BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tempat ( domisilli) merupakan hal yang sangat penting dalam hidup ini. Tiap orang
harus mempunyai tempat tinggal yang pasti dimana ia dapat di cari. Dengan adanya
tempat tinggal atau domisili inilah keadaan seseorang dapat diketahui dengan mudah.
Begitupula dalam ilmu hukum khususnya dalam hal hukum perdata tempat tinggal atau
domisili merupakan bahasan yang sangat penting untuk diketahui begitu pula dengan
catatan sipil.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan domisili?
2. Apakah yang dimaksud dengan catatan sipil?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui maksud dari domisili
2. Untuk mengetahui maksud dari catatan sipil
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Domicilie
1. Pengertian
Tempat tinggal (domisili) diatur terdapat dalam Pasal 17-25 KUHPerdata, tetapi
tidak ada satu pasalpun yang memberikan pengertian tentang tempat tinggal
(domisili) tersebut. Dalam Pasal 17 KUHPerdata hanya menyatakan bahwa setiap
orang dianggap bertempat kediaman di tempat tinggalnya yang pokok. Pengertian
pada umumnya dalam hukum Indonesia terkandung arti territorial, sehingga yang
dimaksud dengan domisili adalah tinggal seseorang atau tempat kedudukan badan
hukum, tetapi terkadang sulit menentukan tempat seseorang yang mempunyai
beberapa tempat kediaman. Oleh karenanya lebih tepat pengertian tempat tinggal
yang dirumuskan oleh Vollmaar , bahwa tempat tinggal adalah tempat seseorang
melakukan perbuatan hukum1.
Perbuatan hukum adalah suatu perbuatan yang menimbulkan akibat hukum.
Yang termasuk perbuatan hukum adalah segala bentuk perjanjian yang bernama atau
tidak bernama seperti jual-beli, sewa-menyewa, tukar-menukar, hibah, beli-sewa,
leasing , pinjam meminjam dan lain-lain. Tujuan dari penentuan domisili ini adalah
untuk mempermudah para pihak dalam mengadakan hubungan hukum dengan pihak
lainya.
1
HS, Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) Cet.I , (Jakarta : Sinar Grafika, 2002), hal
37
3
Arti penting penentuan tempat tinggal (domisili) adalah dimana seseorang harus
dicari bila ada hubungan hukum antara dua pihak, seperti :2
a. Dimana seseorang harus menikah (Pasal 78 KUHPerdata)
b. Dimana seseorang harus dipanggil oleh pengadilan (Pasal 1393 KUHPerdata),
c. Pengadilan mana yang berwenang terhadap seseorang (Pasal 207 KUHPerdata)
Manfaat lainnya penentuan tempat tinggal (domisili) ini adalah dapat ditentukan
tempat pendaftaran akta tertentu misalnya pendaftaran kelahiran pada pada kantor
catatan sipil tertentu. Misalnya, seorang anak lahir di Makassar maka pendaftaran
kelahirannya pada Kantor Catatan Sipil Kodya Makassar, bukan pada Kantor Catatan
Sipil Sungguminasa.
2. Macam-macam domisili
Dalam ilmu menurut Soeroso3, dalam penentuan domisili seseorang harus
memenuhi dua(2) kriterium :
a. Animus (kehendak), ialah kehendak untuk menetapkan atau mengubah tinggal
tinggal.
b. Corpus (perbuatan) ialah tingkah laku yang menunjukkan dilaksanakannya
kehendak tersebut.
Berdasarkan pada kriterium yang kedua menurut Harjowijaya, bahwa sesorang
tidak perlu selalu berada di tempat tinggal utama (pokok), karena hal itu bukan
merupakan syarat mutlak.
Selain kriterium tersebut, penentuan domisili juga dapat didasarkan atas dua
hal :
a. Dimana seseorang harus dianggap selalu berada untuk memenuhi kewajibannya
dan melaksanakan hak-haknya.
Contohnya : Seorang Pegawai UIN Alauddin Makassar yang dalam kenyataannya
bertempat tinggal di Sungguminasa akan dikatakan bertempat tinggal di
2
Tutik,Titik Triwulan. Pengantar Hukum Perdata di Indonesia, (Surabaya : Prestasi Pustaka
Publisher, 2006 ), hal 57
3
Soeroso,R. Perbandingan Hukum Perdata. (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), hal 167
4
4
Salim, op. cit., hal 37-40
5
1) Tempat kediaman sukarela atau yang berdiri sendiri adalah tempat kediaman
yang tidak bergantung/ditentukan oleh hubungannya dengan orang lain.
2) Tempat kediaman yang wajib adalah tempat kediaman yang ditentukan oleh
hubungan yang ada antara seseorang dengan orang lain,misalnya antara istri
dengan suaminya,antara anak dengan walinya,dan antara curatele dengan
curator-nya (pengampunya).
Ketentuan-ketentuan yang mengatur tempat kediaman yangsesungguhnya,
terdapat didalam Pasal 20-23 KUHPerdata. Ketentuan tersebut dikemukakan
berikut ini.
1) Pasal 20 KUH Perdata; Domisili pengawai adalah tempat kediaman pengawai
adalah tempat dimana dia melaksanakan jabatanya.
2) Pasal 21 KUH Perdata: Domisili istri,anak dibawah umur dan kuratel. Seorang
istri yang tidak bercerai dan tidak berpisah meja dan tempat tidur,maka tempat
kediamanya pada domisili suaminya.Tempat domisili dari anak dibawah umur
adalah ditempat orang tuanya bertempat tinggal atau walinya. Orang dewasa
yang berada dibawah pengampunan (Curatele) adalah mengikuti tempat
kediaman kuratornya (pengampunya).
3) Pasal 22 KUH Perdata : Domisili Buruh Ada tiga golongan
buruh,Yaitu:Buruh dibawah umur,buruh Kuratel,dan buruh yang tinggal
dirumah majikan. Buruh dibawah umur mengikuti tempat tinggal orang
tuanya.Buruh dibawah pengampuan (Curatele), tempat tinggalnya mengikuti
tempat tinggal curator-nya (Pengampunya). Buruh yang bertempat tinggal
dirumah majikannya( dalam praktek saat ini seorang buruh bebas memilih
tempat tinggal tergantung perjanjian awal sebelum bekerja .
4) Pasal 23 KUH Perdata : Tempat kediaman orang meninggal Dunia seorang
yang meninggal dunia,ditentukan tempat kediamannya di tempat ia berdiam
terakhir.
Domisili yang dipilih (domocili of choice) dapat dibedakan menjadi dua
macam dikemukakan berikut ini.
1) Domisili yang ditentukan oleh UU, adalah tempat kediaman yang dipilih
berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.
6
Biasanya terdapat dalam hukum acara, waktu melakukan eksekusi, dan orang
orang yang mengajukan eksepsi (tangkisan). Hal ini dapat dilihat dalam Pasal
66 UU Nomor 7 Tahun 1989 tentang peradilan agama, yang
berbunyi :”Seorang suami yang ingin menggungat istrinya maka ia harus
mengajukan gugatan di tempat tinggal istrinya,”
2) Domisili secara bebas ,adalah tempat kediaman yang dipilih secara bebas oleh
para pihak yang akan mengadakan kontrak atau hubungan hukum. Misalnya,
A melakukan pembayaran pada B maka kedua belah pihak memilih kantor
Notaris sebagai tempat pembayaran. Dasar Hukumnya adalah Pasal 24 KUH
Perdata.
Ada empat syarat yang harus dipenuhi oleh para pihak dalam menentukan
domisili yang dipilih, yakni:
a) Pilihan harus terjadi dengan perjanjian.
b) Perjanjian harus diadakan secara tertulis.
c) Pilihan hanya dapat terjadi untuk satuatau lebih perbuatan hukum atau
hubungan hukum tertentu.
d) Untuk pilihan itu diperlukan adanya kepentingan yang wajar.
Dari keempat syarat itu, syarat yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak
adalah syarat kedua,yaitu perjanjian yang dibuat dalam bentuk perjanjian dibawah
tangan dan perjanjian autentik.Perjanjian autentik adalah suatu perjanjian yang
dibuat dimuka dan atau dihadapan pejabat yang berwenag, Seperti Notaris ,
Camat , dan Juru sita.
B. Catatan Sipil (Pencatatan peristiwa hukum)
1. Pengertian catatan sipil
Catatan sipil yang dalam bahasa Inggrisnya disebut the civil registry, bahasa
Belanda yaitu het maatschappelijk atau Burgelijke stand, bahasa Jermannya,
Burgerkrieg beachten mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara karena lembaga ini akan berperan dalam rangka
memberikan kepastian hukum tentang kelahiran, perkawinan, pengakuan terhadap
anak luar kawin, percerain dan kematian. Pengertian tentang catatam sipil di
7
5
Salim HS, Erlies Septiana Nurbani, Perbandingan Hukum Perdata Comparative Civil Law, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014) hal. 97
8
Organisasi catatan sipil ditetapkan oleh menteri dalam negeri yang mendapat
persetujuan tertulis dari menteri yang bertanggung jawab di bidang penertiban dan
penyempurnaan aparatur Negara.
Gubernur Kepala daerah bertanggungjawab atas penyelenggaraan Catatan sipil.
Penyelenggaraan Catatan sipil dilakukan oleh Bupati/walikota yang menunjuk camat
selaku Pegawai pencatatan sipil di wilayah kecamatan.
6
Ibid, hal 98
9
b. Akta Perkawinan
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan yang berlaku (pasal 2 ayat 1
Undang-Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974). Bagi mereka yang melakukan
perkawinan menurut agama Islam, pencatatan dilakukan di Kantor Urusan Agama
(KUA). Sedang bagi yang beragama Katholik, Kristen, Budha, Hindu, pencatatan itu
dilakukan di Kantor Catatan Sipil (KCS).
Sahnya Perkawinan, sebuah perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu (pasal 2 ayat 1 UU
Perkawinan). Ini berarti bahwa jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan
rukun nikah atau ijab kabul telah dilaksanakan (bagi umat Islam) atau pendeta/pastur
telah melaksanakan pemberkatan atau ritual lainnya (bagi yang non muslim), maka
perkawinan tersebut adalah sah, terutama di mata agama dan kepercayaan
masyarakat.
Karena sudah dianggap sah, akibatnya banyak perkawinan yang tidak
dicatatkan. Bisa dengan alasan biaya yang mahal, prosedur berbelit-belit atau untuk
menghilangkan jejak dan bebas dari tuntutan hukum dan hukuman adiministrasi dari
atasan, terutama untuk perkawinan kedua dan seterusnya (bagi pegawai negeri dan
ABRI). Perkawinan tak dicatatkan ini dikenal dengan istilah Perkawinan Bawah
Tangan (Nikah Syiri’).
7
Ibid, hal 99
10
c. Akta Perceraian8
Perceraian yang secara sah menurut hukum negara (sesuai dengan UU no 1
Tahun 1974) adalah melalui Pengadilan. Perceraian yang demikian wajib dicatat dan
memperoleh akta cerai. Perceraian merupakan salah satu peristiwa penting yang
mengubah status catatan sipil seseorang. Perceraian mengubah status kawin menjadi
status janda atau duda, dan membawa akibat-akibat hukum lain seperti pembagian
harta bersama (gono-gini), serta hak dan kewajiban terhadap anak. Pengadilan hanya
memutuskan mengadakan sidang pengadilan untuk menyaksikan perceraian apabila
memang terdapat alasan-alasan dan pengadilan ber- pendapat bahwa antara suami
isteri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan untuk hidup rukun lagi
dalam rumah tangga. Sesaat setelah dilakukan sidang untuk menyaksikan perceraian
yang dimaksud maka Ketua Pengadilan membuat surat keterangan tentang terjadinya
8
Ibid, hal 100
11
9
Ibid, hal 100
12
10
Ibid, hal 102
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Tempat tinggal adalah tempat seseorang melakukan perbuatan hukum.
b. Lembaga catatan sipil mengurusi pencatatan peristiwa hukum seseorang seperti
kelahiran, perkawinan, kematian, pengakuan, dan pengesahan anak.
B. Saran
Untuk lembaga catatan sipil agar bekerja lebih baik dalam melakukan pencatatan dan
terkait dengan tempat tinggaldan keadaan tidak hadirnya seseorang agar status hukumnya
jelas.