Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

PEMBUATAN SABUN HOMINE


(Honey & Jasmine)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia
 Dosen Pengampu : apt. Munir Alinu Mulki, M.Farm., Lina
Nurfadhila, S.Farm., M.S.Farm., Marshah Rahmawati Utami, M.Si.

 
Disusun oleh :

Indah Fazriyah Nurul S. 2210631210005


Iqbal Zulqifli 2210631210007
Muthia Nur Akifah 2210631210012
Nurhadis 2210631210014
Oca Nur Fadilah 2210631210016
Aliza Salsabila Ainaputri 2210631210023
Fabrian Dzikri Ilham 2210631210027

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas proposal yang berjudul
"Pembuatan Sabun Homine ” dengan tepat waktu.

Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biokimia pada
Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Singaperbangsa
Karawang. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang
bagaimana prosedur pembuatan sabun khususnya sabun yang berbahan dasar
minyak kelapa, madu dan jasmine oil.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak apt. Munir Alinu Mulki,
M.Farm., Ibu Lina Nurfadhila, S.Farm., M.S.Farm. dan Ibu Marshah Rahmawati
Utami, M.Si. selaku dosen mata kuliah Biokimia. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
proposal ini hingga selesai.

Kami menyadari proposal ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya,
saran dan kritik yang membangun akan kami terima dengan senang hati. Kami
juga berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukan.

Karawang, Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................... 3

C. Tujuan............................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 4

A. Sabun............................................................................................. 4

B. Proses Saponifikasi........................................................................ 5

C. Madu.............................................................................................. 8

D. Minyak Atsiri Melati..................................................................... 8

E. Minyak Kelapa............................................................................... 9

BAB III METODE PENELITIAN................................................................11

A. Jenis Metode Penelitian.................................................................11

B. Alat dan bahan...............................................................................11

C. Prosedur kerja................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sabun adalah produk kebersihan yang sering digunakan oleh manusia


untuk membersihkan diri. Kegiatan mandi atau mencuci tangan merupakan
rutinitas yang dilakukan setiap hari. Dalam kegiatan tersebut tentu memerlukan
produk yang bermanfaat untuk membersihkan. Oleh karena itu, produk sabun
digunakan. Selain itu, sabun juga memiliki manfaat untuk menjaga kesehatan
kulit, seperti menjaga kelembapan dan membantu mengatasi masalah kulit
tertentu. Namun, tidak semua produk sabun aman dan cocok untuk semua jenis
kulit. Beberapa produk sabun mengandung bahan kimia yang dapat merusak
struktur kulit dan justru membuat kulit menjadi kering serta iritasi. Oleh karena
itu, penggunaan produk sabun yang alami dan organik lebih diminati oleh
konsumen.

Bahan-bahan alami seperti buah-buahan, bunga, dan madu menjadi


bahan pilihan untuk membuat sabun yang lebih aman dan alami untuk kulit.
Selain itu, dapat juga menggunakan Virgin Coconut Oil (VCO). Virgin
Coconut Oil (VCO) merupakan salah satu bahan alami yang dapat digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan sabun. VCO mengandung asam lemak yang
tinggi, sehingga dapat membantu menjaga kelembaban kulit dan memperbaiki
struktur kulit yang rusak. Selain itu, VCO juga dapat membantu mengurangi
inflamasi pada kulit dan menjaga pH kulit yang sehat. Salah satu bahan alami
lainnya yang dapat ditambahkan ke dalam produk sabun adalah madu.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah produksi madu di


Indonesia pada tahun 2021 mencapai 189.780 liter. Adapun penggunaan madu
di Indonesia untuk dikonsumsi secara langsung maupun digunakan sebagai
bahan baku industri kosmetik atau farmasi diperkirakan mencapai 10.000 –
15.000 ton/tahun. Hal ini menandakan madu telah dikenal memiliki banyak

1
manfaat dalam kehidupan manusia. Kandungan nutrisi dalam madu, seperti
vitamin, mineral, dan antioksidan menjadikannya sebagai bahan alami yang
sangat baik untuk kesehatan kulit. Menurut Jaya (2017) komposisi mineral
dalam madu yaitu kalsium, tembaga, magnesium, mangan, fosfor, natrium dan
seng. Penggunaan madu dalam sabun bila ditinjau memberikan manfaat
kelembapan pada kulit karena adanya kandungan flavonoid dan asam amino.
Di samping itu, madu juga membantu mengatasi masalah kulit, seperti jerawat,
eksim, dan psoriasis.

Penambahan madu dalam sabun dari segi kebersihan sangat


menguntungkan. Hal ini karena madu memiliki kandungan fenol, komponen
peroksida dan non-peroksida, memiliki viskositas kental, serta pH yang rendah
sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Wineri, dkk., 2014). Selain
manfaat yang besar bagi kesehatan dan kebersihan kulit, sabun yang
mengandung madu juga memiliki aroma yang menyenangkan dan
menenangkan. Ditambah dengan penambahan aroma jasmine yang segar dan
dapat membantu menghilangkan stres pada penggunanya, membuat
penggunaan sabun yang mengandung madu dan aroma jasmine ini akan
memberikan pengalaman mandi yang lebih rileks dan menyegarkan.

Berdasarkan hal tersebut, penulis merancang sebuah produk sabun


dengan bahan VCO yang dicampur dengan madu dan pewangi jasmine. Produk
sabun ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik, aman, dan sehat
untuk digunakan bagi kulit. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas
secara lebih detail mengenai sabun yang mengandung madu dan pewangi
jasmine, termasuk manfaat dan efek sampingnya. Selain itu, juga akan dibahas
bagaimana cara membuat sabun yang mengandung madu dengan aroma
jasmine secara mandiri di rumah. Dengan demikian, diharapkan dapat
membantu masyarakat dalam memilih produk sabun yang lebih aman dan
alami untuk kesehatan kulit mereka.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diputuskan bahwa permasalahan dalam


penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana cara pembuatan sabun dengan memanfaatkan Virgin Coconut


Oil (VCO) sebagai bahan dasar dan penambahan madu serta aroma
jasmine?

2. Bagaimana kualitas dari sabun yang menggunakan madu sebagai


antibakteri dan Virgin Coconut Oil (VCO) sebagai bahan dasar dengan
parameter pengujian stabilitas sediaan?

C. Tujuan

1. Untuk membuat sediaan sabun padat yang terbuat dari Virgin Coconut Oil
(VCO) yang dikombinasikan dengan penambahan bahan-bahan lain,
seperti madu dan aromaterapi jasmine sesuai SNI No. 06-3532-1994.

2. Untuk mengetahui dan memahami proses kimia yang terjadi dalam


pembuatan sabun padat madu beraroma jasmine.

3. Untuk mengetahui kualitas sabun padat madu beraroma jasmine dari


Virgin Coconut Oil (VCO) dengan menggunakan beberapa parameter
pengujian kestabilan sediaan.

4. Dapat membuat dan menguji sediaan sabun padat madu beraroma jasmine
untuk khalayak.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sabun

Sabun merupakan garam natrium dan kalium dari asam lemak yang berasal
dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun yang digunakan sebagai
pembersih dapat berwujud padat (keras), lunak dan cair. Dewan Standarisasi
Nasional menyatakan bahwa sabun adalah bahan yang digunakan untuk tujuan
mencuci dan mengemulsi, terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-
C18 dan sodium atau potassium (DSN, 1994).

Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus


ion. Bagian hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam
zatzat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air.
Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah molekul sabun secara keseluruhan
tidaklah benar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah tersuspensi dalam
air karena membentuk misel (micelles), yakni sekumpulan molekul yang rantai
hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung- ujung ionnya yang menghadap
ke air. (Ralph J. Fessenden, 1992). Komponen utama dalam sediaan sabun
mandi cair, adalah sebagai berikut;

1. Minyak atau lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa
ester dari gliserol, pada proses pembuatan sabun jenis minyak atau lemak
yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewani. Perbedaan antara
minyak dan lemak adalah wujud keduanya pada suhu ruang. Minyak akan
berwujud cair pada temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan
berwujud padat.
2. Kalium Hidroksida (KOH). Alkali yang biasa digunakan dalam pembuatan
sabun yaitu NaOH dan KOH. NaOH digunakan dalam pembuatan sabun
padat sedangkan KOH digunakan dalam pembuatan sabun cair (Kurnia and
Hakim, 2015).

4
3. Air adalah senyawa kimia yang tersusun atas dua atom hidrogen yang
terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air yang layak ialah bersifat
tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar.
4. Surfaktan mempunyai kemampuan mengikat dan mengangkat kotoran.
Surfaktan memiliki fungsi dapat menghasilkan busa yang melimpah. Bahan
yang biasa digunakan adalah Emal TD, Emal 20 C, Texhapon, dan lain –lain
(Utami, 2009).
5. Zat aditif yang paling umum ditambahkan dalam pembuatan sabun adalah
parfum, pewarna, dan garam (NaCl). Parfum merupakan bahan yang
ditambahkan dalam suatu produk kosmetika untuk menutupi bau yang tidak
sedap dan untuk memberikan wangi yang sesuai dengan keinginan
pemakainya. Pewarna dapat ditambahkan sebagai pewangi pada sabun.

Sabun berguna untuk mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat


dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun :

1. Rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun bersifat nonpolar sehingga larut


dalam zat non polar, seperti tetesan-tetesan minyak.
2. Ujung anion molekul sabun yang tertarik dari air, ditolak oleh ujung anion
molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena
tolak menolak antara tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat
saling bergabung namun tersuspensi.

B. Proses Saponifikasi

Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis antara basa-basa alkali dengan asam


lemak yang akan menghasilkan gliserol dan garam yang disebut sebagai Sabun
asam lemak yang digunakan yaitu asam lemak tak jenuh, karena memiliki
paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya dan
bersifat kurang stabil sehingga sangat mudah bereaksi dengan unsur lain.

Saponifikasi sendiri merupakan reaksi yang terjadi ketika minyak/lemak


di campur dengan larutan alkali. Dengan kata lain saponifikasi adalah proses
pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereakasikan asam lemak dengan

5
alkali yang nantinya akan menghasilkan sintesa dan air serta garam karbonil
(sejenis sabun) (Iftikhar, Ahmad, 1981). Menurut (Hui, 1996) reaksi yang
terjadi, ada 4 metode proses pembuatan sabun yaitu sebagai berikut:

1. Proses Pendidihan Sempurna

Proses pendidihan penuh pada dasarnya sama dengan proses batch


yaitu minyak/lemak dipanaskan didalam wadah dengan menambahkan
NaOH yang telah dipanaskan, selanjutnya campuran tersebut dipanaskan
sampai terbentuk pasta kira-kira setelah 4 jam pemanasan. Setelah
terbentuk pasta ditambahkan NaCl (10-12%) untuk mengendapkan sabun.
Endapan sabun dipisahkan dengan menggunakan air panas dan
terbentuklah produk utama sabun dan produk samping gliserol (Hui,
1996).

2. Proses semi pendidihan

Pada proses semi pendidihan, semua bahannya yaitu minyak/lemak


dan alkalilangsung dicampur kemudian dipanaskan secara bersamaan.
Terjadilah reaksisaponifikasi. Setelah reaksi sempurna ditambah sodium
silikat dan sabun yangdihasilkan berwarna gelap.

3. Proses Netral

Prinsip dasar dari proses netral adalah minyak/lemak ditambah


NaOH sehingga terjadi reaksi saponifikasi dan dihasilkan sabun dan
gliserol. Sabun yang dihasilkan tidak bersifat netral, sehingga tidak
menghasilkan busa yang banyak. Karena pH sabun adalah 7 (netral), maka
perlu dilakukan penetralan. Jika pembuatan sabun tersebut berada dalam
susasana basa, maka harus dibuat netral dengan cara menambahkan suatu
larutan basa ke dalam campuran tersebut. Larutan basa yang dapat
digunakan yaitu NaOH. Sebaliknya, jika pembuatan sabun tersebut berada
dalam susasana asam, maka harus dibuat netral dengan cara menambahkan
suatu larutan asam ke dalam campuran tersebut.

6
4. pada proses dingin semua bahan yaitu minyak,alkali, dan alkohol
dibiarkan didalam suatu tempat/bejana tanpa dipanaskan (suhu kamar,
25C). Reaksi antara NaOH dan uap air (H2O) merupakan reaksi eksoterm
sehingga dapat menghasilkan panas. Panas tersebut kemudian digunakan
untuk mereaksikan minyak/lemak dan NaOH/alkohol. Proses ini
memerlukan waktu untuk reaksi sempurna selama 24 jam dan sabun yang
dihasilkan berkualitas tinggi.Adapu nsyarat-syarat terjadinya proses dingin
adalah sebagai berikut:

a. Minyak/lemak yang digunakan harus murni


b. Konsentrasi NaOH harus terukur dengan teliti
c. Temperatur harus diselesaikan dengan baik.

7
C. Madu

Madu merupakan suatu larutan manis yang mengandung gula dan kental.
Penambahan madu pada sabun diharapkan dapat meningkatkan nilai guna dari
sabun, seperti; memberikan kesan lembut, halus, melembabkan dan
memberikan aktivitas antibakteri pada kulit. Sabun madu merupakan salah satu
produk yang dapat digunakan sebagai salah satu inovasi dari penggunaan madu
dalam industri kosmetik.

Selain itu, madu juga mengandung asam organik, diantaranya laktat,


format, butirat, tartarat, piruvat, asetat, sitrat, oksalat sukinat, malat, meleat,
piroglutamat, dan lainnya. Semua asam organik tersebut dihasilkan dari enzim
glukosa oksidase pada dekstrosa.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, membuktikan bahwa madu


memiliki fungsi sebagai sumber antioksidan alami yang efektif mengurangi
resiko penyakit jantung, kanker, penurunan sistem kekebalan tubuh, katarak,
proses inflamasi yang berbeda, dan lain-lain (Vulic dkk., 2015).

D. Minyak Atsiri Melati

Essential oil atau minyak atsiri telah lama digunakan sebagai bahan
tambahan dalam pembuatan sabun karena memberikan aroma yang harum dan
menyegarkan serta sifat antibakteri atau antiseptik yang membantu menjaga
kesehatan kulit. Contohnya essential oil seperti minyak atsiri lemon dan
lavender dapat digunakan dalam pembuatan sabun handmade dan memberikan
hasil yang baik dalam hal aroma, busa, dan kelembaban kulit selain itu sabun
yang dibuat dengan menggunakan minyak atsiri dari beberapa tanaman obat,
seperti daun melati, kayu manis, dan eucalyptus, memiliki aktivitas
antimikroba yang kuat terhadap beberapa jenis bakteri dan jamur.

Studi lain menunjukkan bahwa sabun yang dibuat dengan menggunakan


ekstrak tumbuhan seperti daun rosemary, daun melati, dan daun mint memiliki
aktivitas antibakteri dan antijamur yang tinggi, serta dapat membantu
menghilangkan bau tak sedap pada kulit. Dapat disimpulkan bahwa

8
penggunaan essential oil atau minyak atsiri dalam pembuatan sabun dapat
memberikan manfaat dalam hal aroma, sifat antibakteri atau antiseptik, serta
meningkatkan sifat fisik dan evaluasi sensoris dari sabun. Namun, perlu
diperhatikan penggunaan minyak atsiri dalam proporsi yang tepat untuk
menghindari efek samping yang merugikan.

Pada proposal pembuatan sabun ini kelompok kami menggunakan


essensial oil melati. Essential oil melati dapat digunakan sebagai bahan
tambahan dalam pembuatan sabun. Selain memberikan aroma yang harum,
minyak atsiri bunga melati juga memiliki sifat antiseptik dan antibakteri yang
dapat membantu membersihkan kulit dan menjaga kesehatannya. Namun, perlu
diingat bahwa penggunaan minyak atsiri dalam pembuatan sabun harus
dilakukan dengan hati-hati dan proporsi yang tepat, karena konsentrasi yang
tinggi dapat menyebabkan iritasi kulit atau bahkan membahayakan kesehatan
penggunanya. Sebelum digunakan, sebaiknya dilakukan uji coba untuk
menguji kepekaan kulit terhadap minyak atsiri bunga melati. Jika tidak terjadi
iritasi atau reaksi alergi, maka minyak atsiri dapat digunakan dalam pembuatan
sabun. Perlu juga diperhatikan bahwa minyak atsiri bunga melati tidak dapat
larut dalam air, sehingga perlu dicampur dengan bahan pengemulsi atau bahan
lain yang dapat membantu minyak atsiri bunga melati bercampur dengan sabun
dengan baik. Untuk mendapatkan hasil terbaik, disarankan untuk mengikuti
panduan yang tepat dalam menggunakan minyak atsiri bunga melati dalam
pembuatan sabun.

E. Minyak Kelapa

Minyak kelapa adalah minyak nabati yang diekstraksi dari daging kelapa
yang matang. Minyak kelapa biasanya digunakan dalam memasak, sebagai
bahan kosmetik dan perawatan rambut, dan juga dalam industri makanan dan
farmasi. Minyak kelapa dapat diekstraksi melalui metode fermentasi,
perebusan, atau ekstraksi mekanis. Minyak kelapa ekstra virgin, yang
diekstraksi melalui proses mekanis tanpa pemanasan atau bahan kimia,
dianggap sebagai jenis minyak kelapa terbaik dan paling sehat karena lebih

9
banyak nutrisi yang terjaga dan tidak mengalami proses pengolahan yang
berlebihan.

Minyak kelapa dapat digunakan untuk membuat sabun. Minyak kelapa


adalah bahan alami yang kaya akan asam lemak jenuh yang dapat membantu
membentuk sabun dengan busa yang lembut. Untuk membuat sabun dengan
menggunakan minyak kelapa, diperlukan beberapa bahan lain seperti air,
sodium hidroksida (NaOH) atau potasium hidroksida (KOH), serta bahan
tambahan seperti pewangi atau bahan pengental jika diinginkan.

Proses pembuatan sabun dengan menggunakan minyak kelapa melibatkan


campuran minyak kelapa dengan larutan NaOH atau KOH yang telah
diencerkan dengan air. Setelah campuran tersebut diaduk hingga merata,
adonan kemudian dicetak dan dibiarkan selama beberapa minggu untuk
mengering dan mengeras. Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan
sodium hidroksida atau potasium hidroksida dalam pembuatan sabun
merupakan proses yang berbahaya dan memerlukan penanganan yang hati-hati.
Selalu pastikan untuk mengikuti petunjuk dan prosedur keselamatan yang
diberikan dalam membuat sabun dengan minyak kelapa.

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Metode Penelitian

Pada pembuatan sabun kali ini menggunakan metode cold proses.


Metode cold procces merupakan metode yang cukup umum dan mudah dalam
proses pembuatan sabun. Metode cold procces juga termasuk dalam metode
yang tidak membutuhkan suhu tinggi atau relatif pada suhu rendah. Pada cold
process, suhu yang digunakan lebih rendah dari pada hot process. Biasanya
metode cold process menggunakan suhu 30ºC-35ºC, sedangkan pada metode
hot process suhu yang digunakan sekitar 60-70ºC.

B. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Hand blender
b. Cetakan sabun
c. Timbangan digital
d. Gelas ukur
e. Spatula silikon
f. Saringan the
g. Batang pengaduk
h. Wadah
i. Kertas pembungkus sabun
j. Pisau
k. Sarung tangan
l. Makser
2. Bahan
a. 235 gram aquadest
b. 95 gram NaOH

11
c. 700 gram coconut oil
d. 15 gram madu, larutkan menggunakan aquadest 15 gram
e. 5-10 gram essential oil jasmine
f. Mica powder soap colorant/serbuk mica pewarna sabun

C. Prosedur Kerja

Sebelum memulai dalam proses pembuatan sabun, pastikan sudah


memakai alat safety atau pelindung diri seperti masker dan sarung tangan. Lalu
berikut prosedur kerja dalam pembuatan sabun homine.

a. Siapkan alat dan bahan.

b. Timbang masing-masing bahan.

c. Siapkan aquadest sebanyak 700 gram, kemudian masukkan NaOH 95


gram kedalam aquadest aduk sampai larut.

d. Kemudian diamkan larutan NaOH/lye solutio hingga mencapai suhu ruang


dan larutan tersebut berubah warna menjadi bening.

e. Sambil menunggu larutan NaOH/lye solutio, larutkan 15 gram madu


menggunakan 15 gram aquadest, aduk hingga larut, pisahkan.

f. Kemudian siapkan 235 gram aquadest pada wadah/gelas ukur, setelah itu
masukkan larutan NaOH/lye solutio yang sudah mencapai suhu ruang,
aduk menggunakan hand blender hingga lye solutionnya teremulsi dengan
minyak.

g. Jika sudah tercampur, masukkan madu yang telah dilarutkan sebelumnya,


lalu tambahkan essential oil jasmine secukupnya, kemudian aduk kembali
menggunakan hand blender hingga tercampur dan bertekstur agak kental.

h. Kemudian adonan diberi pewarna mica powder, aduk menggunakan hand


blender hingga tercampur rata. Jika pewarna sabun bentuknya serbuk maka
sebaiknya dilarutkan telebih dahulu.

12
i. Masukkan adonan yang telah diberi pewarna kedalam cetakan yang telah
dilapisi oleh kertas pembungkus sabun, kemudian ratakan menggunakan
spatula silikon.

j. Masukkan adonan tersebut kedalam cetakan sebelumnya untuk membuat


layer kedua.

k. Diamkan hingga mengeras.

l. Kemudian lepas dari cetakan secara perlahan

m. Lalu, potong sabun sesuai selera kemudian beru kemasan.

n. Sabun siap digunakan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Mahyudin, E., dkk. (2019). Antimicrobial Activity of Jasmine Essential Oil

(jasminum Sambac) Against Streptpcoccus Mutans. Journal of Physics :

Conference Series, 1374(1), 012077.

Monimici. 2021. Cara Membuat Sabun Madu dan Oat di Rumah dengan Minyak

Kelapa.

Monimici. 2021. DIY Tutorial Belajar Cara Membuat Sabun Batang Minyak

Kelapa Organik.

Monimici. 2021. DIY Tutorial Belajar Cara Membuat Sabun Batang Pink Estetik

di Rumah.

14

Anda mungkin juga menyukai