JUDUL PERCOBAAN
Polarimeter
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui dan memahami prinsip kerja polarimeter
2. Mengetahui besarnya rotası optis larutan gula dengan Polarimeter
C. LANDASAN TEORI
Analisis kimia dapat dilakukan dengan analisis kualitatif yang bertujuan
untuk mencari jenis ion, molekul atau radikal yang terdapat dalam sampel. Ada
juga analisis kuantitatif yang bertujuan untuk menentukan kadar ion atau
molekul dalam suatu sampel Selain itu ada juga analias instrumentası, yakni
analisis kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan peralatan elektronik.
Analisis kuantitatif konvensional dapat dilakukan dengan cara volumetri dan
gravimetri (Sumardjo, 2009: 4).
Polarisasi merupakan peristiwa yang dapat memberikan Informasi tentang
syarat struktur suatu molekul kimia yang tidak diketahui. Peristiwa ini terjadi
apabila suatu cahaya melewati suatu materi. Cahaya putih biasanya terdiri dari
beberapa gerakan gelombang yang masing-masing memilik Panjang gelombang
yang berbeda. Cahaya dapat dibuat. menjadi monokraamtik atau bisa dikatakan
hanya memiliki satu panjang gelombang menggunakan suatu filter yang disebut
sebagai monokromator yang berupa prisma. Ketika cahaya melewati Prisma,
maka cahaya Yang bervibrası ada diteruskan pada satu bidong transmisi
Sedangkan gelombang pada bidong yang lain ada yang dibelokkan dan diserap.
Cahaya yang diteruskan Ketika melewati prisma disebut sebagai cahaya yang
memutar bidang polarisasi (Julianto, 2016.45)
Sebagian besar cahaya yang terdeteksi oleh mata kita tidak terpolarisasi
melainkan gelombang cahaya bervibraci Secara açak ke semua arah yang
tegak lurus dengan arah perambatan gelombang. Jika cahaya normal jenis ini
dilewatkan melalui suatu material yang bersifat kiral, gelombang cahaya ini akan
berinteraksi dengan material kiral tersebut dan menghasilkan cahaya yang
berpolarisasi hanya pada satu bidang cahaya ini disebut cahaya ladang, ketika
cahaya terpolarisasi badang dilewatkan melalui suatu larutan yang mengandung
Senyawa aktif optis, Senyawa kiral akan menyebabkan bidang vibrasi cahaya
berotasi (Cairns, 2009: 78-79).
Bayangan cermin yang tidak berhimpit dari suatu senyawa kiral disebut
isomer optis atau enantiomer. Seperti isomer geometri, isomer optis hadir
berpasangan. Tetapi isomer optis suatu senyawa mempunyai sifat fisis dan sifat
kimia yang identik seperti titik leleh, titik didih dan bereaktifan kimia terhadap
molekul yang tidak kiral. Molekul kiral disebut aktif optis karena
kemampuannya untuk memutar bidang polarisasi cahaya yang terpolarisasi
ketika cahaya tersebut melewatinya. Tidak seperti cahaya biasa, yang akan
bergetar ke segala arah, cahaya terpolarisasi hidang hanya bergetar pada bidang
tertentu (Chang, 2003: 357).
Besarnya putaran optis diukur dengan polarimeter. Yang mana komponen
utama dalam alat ini adalah dua buah prisma nicol dimana diantara kedua prisma
int Sampel ditempatkan kehka posisi prismo nicol kedua (analyzer) sejajar sudut
dengan prisma pertama, maka cahaya tidak ada yang dilewatkan (gelap). Tetapi
jika zat optis aktif ditempatkan diantara keduanya, cahaya akan terlihat lagi
pada analyzer. Agar mendapatkan keadaan gelap lagi maka pada analyzer
harus diputar sedemikian sehingga tidak ada cahaya yang dilewatkan besar
sudut putar inilah yang dimaksud dengan sudut putar yang diamati. Jika
arah putaran searah jarum jam, maka dikatakan zat berotasi dextro dan
jika sebaliknya berotasi levo. Karena besarnya sudut putar bergantung pada
konsentrasi, maka konsentrasi zat optis dapat ditentukan sudut putar yang ada
pada larutan (Tim Dosen Kimia Instrumen, 2021-26).
Percobaan polarimeter dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari prinsip
kerja dan polarimeter, mengukur sudut putar jenis larutan gula (a) sebagai fungsi
konsentrasi, dan menenhikan lanıran gula dengan polarimeter. Percobaan
menggunakan prinsip arah cahaya polarisan cahaya, yakni Pembaha getar
cahaya dimana pada awalnya rushi yang memilila arah Ambat yang menuju arah
berubah menjadi saw arah saja. Alat be regalo yang digunakan Yathu
polarimeter yang berfungsi menghasilkan cahaya terpolan can dan menenhikan
larutan gula (Dewi dkk, 2017: 94).
Pengaruh konsentrasi larutan gula yaitu sebanding dengan besarnya
perubahan sudut putar jenis. Semakin besar konsentrasi larutan gula maka
semakin besar perubahan sudut putar jenisnya. Pengaruh panjang gelombang
terhadap perubahan sudut putar jenis yaitu berbanding terbalik dimana semakin
kecil nilai panjang gelombang sumber cahaya, maka perubahan sudut putar
jenisnya semakin besar (Purwasih, 2015: 43).
Cahaya pada alat ini pertama-tama berkas cahaya tida terpolarisasi melewati
satu lembar polaroid yang disebut polarisator dan kemudian melalui lubang
sampel yang berisi larutan senyawa kiral. Ketika cahaya terpolarisasi melewati
tabung sampel bidang polarisasinya terputar ke kanan atau ke kiri. Putaran ini
dapat diukur secara langsung dengan memutar penganalisis pada arah yang
sesuai hingga tercapai transmisi cahaya minimal (Chang, 2005: 357).
Pengukuran Intensitas cahaya terpolarisasi untuk mendeteksi air
terkontaminasi logam besi. Hasilnya menunjukkan bahwa dari sampel dengan
berbagai konsentrasi menunjukkan nilai pembacaan sensor di sudut -30° sampai
25° dan nilai pembacaan sensor di sudut 45° - 80°. Deteksi air terkontaminasi
logam besi (Fe) dengan pengukuran intensitas cahaya terpolarisasi belum
mampu untuk mendeteksi larutan dengan konsentrasi yang tergolong konsentrasi
kecil (Nugroho, 2016:223).
Ketika terpolarisasi linear cahaya menyebar melalui media dengan molekul
glukosa, pada bidang polarisasi cahaya pada output dapat diputar. Di sebuah
medium bening, jumlah rotasi optik yang linear sebanding dengan konsentrasi
glukosa C dapat dihitung dengan persamaan berikut
α = R (λ×T)×C×L
Dimana R pada adalah daya rotasi molekul glukosa pada panjang
gelombang cahaya λ dan suhu T dan L adalah jalur optik dalam medium yang
mengandung glukosa (Li dkk, 2020:546).
Perubahan polarisasi akibat fluoresens tidak linear terhadap polarisasi
cahaya datang dan polarisasi terbesar diperoleh saat Ɵ = 0°. Perubahan polarisasi
fluoresens meningkat seiring dengan kadaluwarsanya minyak. metode polarisasi
fluoresons ini identik dengan polarisasi transmisi. Namun nilai rata-rata α pada
fluoresens lebih besar dari nilai yang ada pada nilai β (firdausi, 2017 : 38-79).
E. PROSEDUR KERJA
1. Alat dikalibrasi dengan blanko, kuvetdikeluarkan lalu dicuci dengan aquades
2. Dimasukkan sukrosa dengan konsentrasi 5% di dalam kuvet lalu dimasukkan
pada alat polarimeter dan dicatat sudut putarnya
3. Kuvet dikeluarkan dan dicuci dengan aquades
4. Dimasukkan larutan sukrosa 10% dan 15% di dalam kuvet dan catat sudut
putarnya
5. Perlakuan yang sama diulangi untuk larutan fruktosa 5%, 10% dan 15%
6. Alat dikalibrasi lagi dengan bblanko dan diatur skalanya 0,00
7. Kuvet yang berisi blanko dikeluarkan lalu dicuci dengan menggunakan
aquades
8. Filtrat sari buah dimasukkan di dalam kuvet
9. Kuvet dimasukkan di dalam alat polarimeter kemudian dicatat sudut putarnya
10. Kuvet dikeluarkan dan ducuci dengan aquades
11. Filtrat kulit buah sirsak dimasukkan di dalam kuvet dan dicatat skala putar
yang ditunjukkan
12. Alat polarimeter dikalibrasi lagi dengan blanko dengan cara diatur skalanya
hingga 0,00
13. Kuvet yang berisi blanko dikeluarkan lalu dicuci dengan aquades
14. Filtrat sari buah alpukat dimasukkan di dalam kuvet lalu dicatat sudut
putarnya
15. Kuvet dikeluarkan lalu dicuci lagi dengan aquades
16. Dimasukkan filtrat kulit buah alpukat di dalam kuvet dan dicatat skala putar
yang ditunjukkan pada alat
F. HASIL PENGAMATAN
No. Sampel Sudut Polarisasi Blanko
1 Sukrosa
a. Sukrosa 5% 6,20° 0,01°
b. Sukrosa 10% 12,76° 0,01°
c. Sukrosa 15% 19,24° 0,07°
2 Fruktosa
a. Fruktosa 5% -8,37° 0,02°
b. Fruktosa 10% -17,04° -0,04°
c. Fruktosa 15% -25,06° -0,03°
3 Sari buah sirsak -0,01° 0,01°
4 Kulit sirsak 0,01° 0,01°
5 Sari buah alpukat 0,07° 0,01°
6 Kulit alpukat 0,09° 0,01°
G. ANALISIS DATA
Diketahui:
[ɑ]20D Sukrosa = 66,5o
[ɑ]20D Fruktosa = -92,4o
Diameter = 2 dm
Ditanyakan : C =...?
1. Sukrosa
a. Sukrosa 5%
[ɑ]20D = ɑ sukrosa 5% - ɑ blanko
= 6,20°-0,01°
= 6,19°
C = [ɑ]20D : d × [ɑ]20D sukrosa
6,19°
=2 ×66,5
= 0,0046 g/mL
b. Sukrosa 10%
[ɑ]20D = ɑ sukrosa 10% - ɑ blanko
= 12,76°-0,01°
= 12,75°
C = [ɑ]20D : d × [ɑ]20D sukrosa
0,88°
=2 ×66,5
= 0,096 g/mL
c. Sukrosa 15%
[ɑ]20D = ɑ sukrosa 15% - ɑ blanko
= 19,24°-0,07°
= 19,17°
C = [ɑ]20D : d × [ɑ]20D sukrosa
19,17°
=2 ×66,5
= 0,1441 g/mL
2. Fruktosa
a. Fruktosa 5%
[ɑ]20D = ɑ fruktosa 5% - ɑ blanko
= -8,37°-0,02°
= -8,39°
C = [ɑ]20D : d × [ɑ]20D fruktosa
−8,39°
=2 ×(−92,4)
= -0,045 g/mL
b. Fruktosa 10%
[ɑ]20D = ɑ fruktosa10% - ɑ blanko
= -17,04°-(-0,04°)
= -17,00°
C = [ɑ]20D : d × [ɑ]20D fruktosa
−17,00°
=2 ×(−92,)4
= -0,092 g/mL
c. Fruktosa 15%
[ɑ]20D = ɑ fruktosa15% - ɑ blanko
= -25,06°-(-0,03°)
= -25,03°
C = [ɑ]20D : d × [ɑ]20D fruktosa
−25,03°
=2 ×(−92,4)
= -0,135 g/mL
3. Buah
a. Sari buah Sirsak
b. [ɑ]20D = ɑ Sari buah Sirsak - ɑ blanko
= -0,01°-0,01°
= -0,02°
C = [ɑ]20D : d × [ɑ]20D fruktosa
−0,02°
=2 ×(−92,4)
= -0,0000108 g/mL
c. Kulit Sirsak
d. [ɑ]20D = ɑ Kulit Sirsak - ɑ blanko
= 0,01°-0,01°
= 0°
C = [ɑ]20D : d × [ɑ]20D sukrosa
0°
=2 ×66,5
= 0 g/mL
e. Sari buah alpukat
[ɑ]20D = ɑ Sari buah alpukat - ɑ blanko
= 0,03°-0,01°
= 0,02°
C = [ɑ]20D : d × [ɑ]20D sukrosa
0,02°
=2 ×66,5
= 0,00015 g/mL
f. Kulit buah alpukat
= 0,000601 g/mL
Grafik hubungan antara konsentrasi dengan sudut polarisasi larutan sukrosa
Sukrosa
25
20 y = 90.626x + 5.3413
Sudut Polarisasi
R² = 0.9701
15
10
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2
Konsentrasi
25
sudut polarisas
20
15
10
0
0 0.05 0.1 0.15
konsentrasi
H. PEMBAHASAN
Polarisasi merupakan peristiwa yang dapat memberika Informasi tentang
sifat struktur suatu molekul kimia yang tidak diketahui. Peristiwa ini terjadi
apabila suatu cahaya materi. Polarimeter adalah suatu cahaya yang digunakan
untuk mengukur besarnya putaran berkas cahaya terpolarisasi oleh suatu zat
optis aktif. Polarimetri adalah suatu metode analisis kimia berdasarkan
pengukuran daya putar aptis dari suatu senyawa optis aktif terhadap sinar yang
telah terpolarisasi (Julianto, 2016: 45)
Percobaan polarimeter bertujuan untuk mengetahui cara mengoperasikan
alat polarimeter dalam menentukan besar sudut putar bidang terpolarisasi suatu
cahaya atau bidang terpolarisasi suatu cahaya atau bidang terpolarisasi.
Sedangkan prinsip kerjanya yakni sinar datang dan sumber cahaya akan
dilewatkan melalui prisma terpolarisasi (polarizer), kemudian diteruskan ke sel
yang berisi larutan dan akhirnya menuju prisma terpolarisasi kedua (Analyzer).
Polarizer tidak dapat diputar-putar sedangkan analyzer dapat diatur atau
diputar sesuai keinginan jika polizer dan analyzer saling tegak lurus (bidang
polarisasinya juga tegak lurus), maka sinar tidak ada yang ditrasmisikan melalui
medium diantara prisma polanrasi. Senyawa yang dapat memutar bidang
polarisasi disebut senyawa optis aktif. Pada percobaan ini sebelum dilakukan
pengukuran alat polarimeter dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan aquades,
hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menstabilkan alat agar lebih akurat
dalam pembacaan skalanya.
1. Larutan yang digunakan pada percobaan ini yaitu larutan sukrosa dan
fruktorsa dengan konsentrasi masing-masing 5%, 10% dan 15%. Sukrosa dan
fruktora dapat di bidang cahaya terpolarisasi atau merupakan senyawa optis
aktif. Hal tersebut disebabkan karena sukrosa dan fruktosa memiliki atom C kiral
yaitu atom c yang mengikat empat gugus yang berbeda. Aquades digunakan
sebagai larutan standar karena sifatnya tidak optis aktif (tidak memiliki atom C
kiral sehingga tidak bisa memutar bidang polarisasi, dimana cahaya yang
dilewatkan ke dalam air murni tidak dibelokkan tetapi diteruskan. Sampel yang
berada di dalam kuvet polarimeter diupayakan agar tidak terdapat gelembung
karena jika ada gelembung maka akan terjadi cekungan pada larutan sehingga
dapat mempengaruhi intensitas cahaya yang terpolarisasi akibatnya dapat
berpengaruh pada besarnya sudut putar suatu sampel.
Besarnya sudut putar suatu sampel bergantung pada konsentrasinya.
Konsentrasi sebanding dengan sudut putar. Jika konsentrasi dinaikkan maka
putarannya semakin besar. Pada hasil percobaan diperoleh besarnya sudut putar
untuk sukrosa 5%, 10% dan 15% masing-masing adalah +6.20°, +12,736°,
+19.24°. Nilai rotasi spesifik yang diperoleh berdasarkan analisis data untuk
sukrosa 5%,10% dan 15%. Secara berturut-turut adalah +6,19°, +12,75° dan +
19,17°.
I. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan maka dapat disimpulkan bahwa prinsip kerja
polarimeter yaitu mempolarisasıkan cahaya darri cahaya tak terpolarisasi
menjadi cahaya terpolarisasi. Besarnya rotasi optis larutan gula dengan
polarimeter dapat dilihat dari semakin besarnya konsentrasi maka semakin besar
pula sudut polarisasinya.
2. Saran
Untuk Pratikum selanjutnya harus berhati-hati dalam melakukan percobaan
supaya mendapatkan hasil yang sama dengan teori.
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid I. Jakarta Erlangga
Cairns, Donald. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta. Penerlat Buku Kedokteran
EGC
Firdausi. Sofjank, Nyadaniah Simbolo dan Heri Sugito. 2017. Polarisasi fluoresens
untuk Evaluasi Mutu Minyak Goreng. Jurnal Ilmiah Teknosains Vol. 3 (1)
Li, Tianxing, Derek Bai., Temiloluwa prioleau., Nam Bull, Tam Vu dan Xia Zhou.
2020. Noninvasive Glucose Monitoring Using Polarized Light. Journal
Virtual Event Japan ACMISBN 978-1-45037590-0
Nugroho, Agung. 2016 Sistem Deteksi Air Terkontaminasi Logam Besi (Fe)
dengan Pengukuran Intensitas Cahaya Terpolarisasi. Jurnal laboratorium
Terintegrasi vol 4 (2) ISSN 2339-0905
Tim Dosen kimia Analisis Instrumen. 2021. Penuntun Pratikum Analisis Kimia
Instrumen. Makassar: UNM