1
Unsur-unsur percobaan yang diatur dalam Pasal 53 KUHP
Ketiga syarat diatas haruslah terbukti terhadap adanya suatu perbuatan yang
dianggap percobaan atau dianggap ada percobaan apabila memenuhi ketiga syarat
diatas. Ada niat seseorang untuk melakukan kejahatan dimana niat tersebut sudah
terwujud dalam suatu permulaan pelaksanaan dan perbuatan yang dilakukan itu tidak
selesai semata–mata bukan kehendak atau niat pelaku.
A. Niat / Kehendak
Pendapat demikian dianut antara lain oleh D. Hazewinkel Suringa, van Hamel,
van Hattum, Jonkers maupun van Bemmelen. Van Dijk menambahkan bahwa
meskipun niat disamakan dengan kesengajaan dapat pula ditimbulkan suatu keadaan
dimana niat yang semula ada dalam pemikiran diri pelaku tidak sebagaimana dalam
penerapannya. Sekali lagi ditegaskan disini bahwa pendapat mempersamakan niat
dengan kesengajaan, dengan pengertian kesengajaan dalam seluruh bentuknya. Hal ini
ditentang oleh Vos. Dimana dikatakan bahwa kalau niat disamakan dengan
kesengajaan. Artinya tidak lebih dari pada kesengajaan yang memang seperti
1
Dr. Nikmah Rosidah, S.H, M.H. 2019 Percobaan, Penyertaan dan Gabungan Tindak Pidana
perbuatan yang dikendakinya (opzet als oogmerk). Tidak termasuk kesengajaan dalam
bentuk–bentuk lainnya.
1. Niat jangan disamakan dengan kesengajaan, tetapi niat secara potensial bisa
berubah menjadi kesengajaan apabila sudah diwujudkan menjadi perbuatan yang
ditiru. Dalam hal semua perbuatan yang diperlakukan untuk kejahatan telaj dilakukan
tetapi akibat yang dilarang tidak timbul. Disinilah niat sepenuhnya menjadi
kesengajaan. Sama halnya kesengajaan dalam delik yang telah selesai.
2. Akan tetapi apabila niat itu belum semua diwujudkan menjadi kejahatan maka niat
masih ada dan merupakan sifat batin yang memberikan arah kepada perbuatan, yaitu “
subyektif onreachts-element”.
3. Oleh karena niat tidak dapat disamakan dengan kesengajaan maka isi niat itu
jangan diambil dari isinya kesengajaan apabila kejahatan timbul. Untuk itu diperlukan
pembuktian tersendiri bahwa isi yang tertentu tadi juga sudah ada sejak niat belum
diwujudkan jadi perbuatan.
B. Permulaan Pelaksanaan
Tidak seorangpun mengetahui niat orang lain. Apabila niat tersebut tidak
diucapkan atau dengan perkataan lain niat seseorang akan diketahui oleh orang lain
apabila orang yang mempunyai niat itu mengutarakan niatnya. Disamping itu niat
seseorang dapat dilihat dari perbuatan-perbuatan yang merupakan permulaan
pelaksanaan niat seseorang. Suatu hal yang mustahil apabila seseorang akan
mengutarakan niatnya akan melakukan suatu kejahatan. Oleh sebab itu dalam
percobaan niat seseorang untuk melakukan kejahatan dihubungkan dengan permulaan
pelaksanaan.Dalam pasal 53 KUHP dapat dilihat bahwa antara niat dan permulaan
pelaksanaan dirumuskan dalam satu nafas.
Putusan Hoge Raad tahun 1889 menghadapi kasus seperti diatas, dianggap
sebagai suatu pengunduran diri secara sukarela. Jadi dianggap bukan merupakan
percobaan, karena dengan sukarela orang tersebut menarik kembali keterangannya
yang tidak benar. Akan tetapi melihat putusan Hoge Raad tahun 1952 memutuskan
telah melakukan suatu delik selesai (delik kesaksian palsu) terhadap seseorang yang
menarik kembali keterangannya setelah penundaan siadang. Disamping peristiwa
seperti itu diuraikan diatas terdapat pula dimana seorang yang melakukan suatu
percobaan kejahatan, sementara itu telah terjadi delik lain yang telah selesai. Peristiwa
ini disebut dengan “percobaan yang dikualifikasi”. Umpamanya ada seorang yang
berniat melakukan pencurian terhadap barang barang dalam sebuah rumah. Untuk itu
orang tersebut telah memasuki halaman rumah tersebut. Akan tetapi sebelum
memasuki rumah sudah tertangkap. Dalam hal ini orang tersebut disamping dianggap
melakukan percobaan pencurian (apabila dilihat dari teori subyektifnya) juga telah
melakukan delik yang selesai. Yakni delik “memasuki halaman tanpa izin”
(Huisvredebruik) seperti yang dimuat dalam pasal 167 KUHP.