Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIK

Disusun oleh :
Kelompok B1 – 1

1) Putri Dwi Apriliani (192210101015) 2) Zhaikotun


Nissa (192210101020) 3) Barokatul Fajriah Julhar
(192210101018) 4) I Gusti Agung Ayu Perami R. S.
(192210101022) 5) Via Rahmatia (192210101023)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB I
1. JUDUL
Uji Tegangan Permukaan

2. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Memahami konsep tegangan permukaan
b. Menentukan dan mengukur tegangan permukaan zat tunggal

3. DASAR TEORI
Dalam kehidupan sehari-hari pasti kalian pernah melihat kapas dapat mengapung
di atas permukaan air atau setetes embun yang jatuh pada kaca rumah kita bila hujan dan
berbentuk bola?. Itu merupakan suatu ciri cairan dengan menunjukkan adanya perilaku
seperti lapisan yang memiliki tegangan yang biasa disebut fenomena tegangan
permukaan. Tegangan permukaan cairan banyak dimanfaatkan dalam hubungannya
dengan kemampuan cairan tersebut membasahi benda. Seperti contohnya detergen
sintesis modern didesain untuk meningkatkan kemampuan air dalam membasahi kotoran
yang melekat yang bisa dilakungan dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga
hasil pakaian menjadi bersih. Konsep ini berlaku pada antiseptik lainnya, yang dalam
penerapannya harus membuat konsep supaya tegangan permukaannya rendah agar
memiliki daya bunuh kuman yang baik.
Tegangan antarmuka ini dalam farmasi biasanya digunakan dalam memengaruhi
faktor adsorbsi obat dalam bentuk sediaan padat, penetrasi molekul melalui membrane
biologi, penting pada sediaan emulsi dan stabilitasnya. Fenomena ini terjadi bila setiap
fase-fase dalam satu lingkungan, masih membawa sifat-sifat masing-masing fase itu
sendiri. Untuk lebih jelasnya berikut definisi antara tegangan muka dan tegangan
permukaan.
∙ Tegangan muka
Dapat diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair
untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu
permukaan datar bisa dikatakan juga suatu usaha untuk membentuk luas
permukaan baru. Tegangan muka sangat berguna untuk menghalangi terjadinya
ekspansi pada cairan dan mempunyaio dimensi gaya per unit panjang permukaan
(dyne/cm) atau tenaga per unit permukaan kuadrat (erg/����2). Penyebab
terjadinya tegangan muka karena permukaan zat cair cenderung menegang,
sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh
adanya gaya kohesi antara molekul air dimana molekul biasanya saling tarik
menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul cairan dikelilingi oleh molekul
cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas tidak ada molekul cairan lainnnya
karena molekul cairan tarik-menarik satu dengan yang lainnya, maka terdapat
gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam cairan.
Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan di tarik oleh molekul
cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, gaya totalnya
cenedrung mengarah ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan
cenderung memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin.
Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolaholah tertutup
oleh selaput tipis yang elastis. Beberapa macam metode yang digunakandalam
pengukuran tegangan muka yaitu :
- Metode cincin de-Nouy
Prinsip kerja alat ini yaitu bahwa tegangan permukaan atau tegangan
antar muka sebanding dengan gaya yang dibutuhkan dalam melepaskan cincin
yang tercelup pada zat cair.

- Metode kenaikan kapiler


Metode ini merupakan metode yang paling banyak digunakan. Prinsip
yang digunakan yaitu bila suatu pipa kapiler dimasukkan kedalam cairan yang
membasahi dinding maka cairan tersebut akan naik kedalam kapiler karena
adanya tegangan muka. Kenaikan cairan sampai suhu tinggi tertentu dapat
menyebabkan terjadinya keseimbangan antara gaya keatas dan kebawah.Hal
ini dapat digambarkan dengan rumus yaitu :
Gaya kebawah : F = ����2h ρ g
Gaya keatas : F’ = 2 πrγ cos θ

Konsep kesetimbangan, dimana gaya kebawah sama dengan gaya keatas


maka: F’= F
2 πrγ cos θ = ����2h ρ g
Untuk air dan kebanyakan organik umumnya dianggap batas lapisan paralele
dengan kapiler, sehingga nilai cos θ = 1 maka rumus akhirnya :
γ=½rhρg
keterangan 🡪h : tinggi muka
g : percepatan gravitasi
ρ : berat jenis
r : jari-jari kapiler
γ : tegangan muka
θ : sudut kontak

- Metode tekanan gelembung maksimum


Biasanya metode ini belum lumrah digunakan dalam menentukan
tegangan muka suatu cairan.

∙ Tegangan antarmuka
Tegangan antar muka didefinisikan sebagai gaya per satuan panjang yang
terjadi pada antar muka dengan fase cair yang tidak dapat tercampur. Sama seperti
tegangan muka, satuan dari tegangan antar muka yaitu dyne/cm. Tegangan
antarmuka menjadi penting, ketika pembahasannya menyangkut sistem emulsi.
Prinsip dari tegangan antar muka bila terdapat dua cairan yang memiliki
perbedaan polaritas dan akan menunjukan seberapa besar kekuatan tarik antar
molekul yang berbeda dari dua fasa cairan tersebut. Maka dari itu gaya adesi
antara dua fase cair yang berbeda membentuk antar muka lebih besar
dibandingkan dengan gaya adesi antara fase cair dan fase gas yang membentuk
antar muka. Sehingga bila terdapat dua macam zat cair yang tercampur
sempurnamaka tidak akan ada tegangan antar muka diantara zat cair tersebut.

4. PERCOBAAN
a. Bahan
- Aquades
- Larutan natrium lauril sulfat dalam berbagai kadar
- Paraffin cair
b. Alat
- Beaker glass
- Pipa kapiler berskala

c. Cara Kerja
Penentuan tegangan muka dilakukan dengan menggunakan metode kenaikan cairan pada
pipa kapiler :

Disiapkan cairan uji pada beaker glass

Disiapkan kapiler berskala dan pastikan bahwa pipa kapiler bersih dari kotoran
atau cairan lain

Dilakukan pengukuran kenaikan cairan pada pipa kapiler dengan


menggunakan cairan :
a. Air
b. Larutan Natrium Lauril Sulfat 0,01%, 0,05%, dan 0,1%
c. Parafin cair

Dilakukan pengukuran dengan posisi pipa kapiler tegak lurus dengan


permukaan cairan

Dilakukan pencatatan tingginya kenaikan cairan pada pipa kapiler

Ditentukan tegangan muka dengan menggunakan rumus tegangan muka yang


telah dijelaskan dalam dasar teori, dengan melihat buku standar

Dibandingkan kenaikan cairan antar cairan yang berbeda

Dibandingkan kenaikan cairan pada larutan natrium lauril sulfat pada kadar
yang berbeda-beda
5. DATA DAN PERHITUNGAN
Nama Zat Kerapatan Tinggi kenaikan Tegangan muka
Cair (gram/cm3) (dyne/cm)
Klp

Air 1,00 4,2 71,97 (pada suhu 25°C)


Larutan 0,996 3,4 57,91 dyne/cm
natrium
Lauril sulfat 0,994 4,2 71,45 dyne/cm

- 0,01 % 1,01 3,2 55,33 dyne/cm


- 0,05 %
- 0,1 %

Parafin cair 0,87 3,0 44,72 dyne/cm

PERHITUNGAN UJI TEGANGAN PERMUKAAN

Larutan natrium Lauril sulfat

∙ 0,01 %
71,97
4,2 . 1
��=
3,4 . 0,996

4,2 x = 243,25
x = 57,91 dyne/cm

∙ 0,05 %
71,97
4,2 . 1
��=
4,2 . 0,994

4,2 x = 300,1
x = 71,45 dyne/cm

∙ 0,1 %
71,97
4,2 . 1
��=
3,2 . 1,01

4,2 x = 232,4
x = 55,33 dyne/cm
Parafin cair

71,97
4,2 . 1
��=
3,0 . 0,87
4,2 x =187,8

x = 44,72 dyne/cm

6. PEMBAHASAN
Setelah melakukan praktikum, didapatkan hasil pecobaan pada suhu 25OC dengan
nilai tegangan permukaan pada masing-masing larutan sebesar 71,97 dyne/cm pada air;
57,91 dyne/cm pada larutan natrium lauril sulfat 0,01%; 71,45 dyne/cm pada larutan
natrium lauril sulfat 0,05%; 55,33 dyne/cm pada larutan natrium lauril sulfat 0,1%; dan
44,72 dyne/cm pada parafin cair. Dari literatur diketahui bahwa air > larutan natrium
lauril sulfat > parafin cair. Diketahui juga bahwa semakin besar kerapatan suatu larutan
maka semakin besar pula tegangan permukaan. Tetapi pada konsentrasi tinggi tegangan
permukaannya semakin kecil karena memiliki perbandingan tebalik. Hasil dari praktikum
ini memiliki urutan tegangan permukaan air > larutan natrium lauril sulfat 0.05% >
larutan natrium lauril sulfat 0,01% > larutan natrium lauril sulfat 0,1% > Parafin cair.
Dalam praktikum ini disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dengan literatur yaitu
pada konsentrasi yang dimiliki oleh larutan Na lauril sulfat 0,05% lebih besar tegangan
permukaannya daripada larutan Na lauril sulfat 0,01%. Seharusnya larutan Na lauril sulfat
0,05% lebih kecil daripada larutan Na lauril sulfat 0,01%. Hal ini terjadi karena tinggi
kenaikan pipa kapiler larutan Na lauril sulfat 0,05% lebih tinggi daripada larutan Na lauril
sulfat 0,01%, ini bisa terjadi saat kenaikan pipa kapiler masuk ke cairan dengan posisi
tidak tegak lurus sehingga berpengaruh pada hasilnya. Tetapi data tegangan permukaan
yang lain sesuai dengan literatur karena tegangan permukaan tertinggi dimiliki oleh air
dan nilai terendah dimiliki oleh parafin cair.
Titik kritis yang dapat mempengaruhi hasil percobaan tegangan permukaan
diantaranya yaitu :
o Kebersihan pipa kapiler dari kontaminasi zat larutan lain. Jika terkontaminasi zat
akan memberikan tinggi kenaikan pipa tidak sesuai, karena yang terbaca adalah
tinggi cairan yang tercampur atau 2 permukaan.
o Pengukuran tinggi kenaikan pipa kapiler harus tegak lurus, apabila miring akan
terganggu saat cairan masuk/naik sehingga data tidak valid.
o Keseragaman diameter pipa kapiler harus sama, jika tidak akan berpengaruh pada
hasil pengukuran.
o Penentuan tinggi kenaikan pipa kapiler harus dilakukan pada saat cairan tidak
memberikan penambahan tinggi lagi (konstan).
o Adanya gelembung udara yang mengisi pipa kapiler sehingga data tidak akurat. o
Praktikan kurang teliti membaca skala pada pipa kapiler dan kurang tepat konsentrasi
yang dibuat.

7. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Bahwa bisa disimpulkan dari hasil praktikum kali ini memiliki data yang
kurang sesuai dengan literatur. Diperoleh hasil data dari praktikum ini memiliki
urutan tegangan permukaan air > larutan natrium lauril sulfat 0.05% > larutan natrium
lauril sulfat 0,01% > larutan natrium lauril sulfat 0,1% > Parafin cair. Terdapat
perbedaan dengan literatur yaitu pada konsentrasi yang seharusnya larutan Na lauril
sulfat 0,05% lebih kecil daripada larutan Na lauril sulfat 0,01%. Hal ini terjadi karena
tinggi kenaikan pipa kapiler larutan Na lauril sulfat 0,05% lebih tinggi daripada
larutan Na lauril sulfat 0,01%, ini bisa terjadi saat kenaikan pipa kapiler masuk ke
cairan dengan posisi tidak tegak lurus sehingga berpengaruh pada hasilnya.

b. Saran
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat praktikum, adalah :
o Nilai kerapatan senyawa/larutan, semakin besar molekul maka semakin besar
kerapatannya.
o Suhu percobaan semakin tinggi suhu maka tegangan permukaan turun. o Posisi
pipa kapiler harus tegak lurus karena apabila miring akan mempengaruhi
kenaikan larutan semakin tinggi.
o Diameter pipa kapiler kecil maka kenaikannya lebih cepat.
o Konsentrasi semakin besar makan kerapatan semakin besar pula.
o Adanya zat pengotor yang membuat cairan susah masuk ke pipa kapiler.
8. DAFTAR PUSTAKA
Farmasetika, M., P. M. Farmasi, F. Farmasi, dan U. Padjadjaran. 2017. Perlukah kita
menggunakan obat kumur? 2(4):14–17.
Juliyanto, E., J. Rofingah, A. F. Sejati, dan F. N. Hakim. Tanpa tahun. Menentukan
Tegangan. 176–186.
Juliyanto, Eko , Janatur Rofingah ,dkk. 2016. Menentukan Tegangan Permukaan Zat
Cair. Jurnal Kajian Pendidikan Sains.

Sinala, Santi. 2016. Farmasi Fisik : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.

Syamsu dkk. 2007. Kajian ketahanan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (Mes) Sebagai Oil
Well Stimulation Agent Terhadap Aktivitas Bakteri Di Lingkungan Minyak Bumi.
Jurnal Tekhnologi Pertanian.

9. PERTANYAAN DISKUSI
1) Jelaskan perbedaan konsep antara tegangan permukaan dengan tegangan antar muka!
Berikan contohnya dalam bidang kefarmasian!
Jawab :
Tegangan permukaan adalah gaya yang terjadi pada permukaan suatu cairan
yang menghalangi ekspansi cairan tersebut. Hal tersebut terjadi karena pada
permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya kohesi
antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada
permukaan cairan. Sedangkan tegangan antar muka adalah tegangan yang diukur pada
bidang batas dua cairan yang saling tidak bisa dicampur. Tegangan antar muka selalu
lebih kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak
bercampur lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara.
Contoh dalam bidang kefarmasian :
o Tegangan permukaan juga penting dalam pemrosesan formulasi farmas
o Adsorpsi obat pada eksipien dalam sediaan.
o Penitrasi molekul dalam membran biologis.
o Pembuatan suspensi.
o Pembentukan dan stabilan emulsi.
2) Jelaskan manfaat nilai tegangan permukaan di bidang farmasi! Faktor-faktor apa
sajakah yang mempengaruhi tegangan permukaan suatu zat! Dan jelaskan bagaimana
pengaruhnya!
Jawab :
a) Manfaat tegangan permukaan di bidang farmasi yaitu, penggunaan surfaktan
dalam sediaan suspensi. Surfaktan dapat menurunkan tegangan pemukaan,
contohnya dalam pembuatan obat kumur. Pembuatan obat kumur surfaktan
mempunyai aktifitas permukaan sehingga dapat menurunkan tegangan
permukaan antara udara-cairan dan cairan-cairan yang terdapat dalam suatu
senyawa (Farmasetika dkk., 2017) .
b) Faktor-faktor mempengaruhi tegangan permukaan, sebagai berikut (Juliyanto
dkk., tanpa tahun) :
⮚ Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu,
karena meningkatnya energi kinetik molekul. Pada umumnya nilai
tegangan permukaan zat cair berkurang dengan adanya kenaikan suhu.

⮚ Zat terlarut (solute)


Keberadaan zat terlarut dalam suatu cairan akan mempengaruhi
tegangan permukaan. Penambahan zat terlarut akan meningkatkan
viskositas larutan, sehingga tegangan permukaan akan bertambah
besar. Tetapi apabila zat yang berada dipermukaan cairan membentuk
lapisan monomolecular, maka akan menurunkan tegangan permukaan,
zat tersebut biasa disebut dengan surfaktan.

⮚ Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan
permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan
atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga
cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari
surfaktan.
⮚ Jenis Cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara
molekulnya besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga
besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara
molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.

⮚ Konsentrasi Zat Terlarut


Konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai
pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan
adsorbsi pada permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang
ditambahkan kedalam larutan akan menurunkan tegangan muka,
karena mempunyai konsentrasi dipermukaan yang lebih besar
daripada didalam larutan. Sebaliknya solut yang penambahannya
kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi
dipermukaan yang lebih kecil daripada didalam larutan.
BAB II

A. JUDUL
Uji Kerapatan dan Bobot Jenis

B. TUJUAN
a. Memahami konsep kerapatan dan bobot jenis
b. Menentukan kerapatan dan bobot jenis

C. DASAR TEORI
a. Kerapatan atau Densitas
Kerapatan atau densitas adalah massa per limit volume. Satuan umumnya
adalah kg per m3atau ungkapan yang umum gram per cm3atau gram per ml.
Kerapatan berubah dengan adanya perubahan temperatur. Kerapatan menurun
dengan adanya kenaikan temperatur, karena hampir semua substansi mengembang
ketika dipanaskan. Dalam sistem Metrik kerapatan diukur dengan satuan gram per
ml atau gram per cm3.
Kerapatan diperoleh dengan cara membagi massa suatu objek dengan
volumenya.

�� =���������� (��������)
������������ (����)

Kerapatan air adalah 1,0 g/ml pada suhu 4ºC. Sistem perhitungan untuk
kerapatan larutan didasari pada nilai ini. Untuk menghitung kerapatan suatu
larutan umumnya larutan itu dibandingkan dengan air. Hal ini memudahkan
untuk melihat apakah suatu larutan akan bercampur atau tidak, karena dua
larutan dengan kerapatan yang sangat berbeda biasanya tidak dapat bercampur.
Terdapat pengecualian, dimana larutan ionik seperti larutan garam akan larut
dalam air karena keduanya bersifat polar. Minyak yang non polar tidak dapat
larut dalam air meskipun kerapatan keduanya tidak jauh berbeda. Keduanya
gagal dicampur kan lebih disebabkan oleh sifat tersebut dibanding dengan
kerapatannya. Contoh kerapatan merkuri (13,5 g/ml) dan air (1,o g/ml) relatif
berbeda. Perbedaan kerapatan relatif ini menyebabkan merkuri terbenam di
dasar wadah yang berisi air. Kerapatan relatif adalah rasio dari kerapatan
sampel pada suhu 20ºC dibagi dengan kerapatan air pada 4ºC.

Rapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume adalah sifat


intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk
pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang diteliti.
Karena volume berubah menurut suhu sedangkan massa tetap maka rapatan
merupakan fungsi suhu.

b. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah konstanta atau tetapan bahan yang bergantung pada
suhu untuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai
hubungan dari massa Suatu bahan terhadap volumenya. Bobot jenis merupakan
suatu karakteristik bahan yang penting digunakan untuk pengujian identitas dan
kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu terutama dari cairan dan zat-zat
yang bersifat seperti malam.
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa
dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok.

�� =�� ������
�� ������
Bobot jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe
piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lainnya. Cara
penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis,
karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurniaan dari
suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.
Air digunakan untuk standar zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk
gas. Dalam bidang Farmasi perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan
zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah didapat dan dapat dimurnikan. Disamping itu dengan mengetahui
bobot jenis suatu zat maka akan mempermudah dalam formulasi obat karena
dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat
dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.
D. PERCOBAAN
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :
- Alkohol - Aquades
- Aseton - Parafin atau lilin
- Kloroform - Air es

b. Alat
Alat yang digunakan dalma praktikum ini meliputi :
- Piknometer - Pemberat logam
- Timbangan analitik - Gelas ukur
- Beaker glass

c. Cara Kerja
Penentuan Kerapatan
Penentuan kerapatan dilakukan dengan menggunakan alat piknometer.
Tahap pertama yang dilakukan adalah penentuan volume piknometer pada suhu
percobaan (20º) :

Ditimbang piknometer yang bersih dan kering dengan seksama

Diisi piknometer dengan air hingga penuh, lalu direndam dalam air es,
sehingga suhunya kira-kira 2ºC di bbawah suhu percobaan

Piknometer ditutup, pipa kapilernya dibiarkan terbuka dan suhu dibiarkan naik
sampai dengan suhu percobaan, lalu pipa kapiler piknometer ditutup

Dilihat dalam literatur, berapakah kerapatan air pada suhu percobaan dan
digunakan untuk menghitung volume air = volume piknometer

Cara perhitungan :
Misal : Bobot piknometer + air = a + b gram
Bobot piknometer kosong = a gram
Bobot air = b gram
Dari literatur dapat diketahui kerapatan air pada suhu percobaan, sehingga
dapat dihitung :
Volume piknometer = Volume air =�� ��������
�� ������ ��������/����
= V pikno ml

a. Penetuan Kerapatan Zat Cair X (etanol, aseton, kloroform)

Dilakukan penimbangan zat X dengan menggunakan piknometer yang


sama seperti pada percobaan sebelumnya
Misal bobot zat = c gram = (bobot pikno + zat) - (bobot pikno kosong)

Kerapatan zat cair X = �� ��������


��
�� ���������� ���� =

�� ���������� ��������/����

b. Penentuan Kerapatan Zat Padat yang Kerapatannya Lebih Besar


daripada Air
Dilakukan penimbangan zat padat yang akan ditentukan kerapatannya,
misalnya = x gram

Dalam percobaan ini digunakan peluru besi sebagai contoh sampel

Dimasukkan zat padat tersebut ke dalam piknometer yang sama, lalu diisi
penuh dengan zat cair

Dilakukan penimbangan dengan memperhatikan suhu percobaan sama


seperti suhu percobaan sebelumnya. Misalkan bobotnya = d gram

Perhitungan :
Bobot piknometer + zat padat + air = d gram
Bobot zat padat = x gram
Bobot piknometer + air = (d-x) gram
Bobot air = (d-x)-a gram
Bobot air yang ditumpahkan oleh adanya zat padat
= (b - (d - x - a)) gram
= (b - d + x + a) gram
Volume air yang ditumpahkan = volume zat padat
=�� −��+ ��+�� ��������
�� ������ ��������/����

=�� −�� + �� + ��
�� ������ ����

Kerapatan zat padat =�� ��������


�� −��+��+�� /�������� ����

�� ������ ���������� =��.�� ������


(�� − �� + �� + ����������/����
Catatan : zat cair yang digunakan harus zat cair yang tidak dapat
melarutkan zat yang ditentukan kerapatannya.

c. Penetuan Kerapatan Zat Padat yang Kerapatannya Lebih Kecil daripada


Air
Dilakukan seperti cara C dengan mengkaitkan zat (contoh sample : lilin)
tersebut dengan suatu pemberat yang kerapatan dan massanya sudah
diketahui. Dalam percobaan ini contoh pemberat adalah peluru besi dengan
kerapatan yang sudah diketahui (dilihat pada percobaan b) dan massa
tertentu (z gram) sedangkan zat padat yang diuji kerapatannya adalah lilin,
dengan massa tertentu (y gram). Bobot zat padat campuran x = (y + z)

Perhitungan :
Bobot piknometer + zat padat + air = E gram
Bobot zat padat (mis. Besi + Lilin) = X gram
Bobot piknometer + air = (e - x) gram
Bobot air = (e - x) - a) gram

Bobot air yang ditumpahkan oleh zat padat = (b - (e - x - a)) gram


Volume air yang ditumpahkan = volume zat padat (campuran)
=(�� − �� − �� − �� ��������
�� ������ ��������/����

=(�� − (�� −�� − ��)


�� ������ ����
Volume air yang ditumpahkan zat y (lilin) =Vzat padat-Vzat z(peluru
besi)
=(�� − (�� − �� − ��)
���������� ��
�� ������ ���� -

�� ������

= V zat y
Kerapatan zat padat (�� zat y) =�� ��������
�� ������ �� ����
Penentuan Bobot Jenis
Secara definitif, dalam percobaan ini dilakukan dengan pengolahan
data yang ada dalam literatur (data standard).

���������� ���������� =�� ������


�� ������

E. DATA DAN PERHITUNGAN

DATA HASIL PERCOBAAN UJI KERAPATAN DAN BOBOT JENIS


Suhu Percobaan : 20°C

No Keterangan Bobot (gram)


. Klp 1

1 Piknometer kosong 34,5421

2 Piknometer + air 59,4927

3 Piknometer + etanol 57,0423

4 Piknometer + aseton 54,2187

5 Piknometer + kloroform 71,2341

6 Zat padat (peluru) 0,441

7 Piknometer + peluru +air 57,0423

8 Piknometer + lilin + peluru + air 57,9278

9 Bobot lilin 0,1052

Lihat dalam literatur:


a. Kerapatan air pada suhu 20ºC = 0,9982 gram ml-1
b. Kerapatan air pada suhu 4ºC = 1 gram ml-1
PERHITUNGAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

a. Perhitungan Volume piknometer = Volume air


Bobot piknometer + kloroform = 59,4927 gram
Bobot piknometer kosong = 34,5421 gram _
Bobot kloroform = 24,9506 gram

🡺 Volume piknometer = Volume air = ���������� ������


�� ������

= 24,9506 ��������
0,9982 ��������/����

= 24,996 ml

b. Perhitungan Kerapatan Etanol


Bobot pikno + etanol = 57,0423 gram
Bobot pikno kosong = 34,5421 gram _
Bobot etanol = 22,5002 gram

🡺 Kerapatan etanol = ���������� ������������


������������ ���������� ��������
������������ ������

= 22,5002 ��������
24,996 ����

= 0,9002 gram/ml

c. Perhitungan Kerapatan Aseton


Bobot pikno + Aseton = 54,2187 gram
Bobot pikno kosong = 34,5421 gram _
Bobot etanol = 19, 6766 gram

🡺 Kerapatan etanol = ���������� ������������


������������ ���������� ��������
������������ ������

= 19,6766
24,996

= 0,787 gram/ml
d. Perhitungan Kerapatan Kloroform
Bobot pikno + Kloroform = 71,2341 gram
Bobot pikno kosong = 34,5421 gram _
Bobot etanol = 36,692 gram
🡺 Kerapatan etanol = ���������� ������������������
������������ ���������� ��������
������������ ������

= 36,692 ��������
24,996 ����

= 1,4679 gram/ml

e. Perhitungan Kerapatan Peluru Besi


Bobot pikno + peluru + air = 57,0423 gram
Bobot peluru = 0,441 gram _
Bobot pikno + air = 56,6013 gram
Bobot pikno kosong = 34,5421 gram _
Bobot air = 22,0592 gram

Bobot air yang ditumpahkan zat padat (peluru besi) = 24,9506 g – 22,0592 g =
2,8914 gram

Volume air yang tumpah = Volume zat padat = ����������


�����

�����
�����ℎ

��
�����

= 2,8914 ��������
0,9982 ��������/����

= 2,8967 ml

🡺 Kerapatan Peluru (zat padat) = ���������� ������ ����������


(������������)

������������ ������ ����������

= 2,8914 ��������
2,8967 ����

= 0,9982 gram/ml
f. Perhitungan Kerapatan Lilin
Bobot piknometer + peluru+ lilin+ air = 57, 9278 gram
Bobot + peluru + lilin = (0, 441g + 0,1052 g) _ Bobot piknometer
+ air = 57, 3816 gram
Bobot piknometer kososng = 34,5421 gram _
Bobot air = 22, 8395 gram

Bobot air yang ditumpahan = Bobot zat padat (campuran)


= 24, 9506 g – 22, 8395 g
= 2,111 gram

Volume yang ditumpahkan = Volume zat padat (campuran)

= 2,111 ��������
0,9982 ��������/����

= 2,114 ml

Volume air yang ditumpahkan lilin = volume zat padat – volume peluru besi =
2,114 ml – 2,8967ml
= – 0,7827 ml

🡺 Kerapatan lilin = ���������� ����������


������������ ����������

= 0,1052 ��������
− 0,7827 ����

= – 0,134 g/ml

g. Perhitungan Bobot Jenis


∙ Etanol
= �� ������������
�� ������

= 0,9002 ��������/����
0,9982 ��������/����

= 0,9018
∙ Aseton
= �� ������������
�� ������

= 0,787
��������
/����
0,9982
��������
/����

= 0,7884

∙ Kloroform
= �� ������������������
�� ������

= 1,4679
��������
/����
0,9982
��������
/����

= 1,47
F. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, alat yang digunakan untuk menentukan kerapatan dan
bobot jenis adalah piknometer. Adapun bahan-bahan yang akan dihitung kerapatan dan
bobot jenisnya adalah etanol, kloroform, aseton, peluru, dan paraffin (lilin). Suhu yang
digunakan pada praktikum kali ini yaitu 20℃. Tahap awal dari percobaan ini yaitu
menentukan bobot dan volume piknometer, caranya dengan menimbang piknometer
kosong dalam keadaan kering dan bersih. Setelah didapatkan bobot piknometer kosong
sebesar 34, 5421 gram kemudian ditimbang piknometer berisi air untuk mengetahui bobot
air. Setelah didapatkan bobot air, kemudian ditentukan volume piknometer. Volume
piknometer yang sudah ditentukan yaitu sebesar 24,996 ml kemudian digunakan untuk
mecari kerapatan dari bahan lain seperti etanol, aseton, kloroform, peluru, dan lilin.
Sebelum ditentukan kerapatan dan bobot jenisnya, bobot bahan-bahan tersebut harus
diketahui terlebih dahulu. Caranya dengan menghitung selisih dari bobot piknometer
ditambah bahan uji dan dikurangi bobot bahan uji itu sendiri. Dari percobaan ini
didapatkan bobot etanol sebesar 22,5002 gram, aseton sebesar 19,6766gram, kloroform
sebesar 36,692 gram, peluru besi sebesar 0,441 gram, bobot lilin 0,1052 gram. Setelah
bobot bahan-bahan tersebut diketahui kemudian ditentukan kerapatannya. Berikut data
kerapatan dari hasil percobaan dengan literature:

Nama Bahan Kerapatan dalam uji Kerapatan dalam


(g/ml) literature (g/ml)

Etanol 0,9002 0,7893

Aseton 0,787 0,784

Kloroform 1,4679 1,489

Peluru besi 0,9982 -


Lilin -0,134 -

(Rowe, 2006)
Dari data hasil kerapatan yang diperoleh pada saat percobaan menunjukkan
adanya sedikit perbedaan pada hasilnya yaitu pada etanol terjadi selisih nilai sebesar
0,1109, sedangkan pada aseton terjadi selisih sebesar 0,003, dan pada kloroform terjadi
selisih sebesar 0,0211. Sedangkan untuk kerapatan peluru besi dan lilin tidak
dibandingkan karena kedua bahan tersebut tidak memiliki standard pengukuran
kerapatan jelas, keduanya dapat menghasilkan kerapatan yang berbeda-beda tergantung
dengan bobotnya. Selisih nilai tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh factor
penimbangan dan kontaminasi zat (bahan) lain saat penimbangan. Akan tetapi meskipun
terdapat selisih nilai pada penentuan kerapatan bahan-bahan tersebut, urutan kerapatan
antara hasil percobaan
dengan literature adalah sama. Urutan kerapatan dari yang terbesar yaitu
kloroform>air>etanol>aseton. Artinya, kerapatan kloroform lebih besar dari bobot jenis
air, etanol, dan aseton. Sedangkan kerapatan etanol lebih kecil dari air tetapi lebih besar
dari aseton, dan kerapatan aseton lebih kecil dari air dan etanol pada suhu 20℃.

Bobot jenis dapat dihitung setelah diperoleh data kerapatan dari masing-masing
bahan. Berikut data bobot jenis dari hasil percobaan dengan hasil teoritis (literature):

Nama Bahan Bobot jenis dalam Bobot jenis secara


percobaan (g/ml) teoritis/literature (g/ml)

Etanol 0,9018 0,812-0,816

Aseton 0,7884 0,789

Kloroform 1,47 1,476-1,480

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1995)


Dari data di atas, terlihat bahwa terdapat selisih nilai antara bobot jenis percobaan
dengan bobot jenis secara teoritis sama halnya seperti kerapatan. Terdapat selisih bobot
jenis etanol sebesar 0,0898, selisih bobot jenis aseton sebesar 0,0006, dan selisih bobot
jenis kloroform sebesar 0,006. Adanya selisih nilai tersebut disebabkan oleh adanya
selisih nilai juga pada kerapatan. Dimana hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh
factor penimbangan maupun terkontaminasi oleh bahan lain. Akan tetapi meskipun
terdapat selisih nilai, urutan bobot jenis pada hasil percobaan sama dengan urutan dari
literature adalah sama. Urutan bobot jenis dari yang terbesar yaitu
kloroform>air>etanol>aseton. Artinya, bobot jenis kloroform lebih besar dari bobot jenis
air, etanol, dan aseton. Sedangkan bobot jenis etanol lebih kecil dari air tetapi lebih besar
dari aseton, dan bobot jenis aseton lebih kecil dari air dan etanol pada suhu 20℃.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerapatan dan bobot jenis antara hasil
percobaan dengan literatur kurang sesuai pada nilai (besarnya) dimungkinkan karena
faktor penimbangan dan kontaminasi bahan lain, akan tetapi sesuai pada urutan
(prinsip)nya.

Dalam melakukan pratikum penentuan kerpatan dan bobot jenis dari suatu zat,
terdapat kemungkinan adanya perbedaan mengenai nilai bobot jenis dan kerapatan zat
dari literatur dengan hasil coba (Januarti, tanpa tahun). Selain faktor human error seperti
kesalahan dalam penimbangan dan kesalahan dalam menggunakan piknometer, berikut
merupakan pemaparan dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai bobot jenis dan
kerapatan suatu zat :

a. Temperature
Pada suhu tinggi terdapat senyawa yang dapat menguap saat diukur berat
jenisnya, sehingga hal ini akan mempengaruhi nilai bobot jenisnya. Demikian pula
pada temperature yang rendah, terdapat senyawa yang menjadi mengembun atau
membeku sehingga kesulitan untuk mengukur bobot jenisnya. Sehingga proses
pengembunan atau pembekuan dan penguapan dapat mempengaruhi kerapatan dan
bobot jenis. Oleh karena itu percobaan sebaiknya dilakukan pada suhu ruang,
sehingga dapat meminimalisir terjadinya penguapan atau pengembunan guna
menjaga nilai bobot jenisnya.

b. Massa zat
Suatu zat atau senyawa yang memiliki massa yang relative besar, maka bobot
jenis dan kerapatannya jua akan semakin besar. Hal ini terjadi dikarenakan
keraptan berbanding lurus dengan massa suatu zat seperti pada rumus berikut :

������������������ =����������
������ (��������)
������������ ������ (����)
Sama halnya dengan kerapatan, bobot jenis juga berbanding lurus dengan
kanikan suatu massa zat atau senyawa. Hal ini sesuai dengan rumus berikut :

���������� ����������

=������������������ ������

������������������ ������

c. Volume zat
Semakin besar volume suatu zat, maka bobot jenisnya akan tergantung dari
massa zat itu sendiri. Dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta
kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.

d. Kekentalan atau viskositas


Kekentalan atau viskositas suatu zat atau senyawa juga dapat
mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini dapat dilihat melalui rumus :
�� = �� �� �� ����
Hal ini karena viskositas dari suatu zat berbanding lurus dengan bobot
jenis (d). Sehingga semakin besar viskositas dari suatu zat, amak akan semkain
besar pula nilai berat jenisnya.

Sehingga titik kritis dari percobaan ini diantaranya :


1. Massa zat – penimbangan massa zat harus dilakukan seteliti mungkin
karena berdampak secaralangsung dengan hasil perhitungan kerapatan dan
bobot jenis.
2. Volume zat – volume di dalam piknometer harus terisi penuh, jangan
sampai piknometer tidak terirsi full karena dpaat mempengaruhi secara
langsung kerapatannya.
3. Perubahan suhu – perubahan suhu suatu zat dapat berdampak mengurangi
volume zat di dalam pikometer akibat terjadi pengembunan atau
penguapan.
4. Kemurnian zat – suatu zat yang memiliki kemurnian yang tingi akan
memiliki hasil perhitungan yag lebih akurat.

G. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum tersebut adalah :
1) Kerapatan dan bobot jenis antara hasil percobaan dengan literatur kurang sesuai
pada nilai (besarnya), akan tetapi sesuai pada urutan (prinsip)nya.
2) Faktor yang mempengaruhi perbedaan hasil percobaan dengan literature yaitu :
∙ Adanya kontaminasi bahan
∙ Cara pengerjaan
∙ Kebersihan
∙ Penimbangan
∙ Perubahan suhu
3) Faktor yang mempengaruhi bobot jenis dan kerapatan suatu zat yaitu :
∙ Temperatur
∙ Massa zat
∙ Volume zat
∙ Viskositas atau kekentalan
Saran yang dapat diberikan dari percobaan tersebut adalah :
1. Memastikan bahwa piknometer yang digunakan benar-benar bersih dan kering. 2.
Berhati-hati ketika menutup piknometer menggunakan termometer agar tidak banyak
cairan yang terbuang sehingga tidak mempengaruhi perhitungan atau penimbangan.
3. Tidak terlalu sering memegang atau kontak langsung dengan piknometer,
sebaiknya menggunakan sarung tangan agar tidak ada residu yang menempel pada
piknometer dan mempengaruhi hasil penimbangan.
4. Teliti pada saat melihat dan menentukan hasil penimbangan yang tertera pada
neraca analitik ketika suhu zat cair tepat pada 20ºC, mengingat perubahan angka
pada neraca analitik cepat berubah seiring perubahan suhu yang terjadi pada
cairan.
5. Pada saat menunggu suhu tepat 20ºC, sebaiknya piknometer terus dibersihkan
permukaannya karena adanya embun akan mempengaruhi hasil penimbangan. 6. Pada
saat piknometer diangkat dari rendaman air es untuk ditimbang, pipa kapiler
piknometer harus segera ditutup agar zat etanol, aseton, dan kloroform tidak
menguap, karena akan mempengaruhi kerapatan maupun bobot jenisnya.

H. PUSTAKA
Januarti, Nana. Tanpa tahun. Penetapan Bobot Jenis dan Rrapat Jenis. Universitas
Hasanuddin.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Edisi
IV. Jakarta: Depkes RI.
Martin, A., 1993, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Gadjah Mada
University Press : Jogjakarta.
Petruci, R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Teori Modern. Jakarta : Erlangga Rowe, R.
2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients 5th Edition. Edisi 5. London: The
Parmaceuticals Press.
Rusda, M. 2013. Laporan Bobot Jenis Dan Kerapatan.
wordpress.com/2013/06/26/laporan-bobot-jenis-dan-kerapatan/
I. PERTANYAAN DISKUSI
1) Jelaskan perbedaan konsep antara kerapatan dan bobot jenis! Berikan contohnya dalam
bidang kefarmasian!
Jawab :
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan
volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25ºC). Rapat jenis (specific gravity) adalah
perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan
sebagai 25º/25º, 25º/4º, 4º/4º) (Martin, 1993). Kecuali dinyatakan lain dalam masing
masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali
dinyatakanlain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam
monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang
ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu
25ºC zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada
masing
masing monografi, dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 25ºC (FI iv).
Sehingga berdasarkan definisi tersebut, dapat diketahui bahwa kerapatan merupakan
suatu rasio yang dinyatakan dalam bentuk decimal, dari berat suatu zat terhadap berat
dari standar dalam volume yang sama dengan temperature yang telah diketahui. Air
digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan
air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah
didapat dan mudah dimurnikan (Januarti, tanpa tahun). Kerapatan berubah dengan
perubahan temperatur (dalam banyakkasus,kerapatan menurun dengan kenaikan
temperatur, karena hamper semuasubstansimengembang ketika dipanaskan).
Konsekuensinya, temperatur harusdicatat dengan nilai kerapatannya. Sebagai
tambahan, tekanan gas harusspesifik (Stoker, 1991).
Berbeda halnya dengan kerapatan, bobot jenis merupakan bilangan murni atau
tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus
yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 4ºC
atau temperatur lain yang telah ditentukan (Januarti, tanpa tahun).

������������������

=���������� ������ (��������)


������������ ������ (����)

���������� ����������

=������������������ ������
������������������ ������
Salah satu sifat fisika dari suatu obat yang dapat memberikan pengaruh
terhadap bioavaibilitasnya di dalam tubuh adalah bobot jenis dan kerapatan, bobot
jenis zat satu dengan lainnya. Selain itu kelarutan dari suatu senyawa juga bergantung
pada faktor temperature, sifat fisika kimia obat, Di bidang farmasi, berat jenis suatu
senyawa berhubungan dengan zat padat dan zat cair. Dengan mengetahui bobot jenis
suatu zat, maka kita dapat melakukan pemeriksaan identitas, konsentrasi dan
kemurnian senyawa aktif. Di samping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat,
maka akan mempermudah dalam memformulasi obat juga dapat menentukan apakah
suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.

2) Jelaskan pentingnya kita mengetahui kerapatan dan bobot jenis suatu zat dalam
aplikasinya di bidang kefarmasian!
Jawab :
∙ Dengan mengetahui kerapatan dan bobot jenis suatu bahan obat akan
memudahkan saat proses formulasi. Karena dengan mengetahui bobot jenis
dari suatu bahan obat farmasis dapat menentukan apakah bahan tersebut dapat
bercampur atau tidak dengan bahan lain (Rusda, 2013).
∙ Kerapatan dan bobot jenis dalam bidang farmasi juga digunakan untuk
menentukan kadar kemurnian dari suatu bahan. Kemurnian dalam proses
pembuatan obat sangatlah penting, hal tersebut dikarenakan kemurnian akan
berpengaruh pada efek farmakologis obat pada pasien. Selain itu, bahan-bahan
yang tidak murni atau terkontaminasi jika tetap digunakan akan berisko
terhadap keberhasilan sediaan yang dibuat, dan tentunya juga berbahaya bagi
pasien.

Anda mungkin juga menyukai