Anda di halaman 1dari 11

JURNAL TITRASI REDOKS

NAMA : OTRIANA YUSMINA ATOK


NIM : 2001060054
KELAS : B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KIMIA


UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
Disusun oleh:
Indah Tri Wahyuni 18030234035
KB 2018

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
NEGERI SURABAYA
2019

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Analisis kimia kuantitatif adalah suatu metode analisis kimia yang bertujuan untuk
menentukan jumlah suatu zat atau komponen zat yang terkandung dalam suatu sampel. Metode
yang digunakan dalam analisis kimia kuantitatif dibagi menjadi 2 macam yaitu metode klasik dan
metode instrumental. Metode klasik adalah cara-cara yang didasarkan pada penggunaan-
penggunaan reaksi kimia. Metode klasik yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah gravimetri
dan titrimetri. Sedangkan metode instrumental didasarkan pada pengukuran besaran fisik untuk
menentukan jumlah zat atau komponen yang dicari. Metode instrumental yang digunakan dalam
analisis kuantitatif adalah spektrofotometri, spektroskopi, kromatografi dan elektrokima (Harjadi,
1986).

Dalam metode analisis titrimetri titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di
dalam proses titrasi, terdapat 4 macam jenis titrasi yaitu: titrasi asam-basa bila melibatkan reaksi
asam basa, titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan titrasi
argentometri untuk titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan (Day dan Underwood, 2002).

Pada reaksi redoks terdapat reduktor dan oksidator dimana reduktor adalah zat yang dalam
reaksi mengalami oksidasi dan mampu mereduksi zat lain sedangkan oksidator adalah zat yang
dalam reaksi mengalami penurunan bilangan oksidasi dan mampu mengoksidasi zat lain (Keenan,
1986).

Titrasi redoks dibedakan menjadi 2 macam metode yaitu oksidimetri dan reduktometri.
Oksidimetri adalah metode titrasi yang menggunakan titran sebagai oksidator sedangkan
reduktometri adalah metode titrasi yang menggunakan titran sebagai reduktor. Oksidimetri
merupakan analisis kuantitatif yang yang didasarkan pada sifat oksidasi dan larutan standarnya.
Pada umumnya larutan zat yang dititrasi bersifat reduktor, sehingga dalam reaksi ini reaksinya
berupa reaksi redoks. Dalam analisis oksidimetri tidak digunakan indikator dari luar, tetapi larutan
standarnya telah dapat berfungsi sebagai indikator (autoindikator). Beberapa metode analisis
oksidimetri sesuai dengan jenis larutan satandar yang digunakan yaitu permanganometri, iodimetri,
kromatometri dan serimetri (Harjadi, 1986).

Pada praktikum ini akan dilakukan standarisasi larutan KMnO4 0,1 N dengan menggunakan
Na₂C₂O, sebagai larutan bakunya. Dalam menentukan konsentrasi larutan permanganometri. KMnO,
prinsip yang digunakan adalah titrasi

Permanganometri merupakan salah satu metode titrasi yang menggunakan prinsip reaksi
reduksi dan oksidasi. Permanganometri merupakan suatu metode yang sering digunakan karena
permanganometri memiliki kelebihan antara lain permanganometri merupakan oksidator kuat, tidak
memerlukan indikator, mudah diperoleh dan terjangkau (Khopkar, 2002). Adapun kekurangannya
larutan KMnO4 tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus dilakukan pembakuan terlebih dahulu
(Mursyidi, 2006). Kalium permanganat merupakan oksidator kuat dan tidak memerlukan indikator.
Biasanya digunakan pada medium asam 0.1 N:

MnO, +8 H + 5 e Mn² +4 H₂O. E = 1,51 volt

Kalium permanganat secara luas dipergunakan sebagai larutan standar oksidimetri,


permanganat dapat menjadi sebagai indikator. KMnO, 0,1 N adalah suatu larutan yang setiap
liternya mengandung 1/5 gram mol KMnO4 jika dipergunakan dalam larutan lingkungan asam
(Harjadi 1986). Untuk pengasaman sebaiknya dipakai asam sulfat, karena asam ini tidak
menghasilkan reaksi samping. Sebaliknya jika dipakai asam klorida akan mengoksidasi ion Cl- yang
menyebabkan terbentuknya gas klor dan reaksi ini mengakibatkan dipakainya permanganat dalam
jumlah berlebih (Svehla, 1985). Kalium permanganat sebelum digunakan dalam proses
permanganometri, harus distandarisasi terlebih dahulu. Untuk menstandarisasi larutan KMnO, ini,
dapat digunakan zat reduktor seperti asam oksalat (H₂C₂O.), natrium oksalat (Na₂C₂O4), dan lain-lain
(Harjadi, 1986).

Untuk aplikasi titrasi permanganometri yaitu menentukan jumlah air kristal dalam
H₂C₂O₁xH₂O. Dengan menggunakan larutan standar KMnO4 dan H₂C₂O4xH₂O sebagai larutan
bakunya. Persamaan reaksi antara asam oksalat. dengan permanganat adalah :

Beberapa metode analisis oksidimetri sesuai dengan jenis larutan satandar yang digunakan yaitu
permanganometri, iodimetri, kromatometri dan serimetri (Harjadi, 1986).

5 C₂04² +2 MnO4 + 16 H* 2 Mn²+ + 10 CO₂ + H₂O

Reaksi oksidasi terhadap H₂C₂O4 berjalan lambat pada temperatur ruang. Untuk mempercepat perlu
adanya pemanasan. Titik akhir permanganat tidak permanen dan warnanya dapat hilang karena
reaksi

2 MnO4 + 3 Mn²+ + 2 H₂O 5 MnO₂ + 4 H+(ungu)(tidak berwama) (Khopkar, 2002)

Pada aplikasi titrasi permanganometri, larutan KMnO4 bertindak sebagai titran sedangkan larutan
H₂C₂O4.xH₂O bertindak sebagai titrat. Dari proses titrasi ini dapat ditentukan jumlah air kristal dalam
H₂C₂O4.XH₂O.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menentukan standarisasi larutan KMnO4 0,1 N ?
2. Bagaimana cara menentukan jumlah air kristal dalam H₂C₂O4 xH₂O ?

1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui cara menentukan standarisasi larutan KMnO4 0,1 N
2. Untuk dapat mengetahui cara menentukan jumlah air kristal dalam H₂C₂O4 XH₂O

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Prinsip Titrasi Redoks

Reduksi-oksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator ke reduktor. Reaksi
reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan oksidasi.
Sedangkan reaksi oksidasi adalah pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan bilangan
oksidasi. Jadi, reaksi redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan elektron atau reaksi
penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi (Rival, 1995).
Titrasi redoks adalah metode penentuan kuantitatif yang reaksi utamanya adalah reaksi
redoks, reaksi ini hanya dapat berlangsung jika terjadi interaksi dari senyawa/unsur/ion yang bersifat
oksidator dengan senyawa/unsur/ion bersifat reduktor. Jadi kalau larutan bakunya oksidator, maka
analit harus bersifat reduktor dan sebaliknya (Hamdani, 2012).
Istilah oksidasi mengacu pada setiap perubahan kimia di mana terjadi kenaikan bilangan
oksidasi, sedangkan reduksi digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Bermacam reaksi
redoks dapat digunakan untuk analisis titrasi volumetri asalkan kesetimbangan yang tercapai setiap
penambahan titran dapat berlangsung dengan cepat. Diperlukan juga adanya indikator yang mampu
menunjukkan titik ekuivalen stoikiometri dengan akurasi yang tinggi. Banyak titrasi redoks dilakukan
dengan menggunakan indikator warna. Banyak reaksi redoks berlangsung secara lambat, sehingga
sering digunakan suatu katalis untuk mempercepatnya (Khopkar, 2002).
Titrasi redoks banyak digunakan dalam pemeriksaan kimia karena berbagai zat organik dan
zat anorganik dapat ditentukan dengan cara ini. Namun demikian, agar titrasi redoks ini berhasil
dengan baik, maka persyaratan berikut harus dipenuhi :
1. Harus tersedia pasangan sistem redoks yang sesuai sehingga erjadi pertukaran elektron secara
stoikiometri.
2. Reaksi redoks harus berjalan cukup cepat dan berlangsung secara terukur (kesempuranaan 99,9
%).
3. Harus tersedia cara penentuan titik akhir yang sesuai.(Rival, 1995)
2.2 Macam-macam Titrasi Redoks

Titrasi redoks dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Titrasi Oksidimetri adalah teknik titrasi yang menggunakan titran sebagai suatu oksidator. Salah
satu teknik ini adalah permanagnometri. Pada metode ini, titran yang digunakan adalah ion
permanganat, khususnya dalam bentuk garam kalium permanganat. Ion permanganat bertindak
sebagai oksidator dengan hasil reaksi berupa ion Mn¹ (Skoog, 2002).
2. Titrasi Reduktometri adalah teknik titrasi yang menggunakan titran sebagai suatu reduktor. Salah
satu ini adalah iodometri. Iodometri dibedak menjadi iodometri langsung dan iodometri tidak
langsung (Harvey, 2000). Oksidi-reduktometri digunakan untuk analisis logam dalam suatu
persenyawaan dan analisis senyawa organik (Harvey, 2000)

2.3 Titrasi Oksidimetri

Titrasi oksidimetri adalah titrasi terhadap larutan zat pereduksi (reduktor) dengan larutan
standar zat pengoksidasi (oksidator). Oksidasi adalah suatu proses pelepasan satu elektron atau
lebih atau bertambahnya bilangan oksidasi suatu unsur. Reduksi adalah suatu proses penangkapan
sau elektron atau lebih atau berkurangnya bilangan oksidasi dari suatu unsur. Reaksi oksidasi dan
reduksi berlangsung serentak, dalam reaksi ini oksidator akan direduksi dan reduktor akan dioksidasi
sehingga terjadilah suatu reaksi sempuma (Padmaningrum, 2008). Berikut ini macam-macam titrasi
oksidimetri yaitu :
1. Titrasi Permanganometri.
Permanganometri merupakan metode titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh kalium
permanganat (KMnO4). Prinsip reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi
antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Zat anorganik dapat dioksidasi dengan menggunakan
KMnO, dalam suasana asam dengan pemanasan. Sisa KMnO, direduksi dengan asam oksalat
berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Metode
permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Reaksi oksidasi ini dapat
berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis. Adapun reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
MnO4 (aq) + 8 H (q)+5c=Mn¹ () + 4H₂O(1)
(Apriyanti, 2018) Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan
pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis
untuk mempercepat reaksi.

Reduksi MnO, berlangsung sebagai berikut :

a. Dalam larutan asam, [H] 0,1 N atau lebih


MnO4 + 8 H + 5e Mn² + 4H₂O. Eº =1,51 volt
b. Dalam larutan netral, pH 4-10 E"=1,71 volt

MnO4 + 4 H + 3 e MnO₂(g) + 2 H₂O c. Dalam larutan basa, OH 1 N atau lebih


MnO, + e MnO,Eº= 0,56 volt. (Harjadi, 1986)
Kebanyakan titrasi permanganometri dilakukan dengan cara langsung atas analit yang dapat
dioksidasi misalnya Fe², asam/garam okslat yang dapat larut, dan sebagainya. Beberapa ion logam
yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung, antara lain :
• Ion - ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (II) yang mula-mula diendapkan sebagai oksidator.
Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam H-SO, berlebih sehingga terbentuk
asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan dari hasil
titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.
• Ion-ion Ba dan Pb juga dapat diendapkan sebagai garam kromat, setelah disaring, dicuci,
dan dilarutkan dalam asam, ditambah larutan baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe* dioksidasi
oleh kromat dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan
KMnO4.(Harjadi, 1986)
Titrasi permanganometri dipilih karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya yaitu lebih
mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indikator, hal ini dikarenakan
larutan KMnO sudah berfungsi sebagai indikator, yaitu ion MnO, berwarna ungu, setelah direduksi
menjadi ion Mn tidak berwarna, dan disebut juga sebagai autoindikator (Apriyanti, 2018). Standar-
standar Primer untuk Permanganat

• Arsen (III) Oksida

Senyawa As,O, adalah standar primer yang sangat baik untuk larutan larutan permanganat. Senyawa
ini stabil, nonhigroskopik, dan tersedia dengan kemurnian yang tinggi. Oksida ini dilarutkan dalam
Natrium hidroksida, dan larutan kemudian diasamkan dengan asam klorida dan dititrasi dengan
permanganat:

5 HASO + 2 MnO + 6H+ 2 H₂O 2 Mn +5 H₂ASO₁


Reaksi ini berjalan lambat pada suhu ruangan kecuali sebuah katalis ditambahkan Kalium iodida (KI),
Kalium iodat (KIO), dan iodin monoklorida (ICT) telah digunakan sebagai katalis.
• Natrium Oksalat

Senyawa Na-C-O, merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan asam.
Senyawa ini dapat diperoleh dengan kemurnian yang tinggi, stabil pada saat pengeringan, dan non
higroskopik. Reaksinya berjalan lambat dalam suhu ruangan, sehingga larutan biasanya dipanaskan
sampai sekitar 60 °C. Bahkan pada suhu yang lebih tinggi reaksinya berjalan lambat, namun
kecepatnnya meningkat ketika ion mangan (11) terbentuk. Mangan (II) bertindak sebagai katalis, dan
reaksinya disebut autokatalitik, karena katalisnya diproduksi di dalam reaksi itu sendiri. Ion tersebut
dapat memberikan efek katalitiknya dengan cara bereaksi dengan cepat dengan permanganat untuk

membentuk mangan dengan bilangan oksidasi +3 atau +4, secara cepat akan mengoksidasi ion
oksalat, kembali ke kondisi divalen. Persamaan reaksi antara oksalat dengan permanganat adalah

SC0+2 MnO+16 H-2 Mn +10 CO:+8 H₂O

(Day dan Underwood, 2002)

• Besi
Kawat besi dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat dijadikan sebagai sebuah standar primer.
Unsur ini larut dalam asam klorida encer, dan semua besi (II) yang diproduksi selama proses
pelarutan direduksi menjadi besi (II). Jika larutannya dititrasi dengan permanganat, terdapat ion
klorida yang dioksidasi selain besi (II). Oksidasi dari ion klorida oleh permanganat berjalan lambat
pada suhu ruangan. Namun dengan adanya besi, oksidasi akan berjalan lebih cepat (Day dan
Underwood, 2002).

2. Titrasi Iodimetri

lodimetri merupakan metode titrasi atau volumetri yang pada penentuan atau penetapan berdasar
pada jumlah 1. (iodium) yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel
atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodide (1). Metode ini tergolong titrasi
langsung, berbeda dengan metode iodometri yang sama-sama menggunakan 1. sebagai dasar
penetapannya. lodimetri termasuk titrasi redoks dengan 1, sebagai titran seperti dalam reaksi
redoks umumnya yang harus selalu ada oksidator dan reduktor. sebab bila suatu unsur bertambah
bilangan oksidasinya (melepaskan elektron). maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya
berkurang atau turun (menangkap elektron). Jadi tidak mungkin hanya ada oksidaor atau reduktor
saja. Daalam metode analisis ini analit dioksidasikan oleh I. sehingga 1: tereduksi menjadi ion iodide,
dengan kata lain 1: bertindak sebagai oksidator dengan reaksi:

3. Titrasi Serimetri

(Hamdani, 2012)

Larutan serium (IV) sulfat dalam asam sulfat encer merupakan zat pengoksidasi yang kuat dan lebih
stabil daripada larutan kalium permanganat, dengan suatu syarat bahwa asam sulfat cukup mampu
menghindari hidrolisis dan pengendapan garam basanya. Kalau larutan kalium permanganat dapat
direduksi menjadi beberapa macam keadaan hasil reduksi, maka reduksi larutan serium (III),
menurut reaksi:

Ce+e-Ce Ion Ce (IV) dipergunakan dalam larutan-larutan dengan kesaman tinggi karena hidrolisa
akan menghasilkan pengendapan pada larutan-larutan dengan konsentrasi ion hydrogen yang
rendah. Potensial redoks dari pasangan Ce (IV)/ Ce (III) tergantung pada sifat dan konsentrasi asam
yang ada (Harjadi. 1986).
4. Titrasi Kromatometri

Pada titrasi ini sebagai peniter digunakan larutan kalium dikromat. Penggunaan utama adalah titrasi
besi dalam larutan asam Senyawa Na/Ba difenilaminasulfonat merupakan indikator yang sesuai bila
besi dititrasi dalam suasana asam sulfat-asam fosfat. Metode serimetri merupakan metode titrasi
yang menggunakan prinsip reaksi redoks di dalamnya. Metode ini memiliki kelebihan diantaranya
adalah larutannya (serium(IV) sulfat) lebih stabil dalam penyimpanan, merupakan oksidator yang
baik, larutannya kurang berwama sehingga jelas. pembacaan titik akhir dengan indikator (Rusgiyono,
2013).

2.4 Penentuan Jumlah Air Kristal dalam H.CO.XH₂O

Pada praktikum ini, untuk aplikasi titrasi pengompleksan yaitu menentukan kadar jumlah air Kristal
dalam H.CO.XH.O dengan menggunakan metode titrasi permanganometri. Asam oksalat (H.C.O.)
merupakan senyawa turunan dari asam karboksilat yang mengandung 2 gugus karboksil yang
terletak pada bagian ujung rantai karbon yang lurus. Beberapa sifat fisik asam oksalat diantaranya
tidak berbau, higroskopis, berwama putih dan mempunyai berat molekul 90 gram/mol (Irwanda,
2017).

Munculnya istilah air kristal karena ada beberapa senyawa ionik yang memiliki kekhasan sifat yaitu
dapat menarik dan mengikat molekul air dalam jumlah tertentu. Senyawa tersebut disebut senyawa
terhidrat (hidrat-air), sedangkan air yang terikat disebut air hidrasi atau air kristal. disebut air hidrasi
atau air kristal, disebut demikian karena molekul air yang terkandung memiliki ikatan hidrogen.
Dengan adanya molekul air pada kisi kristal maka akan menyebabkan kristal itu stabil. Senyawa
hidrat dapat mengikat satu sampai dua puluh molekul air sehingga akan membentuk dekahedran
yang berbentuk bujur sangkar. Melalui pemanasan senyawa hidrat atau garam hidrat dapat terurai
menjadi senyawa anhidrat atau garam hidrat dan uap air. Artinya molekul air (air hidrat) terlepas
dari ikatan kimia dimana kehilangan air dari hidrat ini terjadi dalam beberapa tahap membentuk
suatu rangkaian juga dengan struktur kristal yang teratur dan mengandung air (lebih sedikit).
Metode tersebut dapat dilakukanuntuk mengetahui berapa molekul air yang terikat pada suatu
senyawa hidrat (Sutardi, 2017).

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Titrasi Permanganometri


• Kelebihan:

1. Titrasi permanganometri lebih mudah digunakan dan efektif,

2. Pada titrasi ini tidak memerlukan indikator, hal ini dikarenakan larutan KMnO, sudah berfungsi
sebagai indikator, yaitu ion MnO, berwarna ungu, setelah direduksi menjadi ion Mn² tidak berwarna
dan disebut juga sebagai autoindikator (Mursyidi, 2006).

• Kekurangan:
1. Larutan KMnO, tidak stabil dalam penyimpanan, jadi harus dilakukan pembakuan
terlebih dahulu (Mursyidi, 2006).
aquades. Setelah itu, dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml. dan diencerkan sampai tanda batas.
Dikocok sampai larutan tercampur sempurna diperoleh larutan Na C₂OL.

Setelah melakukan pengenceran, tahap selanjutnya adalah standarisasi larutan. Disiapkan buret
yang sudah terpasang pada statif dan klem. Buret dibilas terlebih dahulu menggunakan larutan
KMnO: 0.1 N kemudian buret diisi dengan larutan KMnO. 0,1 N. Diambil 10 mL larutan Na.C.O.
menggunakan pipet seukuran, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL.. Ditambahkan 2
mL larutan H₂SO. 2 N kemudian Erlenmeyer dipanaskan sampai mencapai suhu 70 °C.

Tahap selanjutnya dititrasi dengan larutan KMnO, dan dihentikan titrasi saat terjadi perubahan
wama dari tidak berwarna menjadi merah muda. Kemudian dibaca angka pada buret pada awal dan
akhir titrasi dan dicatat volume KMnO, yang diperlukan. Dihitung konsentrasi larutan KMnO..
Diulangi titrasi sebanyak 3 kali dengan volume larutan Na CO, yang sama. Dihitung konsentrasi rata-
rata larutan KMnO..

2. Penentuan Jumlah Air Kristal dalam H.C.OLXH₂O

Pada percobaan selanjutnya akan ditentukan jumlah air Kristal dalam H-C₂O, XH₂O melalui proses
titrasi permanganometri dengan KMnO, yang telah distandarisasi dengan NaCO, Pertama padatan
H₂C₂O xH₂O ditimbang sebanyak 0,378 gram menggunakan neraca analitik. Padatan H.CO. xH-O yang
sudah ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia dan dilarutkan dengan aquades.
Setelah itu, dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan diencerkan sampai tanda batas. Dikocok
sampai larutan tercampur sempurna diperoleh larutan H₂CO,xH₂O. Diambil 10 ml. larutan H₂C₂O, xH-
O menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 mL Ditambahkan 2 ml. larutan
H.SO,2 N kemudian Erlenmeyer dipanaskan sampai mencapai suhu 70 °C. Dititrasi dengan larutan
KMnO, yang sudah distandarisasi dalam keadaan panas dan dihentikan titrasi saat terjadi perubahan
warna dari tidak berwarna menjadi merah muda. Diulangi titrasi sebanyak 3 kali dengan volume
larutan H.C.O.XH₂O yang sama dan dihitung jumlah air kristal dalam H₂CO. XH₂O.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, dan Apriyani, Ersy Monica. 2018. Analisis Kadar Zat Organik pada Air

Sumur Warga Sekitar TPA dengan Metode Titrasi Permanganometri. Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan.
2(2), 10-14. Day, R. A., & Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam

Jakarta: Erlangga. Hamdani. Syarif, dkk. 2012 Panduan Praktikum Kimia Analisis. Bandung:

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.

Harjadi. W. 1986. Ilmu Kimi

Harvey, David. 2000. Mode Hill Companies.cGraw708 1907

Sintesis Asam Oksalat Dari Getah Batang Tanaman Sri ffenbachia Seguine (Jacq.) Schott)
Menggunakan Metode sam Fosfat. Jurnal sains, 6(1), 30-36.Untuk Universitas Jilid I Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.

Mursyidi, A., dan Rohman, Abdul. 2006. Pengantar Kimia Farmasi Analisis Volumetri dan Gravimetri.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar,Rival, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI Press.
Rusgiyono, Agus, dkk. 2013. Pemetaan Produksi dan Komposisi Garam Prosiding Seminar Nasional
Statistika. Semarang: Him 243.Skoog, Douglas A, dkk. 2002. Fundamental of Analytical Chemistry
Eight Edition. Canada: Thomson Learning.Sutardi. 2017. Cara Mudah Belajar Kimia. Yogyakarta:
Deepublish.

Anda mungkin juga menyukai