(3.1)
Hubungan antara volume zat terlarut dengan viskositas larutan digambarkan dalam
persamaan yang dikemukakan oleh Einstein sebagai berikut
(3.2)
Keterangan
N = viskositas
n
o
= viskositas pelarut
Q = fraksi mol pelarut
Persamaan 3.2 di atas juga dapat dinyatakan sebagai berikut
(3.3)
r = jari-jari molekul zat terlarut dalam satuan cm
C = konsentrasi partikel zat terlarut dalam satuan mol/liter
3.3 ALAT DAN BAHAN
3.3.1 Alat
1. Viskosimeter Ostwald
2. Pipet ukur 10 mL
3. Gelas beker 100 mL
4. Propipet
5. Stop watch
3.3.2 Bahan
1. Gliserol 1 M, 0,75 M, 0,5 M, dan 0,25 M
2. Alcohol
3. Akuades
3.4 PROSEDUR
1. Bersihkan bagian adalam viskosimeter dengan menggunakan alcohol. Keringkan
dalam oven suhu 50
o
C
2. Masukkan 50 mL akuades ke dalam viskosimeter dengan menggunakan pipet
volume setepat-tepatnya. Kemudian tempatkan viskosimeter pada penangas air
bersuhu 30
o
C dan biarkan selama 10 menit agar tercapai suhu kesetimbangan
3. Masukkan 50 mL gliserol 0,25 M ke dalam viskosimeter dengan menggunakan
pipet volume setepat-tepatnya. Kemudian tempatkan viskosimeter pada penangas
air bersuhu 30
o
C dan biarkan selama 10 menit agar tercapai suhu kesetimbangan
4. Ukur waktu yang diperlukan larutan gliserol untuk melewati tanda yang terdapat
pada viskosimeter
5. Ulangi langkah 3 dan 4 untuk mengukur larutan gliserol konsentrasi lainnya
secara berturut-turut dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi
6. Dari data yang diperoleh buat grafik N/n
o
Vs C
Lembar data
Percobaan 3 Penentuan Jari-Jari Molekul
Nama Praktikan/NPM:
1...................................................................
2...................................................................
3...................................................................
Asisten : .......................................................
Hari/tanggal: ....................................................
Kelompok : ....................................................
Jurusan : .....................................................
Meja No : .....................................................
Data Pengukuran
Gliserol (M) Suhu (
o
C) Waktu (detik)
Percobaan 1 Percobaan 2
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Perhitungan:
Asisten Kimia Fisik Tanda tangan Praktikan
1....................................................
2. ..................................................
3. ....................................................
..................................................
PERCOBAAN 4
ISOTERM ADSORPSI
4.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan isotherm adsorpsi Freunlich bagi proses adsorpsi asam asetat atau asam klorida
dengan arang aktif
4.2 DASAR TEORI
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan molekul-molekul pada permukaan uatu zat lain sebagai
akibat ketidakseimbangannya gaya-gaya pada permukaan tersebut. Zat yang teradsorpsi disebut
adsorbat dan zat pengadsorpsi disebut adsorben. Permukaan zat padat dapat mengadsorpsi zat
terlarut dari larutannya. Untuk proses adsorpsi dalam larutan jumlah zat yang teradsorpsi
tergantung pada
1. Jenis adsorben
2. Jenis adsorbat
3. Luas permukaan adsorben
4. Konsentrasi zat terlarut
5. Temperature
Untuk adsorben dengan luas permukaan tertentu, makin tinggi konsentrasi adsorbat makin besar
zat yang dapat diserap. Proses adsorpsi berada pada keadaan setimbang apabila kecepatan
desorbsi sama dengan kecepatan adsorpsi. Apabila salah satu zat ditambah atau dikurangi maka
akan terjadi kesetimbangan baru.
Desorbsi adalah kebalikan adsorpsi yaitu peristiwa terlepasnya kembali adsorbat dari permukaan
adsorben. Adsorpsi isotermis adalah adsorpsi yang terjadi pada temperature tetap. Untuk
menerangkan enomena adsorpsi secara kuantitatif berdasarkan teori termodinamika dari Gibss
dan Vant Hoff
A. Persamaan Empiris dari adsorpsi Isotermis Freunlich
X/n = kC
n
n log C + log k = log X log n (4.1)
Keterangan:
X= berat zat (solute) yang teradsorpsi (gram)
m=berat adsorben (gram)
C=konsentrasi larutan setelah diadsorpsi (setelah setimbang)
k=konstanta Freunlich
n = konstanta lain
B. Persamaan Teoritis dari adsorpsi Langmuir
C/N = C/Nm + 1/K Nm (4.2)
Keterangan:
N = mol asam yang teradsorpsi per gram karbon aktif
C = konsentrasi akhir dari asam dalam mol/liter
K = konstanta Langmuir
Nm=jumlah mol yang diperlukan untuk membuat lapisan tunggal pada karbon aktif
Baik persamaan Freunlich maupun persamaan Langmuir hanya sesuai/cocok jika zat
yang diserap membentuk lapisan tunggal (monolayer) pada permukaan adsorben. Kedua
isotherm tersebut tidak cocok lagi pada tekanan yang lebih tinggi, karena lapisan adsorbat
yang terserap tidak lagi berbentuk lapisan tunggal, tetapi menjadi lapisan multi
molekuler. Untuk kondisi ini, isotherm yang lebih sesuai dipakai adalah isotherm BET
(Brunauer Emmet and Teller). Isotherm ini dibuat atas dasar anggapan bahwa kekuatan
yang ada dipakai untuk kondensasi dan energi ikat adsorpsi multimolekuler. Kalor
adsorpsi gas pada lapisan kedua, ketiga, dst dianggap sama dengan kalor pencairan gas.
Adsorpsi larutan oleh zat padat ada 3 kemungkinan:
a. Adsorpsi positif
Apabila solute relative lebih bsar teradsorpsi daripada adsorben. Contoh: zat
warna oleh alumunium atau chromium
b. Adsorpsi negative
Apabila solven relative lebih besar teradsorpsi daripada solute dalam larutan.
Contoh: alkaloid dengan karbon aktif
c. Berdasarkan kondisi kita mengenal dua jenis adsorpsi
i. Adsorpsi fisika (physisorption)
Apabila adsorpsi berjalaan pada temperature rendah dan prosesnya
reversible jumlah asam yang hilang karena diadsopsi =
pengurangan konsentrasi asam dalam larutan.
ii. Adsorpsi kimia (Chemisorption)
Apabila adsorpsi berjalan pada temperature tinggi disertai dengan
reaksi kimia yang irreversible
4.3 ALAT DAN BAHAN
4.3.1 Alat
1. Labu Erlenmeyer
2. Cawan porselin
3. Spatula
4. Buret
5. Gelas beker
6. Penyaring Buchner
7. Pipet ukur
8. Gelas arloji
9. Kertas saring
4.3.2 Bahan
1. Asam klorida atau asam asetat dengan konsentrasi 0,05 N, 0,025 N, 0,0125 N, 0,00625 N,
0,00313 N
2. Arang aktif
3. Larutan standar NaOH 0,1 N
4. Indicator fenolftalein
4.4 PROSEDUR
1. Aktifkan sekitar 6 gram arang dalam cawan porselin dengan pemanasan jangan sampai
membara. Dinginkan dalam esikator
2. Masukkan arang aktif masing-masing 1 gram ke dalam enam buah Erlenmeyer bertutup
3. Siapkan larutan asam dengan konsentrasi 0,05 N, 0,025 N, 0,0125 N, 0,00625 N, 0,00313
N masing-masing sebanyak 100 mL
4. Masukkan larutan asam ke dalam labu Erlenmeyer yang berisi arang
5. Tutup Erlenmeyer dan biarkan selama 30 menit, setiap 10 menit larutan dikocok selama 1
menit
6. Catat temperature selama percobaan dan jaga agar tidak terjadi perubahan terlalu besar
7. Saring setiap larutan dengan memakai kertas saring yang bersih dan kering. Gunakan
penyaring Buchner agar proses penyaringan lebih cepat.
8. Filtrate dititrasi dengan NaOH 0,1 N dengan indicator pp. Volume filtrate masing-masing
25 mL
Lembar data
Percobaan 4 Isoterm Adsorpsi
Nama Praktikan/NPM:
1...................................................................
2...................................................................
3...................................................................
Asisten : .......................................................
Hari/tanggal: ....................................................
Kelompok : ....................................................
Jurusan : .....................................................
Meja No : .....................................................
Data Percobaan
Percobaan Konsentrasi asam
mula-mula (M)
Volume filtrat Volume titran
NaOH 0,1 M
Konsentrasi asam
setelah adsorpsi (M)
1
2
3
4
5
0,00303
0,00625
0,0125
0,0250
0,0500
Buat kurva log X vs log C, kemudian tentukan nilai k (tetapan Freunlich)
Asisten Kimia Fisik Tanda tangan Praktikan
1....................................................
2. ..................................................
3. ....................................................
..................................................
PERCOBAAN 5
TETAPAN KESETIMBANGAN
5.1 TUJUAN PERCOBAAN
- Mengukur tetapan kesetimbangan
- Memperlihatkan bahwa tetapan kesetimbangan tidak bergantung pada konsentrasi
awal reaktan
5.2 DASAR TEORI
Dalam pengukuran tetapan kesetimbangan pada praktiknya akan ditemui beberapa kesulitan.
Dalam menentukan nilai Kc suatu reaksi, pertama kali reaksi harus ditunggu sampai mencapai
kesetimbangan. Kemudian konsentrasi reaktan dan produk diukur, baru nilai Kc dapat
ditentukan. Akan tetapi dalam pengukuran konsentrasi reaktan atau produk seringkali sejumlah
larutan sambil diambil untuk dianalisis. Pengambilan larutan ini akan mempengaruhi
kesetimbangan. Idealnya harus digunakan suatu metode yang tidak melibatkan pengambilan
larutan dalam menentukan konsentrasi reaktan atau produk adalah metode calorimeter.
CH
3
COOH + C
2
H
5
OH CH
3
COOC
2
H5 + H
2
O
Reaksi ini berlangsung sangat lambat, tetapi dapat dikatalisis oleh ion H
+
. Walaupun telah
dikatalisis, untuk mencapai kesetimbangan masih diperlukan waktu beberapa hari, karena
reaksinya sangat lambat. Konsentrasi reaktan atau produk dapat ditentukan dengan titrasi yang
dilakukan dengan cepat agar tidak mengganggu kesetimbangan secara nyata. Tetapan
kesetimbangan selanjutnya dapat dihitung menggunakan persamaan
[
][
]
[
][
]
5.3 ALAT DAN BAHAN
5.3.1 Alat
1. Buret
2. Erlenmeyer bertutup
3. Neraca
4. Pipet volume
5.3.2 Bahan
1. HCl 2 M
2. Etanol (kandungan air diketahui)
3. Asam asetat
4. Indicator fenolftalein
5.4 PROSEDUR
1. Buatlah larutan seminggu sebelum percobaan karena kesetimbangan reaksi yang akan
dicoba baru tercapai seminggu kemudian
2. Isilah buret-buret yang tersedia masing-masing dengan larutan HCl, asam asetat glasial,
dan etanol
3. Kemudian ke dalam tiga buah labu Erlenmeyer bertutup dibuat larutan dengan komposisi
seperti pada table di bawah. Segera setelah larutan dibuat, labu Erlenmeyer ditutup untuk
mencegah terjadinya penguapan. Jangan lupa memberi tanda pada setiap labu
Erlenmeyer.
No
erlenmeyer
Etanol (mL) Asam asetat
glasial (mL)
HCl 2 M (mL)
1
2
3
1
2
1
1
1
2
0,5
0,5
0,5
4. Letakkan larutan yang telah dibuat pada suhu ruang selama satu minggu
5. Setelah satu minggu (minimum 3 hari), titrasi setiap larutan secara tepat dengan 0,1 M
NaOH. Gunakan indicator pp dan catat hasilnya
6. Masukkan 1 mL HCl 2 M ke dalam Erlenmeyer tambahkan 25 mL akuades kemudian
titrasi dengan 0,1 M NaOH. Gunakan indicator PP dan catat hasilnya
7. Catat suhu ruang
8. Pipet secara akurat 5 mL HCl 2M, etanol, dan asam asetat, kemudian timbang massanya
masing-masing
Lembar data
Percobaan 5 Tetapan Kesetimbangan
Nama Praktikan/NPM:
1...................................................................
2...................................................................
3...................................................................
Asisten : .......................................................
Hari/tanggal: ....................................................
Kelompok : ....................................................
Jurusan : .....................................................
Meja No : .....................................................
DATA PERCOBAAN
Titrasi blanko
Volume HCl 2 M Volume aquades Volume titrant NaOH 0,1 M
1 mL
1 mL
25 mL
25 mL
Titrasi sampel
Sampel HCl 2 M Etanol (mL) Asam asetat
glasial (mL)
Volume titrant
NaOH 0,1 M
1
2
3
0,5
0,5
0,5
1
2
1
1
1
2
Perhitungan:
DATA HASIL PERHITUNGAN
CH
3
COOH C
2
H
5
OH HCL CH
3
COOC
2
H
5
H
2
O
Volume .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Massa jenis .
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Mula-mula
(mol)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Reaksi
(mol)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Setimbang
(mol)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Perhitungan mol setimbang
Asisten Kimia Fisik Tanda tangan Praktikan
1....................................................
2. ..................................................
3. ....................................................
..................................................
PERCOBAAN 6
KINETIKA REAKSI DAN ENERGI AKTIVASI
6.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan persamaan laju reaksi
Menentukan energi aktivasi
6.2.DASAR TEORI
Laju reaksi sangat bergantung pada temperatur. Semakin tinggi temperatur semakin
meningkat energi kinetik molekul-molekul reaktan, dengan demikian ketika dua reaktan
saling bertumbukan dengan kuat menyebabkan putusnya ikatan, penataan kembali atom-
atom dan pembentukan ikatan baru lebih cepat. Energi yang diperlukan agar reaksi terjadi
disebut energi aktivasi untuk reaksi. Hubungan antara konstanta laju reaksi k pada temperatur
terukur T (K) dan energi aktivasi Ea dinyatakan dengan persamaan Arrhenius
6.1
Keterangan
A = parameter tumbukan
R = tetapan gas, 8,314 J.mol/K
Bentuk logaritmik dari persamaan di atas adalah
6.2
Dari persamaan 6.2, dapat diplot grafik ln k terhadap 1/T yang merupakan garis lurus
dengan slope Ea/R dan intersep ln A. Dari plot grafik tersebut maka energi aktivasi dapat
ditentukan.
Gambar 6.1 Grafik ln k terhadap 1/T
Pengamatan laju reaksi
Laju reaksi dapat diamati pada sistem reaksi iodida dengan tiosulfat dengan hidrogen
peroksida sebagai katalisator. hidrogen peroksida bereaksi dengan iodida melepaskan I
3
-
Untuk menecagh reaksi balik, ion tiosulfat bereaksi dengan I
3
-
yang terbentuk
Ketika ion tiosulfat habis bereaksi kelebihan I
3
-
akan membentuk kompleks berwarna biru
dengan kanji. Pembentukan warna biru ini mengidikasikan lama reaksi.
6.3.ALAT DAN BAHAN
6.3.1. Alat
1. Tabung reaksi
2. Pipet
3. Stopwatch
4. Termometer
5. Penangas air
6.3.2. Bahan
1. KI 0,3 M
2. Na
2
S
2
O
3
0,02 M
3. H
2
O
2
0,1 M
4. Kanji
5. Buffer asetat
6.4 PROSEDUR
A. Persiapan larutan A dan B untuk percobaan kinetika
1. Siapkan dua set tabung reaksi masing-masing 8 tabung reaksi yang bersih dan kering
kemudian beri label.
2. Isilah masing-masing tabung reaksi dengan larutan A dan larutan B berdasarkan tabel 6.1
berikut. Gunakan air bebas CO2. Gunakan pipet bersih.
Tabel 6.1 Skema Percobaan
B. Reaksi pada Temperatur Ambient
1. Aduk larutan A dengan menggoyangkan tabung reaksi
2. Tambahkan larutan B dengan cepat pada larutan A, siapkan stopwatch (reaksi
berlangsung dalam detik). Tempatkan tabung reaksi pada kertas putih sehingga
perubahan warna biru lebih mudah terlihat. Catat waktu reaksi sambil mengaduk larutan
dan temperatur kamar
3. Tentukan laju reaksi dan konstanta laju reaksi pada temperatur ini
C. Penentuan Energi Aktivasi
1. Persiapan larutan uji. Dengan mengacu pada Tabel 6.1 percobaan kinetika Siapkan dua
set larutan A dan larutan B. Tempatkan satu set larutan A dan larutan B dalam penangas
es. Tempatkan set lain dalam air hangat 35
o
C. Biarkan mencapai kesetimbangan termal
sekitar 5 menit. Larutan uji yang disiapkan pada berbagai temperatur sangat disarankan
untuk tambahan point data.
2. Campur larutan A dan larutan B. Ketika kesetimbangan termal telah dicapai, tuangkan
larutan B ke larutan A dengan cepat. Nyalakan stopwatch dan goyangkan campuran.
Ketika warna biru muncul hentikan waktu. Catat waktu. Catat temperatur air dalam
penangas dan gunakan waktu ini dalam perhitungan. Ulangi untuk set-set larutan lainnya
3. Tentukan laju reaksi dan konstanta laju reaksi pada suhu 35
o
C dan dalam penangas es.
D. Plot Data
1. Hitung logaritma normal konstanta laju reaksi (ln k)
2. Plot ln k versus 1/T (K) paling tidak untuk 3 percobaan pada mana percobaan telah
dilakukan. Ingatlah untuk menyatakan temperatur dalam kelvin dan R 8,314 J/mol.K
3. Dari plot data, tentukan slope dari plot linear (Ea/R) dan hitung energi aktivasi untuk
reaksi.
Lembar data
Percobaan 6 Kinetika Reaksi dan Energi Aktivasi
Nama Praktikan/NPM:
1...................................................................
2...................................................................
3...................................................................
Asisten : .......................................................
Hari/tanggal: ....................................................
Kelompok : ....................................................
Jurusan : .....................................................
Meja No : .....................................................
A. Penentuan Waktu Reaksi
percobaan Waktu reaksi
T kamar (T
1
) 35
o
C (T
2
) T Penangas es (T
3
)
1
2
3
4
5
6
7
8
B. Penentuan Persamaan Laju Reaksi
1 2 3 4 5 6 7 8
Mol S
2
O
3
2-
T
1
T
2
T
3
(mol I
3
-
) T
1
T
2
T
3
T
1
T
2
T
3
T
1
T
2
T
3
Volume KI T
1
T
2
T
3
[I
-
]
0
(mol/L) T
1
T
2
T
3
Log [I
-
]
0
T
1
T
2
T
3
Volume H
2
O
2
T
1
T
2
T
3
[H
2
O
2
]
0
(mol/L)
T
1
T
2
T
3
Log [H
2
O
2
]
0
T
1
T
2
T
3
C. Penentuan Orde Reaksi
Rate = k[I
-
]
p
[H
2
O
2
]
q
Plot kurva log versus log [I
-
]
0
, pada [H
2
O
2
]
0
tetap data 1-4
Plot kurva log versus log [H
2
O
2
]
0,
pada [I
-
]
0
tetap data 1,5-7
Percobaan
T
1
T
2
T
3
orde p
Orde q
K
D. Penentuan Energi Aktivasi
Temperatur
o
C Temperatur K K Ln k 1/T (K)
Plot grafik ln k versus 1/T(K)
Slope = - Ea/R = ....
R = 8,314 J/K. Mol
Ea = ....
Asisten Kimia Fisik Tanda tangan Praktikan
1....................................................
2. ..................................................
3. ....................................................
.................................................
PERCOBAAN 7
PENENTUAN MASSA MOLAR PADATAN
7.1 TUJUAN PERCOBAAN
- Mempelajari sifat koligatif larutan
- Menentukan massa molar padatan senyawa ionic dengan metode kenaikan titik didih
7.2 DASAR TEORI
Apabila zAt padat yang tidak mudah menguap dilarutkan dalam pelarut, maka tekanan uap
akhirnya akan turun sehingga titik didih larutan akan naik dan titik bekunya akan turun
dibandingkan dengan pelarut murni. Untuk larutan ideal, menurut Raoult kenaikan titik didih
sebanding dengan jumlah zat terlarut dan dapat ditunjukkan dengan hubungan
(7.1)
(7.2)
Keterangan
T = kenaikan titik didih
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = molalitas zat terlarut
Wa = massa pelarut
Wb = massa zat terlarut
Mb = massa molar zat terlarut
Nilai K
b
beberapa pelarut dicantumkan dalam Table 7.1
Sifat koligatif larutan senyawa elektrolit perlu melibatkan factor Vant Hoff dalam persamaan.
i = factor Vant Hoff
Nilai factor Vant Hoff untuk beberapa larutan elektrolit dicantumkan dalam Table 7.2
Tabel 7.1 Daftar nilai Kb beberapa pelarut
Tabel 7.2 Nilai factor vant hoff beberapa senyawa elektrolit
elektrolit i (terhitung) i (teramati)
NaCl 2 1,9
MgCl2 3 2,7
MgSO4 2 1,3
FeCl3 4 3,4
HCl 2 1,9
Glukosa* 1 1
Sebagai perbandingan dengan non elektrolit
7.3 ALAT DAN BAHAN
7.3.1 Alat
1. Gelas piala
2. Thermometer
3. Tabung reaksi
4. Pengaduk
5. Pemanas
7.3.2 Bahan
1. NaCl
2. MgCl
2
7.4 PROSEDUR
1. Siapkan peralatan gelas dalam keadaan bersih dan kering
2. Isilah gelas piala dengan 300 mL air dan panaskan hingga mendidih
3. Ukur titik didih pelarut murni
4. Masukkan 1 gram zat X ke dalam gelas piala tersebut. Kemudian panaskan kembali
hingga mendidih. Catat titik didih larutan
5. Ulangi percobaan dengan zat terlarut lain
Lembar data
Percobaan 7 Penentuan Massa Molar Padatan
Nama Praktikan/NPM:
1...................................................................
2...................................................................
3...................................................................
Asisten : .......................................................
Hari/tanggal: ....................................................
Kelompok : ....................................................
Jurusan : .....................................................
Meja No : .....................................................
Data percobaan
Percobaan 1 Percobaan 2
Titik didih pelarut murni oC
Titik didih larutan oC
Massa Zat X
Massa pelarut
i
Kb
Perhitungan:
Asisten Kimia Fisik Tanda tangan Praktikan
1....................................................
2. ..................................................
3. ....................................................
..................................................
Percobaan 8
MASSA MOLAR CAIRAN VOLATIL
8.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Untuk mengukur sifat tekanan, volume, dan temperatur suatu gas
2. Menentukan massa molar suatu cairan volatile
8.2 DASAR TEORI
Sintesis senyawa kimia baru terus menerus dilakukan dalam penelitian ataupun industry.
Untuk mengidentifikasi senyawa baru, perlu dilihat dari sifat-sifatnya baik sifat fisika mauapun
sifat kimia. Massa molar senyawa juga merupakan sifat yang paling fundamental yang juga harus
ditentukan pertama kali.
Berbagai metode analitik dapat digunakan untuk menentukan massa molar suatu
senyawa, pemilihan analisis tergantung pada sifat dari senyawa. Sebagai contoh, massa molr
molekul bsar seperti protein, obat-obat alami, dan enzim yang ditemukan dalam system biolgis,
seringkali ditentukan dengan menggunakan osmometer. Untuk molekul yang lebih kecil,
pengukuran perubahan titik lebur pelarut. Pengembagan saat ini adalah spektrofotometer massa
yang memiliki kegunaan luas tidak hanya menentukan massa molar senyawa namun juga
menentukan struktur molekul senyawa dengan massa molar tinggi dalam bidang biokimia.
Untuk penentuan massa molar cairan volatile yaitu zat yang memiliki titik didih rendah
dan massa molar relative kecil dapat digunakan metode Dumas (John Dumas, 1800-1884).
Dalam metode ini, cairan volatile diuapkan dalam tabung volume tetap pada temperature terukur
dan tekanan barometric. Dari data yang diperoleh dan dengan menggunakan persamaan gas ideal
(diasumsikan berperilaku sebagai gas ideal) dapat dihitung jumlah mol cairan yang teruapkan:
()()
()
(8.1)
Keterangan:
P= tekanan barometric (atm)
T= temperature uap (Kelvin)
V = volume tabung (L)
R = tetapan gas ideal
Massa uap, muap, ditentukan dari selisih massa tabung berisi uap dengan massa tabung kosong
m
uap
= m
tabung
+ uap m
tabung (8.2)
Massa molar senyawa kemudian dihitung dengan persamaan
(8.3)
Gas-gas dan cair-cair dengan gaya intermolekuler yang cukup besar dan volume
molecular besar tidak berperilaku sebagai gas ideal sehingga tidak dapat menggunakan
persamaan gas ideal, faktanya beberapa senyawa sebagai cairan seperti air, menyimpang cukup
signifikan dari perilaku gas ideal pada keadaan uap. Pada kondisi ini, dapat digunakan
persamaan Van der waals yang merupakan modifikikasi persamaan gas ideal untuk mengoreksi
gaya intermolekuler dan volume molekuler dalam penentuan mol gas yang ada pada system.
(
) ( ) (8.4)
Dalam persamaan ini, P,V,T, R, dan n memiliki pengertian yang sama dengan keterangan pada
persamaan 8.1
a =nilai eksperimen Van der Waals gaya intermolekuler uap
b =nilai eksperimen Van der Waals volume/ukuran molekul
Table 8.1 Konstanta Van der Waals untuk senyawa-senyawa volatile
Nama senyawa
a (
)
b (L/mol) Titik didih (
o
C)
Methanol
Etanol
Aseton
Propanol
Heksana
Sikloheksana
Pentane
Air
9,523
12,02
13,91
14,92
24,39
22,81
19,01
5,46
0,06702
0,08407
0,0994
0,1019
0,1735
0,1424
0,1460
0,0305
65,0
78,5
56,5
82,4
69,0
80,7
36,0
100,0
Jika diperlukan pengukuran mol uap dalam labu yang lebih akurat maka harus digunakan
persamaan Van der Waals dibandingkan persamaan gas ideal. Nilai a dan b untuk beberapa
cairan dengan titik didih rendah ditunjukkan dalam Tabel 8.1.
8.3 ALAT DAN BAHAN
8.3.1 Alat
1. Labu Erlenmeyer 125 mL
2. Gelas beker 500 mL
3. Gelas ukur 100 mL
4. Thermometer
5. Hot plate
6. Statif dan klem
7. Alumunium foil
8. Kret gelang
9. Jarum
8.3.2 Bahan
1. Cairan volatile
2. Akuades
8.4 PROSEDUR
E. Preparasi Sampel
1. Siapkan labu Erlenmeyer untuk sampel. Siapkan labu Erlenmeyer yang bersih dan
kering. Tutup dengan alumunium foil dan ikat dengan karet gelang. Timbang massa
labu Erlenmeyer, alumunium, dan karet gelang masing-masing.
2. Masukkan 5 mL sampel ke dalam labu erlenmeyer. Tutuplah Erlenmeyer kembali
dengan alumunium foil dan diikat dengan karet. Buatlah lubang kecil pada
alumunium foil dengan jarum. Catatlah dalam lembar data.
3. Siapkan air mendidih kira-kira 400 mL dalam gelas beker. Tetap tempatkan gelas
beker di atas hot plate. Pasang thermometer untuk mengukur suhu air.
Gambar 8.1 Rangkaian alat percobaan (sumber: Laboratory Manual for Principle of General
Chemistry)
F. Penguapan Sampel
1. Tempatkan labu Erlenmeyer sampel dalam air. Pasang dengan menggunakan klem.
Posisikan Erlenmeyer maupun klem agar tidak mengenai gelas beker. Atur ketinggian
air sebatas leher labu Erlenmeyer
2. Panaskan sampel pada air mendidih. Amati pemanasan hingga tidak ada uap lagi
yang keluar dari lubang kecil.
3. Pemanasan diteruskan 5 menit lagi setelah pengamatan pada point 2. Catat suhu air
mendidih
4. Keluarkan labu Erlenmeyer dan dinginkan pada suhu ruang. Keringkan bagian luar
Erlenmeyer. Kemudian timbang. Catat pada lembar data
5. Ulangi percobaan 2 hingga 3 kali.
G. Penentuan Tekanan dan Volume Uap
1. Ukur volume labu Erlenmeyer dengan menambahkan air ke dalam Erlenmeyer hingga
penuh. Tentukan volume labu Erlenmeyer dengan menuangkan kembali air dalam
Erlenmeyer ke dalam gelas ukur 100 mL. Kemudain hitung volume totalnya.
2. Lihat barometer untuk menentukan tekanan udara di laboratorium.
Lembar data
Percobaan 8 Massa Molar Cairan Volatile
Nama Praktikan/NPM:
1...................................................................
2...................................................................
3...................................................................
Asisten : .......................................................
Hari/tanggal: ....................................................
Kelompok : ....................................................
Jurusan : .....................................................
Meja No : .....................................................
DATA PERCOBAAN
Percobaan 1 Percobaan 2
Massa labu kosong +
alumunium foil + karet gelang
. .
Suhu air mendidih . .
Massa labu + alumunium foil
+ karet gelang + uap
. .
Volume erlenmeyer . .
Tekanan atmosfer . .
Perhitungan:
HASIL PERHITUNGAN
Percobaan 1 Percobaan 2
Mol uap . .
Massa uap . .
Massa molar senyawa
(persamaan gas ideal)
. .
Massa molar rata-rata
(persamaan gas ideal)
. .
Massa molar senyawa
(persamaan Van der Waals)
. .
Massa molar rata-rata
(persamaan Van der Waals)
. .
Asisten Kimia Fisik Tanda tangan Praktikan
1....................................................
2. ..................................................
3. ....................................................
..................................................
Percobaan 9
KALORIMETRI
9.1 TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan kapasitas panas logam secara kalorimetri
9.2 DASAR TEORI
Aliran panas (energi) menyertai semua perubahan fisika dan kimia. Panas dapat dilepaskan
(eksotermis) atau diserap (endotermis). Kalorimeter merupakan alat laboratorium yang
digunakan untuk mengukur besaran dan arah aliran panas yang menyertai perubahan fisika atau
perubahan kimia. Perubahan panas dalam reaksi kimia secara kuantitatif dinyatakan sebagai
entalpi atau panar reaksi (H). Pada tekanan tetap nilai H negative untuk reaksi eksotermis dan
bernilai positif untuk reaksi endotermis. Pada percobaan ini akan dilakukan pengukuran
kapasitas panas logam.
Kapasitas Panas Logam
Energi (panas, dinyatakan dalam joule, J) yang diperlukan untuk merubah temperature satu gram
senyawa sebesar 1
o
C disebut sebagai panas spesifik (kalor jenis) dari suatu zat
(
)
()
()()
9.1
Dengan menata ulang persamaan 2.1 diperoleh
Energy (J) = panas spesifik (J/gram
o
C). Massa (gram). T(
o
C) 9.2
T adalah perubahan temperatur zat. Meskipun panas spesifik zat berubah setiap temperatur,
namun dalam percobaan ini diasumsikan konstan pada seluruh range perubahan temperature.
Kalor jenis logam yang tidak bereaksi dengan air ditentukan dengan
1. Pemanasan logam dengan massa diketahui hingga temperature yang lebih tinggi
2. Menempatkan logam ke dalam sejumlah air pada temperature yang lebih dingin
3. Mengukur temperature pada saat logam dan air sudah mencapai suhu kesetimbangan
Persamaan berikut adalah berdasarkan hukum kekekalan energi yang menunjukkan perhitungan
untuk menuntukan panas spesifik suatu logam. Berdasarkan arah aliran energi, tanda negative
menunjukkan kehilangan energi dan tanda positif menunjukkan mendapat energi.
-energy yang dilepas logam (J) = + energy yang diterima logam (J) 9.3
dengan mensubstitusikan persamaan 2.2 diperoleh
-panas spesifik logam. massa logam. T(
o
C) = + panas spesifik air. massa air. T(
o
C)
Dari persamaan tersebut dapat dihitung panas spesifik logam sebagai berikut
9.4
Dalam persamaan ini perubahan temperature adalah selisih temperature akhir dengan
temperature awal
T = Tf Ti
Persamaan ini mengasumsikan tidak ada panas yang hilang pada kalorimeter ketika logam dan
air digabungkan. Panas spesifik air adalah 4,18 J/g
o
C.
9.3 ALAT DAN BAHAN
9.3.1 Alat
1. Gelas beker 500 mL
2. Tabung reaksi
3. Thermometer
4. Statif dan klem
5. Kalorimeter
6. Hot plate
9.3.2 Bahan
1. Akuades
2. logam
9.4 PROSEDUR
1. Siapkan air mendidih sebanyak 400 mL dalam gelas beker sebagai penangas air
2. Siapkan 5-10 gram logam kering dari asisten. Catat massa logam dalam lembar data.
Tempatkan logam dalam tabung reaksi.
3. Tempatkan tabung reasi dalam penangas air. Pastikan posisi logam di dalam tabung
reaksi beraa di bawah permukaan air pada penangas.
4. Panaskan air sampai mendidih. Biarkan mendidih selama minimal 5 menit sehingga
temperature logam mencapai kesetimbangan dengan temperature air.
5. Selama pemanasan logam, lakukan persiapan
kalorimeter berikut
6. Timbang kalorimeter kosong
7. Masukkan air sebanyak 20 mL kemudian timbang kalorimeter yang sudah berisi air
tersebut. Catat data penimbangan dalam lembar data.
8. Ukur temperature air dalam penangas dan suhu air dalam kalorimeter. Catat dalam
lembar data
9. Pindahkan logam dalam tabung reaksi dengan cepat ke dalam kalorimeter. Kocok
campuran logam dan air tersebut. Catat suhu air dalam kalorimeter setiap 5 detik selama
1 menit pertama, kemudian 15 detik selama 5 menit berikutnya.
Keterangan gambar
1. Tabung reaksi
2. Gelas beker
3. Logam
4. Hot plate
5. Thermometer
6. Statif
10. Plot data hasil percobaan dalam grafik sebagai berikut
Lembar data
Percobaan 9 Kalorimetri
Nama Praktikan/NPM:
1...................................................................
2...................................................................
3...................................................................
Asisten : .......................................................
Hari/tanggal: ....................................................
Kelompok : ....................................................
Jurusan : .....................................................
Meja No : .....................................................
A. Data Penentuan Kapasitas Panas Logam
Percobaan 1 Percobaan 2
Massa logam (g) . .
Temperature logam (oC) . .
Massa calorimeter (g) . .
Massa calorimeter + air (g) . .
Massa air (g) . .
Temperature air dalam
calorimeter (oC)
. .
Temperature maksimum air
dan logam dari grafik
. .
B. Penentuan Kapasitas Panas Logam
Perhitungan:
Percobaan 1 Percobaan 2
Perubahan temperature air . .
Panas yang diserap air . .
Perubahan temperature
logam
. .
Kapasitas panas logam . .
Kapasitas panas logam rata-
rata
. .
Asisten Kimia Fisik Tanda tangan Praktikan
1....................................................
2. ..................................................
3. ....................................................
..................................................
DAFTAR PUSTAKA
- Beran, J.A., Laboratory Manual for Principle of General Chemistry, 2010, John
Wiley and Sons
- Anonim, Buku Panduan praktikum, Kimia Fisika, 2003, Laboratorim Proses Kimia,
Departemen Teknik Gas dan Petrokimia, Universitas Indonesia