Bankir untuk membelanjakan perdagangan.
f.

Mempergunakan surat perniagaan (Wesel/ Cek) untuk melakukan pembayaran dengan


cara yang mudah dan untuk memperoleh kredit.
Pada pokoknya Perdagangan mempunyai tugas untuk membawa atau memindahkan

barang-barang dari tempat satu ke tempat lain, memindahkan barang-barang dari produsen ke
konsumen, menimbun dan menyimpan barang-barang itu dalam masa yang berkelebihan
sampai mengancam bahaya kekurangan.
Pembagian jenis perdagangan, yaitu :
1. Menurut pekerjaan yang dilakukan pedagang.
a. Perdagangan mengumpulkan (Produsen tengkulak pedagang besar eksportir)
b. Perdagangan menyebutkan (Importir pedagang besar pedagang menengah
konsumen)
2. Menurut jenis barang yang diperdagangkan
a. Perdagangan barang, yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan jasmani manusia
(hasil pertanian, pertambangan, pabrik)
b. Perdagangan buku, musik dan kesenian.
c. Perdagangan uang dan kertas-kertas berharga (bursa efek)
3. Menurut daerah, tempat perdagangan dilakukan
a. Perdagangan dalam negeri.
b. Perdagangan luar negeri (perdagangan internasional), meliputi :

Perdagangan Ekspor

Perdagangan Impor

c. Perdagangan meneruskan (perdagangan transito)


Usaha Perniagaan adalah usaha kegiatan baik yang aktif maupun pasif, termasuk juga
segala sesuatu yang menjadi perlengkapan perusahaan tertentu, yang kesemuanya
dimaksudkan untuk mencapai tujuan memperoleh keuntungan. Usaha perniagaan itu meliputi
benda-benda yang dapat diraba, dilihat serta hak-hak seperti :
a) Gedung/ kantor perusahaan.
b) Perlengkapan kantor : mesin hitung/ ATK dan alat-alat lainnya.
c) Gudang beserta barang-barang yang disimpan didalamnya.
d) Penagihan-penagihan
e) Hutang-hutang
f) Para pelanggan
g) Rahasia-rahasia perusahaan.
Kedudukan antara kekayaan pribadi (prive) dan kekayaan usaha perniagaan :
a) Menurut Polak dan Molengraaff, kekayaan usaha perniagaan tidak terpisah dari
kekayaan prive pengusaha. Pendapat Polak berdasarkan Ps 1131 dan 1132 KUHS
Ps 1131 : Seluruh harta kekayaan baik harta bergerak dan harta tetap dari seorang
debitur, merupakan tanggungan bagi perikatan-perikatan pribadi.
Ps 1132 : Barang-barang itu merupakan tanggungan bersama bagi semua kreditur.
b) Menurut Prof. Sukardono, sesuai Ps 6 ayat 1 KUHD tentang keharusan pembukuan
yang dibebankan kepada setiap pengusaha yakni keharusan mngadakan catatan
mengenai keadaan kekayaan pengusaha, baik kekayaan perusahaannya maupun
kekayaan pribadinya.
Hukum Dagang di Indonesia bersumber pada :
1) Pengaturan Hukum di Dalam Kodifikasi
a) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Ketentuan KUHPerdata yang secara nyata menjadi sumber hukum dagang
adalah Buku III tentang perikatan. Hal itu dapat dimengerti, karena sebagaimana
dikatakan H.M.N Purwosutjipto bahwa hukum dagang adalah hukum yang timbul
dalam lingkup perusahaan. Selain Buku III tersebut, beberapa bagian dari Buku II
KUHPerdata tentang Benda juga merupakan sumber hukum dagang, misalnya Titel
XXI mengenai Hipotik.
b) Pengaturan di Dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang yang mulai berlaku di Indoneia pada 1
Mei 1848 terbagi atas dua kitab dan 23 bab. Di dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang jelas tercantum bahwa implementasi dan pengkhususan dari

cabang-cabang hukum dagang bersumber pada Kitab Undang-Undang Hukum


Dagang. Isi pokok daripada Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Indonesia
adalah:
o
o

Kitab pertama berjudul Tentang Dagang Umumnya, yang memuat 10 bab.


Kitab kedua berjudul Tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban yang Terbit
dari Pelayaran, terdiri dari 13 bab.

2. Pengaturan di Luar Kodifikasi


Sumber-sumber hukum dagang yang terdapat di luar kodifikasi diantaranya adalah
sebagai berikut;

UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan terbatas

UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

3. Hukum Kebiasaan
Hukum kebiasaan adalah kebiasaan yang sering dilakukan oleh subyek hukum dan
sudah menjadi opini umum dan menimbulkan sanksi apabila kebiasaan tersebut tidak
dilakukan.
Asas-Asas Hukum Dagang
Pengertian Dagang (dalam arti ekonomi), yaitu segala perbuatan perantara antara produsen
dan konsumen. Pengertian Perusahaan, yaitu seorang yang bertindak keluar untuk mencari
keuntungan dengan suatu cara dimana yang bersangkutan menurut imbangannya lebih banyak
menggunakan modal dari pada menggunakan tenaganya sendiri.
Pentingnya pengertian perusahaan :
a) Kewajiban memegang buku tentang perusahaan yang bersangkutan.
b) Perseroan Firma selalu melakukan Perusahaan.
c) Pada umumnya suatu akte dibawah tangan yang berisi pengakuan dari suatu pihak,
hanya mempunyai kekuatan pembuktian jika ditulis sendiri oleh si berhutang atau
dibubuhi tanda persetujuan yang menyebutkan jumlah uang pinjaman, tapi peraturan
ini tidak berlaku terhadap hutang-hutang perusahaan.
d) Barang siapa melakukan suatu Perusahaan adalah seorang pedagang dalam
pengertian KUHD
e) Siapa saja yang melakukan suatu Perusahaan diwajibkan, apabila diminta,
memperlihatkan buku-bukunya kepada pegawai jawatan pajak.
f) Suatu putusan hakim dapat dijalankan dengan paksaan badan terhadap tiap orang
yang telah menanda tangani surat wesel/ cek, tapi terhadap seorang yang
menandatangani surat order atau surat dagang lainnya, paksaan badan hanya
diperbolehkan jika suart-surat itu mengenai perusahaannya.
Sumber Hukum Dagang :

a) Pokok : KUHS, Buku III tentang Perikatan.


-Ps 1339 KUHS : Suatu perjanjian tidak saja mengikat untuk apa yang sematamata telah diperjanjikan tetapi untuk apa yang sudah menjadi kebiasaan
-Ps 1347 KUHS : hal-hal yang sudah lazim diperjanjikan dalam suatu perjanjian,
meskipun tidak secara tegas diperjanjikan harus dianggap juga tercantum dalam
setiap perjanjian semacam itu.
b) Kebiasaan
c) Yurisprudensi
d) Traktat
e) Doktrin
Pentingan suatu Perusahaan memegang buku (Ps 6 KUHD) :
Sebagai catatan mengenai :

Keadaan kekayaan perusahaan itu sendiri berkaitan dengan keharusan menanggung


hutang piutang

Segala hal ihwal mengenai perusahaan itu.

Dari sudut hukum pembuktian (Ps 7 KUHD Jo Ps 1881 KUHS), misalnya dengan
adanya pembukuan yang rapi, hakim dapat mengambil keputusan yang tepat jika ada
persengketaan antara 2 orang pedagang mengenai kwalitas barang yang diperjanjikan.

Orang-orang Perantara
1. Golongan I : buruh/ pekerja dalam perusahaan: pelayan, pemegang buku, kasir, orang
yang diberi kuasa untuk menjalankan usaha dagang dalam suatu Firma
2. Golongan II :
a. Makelar : seorang penaksir dan perantara dagang yang telah disumpah yang menutup
perjanjian-perjanjian atas perintah dan atas nama orang lain dan untuk pekerjaannya
itu meminta upah.
b. Komisioner : seorang perantara yang berbuat atas perintah dan menerima upah, tetapi
ia bertindak atas namanya sendiri seorang komisioner memikul tanggung jawab
lebih berat dibanding dengan perantara lainnya.
Perkumpulan-perkumpulan Dagang :
1. Persekutuan (Maatschap) : suatu bentuk kerjasama dan siatur dalam KUHS tiap anggota
persekutuan hanya dapat mengikatkan dirinya sendiri kepada orang-oranglain. Dengan
lain perkataan ia tidak dapat bertindak dengan mengatas namakan persekutuan kecuali
jika ia diberi kuasa. Karena itu persekutuan bukan suatu pribadi hukum atau badan
hukum.
2. Perseraoan Firma : suatu bentuk perkumpulan dagang yang peraturannya terdapat dalam
KUHD (Ps 16) yang merupakan suatu perusahaan dengan memakai nama bersama.

Dalam perseroan firma tiap persero (firma) berhak melakukan pengurusan dan bertindak
keluar atas nama perseroan.
3. Perseroan Komanditer (Ps 19 KUHD) : suatu bentuk perusahaan dimana ada sebagian
persero yang duduk dalam pimpinan selaku pengurus dan ada sebagian persero yang tidak
turut campur dalam kepengurusan (komanditaris/ berdiri dibelakang layar)
4. Perseroan Terbatas (Ps 36 KUHD) : perusahaan yang modalnya terbagi atas suatu jumlah
surat saham atau sero yang lazimnya disediakan untuk orang yang hendak turut.
Arti kata Terbatas, ditujukan pada tanggung jawab/ resiko para pesero/ pemegang
saham, yang hanya terbatas pada harga surat sero yang mereka ambil.
PT harus didirikan dngan suatu akte notaris
PT bertindak keluar dengan perantaraan pengurusnya, yang terdiri dari seorang atau
beberapa orang direktur yang diangkat oleh rapat pemegang saham.
PT adalah suatu badan hukum yang mempunyai kekayaan tersendiri, terlepas dari
kekayaan pada pesero atau pengurusnya.
Suatu PT oleh undang-undang dinyatakan dalam keadaan likwidasi jika para
pemegang saham setuju untuk tidak memperpanjang waktu pendiriannya dan
dinyatakan hapus jika PT tesebutmenderita rugi melebihi 75% dari jumlah modalnya.
5. Koperasi : suatu bentuk kerjasama yang dapat dipakai dalam lapangan perdagangan
Diatur diluar KUHD dalam berbagai peraturan :
a. Dalam Stb 1933/ 108 yang berlaku untuk semua golongan penduduk.
b. Dalam stb 1927/91 yang berlaku khusus untuk bangsa Indonesia
c. Dalam UU no. 79 tahun 1958
Keanggotaannya bersifat sangat pribadi, jadi tidak dapat diganti/ diambil alih oleh
orang lain.
Berasaskan gotong royong
Merupakan badan hukum
Didirikan dengan suatu akte dan harus mendapat izin dari menteri Koperasi.
6. Badan-badan Usaha Milik Negara (UU no 9/ 1969)
a. Berbentuk Persero : tunduk pada KUHD (stb 1847/ 237 Jo PP No. 12/ 1969)
b. Berbentuk Perjan : tunduk pada KUHS/ BW (stb 1927/ 419)
c. Berbentuk Perum : tunduk pada UU no. 19 (Perpu tahun 1960)
Hubungan KUHD dan KUH Perdata
Dengan dikatakan oleh Prof sudirman kartohadiprojo dimana KHUD merupakan suatu Lex
sepecialis dari KUHS sebagai Lex generalis . Andai kata dalam KUHD dan KUHS terdapat

peraturan yang sama maka peraturan dalam KUHD yang berlaku .seperti telah di tentukan
pada pasal I KUHD.Hukum dagang merupakan keseluruhan dari aturan-aturan hukum yang
mengatur dengan disertai sanksi perbuatan-perbuatan manusia di dalam usaha mereka untuk
menjalankan usaha atau perdagangan.
Menurut Prof. Subekti, S.H berpendapat bahwa : Terdapatnya KUHD dan KUHS
sekarang tidak dianggap pada tempatnya, oleh karena Hukum Dagang tidak lain adalah
hukum perdata itu sendiri melainkan pengertian perekonomian.
Hukum dagang dan hukum perdata bersifat asasi terbukti di dalam :
1.Pasal 1 KUHD
2.Perjanjian jual beli
3.Asuransi yang diterapkan dalam KUHD dagang
Dalam hubungan hukum dagang dan hukum perdata dibandingkan pada sistem
hukum yang bersangkutan pada negara itu sendiri.Hal ini berarti bahwa yang di atur dalam
KUHD sepanjang tidak terdapat peraturan-peraturan khusus yang berlainan, juga berlaku
peraturan-peraturan dalam KUHS, bahwa kedudukan KUHD terdapat KUHS adalah sebagai
hukum khusus terhadap hukum umum.
Secara umum dapat dikatakan bahwa KUH Perdata dan KUHD adalah merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi kalau kita lihat ketentuan :
Psl 1 KUHD

: adalah KUH Perdata seberapa jauh dari padanya dalam Kitab ini tidak
khusus diadakan penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yangg
dibicarakan dalam kitab ini.

Psl 15 KUHD : menyebutkan segala perseroan tersebut dalam bab ini dikuasai oleh
persetujuan pihak-pihak yang bersangkutan, oleh kitab ini dan oleh
hukum perdata.
Dari kedua ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa, ketentuan yang diatur dalam KUH
Perdata berlaku juga terhadap masalah yang tidak diatur secara khusus dalam KUHD, dan
sebaliknya apabila KUHD mengatur secara khusus, maka ketentuan-ketentuan umum
yang diatur dalam KUH Perdata tidak berlaku, dalam bahasa Latin Leu specialis
derogat legi generali (hukum khusus dapat mengeyampingkan hukum umum).
Beberapa pendapat sarjana tentang hubungan KUH Perdata dan KUHD, yakni :
I. Kant

Hukum Dagang adalah suatu tambahan

hukum perdata, yaitu yang mengatur hal-hal khusus.


Prof. Soebandono

Bahwa

pada

Psl.

KUHD

memelihara antara hukum perdata umum dan hukum dagang.


Sedangkan KUHD itu tidak khusus menyimpang dari KUH
Perdata.

Van Apeldoorn

Bahwa hukum dagang suatu bagian

istimewa dari lapangan hukum perikatan yang ditetapkan dalam


Buku III KUH Perdata.
BAB IV
PENUTUP
4.2 KESIMPULAN
Ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari wacana diatas diantaranya Hukum
dagang itu merupakan bagian khusus dari hukum perdata adalah sangat penting, karena
mempelajari hukum dagang tanpa mengetahui pengertian-pengertian keperdataan yang
tercakup dalam sumber hukumnya termuat dalam KUH perdata tidaklah mungkin.
Hukum Dagang adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hukum perikatan, karena
hukum perikatan adalah hukum yang terdapat dalam masyarakat umum maupun dalam
perdagangan.
Dari segi hubungan pengusaha dengan pembantu-pembantunya, Seorang pedagang,
terutama seorang yang menjalankan perusahaan yang besar dan berarti, biasanya tidak dapat
bekerja seorang diri. Dalam melaksanakan perusahaannya, ia memerlukan bantuan orangorang yang bekerja padanya sebagai bawahan, ataupun orang yang berdiri sendiri dan
mempunyai perusahaan sendiri dan yang mempunyai perhubungan tetap ataupun tidak tetap
dengan dia.
Selain di dalam perusahaan, pengusaha juga memerlukan pembantu-pembantu diluar
pemerintahan. Adapun pembantu-pembantu luar perusahaan antara lain: Agen perusahaan,
Perusahaan perbankan, Pengacara, Notaris, Makelar, Komisioner.
Disamping itu pengusaha mempunyai hak dan kewajiban dari para pembantunya
yang harus dipenuhi oleh masing-masing pihak.
4.3 USUL DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1989.
Khairandy, Ridwan, Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Yogyakarta: Gama Media,
1999.
Ichsan, Achmad, Hukum Dagang, Jakarta: Pradnya Paramita, 1993.

Sumber

: Buku Hukum dalam Ekonomi

Pengarang Buku

: Advendi Simangunsong, S.H., M.M.

Penerbit

: PT Grasindo

Anda mungkin juga menyukai