Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah yang maha megetahui dan maha bijaksana yang telah memberi
petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya dan hanya kepada-Nya. Salawat serta salam
semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat nya degan suri
tauladan-Nya yang baik.

Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan anugrah,kesempatan dan pemikiran
kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini . Makalah ini merupakan pengetahuan
tentang HAK ASASI MANUSIA DAN PENYELESAIANNYA, semua ini dirangkum dalam
makalah ini , agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat
dan akurat .

Sistematika makalah ini dimulai dari pengantar yang merupakan apersepsi atas materi yang
telah dan akan dibahas dalam bab tersebut .Selanjutnya, Pembaca akan masuk pada inti
pembahasaan dan diakhiri dengan kesimpulan, dan saran makalah ini. Diharapkan pembaca
dapat mengkaji berbagai permasalahan tentang HAK ASASI MANUSIA DAN
PENYELESAIANNYA. Akhirnya, kami penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum semmpurna untuk menjadi lebih
sempurna lagi saya membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk membagikannya kepada
saya demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaaat bagi
anda semua. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Simp.Riset, Juli 2016

Penulis,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................
D. Manfaat Penulisan....................................................................................................
E. Sistematika Penulisan...............................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pelanggaran HAM.................................................................................
B. Proses peradilan atas pelanggaran HAM di Indonesia...........................................
C. Sanksi atas pelanggaran HAM di Indonesia...........................................................
D. Proses peradilan atas pelanggaran HAM Internasional..........................................
E. Sanksi atas pelanggaran HAM Internasional..........................................................

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................
B. Saran......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia sejak manusia masih
dalam kandungan sampai akhir kematiannya. Di dalamnya tidak jarang menimbulkan gesekan-
gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM pada dirinya sendiri. Hal inilah yang
kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM seorang individu terhadap individu
lain,kelompok terhadap individu, ataupun sebaliknya.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mengalami kemajuan dalam bidang penegakan
HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen HAM pun didirikan sebagai upaya
menunjang komitmen penegakan HAM yang lebih optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini,
pelanggaran HAM kemudian juga sering terjadi di sekitar kita. Untuk itulah kami menyusun
makalah yang berjudul “HAK ASASI MANUSIA DAN PENYELESAIANNYA”,untuk
memberikan informasi tentang uapaya penyelesaian kasus pelanggaran HAM.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1. Apa pengertian pelanggaran HAM ?
2. Bagaimana proses peradilan atas pelanggaran HAM di Indonesia ?
3. Apa saja sanksi yang diberikan atas pelanggaran HAM di Indonesia ?
4. Bagaimana proses peradilan atas pelanggaran HAM Internasional ?
5. Apa saja sanksi yang diberikan atas pelanggaran HAM Internasional ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari mengangkat materi ini tentang upaya penyelesaian kasus pelanggaran hak
asasi manusia yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian pelanggaran HAM.
2. Untuk mengetahui proses peradilan atas pelanggaran HAM di Indonesia.
3. Untuk mengetahui sanksi atas pelanggaran HAM di Indonesia.
4. Untuk mengetahui proses peradilan atas pelanggaran HAM Internasional.
5. Untuk mengetahui sanksi atas pelanggaran HAM Internasional.

D. Manfaat Penulisan
Hasil pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis dan pembaca.
1. Manfaat bagi penulis, pengkajian ini memberikan pengetahuan tentang upaya penyelesaian
kasus pelanggaran hak asasi manusia.
2. Manfaat dari pembaca, pengkajian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian atau referensi
tambahan bagi ilmu kenegaraan serta memperkaya informasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pelanggaran HAM

Pelanggaran terhadap HAM diartikan secara berbeda oleh berbagai penulis. Di dalam
wacana tradisional, pelanggaran HAM dilihat sebagai tanggung jawab Negara di dalam konteks
kewajibannya terhadap warga negara. Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia di Wina
pada tahun 1993 mengembangkan satu perspektif yang lebih luas atas HAM dan juga pada
pelanggaran HAM. Pengakuan atas HAM yang terdiri dari hak-hak sipil, budaya, ekonomi,
politik, dan sosial ditujukan sebagai tanggung jawab dari berbagai pihak, bukan hanya negara.

Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
memberikan definisi pelanggaran HAM sebagai berikut.
“Pelanggaran hak asasi manusia adalah perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara baik disengaja maupun tidak sengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak mendapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar berdasarkan
mekanisme hokum yang berlaku”

Dengan demikian, pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan, baik


dilakukan oleh individu maupun institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu
lain. Tindakan tersebut dilakukan tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang
menjadi pijakannya.
Menurut Arahan Mastricht (Mastrich Guidelines), pelanggaran HAM terjadi lewat:
1. Acts of commission (tindakan untuk melakukan) oleh pihak negara atau pihak lain yang
tidak diatur secara memadai oleh negara.
2. Acts of ommission (tindakan untuk tidak melakukan tindakan apa pun) oleh negara.

Satuan-satuan bukan negara dapat juga terlibat sebagai pelaku kejahatan pelanggaan hak
asasi. Contoh dari pelanggaran HAM yang dilakukan oleh satuan bukan negara adalah:
1. Pembunuhan penduduk sipil tentara pemberontak,
2. Pengusiran komunitas yang dilakukan oleh perusahaan transnasional,
3. Serangan bersenjata oleh salah satu pihak melawan pihak yang lain,
4. Serangan fisikal mendadak dari pegawai pribadi melawan para pemprotes.

Pelanggaran HAM dikelompokkan menjadi dua bentuk, yaitu pelanggaran HAM berat dan
pelanggaran HAM ringan. Pelanggaran HAM berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan
kemanusiaan (pasal 7 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia). Bentuk pelanggaran HAM ringan adalah selain dari kedua bentuk pelanggaran HAM
berat itu. Pelanggaran HAM ringan seringkali dimasukkan dalam kategori kejahatan biasa
(ordinary crime). Pelanggaran HAM dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary
crimes).

Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia, dinyatakan bahwa:
“pelanggaran hak asasi manusia yang berat merupakan “extraordinary crimes” dan
berdampak secara luas baik pada tingkat nasional maupun internasional dan bukan tindak
pidana yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana serta menimbulkan kerugian
baik materiil maupun immateriil yang merupakan perasaan tidak aman baik terhadap
perseorangan maupun masyarakat, sehingga perlu segera dipulihkan dalam mewujudkan
supremasi hukum untuk mencapai kedamaian, ketertiban, ketentraman, keadilan dan
kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia”

4
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok
etnis, kelompok agama, dengan cara:
a. Membunuh anggota kelompok,
b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota
kelompok,
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan kemusnahan secara
fisik baik seluruh atau sebagainya,
d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok,
e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.

Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai
bagian dari serangan yang meluas atau sistematik. Serangan tersebut ditunjukkan secara
langsung kepada penduduk sipil dan dapat berupa:
a. Pembunuhan,
b. Pemusnahan,
c. Perbudakan,
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa,
e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain seccara sewenang-wenang
yang melanggar (asas-asas) ketentuan hukum pokok internasional,
f. Penyiksaan,
g. Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,
pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain yang
setara,
h. Penganiayaan tterhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan
paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang
telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang secaa hukum internasional,
i. Penghilangan orang secara paksa,
j. Kejahatan apartheid.

Pelanggaran HAM dilakukan negara terhadap warganya juga terjadi di Indonesia. Kasus-
kasus penyiksaan dalam proses penyidikan merupakan salah satu contoh pelanggaran HAM yang
dilakukan aparat negara terhadap warga negara. Di era Orde Baru, ketika militer mempunyai
kekuasaan yang nyaris tak terbatas, Indonesia banyak diwarnai oleh kasus kekerasan yang
dilakukan oleh militer.

B. Proses peradilan atas pelanggaran HAM di Indonesia


Hukum acara yang digunakan dalam Pengadilan HAM adalah Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) sepanjang tidak diatur secara khusus oleh UU No.26 Tahun
2000 (lex specialis derogat lex generalis). Adapun proses penyelesaian pelanggaran berat HAM
menurut UU No.26 Tahun 2000 adalah sebagai berikut :
a. Penyelidikan
Penyelidikan dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas HAM). Hal
ini bertujuan adanya objektifitas hasil penyelidikan, apabila dilakukan oleh lembaga independen.
Dalam penyelidikan, penyelidik berwenang:
– Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul dalam
masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga terdapat pelanggaran
berat HAM
– Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang atau kelompok orang tentang terjadinya
pelanggaran berat HAM serta mencari keterangan dan barang bukti
– Memanggil pihak pengadu, korban atau pihak yang diadukan untuk diminta dan didengar
keterangannya
– Memanggil saksi untuk dimintai kesaksiannya
– Meninjau dan mengumpulkan keterangan di tempat kejadian dan tempat lainnya jika
dianggap perlu
– Memanggil pihak terkait untuk melakukan keterangan secara tertulis atau menyerahkan
dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya
– Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa pemeriksaan surat,
penggeledahan dan penyitaan, pemeriksaan setempat, mendatangkan ahli dalam
hubungan dengan penyelidikan

5
b. Penyidikan
Penyidikan pelanggaran berat HAM dilakukan oleh Jaksa Agung. Dalam pelaksanaan
tugasnya Jaksa Agung dapat mengangkat penyidik ad hoc yang terdiri atas unsur pemerintah dan
masyarakat. Sebelum melaksanakan tugasnya, penyidik ad hoc mengucapkan sumpah atau janji
menurut agamanya masing-masing. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai penyidik ad hoc,
yaitu :
– Warga Negara Indonesia
– Berumur sekurang-kurangnya 40 tahun dan paling tinggi 65 tahun
– Berpendidikan Sarjana Hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian dibidang
hukum
– Sehat jasmani dan rohani
– Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan baik
– Setia kepada Pancasila dan UUD 1945
– Memiliki pengetahuan dan kepedulian dibidang hak asasi manusia

Penyidikan diselesaikan paling lambat 90 hari terhitung sejak tanggal hasil penyelidikan
diterima dan dinyatakan lengkap oleh penyidik. Penyidikan dapat diperpanjang 90 hari oleh
Ketua Pengadilan HAM sesuai daerah hukumnya dan dapat diperpanjang lagi 60 hari. Jika dalam
waktu tersebut, penyidikan tidak juga terselesaikan, maka dikeluarkan surat perintah penghentian
penyidikan oleh Jaksa Agung.

c. Penuntutan
Penuntutan dilakukan oleh Jaksa Agung. Jaksa Agung dapat mengangkat penuntut umum
ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat. Syarat untuk diangkat menjadi
penuntut umum sama halnya dengan syarat diangkat menjadi penyidik ad hoc. Penuntutan
dilakukan paling lama 70 hari sejak tanggal hasil penyidikan diterima.

d. Pemeriksaan di Pengadilan
Pemeriksaan perkara pelanggaran berat HAM dilakukan oleh majelis hakim Pengadilan
HAM berjumlah 5 orang, terdiri atas 2 orang hakim pada Pengadilan HAM dan 3 orang hakim
ad hoc.
Syarat-syarat menjadi Hakim Ad Hoc :
– Warga Negara Indonesia
– Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
– Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun dan paling tinggi 65 tahun
– Berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian dibidang
hukum
– Sehat jasmani dan rohani
– Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan baik
– Setia kepada Pancasila dan UUD 1945
– Memiliki pengetahuan dan kepedulian dibidang Hak asasi manusia

Perkara paling lama 180 hari diperiksa dan diputus sejak perkara dilimpahkan ke
Pengadilan HAM. Banding pada Pengadilan Tinggi dilakukan paling lama 90 hari terhitung
sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan Tinggi. Kasasi paling lama 90 hari sejak perkara
dilimpahkan ke Mahkamah Agung.

C. Sanksi atas pelanggaran HAM di Indonesia

Di dalam penjelasan umum UU HAM hanya menyebutkan bahwa pelanggaran baik


langsung maupun tidak langsung atas HAM dikenakan sanksi pidana, perdata, dan atau
administratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Memang ada pelanggaran
HAM yang dapat diproses secara hukum melalui Pengadilan HAM. Akan tetapi, perlu diketahui
bahwa Pengadilan HAM hanya dapat mengadili pelanggaran HAM yang berat sebagaimana
diatur Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia (“UU Pengadilan HAM”) dan Pasal 104 ayat (1) UU HAM. Menurut Pasal 7 UU
Pengadilan HAM, yang termasuk sebagai pelanggaran HAM berat adalah kejahatan genosida
dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
6
Berdasarkan hukum pidana, Anda dapat menggunakan Pasal 335 ayat (1) ke- 1 Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana: (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun
atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: 1. barang siapa secara melawan hukum
memaksa orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan
memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, atau
dengan memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak
menyenangkan, baik terhadap orang itu sendiri maupun orang lain; 2. barang siapa memaksa
orang lain supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu dengan ancaman
pencemaran atau pencemaran tertulis. (2) Dalam hal sebagaimana dirumuskan dalam butir 2,
kejahatan hanya dituntut atas pengaduan orang yang terkena.
Dalam hal ini, Anda dan pedagang yang lainnya harus dapat membuktikan bahwa ada
paksaan untuk tidak melakukan sesuatu (membuat perkumpulan) dengan menggunakan
kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, atau dengan
memakai ancaman kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan.

D. Proses peradilan atas pelanggaran HAM Internasional


Bila Terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia berskala Internasional, proses peradilannya adalah
Sebagai Berikut :
1. Jika suatu negara sedang melakukan penyelidikan, penyidikan, atau penuntutan atas
kejahatan yang terjadi, maka Pengadilan Pidana Internasional berada dalam posisi
inadmissible (tidak diizinkan) untuk menangani perkara kejahatan tersebut. Akan tetapi,
posisi inadmissible berubah menjadi admissible, apabila negara yang bersangkutan enggan
atau tidak mampu melaksanakan tugas investigasi dan penuntutan.
2. Perkara yang telah diinvestigasi oleh suatu negara, kemudian negara yang bersangkutan telah
memutuskan untuk tidak melakukan penuntutan lebih lanjut. Namun dalam hal ini, posisi
inadmissible berubah menjadi admissible bila keputusan berdasarkan keengganan dan
ketidakmampuan negara untuk melakukan penuntutan.
3. Pelaku kejahatan telah diadili dan memperoleh kekuatan hukum yang tetap, maka terhadap
pelaku kejahatan tersebut sudah mendekat asas nebis in idem. Artinya, seseorang tidak dapat
dituntun untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama terlebih dahulu diputuskan
perkaranya oleh putusan pengadilan yang tetap.
4. Perkara tidak mempunya cukup dasar hukum untuk di tindaklanjuti Peradilan Internasional
mengandung pengertian upaya penyelesaian masalah dengan menerapkan ketentuan-
ketentuan hukum internasional yang dilakukan oleh peradilan internasional yang dibentuk
secara teratur. Peradilan internasional ini dilakukan oleh Mahkamah Internasional dan badan-
badan peradilan lainnya.

E. Sanksi atas pelanggaran HAM Internasional


Strake berpendapat bahwa rumusan peraturan dalam hukum internasional untuk
melindungi hak-hak asasi tidak berjalan dengan efektif. Di Eropa telah didirikan suatu badan
administratif internasional dan suatu pengadilan internasional yang bertujuan untuk melindungi
hak-hak asasi, yaitu Komisi Eropa untuk Hak-Hak Asasi dan Pengadilan Eropa untuk Hak-Hak
Asasi. Akan tetapi, kedua organisasi ini beroperasi di bawah pembatasan- pembatasan
yurisdiksional dan prosedural. Organisasi ini hanya berkenaan dengan sejumlah kecil negara-
negara yang telah menerima kompetensi organisasi tersebut.
Dalam perkembangannya telah lahir instrumen hukum yang dapat menjamin terlaksanya
HAM secara internasional. Berikut ini adalah beberapa instrumen-instrumen utama yang telah
disahkan untuk menyatakan atau menjamin norma hak-hak asasi:
1. The Universal Declaration of Human Right (1948)
2. International Bill of Human Right (1966)
3. International Covenant on Economic, Social and Culture Rights atau kovenan
internasional tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya.
4. International Covenant on Civil and Political Rigths atau kovenan internasional tentang
hak sipil dan politik.
5. Optional Protocol to the International Covenant on Civil and Political Rights atau
protokol mengenai kovenan internasional tentang hak sipil dan hak politik.

Deklarasi Wina 1993 menyebutkan adalah kewajiban negara untuk menegakkan HAM.
Deklarasi Wina menganjurkan pemerintah untuk memasukkan standar-standar yang terdapat
dalam instrumen-instrumen hak asasi internasional ke dalam hukum nasional. Proses
7
mengadopsi dan menetapkan pemberlakuan suatu instrumen HAM menjadi hukum nasional ini
yang disebut sebagai ratifikasi. HAM bersumber pada nilai kemanusiaan yang universal.
Deklarasi, konvensi, dan perjanjian internasional hanya merumuskan kembali apa yang telah
menjadi nilai kemanusiaan selama ini.

Berbagai instrumen hukum internasional yang telah dijabarkan di atas merupakan


ketentuan-ketentuan yang tidak mengikat negara. Akan tetapi, instrumen hukum internasional di
atas merupakan rumusan standar tentang hak asasi internasional yang dianjurkan untuk
dimasukkan kedalam peraturan perundang-undangan secara nasional agar dapat berlaku secara
efektif. Meskipun di Eropa dan Amerika perangkat tersebut telah dilengkapi dengan adanya
pengadilan HAM, namun yurisdiksi pengadilan tersebut sangat terbatas pada negara-negara
yangmengakui yurisdiksi pengadilan internasional tersebut. Dengan demikian, pengenaan sanksi
terhadap pelanggaran HAM diutamakan kepada hukum nasional negara masing-masing. Apabila
dari pengadilan nasional tidak diperoleh keputusan yang dianggap adil, negara atau subyek
hukum internasional lainnya yang mengaku yurisdiksi pengadilan internasional dapat
mengajukannya ke pengadilan internasional. Sanksi terhadap pelanggaran HAM ringan
diserahkan kepada hukum nasional negara masing-masing. Sedangkan untuk perkara individu
yang berkaitan dengan pelanggaran HAM berat, penyelesaian dilakukan melalui International
Criminal Court (ICC) atau Mahkamah Pidana Internasional.

Jika Dalam Proses peradilan terbukti adanya pelanggaran HAM internasional maka yang
bersangkutan akan memperoleh sanksi internasional berupa :
1. Diberlakukannya travel warning terhadap warga negaranya.
2. Pengalihan investasi atau penanaman modal asing.
3. Pemutusan hubungan diplomatik.
4. Pengurangan tingkat kerja sama.
5. Pengurangan bantuan ekonomi.
6. Pemboikotan produk ekspor.
7. Embargo ekonomi.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan, baik dilakukan oleh


individu maupun institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain. Adapun
proses penyelesaian pelanggaran berat HAM menurut UU No.26 Tahun 2000 adalah sebagai
berikut :
a. Penyelidikan
b. Penyidikan
c. Penuntutan
d. Pemeriksaan di Pengadilan

penjelasan umum UU HAM hanya menyebutkan bahwa pelanggaran baik langsung


maupun tidak langsung atas HAM dikenakan sanksi pidana, perdata, dan atau administratif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Cara kerja komisi PBB untuk Hak
Asasi Manusia untuk sampai pada proses peradilan HAM internasional, adalah sebagai berikut :
a. Melakukan pengkajian (studies) terhadap pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan, baik
dalam suatu negara tertentu maupun secara global. Terhadap kasus-kasus pelanggaran yang
terjadi, kegiatan komisi terbatas pada himbauanm serta persuasi. Kekuatan himbauan dan
persuasi terletak pada tekanan opimi dunia internasional terhadap pemerintah yang
bersangkutan.
b. Seluruh temuan Komisi ini dibuat dalam Yearbook of Human Rights yang disampaikan
kepada sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
c. Setiap warga negara dan atau negara anggota PBB berhak mengadu kepada komisi ini.
Untuk warga negara perseorangan dipersyaratkan agar terlebih dahulu ditempuh secara
musyawarah di negara asalnya, sebelum pengaduan di bahas.
d. Mahkamah Internasional sesuai dengan tugasnya, segera menindak lanjuti baik pengaduan
oleh anggota maupun warga negara anggota PBB, serta hasil pengkajian dan temuan komisi
Hak Asasi Manusia PBB untuk diadakan pendidikan, penahan, dan proses peradilan.

Jika Dalam Proses peradilan terbukti adanya pelanggaran HAM internasional maka yang
bersangkutan akan memperoleh sanksi internasional berupa :
1. Diberlakukannya travel warning terhadap warga negaranya.
2. Pengalihan investasi atau penanaman modal asing.
3. Pemutusan hubungan diplomatik.
4. Pengurangan tingkat kerja sama.
5. Pengurangan bantuan ekonomi.
6. Pemboikotan produk ekspor.
7. Embargo ekonomi.

B. Saran

Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM
kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar
dan dinjak-injak oleh orang lain.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://fatmasusanti-civiceducation.blogspot.com/2012/09/pemajuan-penghormatan-dan-
perlindungan.html
http://sriargarini.blogspot.com/2012/05/hak-asasi-manusia.html
http://visiuniversal.blogspot.com/2015/05/sanksi-internasional-atas-pelanggaran.html
http://spynhara.mywapblog.com/proses-peradilan-ham-internasional-beser.xhtml

10

Anda mungkin juga menyukai