Anda di halaman 1dari 16

Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkatNya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Perdata. Kami harap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua orang dan
menambah wawasan semua orang yang melihatnya. Kami membuat makalah ini dari
berbagai sumber.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pelajaran yang masih sangat


dibutuhkan bagi kalangan muda, agar kalangan muda dapat mengembangkan rasa
kesadaran berbangsa dan bernegara serta tahu berperilaku di masyarakat sehari-hari.

Terima kasih kami ucapkan kepada Dosen mata kuliah Hukum Perdata, teman-
teman yang secara langsung maupun tidak langsung memberikan motivasi membantu
dalam proses pembuatan makalah ini.

Medan, 16 Februari 2016

1|Page
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….I

KATA PENGANTAR………………………………………………………..II

DAFTAR ISI………………………………………………………………….III

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………………………………………………….. 5

1.2 Rumusan Masalah………………………………….................. 5

1.3 Tujuan dan Manfaat…………………………………………….. 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hukum Waris ……………………………………… 6 – 7

2.2 Hukum waris menurut KUHPerdata…………………………… 7 - 9

2.3 Unsur-unsur Hukum Waris…………………………………….. 9 - 10

2.4 Ahli Waris menurut Undang-Undang…………………………. 10 - 15

2.5 Ahli Waris yang tidak Patut menerima Harta Warisan……… 15 - 16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………........... 15 - 16

3.2 Saran…………………………………………………………..... 16

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 17

2|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hukum waris merupakan suatu hal yang penting dan mendapat


perhatian yang besar. Karena pembagian warisan sering menimbulkan
akibat-akibat yang tidak menguntungkan bagi keluarga yang di tinggal
mati pewarisnya. Hubungan persaudaraan bisa berantakan jika masalah
pembagian harta warisan seperti rumah atau tanah tidak dilakukan
dengan adil. Untuk menghindari masalah, sebaiknya pembagian warisan
diselesaikan dengan adil. Salah satu caranya adalah menggunakan
Hukum Waris menurut Undang-Undang (KUH Perdata).
Banyak permasalahan yang terjadi seputar perebutan warisan,
seperti masing-masing ahli waris merasa tidak menerima harta waris
dengan adil atau ada ketidaksepakatan antara masing-masing ahli waris
tentang hukum yang akan mereka gunakan dalam membagi harta
warisan. Naluriah manusia yang menyukai harta benda (QS. Ali Imran:14)
tidak jarang memotivasi seseorang untuk menghalalkan berbagai cara
untuk mendapatkan harta benda tersebut, termasuk didalamnya terhadap
harta peninggalan pewarisnya sendiri. Kenyataan demikian telah ada
dalam sejarah umat manusia hingga sekarang ini. Terjadinya kasus-kasus
gugat waris di pengadilan, baik Pengadilan Agama maupun Pengadilan
Negeri menunjukkan fenomena ini.

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Hukum Waris
b. Hukum waris menurut KUHPerdata
c. Unsur-unsur Hukum Waris

3|Page
d. Ahli waris menurut Undang-undang
e. Ahli waris yang tidak patut menerima Harta Warisan

3. Tujuan dan Manfaat


a. Mengetahui pengertian hukum waris
b. Mengetahui unsur-unsur hukum waris
c. Mengetahui siapa saja ahli waris menurut Undang-undang
d. Mengetahui ahli waris yang tidak patut menerima harta warisan

4|Page
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hukum Waris


Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli hukum.
Pengertian itu adalah sebagai berikut:
a. Prof Mr. A. Pitlo

Hukum waris adalah kumpulan peraturan yang mengatur hukum


mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang, yaitu mengenai
pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat dari
pemindahan ini bagi orang-orang yang memperoehnya baik dalam
hubungan antara mereka dengan mereka, maupun dalam hubungan
antara mereka dengan pihak ketiga.

b. Prof Subekti
Hukum warisan itu mengatur akibat-akibat hubungan kekeluargaan
terhadap harta peninggalan seseorang
c. Prof Soediman Kartohadiprodjo, SH
Hukum waris adalah semua kaidah hukum yang mengatur
bagaimanakah nasib kekayaan seseorang yang meninggal dunia, dan
siapa-siapakah yang berhak atas kekayaan itu

Menurut kompilasi Hukum Islam, hukum kewarisan adalah hukum yang


mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris,
menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya
masing-masing
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud hukum waris adalah
kumpulan peraturan yang mengatur mengenai harta peninggalan dan orang
yang meninggal dunia kepada orang yang masih hidup atau yang
ditinggalkannya

5|Page
2. Hukum waris menurut KUHPerdata

A.     Wujud Warisan


Dalam hukum waris berlaku suatu prinsip, bahwa yang berpindah di
dalam pewarisan adalah kekayaan pewaris. Yang dimaksud dengan kekayaan
adalah segala sesuatu yang dapat bernilai ekonomis. Sehingga segala hal yang
bisa diperjuabelikan, dapat diwariskan.

Namun mengenai hal tersebut, ada pula hal-hal yang dikecualikan,


adalah :
1.      Pemberian kuasa berakhir dengan meninggalnya si pemberi kuasa (Pasal
1813)
2.      Hubungan kerja yang bersifat sangat pribadi tidak beralih kepada ahli waris
(Pasal 1601)
3.      Keanggotaan dalam perseroan tidak beralih kepada ahli warisnya (Pasal
1646)
4.      Hak pakai hasil berakhir dengan meninggalnya orang yang mempunyai hak
tersebut (Pasal 807)

Sedangkan mengenai hak dalam lapangan hukum keluarga juga tidak


beralih, seperti hak suami sebagai kepala rumah tangga, dan juga adanya hak
pengampuan. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa yang dapat beralih kepada
ahli waris hanyalah hak dan kewajiban pewaris di bidang harta kekayaan saja.
Dengan meninggalnya pewaris, maka seketika itu juga beralihlah hak dan
kewajiban berkaitan dengan harta kekayaan kepad ahli warisnya.

B.      Pewarisan Karena Kematian


Pewarisan hanya dapat terjadi karena kematian. Dengan demikian,
sejak detik kematian tersebut, maka segala hak dan kewajiban pewaris
beralih kepada ahli warisnya. Konsekuensi logis dari adanya Pasal itu adalah

6|Page
bahwa kita belum dapat berbicara tentang warisan kalau si pewaris masih
hidup.
Pengecualian terhadap prinsip tersebut adalah dalam hal seorang
telah meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa diketahui
kebaradaannya. Terhadap hal ini maka yang berkepentingan dapat
mengajukan kepada Pengadilan Negeri agar orang yang meninggalkan
tempat kediaman itu dinyatakan/diduga meninggal.

C.      Keraguan dalam Menentukan Kematian Seseorang


Hal ini terjadi jika ada beberapa orang yang meninggal secara
bersamaan dan tidak diketahui siapa yang meninggal lebih dahulu. Maka
harus dianggap meninggal secara bersamaan.

D.     Prinsip Mengenai Barang Warisan


KUHPerdata tidak memandang mengenai asal-usul harta warisan.
Entah itu dari bapak atau dari ibu, maka dianggap sebagai harta warisan.

E.      Syarat-syarat Mewaris


1.      Ahli waris harus sudah ada dan masih ada pada saat warisan terbuka.
2.      Mempunyai hubungan darah dengan pewaris
3.      Bukan orang yang tidak patut untuk mewaris
4.      Tidak menolak warisan

F.       Cara Mewaris


1.      Mewaris berdasarkan Undang-undang, terdiri atas :
a.      Mewaris berdasarkan kedudukan sendiri. Artinya, ahli waris tampil
mewaris secara langsung dari pewaris kepala demi kepala.
b.      Mewaris berdasarkan penggantian (representasi). Artinya, ahli waris
tampil mewaris karena menggantikan kedudukan dari ahli waris yang
sebenarnya berhak mewaris yang telah meninggal dunia terlebih
dahulu dari pewaris. Misalnya, Si A meninggal dunia dan

7|Page
meninggalkan 2 orang anak (B dan C). sedang B telah meninggal
dunia terlebih dahulu dari A. Sedangkan B mempunyai 3 orang anak
(D,E,F). dengan demikian, C tampil mewaris berdasarkan kedudukan
sendiri, sedang D, E,F mewaris berdasarkan penggantian.
Penggantian tempat hanya dapat diperoleh karena kematian.
Dengan demikian, syarat mewaris karena penggantian adalah:
-          Orang yang digantikan harus meninggal dunia lebih dahulu dari si
pewaris.
-          Orang yang menggantikan harus keturunan sah dari orang yang
digantikan.
-          Orang yang menggantikan harus memenuhi syarat umum untuk
mewaris.
2.      Mewaris berdasarkan Surat Wasiat
Pewarisan berdasarkan surat wasiat disebut juga dengan pewarisan ad-
testamento, sedangkan ahli warisnya disebut testamentair. Apabila ada
surat wasiat, maka harus dilaksanakan lebih dahulu dengan
memperhatikan batasan UU (Pasal 874).

3. Unsur-unsur hukum waris


Seperti yang disebutkan dalam pasal 830 yaitu bahwa “pewarisan hanya
terjadi karena kematian”. Artinya suatu pewarisan hanya bisa dilaksanakan
apabila ada orang yang meninggal kepada ahli waris yang ditinggalkannya.
Untuk itu sebelum terjadinya pewarisan diperlukan adanya unsur-unsur pokok,
unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pewaris
Pewaris adalah orang yang meninggal dunia dengan meninggalkan
kekayaan. Orang yang menggantikan pewaris dalam kedudukan
hukum mengenai kekayaannya, baik untuk seluruhnya maupun untuk
bagian yang sebanding, dinamakan waris atau ahli waris. Penggantian
hak oleh mereka atas kekayaan untuk seluruhnya atau untuk bagian
yang sebandingnya, membuat mereka menjadi orang yang

8|Page
memperoleh hak dengan title umum. Maka unsur-unsur yang mutlak
harus dipenuhi untuk layak disebut sebagai pewaris adalah orang yang
telah meninggal dunia dan meninggalkan harta kekayaan.

2. Ahli waris
Adanya orang yang masih hidup (erfgenaam) orang yang masih
hidup yaitu orang yang menurut undang-undang atau testamen berhak
mendapatkan warisan dari orang yang meninggal dunia.

3. Harta warisan
Harta warisan yaitu keseluruhan harta kekayaan yang ditinggalkan
oleh si pewaris setelah dikurangi dengan semua utangnya.

4. Ahli Waris menurut Undang-undang


Peraturan perundang-undangan di dalam BW telah menetapkan keluarga
yang berhak menjadi ahli waris, serta porsi pembagian harta warisannya. Bagian
harta warisan untuk anak yang lahir di luar perkawinan antara lain diatur sebagai
berikut:
a. 1/3 dari bagian anak sah, apabila anak yang lahir di luar pernikahan
menjadi ahli waris bersama-sama dengan anak yang sah serta janda
atau duda yang hidup paling lama.
b. ½ dari bagian anak yang sah, apabila anak yang lahir di luar
pernikahan menjadi ahli waris bersama-sama dengan ahli waris
golongan kedua dan golongan ketiga.
c. ¾ dari bagian anak sah, apabila anak yang lahir di luar perkawinan
menjadi ahli waris bersama-sama ahli waris golongan keempat, yaitu
sanak keluarga pewaris sampai derajat keenam.
d. ½ dari bagian anak sah, apabila anak yang lahir di luar perkawinan
menjadi ahli waris bersama-sama dengan kakek atau nenek pewaris,
setelah terjadi kloving. Jadi dalam hal demikian, bagian anak yang
lahir di luar pernikahan bukan ¾, sebab untuk ahli waris golongan

9|Page
keempat ini sebelum harta warisan dibagi, terlebih dahulu dibagi
dua/kloving sehingga anak yang lahir di luar nikah akan memperoleh
¼ dari bagian anak sah dari separuh harta warisan dari garis ayah dan
¼ dari bagian harta warisan anak sah dari garis ibu sehingga menjadi
½ bagian. Namun, bila pewaris sama sekali tidak meninggalkan ahli
waris sampai derajat keenam, sedangkan yang ada hanya anak yang
lahir di luar nikah maka anak di luar nikah mendapat harta peninggalan
seluruhnya atau harta itu jatuh pada tangan anak yang lahir di luar
pernikahan, sebagian ahli waris satu-satunya. Lain halnya anak yang
lahir dari perbuatan zina dan anak yang lahir dari orang tua yang tidak
boleh menikah karena keduanya sangat erat hubungan
kekerabatannya, menurut BW sama sekali tidak berhak atas harta
warisan dari orang tuanya, anak-anak tersebut hanya berhak
memperoleh bagian sekadar nafkah untuk hidup seperlunya

Undang-undang telah menetapkan tertib keluarga yang menjadi ahli waris


yaitu isteri atau suami yang ditinggalkan dan keluarga sah atau tidak sah dari
pewaris. Ahli waris menurut undang-undang atau ahli waris abintestato
berdasarkan hubungan darah terdapat empat golongan, yaitu:

1. Golongan pertama
Golongan pertama adalah keluarga dalam garis lurus ke bawah,
meliputi anak-anak beserta keturunan mereka beserta suami atau
isteri yang ditinggalkan atau yang hidup paling lama. Suami atau isteri
yang ditinggalkan/hidup paling lama ini baru diakui sebagai ahli waris
pada tahun 1935, sedangkan sebelumnya suami/isteri tidak saling
mewarisi.[5] Bagian golongan pertama yang meliputi anggota keluarga
dalam garis lurus ke bawah, yaitu anak-anak beserta keturunannya,
janda atau duda yang ditinggalkan/ yang hidup paling lama, masing-
masing memperoleh satu bagian yang sama. Oleh karena itu, bila
terdapat empat orang anak dan janda maka mereka masing-masing
mendapat hak 1/5 bagian dari harta warisan

10 | P a g e
Apabila salah satu seorang anak telah meninggal dunia lebih
dahulu dari pewaris tetapi mempunyai lima orang anak, yaitu cucu-
cucu pewaris, maka bagian anak yang seperlima dibagi di antara
anak-anaknya yang menggantikan kedudukan ayahnya yang telah
meninggal (dalam sistem hukum waris BW disebut plaatsvervulling
dan dalam system hukum waris Islam disebut ahli waris pengganti dan
dalam hukum waris adat disebut ahli waris pasambei) sehingga
masing-masing cucu memperoleh 1/25 bagian. Lain halnya jika
seorang ayah meninggal dan meninggalkan ahli waris yang terdiri atas
seorang anak dan tiga orang cucu, maka hak cucu terhalang dari anak
(anak menutup anaknya untuk menjadi ahli waris)

2. Golongan kedua
Golongan kedua adalah keluarga dalam garis lurus ke atas,
meliputi orang tua dan saudara, baik laki-laki maupun perempuan
serta keturunan mereka. Bagi orang tua ada peraturan khusus yang
menjamin bahwa bagian mereka tidak akan kurang dari 1/4 bagian dari
harta peninggalan, walaupun mereka mewaris bersama-sama saudara
pewaris. Oleh karena itu, bila terdapat tiga orang saudara yang
menjadi ahli waris bersama-sama dengan ayah dan ibu, maka ayah
dan ibu masing-masing akan memperoleh ¼ bagian dari seluruh harta
warisan, sedangkan separuh dari harta warisan itu akan diwarisi oleh
tiga orang saudara yang masing-masing memperoleh 1/6 bagian. Jika
ibu atau ayah salah seorang sudah meninggal dunia maka yang hidup
paling lama akan memperoleh sebagai berikut:
a. ½ bagian dari seluruh harta warisan, jika ia menjadi ahli waris
bersama dengan seorang saudaranya, baik laki-laki maupun
perempuan sama saja.
b. 1/3 bagian dari seluruh harta warisan, bila ia menjadi ahli waris
bersama-sama dengan dua orang saudara pewaris.
c. ¼ bagian dari seluruh harta warisan, bila ia menjadi ahli waris

11 | P a g e
bersama-sama dengan tiga orang atau lebih saudara pewaris.

Apabila ayah dan ibu semuanya sudah meninggal dunia, maka


harta peninggalan seluruhnya jatuh pada saudara pewaris, sebagai
hali waris golongan kedua yang masih ada. Namun, bila di antara
saudara-saudara yang masih ada itu ternyata hanya ada saudara
seayah atau seibu saja dengan pewaris maka harta warisan terlebih
dahulu dibagi dua, bagian yang satu adalah diperuntukkan bagi
saudara seibu

3. Golongan ketiga
Golongan ketiga adalah ahli waris yang meliputi kakek, nenek dan
leluhur selanjutnya ke atas dari pewaris. Ahli waris golongan ketiga
terdiri atas keluarga dari garis lurus ke atas setelah ayah dan ibu, yaitu
kakek dan nenek serta terus ke atas tanpa batas dari pewaris. Hal
dimaksud, menjadi ahli waris. Oleh karena itu, bila pewaris sama
sekali tidak meninggalkan ahli waris golongan pertama dan kedua.
Dalam kondisi seperti ini sebelum harta warisan dibagi terlebih dahulu
harus dibagi dua (kloving), selanjutnya separuh yang satu merupakan
bagian sanak keluarga dari garis ayah pewaris dan bagian yang
separuhnya lagi merupakan bagian sanak keluarga dari garis ibu
pewaris. Bagian yang masing-masing separuh hasil kloving itu harus
diberikan pada kakek pewaris untuk bagian dari garis ayah, sedangkan
untuk bagian dari garis ibu harus diberikan kepada nenek.
Cara pembagiannya adalah harta warisan dibagi dua, satu bagian
untuk kakek dan nenek dari garis ayah dan satu bagian untuk kakek
dan nenek dari garis ibu. Pembagian itu berdasarkan Pasal 850 dan
Pasal 853 (1):
a. ½ untuk pihak ayah
b. ½ untuk pihak ibu

4. Golongan keempat

12 | P a g e
Ahli waris golongan keempat meliputi anggota dalam garis ke
samping dan sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam. Hal
dimaksud, terdiri atas keluarga garis samping, yaitu paman dna bibi
serta keturunannya, baik dari garis pihak ayah maupun garis dari pihak
ibu. Keturunan paman dan bibi sampai derajat keenam dihitung dari si
mayit (yang meninggal). Apabila bagian dari garis ibu sama sekali
tidak ada ahli waris sampai derajat keenam maka bagian dari garis ibu
jatuh kepada para ahli waris dari garis ayah. Demikian pula sebaliknya.
Dalam Pasal 832 ayat (2) BW disebutkan: “Apabila ahli waris yang
berhak atas harta peninggalan sama sekali tidak ada, maka seluruh
harta peninggalan jatuh menjadi milik negara, selanjutnya Negara
wajib melunasi utang-utang si peninggal harta warisan sepanjang
harta warisan itu mencukupi. Cara pembagian harta warisan golongan
keempat sama dengan ahli waris golongan ketiga, yaitu harta warisan
dibagi dua, satu bagian untuk paman dan bibi serta keturunannya dari
garis ayah dan satu bagian lagi untuk paman dan bibi serta
keturunannya dari garis ibu.

5. Ahli waris yang tidak patut menerima warisan

Undang-undang menyebut empat hal yang menyebabkan seseorang ahli


waris menjadi tidak patut menerima warisan yaitu sebagai berikut :

1. Seorang ahli waris yang dengan putusan hakim telah dipidana karena
dipersalahkan membunuh atau setidak-tidaknya mencoba membunuh
pewaris.
2. Seorang ahli waris yang dengan putusan hakim telah dipidana karena
dipersalahkan memfitnah dan mengadukan pewaris bahwa pewaris
difitnah melakukan kejahatan yang diancam pidana penjara empat
tahun atau lebih.
3. Ahli waris yang dengan kekerasan telah nyata-nyata menghalangi atau
mencegah pewaris untuk membuat atau menarik kembali surat wasiat.

13 | P a g e
4. Seorang ahli waris yang telah menggelapkan, memusnahkan dan
memalsukan surat wasiat.

Apabila ternyata ahli waris yang tidak patut itu mengusai sebagian atau
seluruh harta peninggalan dan ia berpura-pura sebagai ahli waris, ia wajib
mengembalikan semua yang dikuasainya termasuk hasil-hasil yang telah
dinikmatinya.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Hukum waris adalah kumpulan peraturan yang mengatur mengenai
harta peninggalan dan orang yang meninggal dunia kepada orang yang
masih hidup atau yang ditinggalkannya .

Unsur unsur hukum waris , yaitu :


1. Pewaris, yaitu orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta
kekayaan
2. Ahli waris, yaitu orang yang menggantikan kedudukan pewaris dalam
bidang hukum kekayaan karena meninggalnya si pewaris dan berhak
menerima harta peninggalan pewaris
3. Harta warisan, yaitu keseluruhan harta kekayaan yang ditinggalkan oleh si
pewaris setelah dikurangi dengan semua utangnya.

Ahli waris menurut undang undang dibagi menjadi 4 golongan , sebagai


berikut :

1. Golongan pertama, ialah keluarga dalam garis lurus ke bawah yang

14 | P a g e
meliputi anak-anak beserta keturnan mereka beserta suami atau isteri
yang ditinggalkan atau yang hidup paling lama.
2. Golongan kedua, ialah keluarga dalam garis lurus ke atas yang meliputi
orang tua dan saudara, baik laki-laki maupun perempuan serta keturunan
mereka.
3. Golongan ketiga, meliputi kakek, nenek dan leluhur selanjutnya ke atas
dari pewaris.
4. Golongan keempat, meliputi anggota keluarga dalam garis ke samping
dan sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam.

2. Saran
Kita tahu bahwa dalam waris mewaris terdapat ketentuan tertentu
yang diatur dalam undang undang maupun KUHPerdata ( BW ) . Dalam
Undang undang diatur apa saja unsur unsur dalam hokum waris sehingga
baru dapat terlaksana pewarisan , siapa aja yang dapat dianggap ahli
waris dan siapa saja yang tidak patut menerima harta warisan . Hal yang
sama juga terdapat dalam KUHPerdata ( BW ) yang mengatur bagaimana
pewarisan dapat terjadi , syarat syarat pewarisan dan bagaimana cara
mewariskannya .

Dengan membaca makalah ini , pembaca disarankan agar bisa


mengambil manfaat tentang hukum waris menurut undang undang dan
KUHPerdata ( BW ) dan diharapkan dapat diterapkan dengan baik dalam
kehidupan bermasyarakat sehingga tidak terjadi pelanggaran dalam hal
pewarisan dan pewarisan pun dapat berjalan dengan baik.

15 | P a g e
Daftar Pustaka

http://www.ajihoesodo.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=63:cara-membagi-waris-menurut-kuh-
perdata&catid=2:hukum&Itemid=6

http://wardahcheche.blogspot.co.id/2014/11/hukum-waris-menurut-bw.html

http://serba-makalah.blogspot.co.id/2015/04/makalah-hukum-waris-dalam-
kuhperdata.html

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai