✔ Hukum Perikatan adalah adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan harta
kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas
sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu. Hubungan hukum dalam harta
kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian
atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan.
✔ Menurut ilmu pengetahuan Hukum Perdata, pengertian perikatan adalah suatu
hubungan dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih dimana
pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu.
✔ Beberapa sarjana juga telah memberikan pengertian mengenai perikatan. Pitlo
memberikan pengertian perikatan yaitu suatu hubungan hukum yang bersifat
harta kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu
berhak (kreditur) dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas suatu prestasi.
DASAR HUKUM PERIKATAN
✔ Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah
sebagai berikut :
a. Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian).
b. Perikatan yang timbul dari undang-undang.
c. Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar
hukum (onrechtmatige daad) dan perwakilan sukarela (zaakwaarneming).
✔ Sumber Perikatan berdasarkan undang-undang :
a. Perikatan (Pasal 1233 KUH Perdata) : Perikatan, lahir karena suatu persetujuan
atau karena undang-undang. Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu,
untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
b. Persetujuan (Pasal 1313 KUH Perdata) : Suatu persetujuan adalah suatu
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang
lain atau lebih.
c. Undang-undang (Pasal 1352 KUH Perdata) : Perikatan yang lahir karena
undang-undang timbul dari undang-undang atau dari undang-undang sebagai
akibat perbuatan orang.
SAHNYA PERJANJIAN/ PERIKATAN
Asas Konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPdt. Pada
pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah
adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak.
Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak
diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua
belah pihak.
Kesepakatan adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat
oleh kedua belah pihak.
ASAS KEPASTIAN HUKUM
✔ Asas Kepastian Hukum atau disebut juga dengan Asas Pacta Sunt Servanda
merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian.
✔ Asas Pacta Sunt Servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus
menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana
layaknya sebuah undang-undang.
✔ Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat
oleh para pihak.
✔ Asas Pacta Sunt Servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPdt.
ASAS ITIKAD BAIK (GOOD FAITH)
✔ Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang berbunyi:
“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa
para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi kontrak
berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari
para pihak.
✔ Asas itikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni itikad baik nisbi (relative) dan
itikad baik mutlak.
✔ Pada itikad yang pertama, seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang
nyata dari subjek. Pada itikad yang kedua, penilaian terletak pada akal sehat dan
keadilan serta dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan (penilaian tidak
memihak) menurut norma-norma yang objektif.
ASAS KEPRIBADIAN (PERSONALITY)
✔ Asas Kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang yang akan
melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan
saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPdt.
✔ Pasal 1315 KUHPdt menegaskan: “Pada umumnya seseorang tidak dapat
mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Inti ketentuan
ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus
untuk kepentingan dirinya sendiri.
WANPRESTASI DAN AKIBATNYA
✔ Merupakan suatu keadaan dimana salah satu pihak yang mengadakan akad terhalang untuk
melaksanakan prestasinya.
✔ Syarat keadaan memaksa atau darurat adalah seperti:
a. Peristiwa yang menyebabkan terjadinya darurat tersebut tidak terduga oleh para pihak .
b. Peristiwa tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak yang harus melaksanakan
prestasi,
c. Peristiwa yang menyebabkan darurat tersebut di luar kesalahan pihak yang harus melakukan
prestasi,
d. Pihak yang harus melakukan prestasi tidak dalam keadaan beritikad buruk.
✔ Pembuktian adanya keadaan memaksa adalah kewajiban si debitur, Pasal 1244 KUH Perdata, debitur
tidak akan dihukum untuk membayar ganti rugi apabila ia membuktikan bahwa hal tidak dilaksanakan
perjanjiian adalah disebabkan keadaan memaksa (force majeur)
HAPUSNYA HUKUM PERIKATAN
Pasal 1381 secara tegas menyebutkan Sepuluh cara hapusnya perikatan, adalah:
1. Pembayaran.
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
(konsignasi).
3. Pembaharuan utang (novasi).
4. Perjumpaan utang atau kompensasi.
5. Percampuran utang (konfusio).
6. Pembebasan utang.
7. Musnahnya barang terutang.
8. Batal/ pembatalan.
9. Berlakunya suatu syarat batal.
10. Lewatnya waktu (daluarsa).
PERBEDAAN DAN PERSAMAAN
PERSETUJUAN, PERIKATAN, PERJANJIAN, DAN KONTRAK
✔ Black’s Law Dictionary, Memorandum Of Understanding sebagai dasar penyusunan kontrak pada masa
dating didasarkan pada hasil permufakatan para pihak, baik secara tertulis maupun secara lisan.
✔ Munir Fuady, sebagai perjanjian pendahuluan yang akan dijabarkan dan diuraikan dengan perjanjian lainnya
yang memuat aturan dan persyaratan secara detail, sehingga MoU berisi hal-hal yang pokok saja.
✔ Salim H, sebagai Nota Kesepahaman yang dibuat antara subyek hukum yang satu dengan subyek hukum
lainnya, baik dalam suatu negara maupun antara negara untuk melakukan kerjasama dalam berbagai aspek
kehidupan dan jangka waktunya tertentu.
KEDUDUKAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
✔ Pada dasar MoU dibuat para pihak hanya berisi hal-hal yang pokok, seperti kesepakatan mengenai apa
yang menjadi objek perjanjian dan kesepakatan mengenai waktu pengerjaan.
✔ Dalam MoU biasanya tidak dicantumkan hak-hak dan kewajiban dari para pihak, mengakibatkan apabila
terjadi sengketa dalam proses pelaksanaan dari MoU, pihak yang dirugikan tidak dapat menuntut pihak lain
atas dasar wanspretasi atau dengan kata lain sanksi dari tidak dilaksanakannya kepsepakatan tersebut
hanya sebatas sanksi moral.
✔ Kedudukan yuridis, terdapat 2 pendapat:
a. Memorandum Of Understanding hanya merupakan Agreement Gentlement, hanya pengikat moral
tanpa kewajiban hukum untuk memenuhinya.
b. Sekali suatu perjanjian dibuat apapun bentuknyaa, lisan ataupun tertulis, pendek atau Panjang,
lengkap/detail ataupun hanya diatur yang pokok-pokoknya saja, tetapi merupakan perjanjian sehingga
kekuatan pengikat MoU yang kedudukannya sama dengan perjanjian biasa.
✔ Apabila Perjanjian biasa, salah satu pihak ingkar janji maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan gugatan
Wansprestasi, tetapi kalua suatu MoU dianggap sebagai suatu perjanjian pra kontrak/pendahuluan, maka
pihak yang dirugiakan tidak dapat menuntut ganti rugi.
CIRI MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
✔ Prospek bisnisnya belum jelas, sehingga belum bisa dipastikan. Untuk menghindari kesulitan dalam hal
pembatalan suatu agreement maka dibuat MoU yang mudah dibatalkan.
✔ Dianggap penandatangan kontrak masih lama dengan negosiasi yang alot, maka dibuat MoU yang akan
berlaku untuk sementara waktu.
✔ Tiap-tiap pihak dalam perjanjian masih ragu-ragu dan perlu waktu dalam menandatangani suatu kontrak
sehingga untuk sementara dibuatlah MoU.
✔ MoU dibuat dan ditanda tangani oleh para Eksekutif dari suatu perusahaan, maka perlu suatu perjnajjian
yang lebih rinci yang dirancang dan di negosiasi khusus oleh staf-staf yang berkaitan.
TUJUAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING
✔ Upaya memberikan kesempatan kepada pihak lain yang bersepakat untuk memperhitungkan apakah saring
menguntungkan atau tidak, jika diadakan kerjasama sehingga Mou dapat ditindaklanjuti dengan perjanjian
dan dapat diterapkan sanksi-sanksi. Jika salah satu pihak wansprestasi, tetapi jika sanksi-sanksi sudah
dicantumkan dalam MoU akan berakibat bertentangan dengan hukum perjanjian/perikatan karena dalam
MoU belum ada hubungan hukum antara para pihak, hal ini berarti belum mengikat.
✔ Dalam hukum perjanjian kedudukan MoU baik yang mengandung karakter sebagai kontrak atau tida,
mengandung kontrak hanyalah sebagai tahap pendahuluan untuk mengadakan perikatan sehingga belum
mengikat para pihak dan sanksipun belum dapat diberlakuka.