Anda di halaman 1dari 18

HAK-HAK DAN KEWENANGAN SUBJEK HUKUM PADA

DOMISILINYA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas terstruktur

Mata kuliah: Hukum Perdata

Dosen Pengampu: Mabarrah Azizah S.H., M.H

Disusun oleh :

Muzayyana Uswah (214110301175)

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H SAIFUDDIN ZUHRI

PURWOKERTO

1
2022

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Berkat


limpahan rahmat dan karunia-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah
ini guna memenuhi tugas mata kuliah Hukum Perdata.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta


menambah wawasan tentang “Hak-Hak Dan Kewenangan Subjek Hukum Pada
Domisilinya”. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada rekan-rekan dan semua
pihak yang telah membantu, sehingga makalah kami ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati kami sangat mengharapkan kritik dan


sarannya yang bersifat membangun, agar kami dapat menyusun makalah lebih
baik lagi.  Kami  menyadari  masih  banyak  kekurangan dan jauh
dari sempurna. Karena kesempurnaan sesungguhnya hanya datangnya dari Allah
SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para penulis pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Purwokerto, 09 Mei 2022

Penulis …elakang

Tempat tinggal/domisili diterjemahkan sebagai domisili, yang berarti


tempat tinggal. Dalam pengertian hukum, tempat tinggal adalah di mana
seseorang dianggap selalu hadir dalam rangka melaksanakan hak dan
kewajibannya, meskipun ia belum pernah ke sana pada suatu waktu.
Menurut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, tempat atau tempat tinggal
adalah “tempat dimana seseorang dianggap ada dalam hal hak dan pelaksanaan
kewajibannya, walaupun sebenarnya ia tidak berada di tempat itu”. Sementara

3
perumahan, menurut Vollmar, adalah tempat seseorang melakukan tindakan
hukum, yang disebut pekerjaan hukum adalah sesuatu yang memiliki akibat
hukum. Misalnya jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, menghibahkan,
menyewakan, dll.
Menurut KUHPerdata, tempat tinggal sering disebut rumah, kadang-
kadang kota. Oleh karena itu, dapat diterima setiap orang untuk selalu memiliki
tempat tinggal tempat mereka melakukan kegiatan sehari-hari atau tempat tinggal
utama mereka. Terkadang sulit untuk menentukan di mana seseorang tinggal
karena dia bisa pindah (rumahnya banyak). Untuk kenyamanan, perbedaan dibuat
antara tempat tinggal dan tempat tinggal yang sebenarnya.
Tempat tinggal yang sah adalah "tempat di mana seseorang dianggap
selalu berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya, bahkan jika dia
benar-benar bertempat tinggal di tempat lain".

1.1. Rumusan Masalah


a. Apa pengertian domisili?
b. Bagaimana catatan mengenai domisili?
c. Apa saja macam-macam domisili?
d. Bagaimana hak dan kewajibannya?
e. Bagaimana status hukumnya?
f. Apa arti penting domisili?
g. Apa saja syarat-syarat domisili?

1.2. Tujuan
Sesuai dengan pokok-pokok permasalahan di atas, tujuan dari pembuatan
makalah ini yakni :
a. Mengetahui pengertian domisili.
b. Mengetahui catatan mengenai domisili.
c. Mengetahui macam-macam domisili.
d. Mengetahui hak dan kewajiban subjek hukumnya
e. Mengetahui status hukumnya
f. Mengetahui arti penting domisili.

4
g. Mengetahui syarat-syarat domisili.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Domisili

Tempat tinggal yang sah, dalam pengertian hukum, adalah suatu tempat di
mana seseorang harus dianggap hadir secara tetap sehubungan dengan
pelaksanaan hak dan pelaksanaan kewajiban, meskipun pada suatu saat ia tidak
pernah dapat hadir di tempat itu.

Menurut Vollmar, tempat tinggal adalah tempat dimana seseorang


melakukan perbuatan hukum, dan yang disebut perbuatan hukum mempunyai
akibat hukum. Misalnya jual beli, sewa menyewa, tukar menukar, menghibahkan,
menyewakan, dll. Tujuan didirikannya tempat tinggal adalah untuk memudahkan
para pihak mengadakan hubungan hukum dengan pihak lain.

Berdasarkan pengertian di atas, ada unsur-unsur rumusan domisili, yaitu:

1. Keberadaan suatu tempat, apakah suatu tempat bersifat permanen atau


sementara.
2. Ada orang yang selalu berada di daerah tersebut.
3. Adanya Hak dan Kewajiban.
4. Adanya kesuksesan.
Secara hukum, setiap orang harus memiliki tempat untuk mencari. Arti
dari tempat tinggal ini adalah:
1. Jika seseorang akan menikah (Pasal 78 KUHPerdata)
2. Jika seseorang akan dipanggil ke pengadilan (Pasal 1393 KUHPerdata)
3. Pengadilan mana yang berwenang mengadili seseorang (Pasal 207
KUHPerdata)
Selanjutnya berdomisili badan hukum dan badan hukum yang juga
melakukan usaha yang sah. Namun, KUHPerdata tidak mengatur tempat tinggal
badan hukum. Untuk badan hukum tidak digunakan istilah tempat tinggal,

6
melainkan kedudukan (ZETEL), yaitu tempat tinggal pengurus. Idealnya suatu
badan hukum dapat memiliki satu atau lebih domisili. Hal ini tercermin dalam
anggaran dasar. Misalnya badan hukum “Ranggolawe Interprise” berkedudukan di
Tuban, selain memiliki cabang sebagai perwakilan di kotamadya lain.
Tempat tinggal yang sah adalah tempat di mana seseorang selalu dianggap
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajibannya, bahkan jika mereka
benar-benar tinggal di tempat lain. Menurut Pasal 77, Pasal 1393; 2 KUH Perdata
adalah tempat tinggal "tempat tinggal di mana perlu untuk melakukan perbuatan
hukum di luar". Bagi orang yang tidak memiliki tempat tinggal tertentu, tempat
tinggal tersebut dianggap tepat di mana ia berada.

2.2 Beberapa Catatan Mengenai Domisili

Untuk menafsirkan Pasal 74-82, hal-hal berikut harus diperhatikan:

1. Masa tinggal dapat berupa kotamadya di mana tempat tinggalnya berada,


tetapi dapat juga berupa rumah tertentu. kadang-kadang hukum
menggunakan kata tempat tinggal dalam satu arti, tetapi kadang-kadang
digunakan dalam arti lain.
Dalam Pasal 1, 4, sub 5 dan 6, Rv dimaksudkan untuk mengosongkan
rumah. dalam hal. 131 KUH Perdata dan Pasal 95 dan 126 Rv, sebaliknya,
dimaksudkan sebagai arti yang lebih luas dari kata rumah.
2. Badan hukum juga berdomisili. Ini biasanya disebut kedudukan atau
tempat tinggal badan hukum.
3. Menurut beberapa Ares dari Dewan Tinggi, ketentuan-ketentuan yang
hidup dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata berlaku juga bagi
penerapan hukum administrasi, kecuali jika hukum itu menyimpang dari
ketentuan-ketentuan itu.
4. Sehubungan dengan hubungan antara ketentuan tempat tinggal dan
kewajiban untuk mendaftar dalam daftar penduduk, permohonan
pendaftaran atau pendaftaran itu sendiri tidak pernah membuktikan
kependudukan dalam arti sebagai warga negara. Kode, yang terkuat dari
yang dapat disimpulkan dari fakta.

7
5. Ketentuan mengenai pekerja (buruh) tetap lebih tua dari ketentuan tentang
perempuan dan sebagainya. Dengan demikian, pekerja yang diasuh di kost
tersebut tidak tinggal di kediaman majikannya, melainkan di kediaman
pengasuhnya.
6. Pasal 77 hanya dapat dikatakan secara historis. KUH Perdata sebelumnya
telah menyatakan bahwa masa jabatan Kantor Umum lebih alami daripada
pemindahan kursi langsung, dan pembuat undang-undang tidak ingin
mengamanatkan pemindahan otomatis semacam itu.
7. Yang dimaksud dengan rumah bintang atau kuburan dalam Pasal 80
penting bagi berbagai ketentuan hukum waris.

2.3 Macam-Macam Domisili

A. Dalam hukum Eropa kontinental, khususnya dalam KUHPerdata dan


NBW (new BW) Belanda, tempat tinggal dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu;
1. Tempat kediaman yang sesungguhnya
Tempat untuk melakukan tindakan hukum pada umumnya. Kawasan
hunian sebenarnya terbagi menjadi 2 kelas, yaitu:
a. Tempat tinggal sukarela atau mandiri adalah tempat tinggal yang
tidak tergantung/ditentukan hubungan dengan orang lain.
b. Tempat tinggal wajib adalah tempat tinggal yang ditentukan oleh
hubungan yang ada antara satu orang dengan orang lain, seperti
seorang wanita dan suaminya, antara anak-anak dan pengasuhnya.
dan antara kurator dengan kuratornya.
Ketentuan mengenai tempat tinggal yang sebenarnya terdapat dalam
Pasal 20-23 KUHPerdata, yaitu:
a) Pasal 20: tempat tinggal anggota staf
Orang-orang yang ditugaskan untuk dinas universal akan dianggap
bertempat tinggal di wilayah di mana mereka melayani.
b) Pasal 21: tempat tinggal wanita, anak di bawah umur dan wali
Seorang wanita yang menikah dan tidak memisahkan meja dan
tempat tidur tidak memiliki tempat tinggal selain suaminya; anak

8
di bawah umur mengikuti tempat tinggal salah satu orang tua yang
menjalankan tanggung jawab orang tua atas mereka atau tempat
tinggal pengasuh mereka; perwalian orang dewasa mengikuti
perwalian mereka.
c) Pasal 22: tempat tinggal pekerja
Tanpa mengurangi pasal sebelumnya, pekerja telah ditampung di
rumah majikannya jika mereka tinggal satu rumah dengan
majikannya.
d) Pasal 23: tempat tinggal orang yang meninggal
Rumah yang diduga dari kematian almarhum adalah rumah di
mana dia tinggal.
Seperti contoh:
 Wanita yang sudah menikah mengikuti suaminya
 Anak di bawah umur diatur oleh tempat tinggal orang tua / wali
mereka
 Orang dewasa yang diawasi mengikuti supervisor.
 Pekerja/buruh mengikuti tempat tinggal majikannya
2. Tempat kediaman yang dipilih
Akomodasi/domisili yang dipilih dapat dibagi menjadi 2 kelas, yaitu:
1) Domisili/Tempat tinggal ditentukan oleh undang-undang
Tempat tinggal dipilih berdasarkan ketentuan yang dipilih
berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam undang-undang. Ini
biasanya dalam hukum acara, waktu pembunuhan dan orang yang
membuat pengecualian.
2) Domisili secara bebas
Domisili secara bebas/Domile gratis adalah kesimpulan dari
kontrak atau hubungan hukum. Misalnya A membayar B, maka
kedua belah pihak memilih Kantor Notaris sebagai tempat
pembayaran.
Menurut Subekti ada juga yang disebut “rumah kematian” atau “domisili
penghabisan”, yaitu rumah di mana seseorang meninggal dunia. Rumah
penghabisan ini mempunyai arti penting, yaitu :

9
1) Menentukan hukum waris yang harus diterapkan
2) Untuk menentukan kewenangan mengadili kalau ada gugatan
“Tempat kediaman untuk Badan Hukum disebut tempat kedudukan badan
hukum ialah tempat dimana pengurusnya menetap”. Dilihat dari segit
erjadinya peristiwa hukum, tempat tinggal itu dapat digolongkan empat
jenis, yaitu :
a) Tempat tinggal yuridis
b) Tempat tinggal nyata
c) Tempat tinggal pilihand.
d) Tempat tinggal ikutan (tergantung)
Tempat tinggal yang sah atau tempat tinggal secara yuridis terjadi melalui
peristiwa hukum kelahiran, transmisi atau mutasi. Tempat tinggal yang sah
dapat dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau dokumen
lainnya. Jika peristiwa hukum itu merupakan perbuatan hukum pendirian
badan hukum, maka tempat tinggalnya dikukuhkan dengan akta pendirian
(undang-undang). Kursi hukum adalah kursi utama. Tempat tinggal yang
sebenarnya terjadi melalui peristiwa-peristiwa hukum yang sebenarnya
dari keberadaan. Biasanya ada bukti kehadiran di area ini. Kediaman yang
sebenarnya bersifat sementara karena peristiwa atau kebutuhan tertentu
yang tidak berlangsung lama. Misalnya, seorang siswa dengan KTP
Jakarta selama tiga bulan menggunakan KKN di desa Ketapang di
Lampung utara, jadi dia benar-benar tinggal di Ketapang.
Pilihan tempat tinggal disebabkan oleh peristiwa hukum yang mengakhiri
perjanjian dan tempat tinggal dipilih oleh para pihak yang membuat
perjanjian. Tempat tinggal ini dibuktikan dengan akta yang dibuat untuk
notaris. Misalnya dalam perjanjian disebutkan bahwa tempat yang dipilih
adalah Pengadilan Negeri Klas I Tanjung Karang. Kediaman (tanggungan)
terjadi karena suatu peristiwa hukum, status status hukum orang tersebut,
sebagaimana ditentukan oleh undang-undang,
misalnya :
a) Tempat tinggal istri sama dengan tempat tinggal suami (pasal 32
UU No.1 Tahun 1974)

10
b) Tempat tinggal anak mengikuti tempat tinggal orang tua (pasal 47
UU No.1 tahun 1974)
c) Tempat tingggal orang di bawah pengampuan mengikuti tempat
tinggal pengampunya/walinya (pasal 50 UU No.1 tahun 1974)
Dokumen melalui akta nikah, kartu keluarga/kartu orang tua, keputusan
pengadilan yang menunjuk wali. Kelanjutan dari masa tinggal lanjutan ini
akan berlanjut atau akan dihentikan jika status hukum yang bersangkutan
berubah.
B. Di dalam Common Law domisili dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
1. Domicili of origin/Tempat tinggal asal, tempat tinggal seseorang
ditentukan oleh tempat asal seseorang sebagai tempat kelahiran
ayahnya yang sah.
2. Domicili of dependence/Tempat tinggal orang-orang yang menjadi
tanggungan adalah tempat tinggal ayah dari anak-anak yang belum
dewasa, tempat tinggal ibu dari anak-anak yang tidak sah, dan
tempat tinggal istri di tempat kediaman suaminya.
3. Tempat tinggal pilihan Anda adalah tempat tinggal yang ditunjuk /
dipilih oleh orang dewasa, di samping kegiatan sehari-hari mereka.

2.4 Hak Dan Kewajiban Subjek Hukum

Tempat tinggal menentukan hak dan kewajiban seseorang menurut hukum.


Hak dan kewajiban tersebut dapat timbul dalam bidang hukum perdata. Hak dan
kewajiban di bidang hukum publik, misalnya :

a) Hak memilih dalam pemilihan umum, hak pilih hanya diberikan di TPS
tempat orang tersebut bertempat tinggal.
b) Kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan dipenuhi hanya di tempat
tinggal/alamat orang tersebut.
c) Kewajiban membayar dan pajak kendaraan bermotor akan dipenuhi hanya
di tempat tinggal/alamat orang tersebut, karena kendaraan bermotor
didaftarkan sesuai dengan alamat pemiliknya.

Hak dan kewajiban dalam hukum perdata misalnya :

11
a) Jika tempat pembayaran tidak ditentukan dalam kontrak, debitur wajib
membayar tempat tinggalnya (Pasal 1393 (2) KUHAP).
b) Pemberi pinjaman wajib membayar cek kepada pemilik (debitur) di tempat
tinggal/alamat pemberi pinjaman (Pasal 137 KUHD). Ini berarti bahwa
kreditur (bank) harus dibayar. Kreditur (bank) hanya membayar di
kantornya, tidak di tempat lain.
c) Debitur berhak menerima pinjaman dari kreditur (bank) di kantor kreditur
(bank), serta kewajiban untuk membayar utang di kantor kreditur.

2.5 Status Hukum

Status hukum seseorang juga akan menentukan di mana ia tinggal, yaitu ia


juga akan menentukan hak dan kewajibannya menurut hukum. Tempat tinggal
wanita ditentukan dengan kesepakatan dengan suaminya. Oleh karena itu, hak dan
kewajiban hukum diatur oleh tempat tinggal tertentu. Tempat tinggal anak di
bawah umur ditentukan oleh tempat tinggal orang tuanya. Oleh karena itu hak dan
kewajiban anak ditentukan oleh tempat tinggal kedua orang tuanya. Perjanjian
tersebut juga menyebutkan tempat tinggal atau tempat bekerja. Oleh karena itu
hak dan kewajiban untuk mengikuti tempat tinggal/alamat yang dipilih sesuai
dengan kontrak.

2.6 Arti Penting Domisili

Arti penting tempat tinggal bagi orang perseorangan atau badan hukum
adalah dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban menentukan status hukum
seseorang dalam urusan pidana lalu lintas di pengadilan. Tempat tinggal
memutuskan apakah orang tersebut harus memenuhi hak dan kewajibannya dalam
kasus hukum apa pun. Tempat tinggal juga menentukan status hukum orang
tersebut, jika ia menikah, jika ia dalam keadaan yang tidak wajar, jika ia tidak
dapat bertindak. Tempat tinggal juga memutuskan apakah seseorang
bernegosiasi / kecil. Pengadilan negeri atau pengadilan agama berwenang

12
mengadili perkara perdata yang wilayah hukumnya meliputi domisili tersangka
(Pasal 118 HIR).

Domisili penting untuk seseorang dalam hal sebagai berikut :

a) Untuk menentukan atau menunjukan suatu tempat di mana berbagai


perbuatan hukum harus dilakukan, misalnya mengajukan gugatan,
pengadilan mana yang berwenang mengadili (menurut Sri Soedewi
M.Sofwan).
b) Untuk mengetahui dengan siapakah seseorang itu melakukan hubungan
hukum serta apa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing (Riduan
Syahrani).
c) Untuk membatasi kewenangan berhak seseorang.
Actor Sequartur Forum Rei.
Berdasarkan asas aktor sequatur forum rei, ditetapkan bahwa yurisdiksi
relatif peradilan untuk menyelidiki adalah sengketa perdata: Pengadilan negeri
tempat tersangka berdomisili memiliki yurisdiksi. Oleh karena itu, agar suatu
perkara memenuhi syarat yurisdiksi relatif, maka perkara tersebut harus dibawa ke
pengadilan negeri tempat tergugat berdomisili. Perbuatan tersebut dapat menjadi
tidak sah jika diajukan ke pengadilan negeri di daerah tempat kedudukan tergugat.
Tempat tinggal tersangka adalah tempat tinggal berdasarkan KTP, Kartu
Keluarga, atau Surat Pajak. Perubahan tempat tinggal setelah kasus dibawa tidak
mempengaruhi keabsahan relatif dari tindakan. Alasannya untuk menjamin
kepastian hukum dan melindungi kepentingan para pemohon.
a. Actore sequatur Forem rei dengan hak opsi.
Apabila pihak tergugat teridiri dari beberapa orang dan masing-masing
bertempat tinggal di beberapa wilayah hukum Pengadilan Negeri yang
berlainan maka hukum memberi hak kepada Penggugat untuk memilih
salah satu diantara tempat tinggal para tergugat. Dengan demikian
penggugat dapat mengajukan gugatan kepada salah satu Pengadilan negeri
yang dianggap paling menguntungkan dan/atau yang paling memudahkan
baginya dalam pengajuan saksi nantinya.
b. Actor Sequitur forum Rei tanpa hak opsi

13
Kompetensi relatif dalam hal ini hanya berlaku bagi jenis sengketa hutang
piutang dimana ada 3 kedudukan yakni pihak debitur, debitur pokok dan
penjamin. Dalam hal ini meskipun tergugat terdiri dari beberapa orang
serta tinggal di wilayah hukum Pengadilan Negeri yang berlainan maka
sudah seharusnya gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri tempat tinggal
penjamin (guarantor).
c. Tempat Tinggal Penggugat.
Ketentuan yang membolehkan gugatan diajukan ke Pengadilan Negeri
tempat tinggal penggugat merupakan pengecualian asas actor sequatur
forum rei. Penggugat dapat mengajukan gugatan di Pengadilan Negeri
tempat tinggal penggugat sepanjang :
1. Tidak diketahui tempat tinggal tergugat
2. Juga tidak diketahu tempat tinggal (diam) sebenarnya.
d. Forum Rei Sitae.
Dasar menentukan patokan kompetensi relatif menurut asas forum rei
yang diatur pasal 118 a ayat 3 HIR jo Pasal 1435 Rbg dan pasal 99 hur a
ayat 8RV adalah objek sengketa yang terdiri dari barang tidak bergerak
(real property/immavable property). Dalam sengketa yang menyangkut
barang tidak bergerak maka gugatan harus diajukan ke Pengadilan Negeri
ditempat mana barang objek perkara diletakkan.
e. Forum rei Sitae dengan hak opsi
Kalau objek perkara terdiri dari beberapa barang tidak bergerak yang
terletak di beberapa daerah hukum Pengadilan negeri maka Penggugat
dapat melakukan pilihan, dapat mengajukan gugatan kepada salah satu
Pengadilan negeri yang dianggap paling menguntungkan.
f. Domisili pilihan.
Mengenai domisili pilihan, penerapannya berpegang kepada ketentuan
pasal 118 a. 4 HIR jo Pasal142 Rbg jo. Pasal 99 a. 6 Rv yang mana atas
ketentuan tersebut menyatakan bahwa kesepatan atas domisili pihak yang
dituangkan dalam suatu perjanjian bersifat alternatif yang artinya dapat
diajukan ke pengadilan sesuai dengan domisili yang disepakati. Namun
demikian tetap memberi hak bagi Penggugat untuk mengajukan gugatan

14
ke Pengadilan negeri tempat tinggal tergugat. Jadi singkatnya, domisili
pilihan, tidak mutlak menyingkirkan patokan actor sequatur forum rei.
Seperti kita ketahui bahwa gugatan harus diajukan kepada Pengadilan
Negeri tergugat bertempat tinggal (actor sequitor forum rei) (pasal 118
ayat 1 HIR).
Namun asas ini (actor sequitor forum rei) ada pengecualiannya yaitu:
1) Bila tempat tinggal tergugat tidak diketahui maka bisa di PN tempat
kediaman penggugat.
2) Bila tergugat 2 atau lebih, penggugat bisa memilih salah satunya
tergantung keuntungan yang bisa diperoleh oleh penggugat.
3) Bila mengenai barang tetap, dapat diajukan ke PN barang tetap itu
terletak.
4) Apabila ada tempat tinggal yang dipilih dengan suatu akta, maka
gugatan dapat diajukan kepada PN di tempat tinggal yang dipilih
dengan akta tsb.
5) Bila tidak cakap, maka diajukan ke ketua PN tempat tinggal orang
tuanya, walinya atau pengampunya. (pasal 21 BW)
6) Tentang penjaminan (vrijwaring) yang berwenang mengadili adalah
PN yang pertama dimana pemeriksaan dilakukan (pasal 99 ayat (14)
RV).
7) Permohonan pembatalan perkawinan ke PN tempat tinggal suami istri
(pasal 25 jo. Pasal 63 ayat (1)bUU 1/1974).
8) Gugatan perceraian dapat diajukan kepada PN kediaman penggugat.
Bila tergugat di luar negeri, gugatan ditempat kediaman penggugat dan
ketua PN menyampaikan permohonan kepada tergugat melalui
perwakilan RI setempat. (pasal 40 jis pasal 63 (1)b UU 1/1974 pasal
20 (2) dan (3) PP 9/1975)

2.7 Syarat-Syarat Domisili

Ada 4 syarat yang harus dipenuhi oleh para pihak dalam menentukan
domisili yang dipilih:

15
a. Pilihan harus terjadi dengan perjanjian
b. Perjanjian harus terjadi dengan tertulis
c. Pilihan hanya dapat terjadi untuk satu atau lebih perbuatan hukum
atau hubungan hukum tertentu.
d. Untuk pilihan itu adanya kepentingan yang wajar.

Syarat kedua dari empat syarat yang harus dipenuhi oleh kedua belah
pihak adalah perjanjian harus dibuat secara tertulis. Perjanjian tertulis adalah
perjanjian tertulis. Perjanjian tertulis dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu
perjanjian dan perjanjian nyata. Sebaliknya, perjanjian itu sendiri adalah
perjanjian yang dibuat di muka atau di hadapan pejabat yang berwenang, seperti
notaris, kepala wilayah dan panitera.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan makalah kami dapat diambil kesimpulan diantaranya1).


domisili merupakan tempat seseorang melakukan Perbuatan Hukum.2).
Perbuatan hukum adalah suatu yang menimbulkan akibat hukum3). unsur-
unsur dalam rumusan domisili,yaitu:
a. Adanya tempat tertentu apakah tempat itu tetap atau untuk sementara.
b. Adanya orang yang selalu hadir pada tempat tersebut.
c. Adanya Hak dan Kewajiban.
d. Adanya prestasi.
Pentingnya domisili ini ialah dalam hal:
a. Dimana seseorang harus menikah (pasal 78 KUH Per.)
b. Diamana seseorang harus dipanggil oleh Pengadilan (pasal 1393 KUH
Per.)
c. Pengadilan mana yang berwenang terhadap seseorang (pasal 207 KUH
Per.)

3.2 Saran
Saya sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dansangat jauh dari kesempurnaan.Tentunya, saya akan terus
memperbaiki makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

17
DAFTAR PUSTAKA

Salim, Pengantar hukum Perdata Tertulis, Jakarta, Sinar Grafika, 2008


Triwulan ,Titik,Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional, Jakarta, Kencana,
2010
Vollmar,Pengantar Studi Hukum Perdata,Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1996
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Kamello, Tan dkk. 2011. Hukum Perdata: Hukum Orang dan Keluarga. USU
Press. Medan.
Komariah, 2010. Edisi Revisi Hukum Perdata. Universitas Muhammadiyah
Malang.
Muhammad, Abdulkadir. 2011. Hukum Perdata Indonesia. Citra Aditya Bakti.
Bandung.
Subekti, R dkk. 2004. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Pradnya Paramita.
Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai