BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lebih yang telah meninggal dunia. Kendati hukum itu sudah lama ada dan
telah meninggal dunia tersebut kerap menjadi masalah dan bahkan tidak
kesengajaan, tapi ada pula yang disebabkan oleh faktor kekurangan dalam
tersebut. Untuk lebih jelasnya tentang hukum waris menurut BW ini akan
B. Rumusan Masalah
10. Bagaimana bila harta warisan dibagikan ketika pewaris masih hidup?
C. Tujuan
hibah
10. Mengetahui akibat bila harta warisan dibagikan ketika pewaris masih
hidup
PEMBAHASAN
1
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan Di Indonesia, (Bandung: Sumur Bandung,
1996),
Hlm.8.
2
Gregor van der Bught, Hukum Waris Buku Kesatu (seri Pitlo), terjemahan F. Tengker,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hlm.1.
3
R. Abdoel Djamali, S.H., Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
cet.19, hlm. 164.
4
Djaja S. Meliala, S.H., M.H., Perkembangan Hukum Perdata Tentang Benda Dan
Hukum Perikatan, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), cet. 1, hlm. 120.
Dari pengertian “pewarisan”, sebagaimana diuraikan di atas, akan
ahliwarisnya?
Ad. 1. Agar harta kekayaan beralih dari si pewaris kepada ahli warisnya, harus
Sedangkan syarat mutlak adalah harus ada orang meninggal (Pasal 830
KUHPerdata), kecuali dapat terjadi dalam keadaan tidak hadir (Pasal 467
Ad. 2. Kapan harta kekayaan itu beralih? Dalam hukum waris berlaku asas, bahwa
apabila seorang meninggal, maka seketika itu juga segala hak dan
asas le mort saisit le vif. Asas ini terkandung dalam Pasal 833 (1)
dan menurut maksudnya penuntutan itu harus ditujukan pada orang yang
karena itu, penuntutan tersebut tidak boleh ditujukan pada seorang yang
testamentair atau seorang curator atas suatu harta peninggalan yang tidak
hukum kekayaan harta benda saja yang dapat diwariskan. Dengan kata lain
sebagai seorang suami atau sebagai seorang ayah tidak dapat diwariskan,
suatu perkumpulan. Tetapi ada juga satu dua kekecualian, misalnya hak
seorang bapak untuk menyangkal sahnya anaknya dan di pihak lain hak
seorang anak untuk menuntut supaya ia dinyatakan sebagai anak yang sah
oleh) ahli waris dari masing-masing orang yang mempunyai hak-hak itu.
dalam lapangan hukum perbedaan atau perjanjian, tetapi tidak beralih pada
dalam Buku II dan Buku III KUHPerdata, walaupun ada kekecualian. Sedangkan
hak dan kewajiban yang ada dalam Buku I KUHPerdata tidak beralih, juga ada
kekecualian.
Harta kekayaan (hak dan kewajiban) yang tidak beralih dari Buku II dan
KUHPerdata).
2. Hak dan Kewajiban dari perjanjian kerja atau perjanjian Perburuhan (Pasal
1601 a KUHPerdata).
Sedangkan hak dan kewajiban yang beralih dari Buku I KUHPerdata, adalah
hak mengingkari keabsahan seorang anak (Pasal 257 KUHPerdata). Ada hak
dan kewajiban dari Buku I KUHPerdata yang mempunyai nilai uang tetapi
tidak beralih, seperti hak nikmat hasil (Pasal 311 KUHPerdata) dan hak
pewarisan, yaitu:
seorang lain yang berhak atas suatu bagian warisan, tetapi orang itu telah
dikatakan mereka itu mewarisi “bij staken”, karena mereka itu bersama-
sama merupakan suatu “staak” atau cabang. Makin banyak anggota suatu
Hukum Perdata
sama besarnya dengan ibunya atau ayahnya yang hidup paling lama dari harta
P A Keterangan Contoh :
belum meninggal
KUHPerdata)
Perhatikan kembali contoh di atas,jika P meninggalkan harta bersama sebesar
1,2 miliar (satu koma dua miliar), maka harta warisan P hanya berjumlah ½ x 1,2
miliar = 600 juta rupiah. Jumlah yang Rp. 6.00 juta inilah yang dibagi sama
juta =Rp. 200 juta. Sedangkan setengah bagian lagi sejumlah Rp.600 juta, jatuh
kepada A sebagai mitra kawin yang hidup paling lama, sehingga A akan
memperoleh Rp. 200 juta + Rp.600 juta, menjadi Rp. 800 juta.
Bagaimanakah dengan sitri kedua atau suami kedua, ketiga dan seterusnya
(jika ada) ?
Pasal 852a KUHPerdata menentukan : suami atau istri kedua dan seterusnya
(jika ada), memperoleh bagian yang sama dengan seorang anak, tetapi bagian
emreka ini maksimum ¼ (seperempat) bagian, jika ada anak-anak dari perkawinan
pertama.
Contoh :
A
B
C D E F
G
P meninggal dunia meninggalkan ahli waris 4 (empat) orang anak sah dari
istri pertama, yakni (C), (D), (E), dan (F), seorang istri kedua bernama (B), dan
seorang anak dari istri kedua bernama (G). Berapa besar bagian masing-masing?
Cara pembagiannya : B = C = D = E = F = G, masing-masing 1/6 (seperenam)
bagian.
Contoh lain :
(1)
A
B
C D E
(2) P
A
B
D
C
Cara pembagiannya : B = ¼ (seperempat) bagian, C = D = ½ x ¾ = 3/8
Dari ketentuan Pasal 852 dan Pasal 852a ini dapat dilihat bahwa didalam
ahliwaris, dengan tidak membedakan bagian anak laki-laki dan anak perempuan;
pertama atau kedua, dan seterusnya, semuanya memperoleh bagian yang sama.
Oleh karena itu Pasal 1066 KUHPerdata, selanjutnya menentukan: dengan
meninggalnya si pewaris, maka seketika itu juga seorang ahliwaris atau para
Ketentuan Pasal 1066 KUHPerdata ini adalah merupakan ciri khas sistem
pewarisan menurut hukum lain, seperti sistem pewarisan menurut hukum adat
Contoh :
A B
P C D
P, meninggal dunia, meninggalkan ayah (A) dan ibu (B), serta dua orang saudara
Contoh lain :
(1)
A B
P C
Cara pembagiannya : A = B = C, masing-masing 1/3 (sepertiga)
(2)
A B
P C D E
Cara pembagiannya : A dan B,bersama-sama mendapat ½ (setengah)
Lihat gambar.
A B
D P C E
P meninggal dunia, meninggalkan ahliwaris seorang saudara sekandung
bernama (C), seorang saudara seayah (D) dan seorang saudara seibu (E). Berapa
C = ¼ + ¼ = ½ (setengah) bagian,
E = ¼ (seperempat) bagian.
Di dalam ketentuan Pasal 854 dan 857 KUHPerdata ini terkandung asas
bilateral, yang berarti bahwa seseorang tidak hanya mewaris dari ayah atau ibunya
saja, tetapi juga mewaris dari saudara laki-laki maupun saudara perempuan, baik
KUHPerdata.
artinya ½ (setengah) bagian untuk kakek-nenek pihak ayah (pancar ayah ke atas),
dan setengah bagian lagi untuk kakek-nenek pihak ibu (pancar ibu ke atas).
Contoh:
A B Q R
C S
P
P, meninggal dunia meninggalkan kakek (A) dan nenek (B) daripihak
ayah, serta kakek (Q) dan nenek (R) dari pihak ibu. Berapabesar bagian masing-
masing?
Cara pembagiannya : A dan B memperoleh ½ (setengah) bagian, masing-
½ = ¼ (seperempat) bagian.
KUHPerdata.
Setengah bagian untuk saudara sepupu, yaitu para paman atau bibi dan sekalian
keturunan dari paman atau bibi yang telah meninggal lebih dulu dari si pewaris,
Contoh :
A B Q R
C D E S T
P
P meninggal dunia, ...... dan seterusnya.
Contoh lain :
Lihat Gambar
A B Q R
C E S T U
P V
P meninggal dunia, ..... dan seterusnya.
Dalam hal ini A dan B, golongan III dari garis ayah bersama-sama menjadi
Menurut Pasal 863 KUHPerdata, jika anak luar kawin yang diakui mewaris
Jika anak luar kawin yang diakui itu mewaris bersama-sama golongan II atau
golongan III, mereka akan mendapat ½ (setengah) bagian. Selanjutnya jika anak
luar kawin yang diakui mewaris bersama-sama golongan IV, akan memperoleh ¾
Contoh :
Anak luar kawin yang diakui mewaris bersama-sama golongan I.
P A
D B C
P meninggal dunia, meninggalkan istrinya bernama (A), seorang anak luar
kawin yang diakui (D) dan dua orang anak sah (B) dan (C). Berapa besar bagian
masing-masing?
Contoh :
A B
P C
D
P meninggal dunia, meninggalkan ahliwaris, ayahnya (A), ibunya (B), dan
seorang saudara sekandung (C), serta seorang anak luar kawin yang diakui (D).
Contoh :
A B Q R
C S
P
D
P meninggal dunia, ...... dan seterusnya.
bagian lagi untuk kakek-nenek dari garis ibu. Maka A dan B bersama-sama
Contoh :
C E S U
E
P meninggal dunia, ...... dan seterusnya.
Jika ada anak luar kawin 2 (dua) orang atau lebih,maka menurut ketentuan
pasal 864 KUHPerdata : hitung dulu bagian anak luar kawin itu, setelah itu
Undang.
Contoh :
P A
D E B C
P meninggal dunia,...... dan seterusnya.
anak luar kawin yang diakui) bersama-sama, menjadi 1/15 + 1/15 = 2/15 bagian.
Sisa harta warisan = 15/15 - 2/15 = 13/15 (tiga belas per lima belas)bagian.
Dari sisa ini maka A = B = C = 1/3 x 13/15 = 13/45 (tigabelas per empat puluh
lima) Bagian.
Bagaimana jika anak luar kawin (yang diakui) mewaris bersama golongan III
dari garis ayah dan golongan IV dari garis ibu ? apakah mereka mendapat ½
(setengah) bagian tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa mereka (anak luar
kawin yang diakui) itu seharusnnya mendapat ¾ (tiga perempat) bagian. Apa
alasannya? Sebenarnya jika anak luar kawin yang diakui mewaris bersama-sama
golongan III, maka anaka luar kawin itu seharusnya memperoleh ¾ (tiga
Anak luar kawin yang dimaksud ialah anak yang lahir dari ayah dan ibu yang
dilarang kawin oleh Undang-undang, atau salah satu pihak ad dalam ikatan
perkawinan dengan orang lain. Anak ini disebut anak sumbang (penodaan
sewaktu hidup telah memberikan jaminan nafkah seperlunya untuk anak yang
lahir dari perzinahan atau penodaan darah, maka anak itu tidak mempunyai hak
pasal 867 KUHPerdata tersebut? Untuk itu harus dibedakan antara anak sumbang
(penodaan darah) dan anak zina. Untuk anak penodaan darah dapat diterapkan
pasal 867 KUHPerdata, sedangkan untuk anak zina adalah sangat kecil
KUHPerdata, yang tidak mengizinkan kepada anak itu untuk menyelidiki siapa
ayahnya atau siapa ibunya.17 Akan tetapi sekarang ketentuan ini bertentangan
dengan pasal 56 ayat 1 UU No. 39/1999 (Tentang Hak Asasi Manusia), yang
KUHPerdata)
17
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Warisan Di Indonesia, (Bandung : Sumur Bandung, 1966),
hlm. 54.
18
Mohd. Idris Ramulyo, Beberapa Masalah Pelaksanaan Hukum Kewarisan Perdata Barat,
(Jakarta: Sinar Grafika, 1993), hlm. 50.
Contoh :
batasnya).
P A
C
B
D
P meninggal dunia, meninggalkan istrinya (A), seorang anak (B) , dan
seorang cucu bernama (D), anak dari (C) yang telah meninggal lebih dulu dari P.
A B
D
P C
E
P meninggal dunia, .....dan seterusnya.
E, menggantikan kedudukan D, mewaris bersama A, B dan C, terhadap harta
warisan P (pamannya).
Contoh :
Penggantian dalam garis ke samping menyimpang. Dalam hal ini ahliwaris yang
tampil adalah golongan IV (empat), penggantian dapat terjadi sampai derajat ke-
enam (Pasal 861 KUHPerdata).
Lihat gambar :
A B Q R
C D S T
E P
P meninggal dunia, ..... dan seterusnya.
bersama T (sepupu P atau paman dari pihak ibu) terhadap harta warisan P.
2. Yang mengganti harus merupakan keturunan yang sah dari yang diganti
samping itu tidak menolak warisan dan onwaardig (tidak patut mewaris).
kawin yang diakui dan ahli waris testamenter? Terhadap ke 5 (lima) golongan
meninggalpada saat yang sama atau malapetaka yang sama, atau pada suatu
hari yang saama dengan tidak diketahui siapa yang meninggal terlebih
Contoh :
A B
hartanya, apabila A meninggal lebih dulu dari C. Jika A dan C ternyata meninggal
berrsama-sama atau tidak diketahui siapa yang meninggal lebih dulu, maka surat
wasiat itu tidak berlaku. Maka yang mewaris adalah B. Tetapi apabila dapat
dibuktikan oleh D bahwa A meninggal lebih dulu dari C, maka yang mewaris
si pewaris.
Contoh :
Lihat gambar :
P A
B C D
ketidakpatutan.22
Bagaimana kalau yang onwaardig itu meninggal lebih dulu dari si pewaris,
Namun demikian yang merupakan ajaran umum adalah pendapat dari Klaassen
3. Menolak Warisan
maka anak-anaknya akan mewaris atas dasar kedudukan mereka sendiri (uit eigen
Contoh :
P A
B C D
E F G H I
tempat, tetapi keturunan sah dari anak luar kawin itu menggantikan tempat.
Contoh :
23
Hartono Soerjopratiknjo, op.cit., hlm. 105.
(1) P
B C
(2) P
B C
Pasal 899 ayat (1) KUHPerdata, berbunyi sebagai berikut: untuk dapat
menikmati sesuatu berdasarkan surat wasiat, seseorang harus sudah ada pada saat
2 Undang-undang ini.
Menurut pasal 1023 KUHPerdata, kepada para ahliwaris diberi hak untuk
berpikir lebih dulu untuk dapat menyelidiki keadaan warisan. Cara untuk
mempergunakan hak berpikir, dengan memberi pernyataan kepada Pengadilan
3. Menolak warisan.
Ahliwaris atau para ahliwaris yang menerima warisan secara murni, baik
jawab sepenuhnya atas segala kewajiban yang melekat pada harta warisan,artinya
kepada ahliwaris. Hak untuk menerima warisan secara murni, lewat waktu
Kalau sudah menyatakan menerima dengan murni, maka tidak mungkin lagi
menerima secara benefisier. Akan tetapi ahliwaris yang sudah menerima secara
dapat lagi menolak warisan.26 Ahliwaris yang sudah menolak warisan, tidak dapat
lagi menerima dengan cara bagaimana pun juga, kecuali jika harta warisan belum
Menurut pasal 1032 ayat (1) dan ayat (2) KUHPerdata, ahliwaris hanya
Harta warisan terpisah dari harta kekayaan pribadi ahliwaris atau dengan
kata lain tidak terjadi percampuran harta kekayaan (confusio) antara kekayaan
ahliwaris dengan harta warisan. Tidak semua ahliwaris dapat memilih salah satu
2. Wali, dan
3. Negara.
26
Hartono Soerjopratiknjo, op.cit., hlm. 69.
Kewajiban ahliwaris benefisier, ditentukan dalampasal 1033 KUHPerdata,
warisan itu sebagai seorang kepala rumah tangga yang baik, dan secepatnya
harus dilakukan dengan tegas, dan harus terjadi dengan cara memberikan
Akibat penolakan suatu warisan, diatur dalam pasal 1058, 1059 dan 1060
KUHPerdata.
pasal 1060 KUHPerdata, dalam hal penolakan tidak ada penggantian tempat,
kecuali atas kedudukan sendiri. Ketentuan ini secara analogi berlaku terhadap
dengan pasal 1059 KUHPerdata, dan bisa juga tidak. Jika tidak, makapasal 1058
KUHPerdata. 27
ditinggalkan si pewaris, tetapi lebih pada bahwa yang bersangkutan sudah cukup
kaya atau sudah hidup berkecukupan, sehingga kawan waris lainnya pun juga
KUHPerdata).
Lihat gambar :
P B
C D
P, meninggal dunia, meninggalkan istrinya bernama B dan dua orang anak, C
dan D. C menolak warisan. Menurut pasal 1058, C dianggap tidak ada, maka B =
D = ½ (setengah bagian).
Menurut pasal 1059, warisan dibagi 3 (tiga) dulu,B = C = D = 1/3 (sepertiga)
bagian. Kemudian bagian C 1/3 (sepertiga) bagian dibagikan lagi kepada B dan D,
sehingga B = D = ½ (setengah) bagian. Dalam hal ini digunakan pasal 1058 atau
pasal 1059, sama saja hasilnya, yaitu B = D = ½ (setengah) bagian.
27
Hartono Soerjopratiknjo, ibid., hlm. 109.
28
Anisitus Amanat, Membagi Warisan Berdasarkan Pasal-Pasal Hukum Perdata
BW,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 36.
29
Effendi Perangin, op.cit., hlm. 171.
Contoh : pembagian menurut pasal 1058 tidak sama dengan pasal 1059.30
Lihat Gambar:
P B
C D E
F G
D dan dua orang cucu F dan G anak dari E, E meninggal lebih dulu dari P. G
menolak warisan.
ahliwaris yang lain, maka bagian F akan lebih kecil dari ¼ (seperempat) bagian.
Dalam hal ini digunakan pasal 1058 KUHPerdata, yang menguntungkan semua
ahliwaris.
XVII (Tentang Pembagian Harta Warisan), bagian kedua, Buku II, Pasal 1086
ahliwarisnya.
dilakukan oleh si pewaris pada waktu ia masih hidup kepada ahliwaris”. (pasal
1086 KUHPerdata)
inbreng, ialah :
1. Ahliwaris dalam garis lurus ke bawah, baik anak sah maupun luar kawin yang
testamenter)
memberi hibah kepada A sebesar Rp. 4.000.000,-. Berapa besar bagian masing-
masing?32
Dalam hal ini, maka : A harus inbreng sebesar Rp. 4.000.000 ke dalam harta
32
Lihat juga contoh dari J. Satrio, op.cit. hlm. 305.
warisan, sehingga harta warisan berjumlah Rp. 12.000.0000+Rp.
masih mendapat Rp. 4.000.000 lagi dari harta warisan,s edangkan B mendapat Rp.
Bagaimana kalau yang dimasukannya (INBRENG) akan lebih besar dari apa
yang akan diterimanya? Maka untuk menghindari jangan sampai ahliwaris yang
Contoh :
masing-masing?
40.000.000. Untuk menghindari agar A tidak menolak warisan, maka pasal 1088
Cara penyelesaiannya :
Berapa besarnya yang akan diterima oleh A dari harta warisan? Kita harus
menerima sebesar Rp. 35.000.000, maka A pun akan mendapat bagian yang sama,
Oleh karena itu A, hanya wajib inbreng sebesar Rp. 35.000.000, untuk ia
hasil akhir dari contoh ini, maka B dan C masing-masing akan mendapat, ½ x Rp.
Menurut pasal 1086 KUHPerdata, yang harus diinbreng adalah semua hibah
lebih lanjut : selain hibah menurut pasal 1086 KUHPerdata, juga termasuk segala
menentukan bahwa : segala sesuatu yang telah musnah karena suatu malapetaka
testamen adalah sebuah akta berisi pernyataan seseorang tentang apa yang
Dari ketentuan ini dapat disimpulkan bahwa unsur atau ciri surat wasiat
3. Bersifat pribadi.
Berbeda dengan ketentuan Pasal 875 KUHPerdata ini, Pasal 874 KUHPerdata
sepanjang tentang hal itu tidak ditentukan lain secara sah. Dilihat dari ketentuan
ini, maka suatu warisan sebagian dapat diperoleh berdasarkan undang-undang dan
untuk sebagian lain berdasarkan testamen. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
1. Orang yang hendak membuat surat wasiat harus dalam keadaan sehat
KUHPerdata).
3. Yang menerima wasiat harus sudah ada dan masih ada ketika pewaris
932 KUHPerdata). Jika ada tulisan orang lain, maka testament ini menjadi
Testament ini dapat ditulis sendiri dan dapat ditulis oleh orang lain.
Bentuk surat wasiat ini yang paling umum dilakukan. Dalam hal
macam lagi surat wasiat, yaitu surat wasiat yang dibuat dalam keadaan
rendahnya berpangkat letnan atau bila tidak ada perwira dihadapan orang
orang yang sedang berlayar di laut dapat di buat di hadapan Nakhoda atau
Mualim kapal itu, atau bila mereka tidak ada, dihadapan orang yang
orang saksi. Ayat (2) : wewenang yang sama juga diberikan kepada
mereka yang jiwa nya terancam akibat sakit mendadak atau ....dan
seterusnya.
ketentuan yang harus di lihat, yakni pasal 950, 951 dan pasal 952
KUHPerdata.
keadaan luar biasa sebagaimana di tentukan dalam pasal 946, 947 dan 948
ayat (1) ini hanya mempunyai kekuatan berlaku selama 6 (enam) bulan
setelah sebab yang menyebabkan keadaan luar biasa itu terhenti. Jika
sudah lampau waktu 6 (enam) bulan, maka wasiat itu sudah tidak
dibuat dalam keadaan luar biasa, dapat disebut dengan akta di bawah
bulan,setelah sebab yang menyebabkan keadaan luar biasa itu berakhir (pasal 952
KUHPerdata).
Di samping testamen yang hanya dapat dibuat dengan cara diatur dalam
pasal 931 KUHPerdata, dan wasiat yang dibuat dalam keadaan darurat, undang-
undang mengenal pembuatan ketetapan lain secara di bawah tangan yang tidak
disebut : KODISIL.
Hanya ada 3 (tiga) jenis ketetapan yang dapat dibuat dengan kodisil :34
2. Mengatur penguburan
Suatu testamen dapat juga dibuat di luar negeri sesuai dengan ketentuan
Indonesia yang berada di luar negeri tidak boleh membuat wasiat selain dengan
akta otentik dan dengan mengindahkan ketentuan yang berlaku di negeri tempat
Selanjutnya suatu surat wasiat dapat dibuat dengan syarat (tangguh atau
batal), dengan ketentuan waktu dan beban kewajiban. Menurut pasal 888
KUHPerdata, jika suatu syarat yang terdapat dalam surat wasiat tidak dapat
dimengerti, atau jika syarat itu tidak mungkin dilaksanakan, atau bertentangan
34
Hartono Soerjopratiknjo, Hukum Waris Testamenter, ibid., hlm.155.
dengan kesusilaan, dianggap sebagai tak tertulis, dan testamen itu berlaku sebagai
contoh, misalnya testamen yang diberikan kepada seorang anak yang belum
Surat wasiat dapat pula dibuat dengan beban kewajiban (last). Misalnya si
penerima testamen diberi kewajiban untuk memberikan sesuatu atau tidak berbuat
sesuatu. Jika kewajiban yang tidak ditentukan dalam testamen tidak dipenuhi oleh
si penerima testamen, maka surat wasiat ini dapat dibatalkan (pasal 1004
KUHPerdata).
Suatu surat wasiat dapat ditafsirkan secara umum dan secara khusus.35
Penafsiran secara umum termuat dalam pasal 885, pasal 866 dan pasal 887
KUHPerdata, sedangkan penafsiran secara khusus diatur dalam pasal 877 dan 878
KUHPerdata.
Pasal 885 KUHPerdata, berbunyi: Bila kata-kata sebuah surat wasiat telah
jelas, maka tidak boleh ditafsirkan dengan menyimpang dari kata-kata itu.
Selanjutnya pasal 886 KUHPerdata, menentukan: bila kata-kata dalam surat itu
penjelasan lebih lanjut, dianggap telah dibuat untuk kepentingan semuaorang yang
surat wasiat menjadi batal. Kehilafan pada umumnya tidak menyebabkan surat
wasiat menjadi batal, kecualia pabila alasan palsu tercantum dalam surat wasiat
Isi surat wasiat adalah kehendak terakhir dari si pewaris, disebut pula
Menurut pasal 876 KUHPerdata, isi surat wasiat dapat diberikan dengan:
1. alas hak umum, disebut erfstelling. Dalam hal ini si pewaris memberikan
“bagian tertentu”, misalnya: ½ bagian, 1/3 bagian atau ¼ bagian dan lain-lain.
pewaris memberikan kepada satu orang atau lebih harta benda yang
2. dengan alas hak khusus, disebut legaat (hibah wasiat). Dalam hal ini si
lain-lain. Lebih lanjut pengertian tentang “hibah wasiat” ini ditentukan dalam
pasal 957 KUHPerdata, sebagai berikut: hibah wasiat yaitu suatu penetapan
khusus dimana pewaris memberikan kepada satu atau beberapa orang barang-
semua barang-barang bergerak atau barang-barang tetap, atau hak pakai hasil
atas sebagian atau semua barangnya. Yang menerima legaat disebut: legataris.
KUHPerdata).
diuraikan di atas, namun demikian terhadap isi surat wasiat itu ada larangan-
larangan baik yang bersifat umum (fidei komis), maupun yang bersifat khusus. Di
samping itu ada pembatasan. Dibatasi oleh bagian mutlak menurut undang-
tanpa izin yang sah, dan si pewaris telah meninggal pada saat keabsahan
tersebut.
2. Pasal 902 KUHPerdata → larangan wasiat antar suami istri yang kawin untuk
kedua kalinya, jika ada anak atau anak-anak dari perkawinan yang pertama.
3. Pasal 904 KUHPerdata → larangan hibah wasiat oleh anak di bawah umur
kepada walinya.
4. Pasal 905 KUHPerdata → larangan hibah wasiat oleh anak di bawah umur
5. Pasal 906 KUHPerdata → larangan wasiat oleh seseorang kepada dokter, ahli
penyembuhan yang merawat orang itu dan akhirnya dia meninggal, demikian
akta wasiat (openbaar testament) dan terhadap para saksi yang hadir.
7. Pasal 909 KUHPerdata → larangan wasiat antara mereka yang telah terbukti
8. Pasal 911 ayat (1) KUHPerdata → larangan hibah wasiat kepada mereka
kepentingan pihak III atau kepentingan timbal balik atau bersama dalam suatu
Fidei komis ialah suatu pemberian warisan kepada seorang waris dengan
ketentuan ia wajib menyimpan warisan itu dan setelah lewat waktu tertentu atau
apabila si waris itu sendiri telah meninggal, warisan itu harus diserahkan kepada
orang lain yang sudah ditetapkan dalam testamen. Dalam KUHPerdata pemberian
Dalam fidei komis, ada 3 (tiga) pihak, yaitu: insteller (pewaris), bezwaarde
masyarakat.
itu dengan baik, sehingga dapat terjadi tanah menjadi terlantar atau rumah
3. Melanggar asas le mort saisit le vif , karena hak atas harta warisan tetap
mewariskan lagi di kemudian hari sisa dari harta warisan yang di perolehnya
itu kepada orang lain (pada anaknya atau kepada orang lain). Oleh karena itu
anaknya tidak boleh menjual harta warisan dan supaya harta itu di kemudian
hari diwariskan lagi kepada anak/anak-anak dari bezwaarde itu sendiri. Harta
warisan dapat dipakai dan dipergunakan oleh bezwaarde, tetapi tidak boleh
dijual.38 Fidei komis seperti ini diberikan jika ada kekhawatiran harta warisan
dihabiskan oleh anak-anaknya (anak si pewaris). Karena itu fidei komis ini di
sebut pula sebagai fidei komis untuk mencegah pemborosan.39 Ada kewajiban
dari bezwaarde untuk menyerahkan harta warisan kepada anaknya yaitu cucu
dari si pewaris.
Menurut pasal 913 KUHPerdata legitieme portie, ialah bagian dari harta
warisan yang harus diberikan kepada para ahliwaris dalam garis lurus (baik ke
pewaris tidak boleh menetapkan sesuatu baik sebagai hibah maupun wasiat.
sebagai berikut:
38
Eman Suparman, op.cit., hlm.114.
39
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Indonesia Menurut Perundangan ... dan
seterusnya, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1991), hlm. 220.
1. Apabila hanya ada seorang anak sah, maka bagian mutlakitu ½ (setengah)
Undang-undang.
2. Apabila ada 2 (dua) orang anak sah, maka bagian mutlak adalah 2/3 (dua
menurut Undang-undang.
3. Apabila ada 3 (tiga) orang anak sah atau lebih, maka bagian mutlak itu
Untuk ahliwaris dalam garis lurus ke atas, seperti orangtua atau kakek-nenek,
besarnya bagian mutlak mereka adalah ½ (setengah) bagian dari bagian yang
KUHPerdata).
Begitu pula bagian mutlak dari seorang anak luar kawin yang diakui adalah
pengurangan.
baik antara yang masih hidup maupun dengan surat wasiat, yang merugikan
bagian legitieme portie, boleh dikurangi pada waktu terbukanya warisan itu, tetapi
hanya atas tuntutan para legitimaris danpara ahliwaris mereka atau pengganti
mereka.
Contoh :
Semasa hidupnya, P telah mewasiatkan (erfstelling), 2/3 (dua pertiga) bagian dari
harta warisannya kepada C. Harta warisan P berjumlah Rp. 900 juta. Berapa besar
bagian masing-masing?
Lihat gambar:
P Q
A B
Cara pembagiannya :
1. Laksanakan wasiat, maka C akan memperoleh 2/3 x Rp. 900 juta = Rp. 600
juta.
2. Hitung sisa harta warisan. Sisa harta warisan adalah Rp.900 juta – Rp. 600
3. Bagikan sisa harta warisan itu kepada ahliwaris ab intestato, dalamhal ini A
dan B. A dan B masing-masing akan memperoleh ½ x Rp. 300 juta = Rp. 150
juta.
4. Apa yang terjadi? Pembagian semacam ini telah melanggar LPA dan LPB.
5. Berapa besarnya LPA dan LPB? Menurut Pasal 914 KUHPerdata, LPA+LPB
= 2/3 x Rp. 900 juta = Rp. 600 juta, masing-masing menjadi ½ x Rp. 600 juta
6. Dilihat dari sisa harta warisan (Rp. 300 juta) maka untuk menutup
(memenuhi) LPA dan LPB (Rp. 600 juta) masih kekurangan Rp. 300 juta.
8. Sehingga pembagiannya, C akan memperoleh Rp. 300 juta, A = Rp. 300 juta,
ahliwaris karena kematian tetapi bukan legitimaris, maka bila kepada orang-orang
lain dari ahliwaris termaksud itu dihibahkan, baik dengan akta semasa hidup
ahliwaris, yaitu:40
3. Pihak ke-3
Indonesia,seorang istri atau suami yang hidup paling lama menjadi ahli waris dari
pewaris. Karena itu bagian warisan ab intestato dari seorang anak menjadi lebih
kecil, dan kemudian pula bagian mutlaknya (legitieme portie) akan menjadi lebih
kecil. Di lain pihak beschikbaardeel (bagian yang tersedia untuk hibah dan
wasiat) dari si pewaris menjadi lebih besar. Keadaan ini akan dapat merugikan
hal yang demikian. Karena itu pasal 961a KUHPerdata, menetapkan bahwa:
Contoh :
Lihat gambar:
P A
B C
Dalam hal ini, jika bagian mutlak B dan C dihitung berdasarkan pasal 914
KUHPerdata, maka LPA+LPB = 2/3 x 2/3 = 4/9 (empat persembilan) bagian.
Dengan demikian besarnya Beschikbaardeel si pewaris menjadi 5/9 (lima
persembilan) bagian.
Keadaan ini memperbesar wewenang si pewaris menghibahkan atau
mewariskan harta warisannya kepada pihak ke-3. Sebagiamana telah diuraikan
diatas, keadaan seperti ini tidak dikehendaki oleh Pembentuk Undang-undang,
sehingga pasal 916a KUHPerdata menetapkan: cara perhitungan legitieme portie
(LP) ahliwaris legitimaris, dilakukan berdasarkan ketentuan yang lama,
maksudnya sebelum suami/istri saling mewarisi (sebelum tahun 1935).40
Dalam contoh di atas besarnya LPB+LPC = 2/3 bagian, bukan 4/9 bagian.
Hukum waris baru yang menentukan suami/istri saling mewarisi dianggap belum
ada.
dari pewaris.
Contoh :
sebesar Rp. 10 juta, kepada C Rp. 6 juta, dan kepada D sebesar Rp. 4 juta. Di
samping itu P menunjuk E sebagai ahliwaris testamenter untuk 1/10 bagian dari
harta warisannya. Harta warisan yang ditinggal berjumlah Rp. 80 juta. Berapa
1. Harta warisan menjadi Rp.80 juta + Rp. 20 juta = Rp. 100 juta.
2. Laksanakan wasiat, maka E mendapat 1/10 x Rp. 100 juta = Rp. 10 juta.
3. Sisa harta warisan, Rp. 100 juta – Rp. 10 juta = Rp. 90 juta.
5. Dari cara pembagian seperti ini, maka LPB, LPC dan LPD menjadi
terlanggar.
6. Berapa besarnya LPB + LPC + LPD? LPB +LPC+LPD = ¾ x Rp. 100 juta =
Rp. 75 juta.43
Rp. 67,5 juta maka untuk menutup LP ketiga anak ini, masih ada kekurangan
43
Pasal 921 KUHPerdata menyatakan bahwa untuk menentukan legitieme portie, yaitu
hitung dulu harta peninggalan yang ada pada waktu si pewaris meninggal dunia ditambah dengan
hibah-hibah yang telah diberikan oleh si pewaris kepada siapapun juga pada waktu si pewaris
masih hidup.
Rp. 75 juta-Rp. 67,5 juta = Rp. 7,5 juta. Darimana ditutup kekurangan ini?
Diambil dari bagian A, sehingga A mendapat Rp. 22,5 juta – Rp. 7,5 juta =
Rp. 15 juta.
E = Rp. 10 juta
A = Rp. 15 juta
berikut : pemotongan pertama-tama terhadap hibah yang paling akhir, bila tidak
cukup, diambilkan (dipotongkan) dari hibah yang kedua terakhir, dan demikian
Contoh:
laki bernama C dan D, dan dua orang anak perempuan bernama E dan F. Semasa
Cara penyelesaiannya :
C, D, E dan F (onterfd) dan tidak menerima harta warisan. Oleh karena itu harus
Untuk menutup LPC dan LPD, maka wasiat kepada A sebesar Rp. 200.000,
harus diambil semuanya, sehingga A tidak menerima sama sekali. Masih ada
A= Rp. 0
C= Rp. 150.000
D= Rp. 150.000
pemberian hibah wasiat, kecuali bila pewaris telah membedakan dengan tegas
pemberian hadiah wasiat yang itu; dalam hal itu wasiat yang demikian tidak boleh
legitieme portie.
Contoh :45
Lihat gambar:
Q
4.000.000
R
5.000.000
S
5.000.000
4.000.000
X
Y Z B C D E
tidak boleh 4.000.000 4.000.000
dikurangi
45
Effendi Perangin, op.cit., hlm. 129.
Cara penyelesaiannya:
Periksa LP:
pengurangan harus dilakukan terhadap legaat Y dan Z. Legaat itu jumlahnya Rp.
tidak boleh dikurangi, tapi berhubung LP masih kurang, maka juga harus dipotong
Rp. 3.000.000.
B = Rp. 12.750.000
C = Rp. 12.750.000
D = Rp. 12.750.000
E = Rp. 12.750.000
Y = Rp. 0
Z = Rp. 0
X = Rp. 3.000.000
KUHPerdata).
Pewaris dapat menunjuk seorang pelaksana testamen dan atau pengurus harta
warisan, jika diserahkan begitu saja kepada para ahliwaris. Untuk pelaksana
eksekutor testamenter.46
KUHPerdata:
1. dalam testamen
3. dengan akta notaris khusus. (Pengertian khusus disini ditafsirkan dalam arti
Ayat (2) : ia dapat pula mengangkat beberapa orang supaya jika yang satu
46
Gregor van der Burght, Hukum Waris Buku Kedua Seri Pitlo (terjemahan F. Tengker),
1. perempuan bersuami
4. orang yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum (misalnya: orang gila
Tugas pokok seorang pelaksana testamen ialah seperti dikatakan dalam pasal
testamen ini sebenarnya tidak begitu berarti, apabila oleh si peninggal warisan
1007 KUHPerdata, yaitu: menguasai dan memegang semua atau sebagian dari
harta warisan.48
47
Hartono Soerjopratiknjo, op.cit., hlm. 293.
48
Wirjono Prodjodikoro,op.cit., hlm. 115.
Jika kekuasaan ini diberikan maka dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal
atau memenuhi legaat-legaat menurut isi testamen, serta untuk memberi tanda
peninggalan itu, dan bila perlu juga satu atau beberapa barang tak bergerak, tetapi
harta warisan berwenang untuk menagih piutang-piutang yang tiba waktunya dan
kekuasaan menguasai harta warisan adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 1009,
Pasal 1010, Pasal 1007 ayat (3) dan Pasal 1014 KUHPerdata.49
Pasal1022 KUHPerdata).
Penunjukan dapat dilakukan dalam suatu testamen atau akta Notaris khusus,
testamen.
Berbeda dengan pelaksana testamen yang tugasnya hanya singkat atau tidak
akan berlangsung lebih lama dari setahun (pasal 1007 KUHPerdata), pengurus
harta peninggalan dapat diangkat seumur hidup atau untuk jangka waktu tertentu,
perbankan, misalnya).50
tetapi orang yang telah menerima pekerjaan itu wajib menyelesaikannya (Pasal
peninggalan berakhir jika jangka waktunya telah habis atau karena harta kekayaan
50
Gregor van der Burght, Hukum Waris Buku Kedua, op.cit., hlm. 44.
itu tidak bersisa lagi.
harta peninggalan dapat dipecat karena alasan yang sama seperti yang berlaku
bagi wali.
Salah satu unsur atau ciri surat wasiat sebagaimana disebutkan dalam Pasal
875 KUHPerdata, adalah bahwa suatu surat wasiat dapat ditarik (dicabut)
kembali.
Ada 2 (dua) cara penarikan, yaitu penarikan kembali secara tegas (Pasal 992
dan 993 KUHPerdata) dan penarikan secara diam-diam (Pasal 994 KUHPerdata).
Menurut Pasal 992 KUHPerdata, suatu surat wasiat dapat dicabut kembali
dengan suatu surat wasiat yang lebih baru atau dengan suatu akta Notaris khusus.
bahwa penetapan dari testamen pertama jika bertentangan dengan testamen kedua,
Sebagai contoh, apabila dalam wasiat yang pertama semua benda-benda tetap
dihibah wasiatkan kepada A dan dalam wasiat yang kedua sebuah rumah
diwasiatkan kepada B, maka wasiat pertama telah dicabut untuk sebagian. Namun
tidak selalu dapat dipastikan apakah kita berhadapan dengan pencabutan secara
2. Objek hibah wasiat musnah sama sekali ketika pewaris masih hidup
KUHPerdata).
dapat dituntut setiap saat, dan kemudian diikuti oleh Pasal 1067 KUHPerdata
harta warisan dan para legitaris untuk melawan pembagian harta warisan.
1. Ahliwaris
3. Orang yang membeli hak seorang ahliwaris atas sebagian harta warisan
52
Wirjono Prodjodikoro, op.cit., hlm. 120.
4. Kreditur dari ahliwaris (Pasal 494 RV)
warisan tidak mengenal daluwarsa (lewat waktu), kecuali dalam satu hal
ahliwaris sudah memegang suatu harta warisan selama 30 tahun atau lebih.
Menurut pasal 1071 ayat (2) KUHPerdata suatu pembagian harta warisan
Kemudian ayat (2) dari pasal ini menentukan, bilamana ada suatu barang atau
lebih tidak dimasukkan ke dalam pembagian, maka hal ini tidak menjadi alasan
Pembagian ini dilakukan dalam testamenter atau dalam suatu akta Notaris (Pasal
kesulitan yang mungkin akan terjadi, bila mana pembagian harta warisan itu
Kalau pembagian semacam ini tidak meliputi semua harta warisan, maka
ahliwaris, maka pembagian harta warisan ini menjadi batal,dan dapat dilakukan
semacam ini juga dapat dibatalkan apabila seorang ahliwaris di rugikan sampai ¼
undang. Tuntutan ini gugur karena daluwarsa dengan lewatnya waktu 3 (tiga)
Jika suatu warisan sudah terbuka, tetapi tidak ada ahliwaris yang
menuntutnya atau semua ahliwaris yang dikenal menolaknya, maka harta warisan
dianggap sebagia tak terurus (Pasal 1126 KUHPerdata). Bila hal ini terjadi, maka
yang berwenang mengurus harta warisan itu adalah Balai Harta Peninggalan
(BHP).
juga tidak ada ahliwaris yang menuntutnya, maka harta warisan menjadi milik
Ali Afandi. 1983. Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian Menurut
Effendi Perangin. 2003. Hukum Waris. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Eman Suparman. 1985. Intisari Hukum Waris Indonesia. Bandung: CV. Armico.
Gregor van der Burght. 1995. Hukum Waris Buku Kesatu (terjemahan F. Tengker).
Bakti.
Rineka Cipta.
Prof. Subekti, S.H. 2003. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT. Intermasa.
________. 1990. Ringkasan Tentang Hukum Keluarga dan Hukum Waris. Jakarta:
PT.Intermasa.
Pers.
Bandung.