FARMASI FISIK
Disusun oleh :
Kelompok B1 – 1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB I
1. JUDUL
Uji Tegangan Permukaan
2. TUJUAN PRAKTIKUM
a. Memahami konsep tegangan permukaan
b. Menentukan dan mengukur tegangan permukaan zat tunggal
3. DASAR TEORI
Dalam kehidupan sehari-hari pasti kalian pernah melihat kapas dapat mengapung
di atas permukaan air atau setetes embun yang jatuh pada kaca rumah kita bila hujan dan
berbentuk bola?. Itu merupakan suatu ciri cairan dengan menunjukkan adanya perilaku
seperti lapisan yang memiliki tegangan yang biasa disebut fenomena tegangan
permukaan. Tegangan permukaan cairan banyak dimanfaatkan dalam hubungannya
dengan kemampuan cairan tersebut membasahi benda. Seperti contohnya detergen
sintesis modern didesain untuk meningkatkan kemampuan air dalam membasahi kotoran
yang melekat yang bisa dilakungan dengan menurunkan tegangan permukaan sehingga
hasil pakaian menjadi bersih. Konsep ini berlaku pada antiseptik lainnya, yang dalam
penerapannya harus membuat konsep supaya tegangan permukaannya rendah agar
memiliki daya bunuh kuman yang baik.
Tegangan antarmuka ini dalam farmasi biasanya digunakan dalam memengaruhi
faktor adsorbsi obat dalam bentuk sediaan padat, penetrasi molekul melalui membrane
biologi, penting pada sediaan emulsi dan stabilitasnya. Fenomena ini terjadi bila setiap
fase-fase dalam satu lingkungan, masih membawa sifat-sifat masing-masing fase itu
sendiri. Untuk lebih jelasnya berikut definisi antara tegangan muka dan tegangan
permukaan.
∙ Tegangan muka
Dapat diartikan sebagai suatu kemampuan atau kecenderungan zat cair
untuk selalu menuju ke keadaan yang luas permukaannya lebih kecil yaitu
permukaan datar bisa dikatakan juga suatu usaha untuk membentuk luas
permukaan baru. Tegangan muka sangat berguna untuk menghalangi terjadinya
ekspansi pada cairan dan mempunyaio dimensi gaya per unit panjang permukaan
(dyne/cm) atau tenaga per unit permukaan kuadrat (erg/����2). Penyebab
terjadinya tegangan muka karena permukaan zat cair cenderung menegang,
sehingga permukaannya tampak seperti selaput tipis. Hal ini dipengaruhi oleh
adanya gaya kohesi antara molekul air dimana molekul biasanya saling tarik
menarik. Dibagian dalam cairan, setiap molekul cairan dikelilingi oleh molekul
cairan di samping dan di bawah. Di bagian atas tidak ada molekul cairan lainnnya
karena molekul cairan tarik-menarik satu dengan yang lainnya, maka terdapat
gaya total yang besarnya nol pada molekul yang berada di bagian dalam cairan.
Sebaliknya molekul cairan yang terletak di permukaan di tarik oleh molekul
cairan yang berada di samping dan bawahnya. Akibatnya, gaya totalnya
cenedrung mengarah ke bawah, maka cairan yang terletak di permukaan
cenderung memperkecil luas permukaannya dengan menyusut sekuat mungkin.
Hal ini yang menyebabkan lapisan cairan pada permukaan seolaholah tertutup
oleh selaput tipis yang elastis. Beberapa macam metode yang digunakandalam
pengukuran tegangan muka yaitu :
- Metode cincin de-Nouy
Prinsip kerja alat ini yaitu bahwa tegangan permukaan atau tegangan
antar muka sebanding dengan gaya yang dibutuhkan dalam melepaskan cincin
yang tercelup pada zat cair.
∙ Tegangan antarmuka
Tegangan antar muka didefinisikan sebagai gaya per satuan panjang yang
terjadi pada antar muka dengan fase cair yang tidak dapat tercampur. Sama seperti
tegangan muka, satuan dari tegangan antar muka yaitu dyne/cm. Tegangan
antarmuka menjadi penting, ketika pembahasannya menyangkut sistem emulsi.
Prinsip dari tegangan antar muka bila terdapat dua cairan yang memiliki
perbedaan polaritas dan akan menunjukan seberapa besar kekuatan tarik antar
molekul yang berbeda dari dua fasa cairan tersebut. Maka dari itu gaya adesi
antara dua fase cair yang berbeda membentuk antar muka lebih besar
dibandingkan dengan gaya adesi antara fase cair dan fase gas yang membentuk
antar muka. Sehingga bila terdapat dua macam zat cair yang tercampur
sempurnamaka tidak akan ada tegangan antar muka diantara zat cair tersebut.
4. PERCOBAAN
a. Bahan
- Aquades
- Larutan natrium lauril sulfat dalam berbagai kadar
- Paraffin cair
b. Alat
- Beaker glass
- Pipa kapiler berskala
c. Cara Kerja
Penentuan tegangan muka dilakukan dengan menggunakan metode kenaikan cairan pada
pipa kapiler :
Disiapkan kapiler berskala dan pastikan bahwa pipa kapiler bersih dari kotoran
atau cairan lain
Dibandingkan kenaikan cairan pada larutan natrium lauril sulfat pada kadar
yang berbeda-beda
5. DATA DAN PERHITUNGAN
Nama Zat Kerapatan Tinggi kenaikan Tegangan muka
Cair (gram/cm3) (dyne/cm)
Klp
∙ 0,01 %
71,97
4,2 . 1
��=
3,4 . 0,996
4,2 x = 243,25
x = 57,91 dyne/cm
∙ 0,05 %
71,97
4,2 . 1
��=
4,2 . 0,994
4,2 x = 300,1
x = 71,45 dyne/cm
∙ 0,1 %
71,97
4,2 . 1
��=
3,2 . 1,01
4,2 x = 232,4
x = 55,33 dyne/cm
Parafin cair
71,97
4,2 . 1
��=
3,0 . 0,87
4,2 x =187,8
x = 44,72 dyne/cm
6. PEMBAHASAN
Setelah melakukan praktikum, didapatkan hasil pecobaan pada suhu 25OC dengan
nilai tegangan permukaan pada masing-masing larutan sebesar 71,97 dyne/cm pada air;
57,91 dyne/cm pada larutan natrium lauril sulfat 0,01%; 71,45 dyne/cm pada larutan
natrium lauril sulfat 0,05%; 55,33 dyne/cm pada larutan natrium lauril sulfat 0,1%; dan
44,72 dyne/cm pada parafin cair. Dari literatur diketahui bahwa air > larutan natrium
lauril sulfat > parafin cair. Diketahui juga bahwa semakin besar kerapatan suatu larutan
maka semakin besar pula tegangan permukaan. Tetapi pada konsentrasi tinggi tegangan
permukaannya semakin kecil karena memiliki perbandingan tebalik. Hasil dari praktikum
ini memiliki urutan tegangan permukaan air > larutan natrium lauril sulfat 0.05% >
larutan natrium lauril sulfat 0,01% > larutan natrium lauril sulfat 0,1% > Parafin cair.
Dalam praktikum ini disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dengan literatur yaitu
pada konsentrasi yang dimiliki oleh larutan Na lauril sulfat 0,05% lebih besar tegangan
permukaannya daripada larutan Na lauril sulfat 0,01%. Seharusnya larutan Na lauril sulfat
0,05% lebih kecil daripada larutan Na lauril sulfat 0,01%. Hal ini terjadi karena tinggi
kenaikan pipa kapiler larutan Na lauril sulfat 0,05% lebih tinggi daripada larutan Na lauril
sulfat 0,01%, ini bisa terjadi saat kenaikan pipa kapiler masuk ke cairan dengan posisi
tidak tegak lurus sehingga berpengaruh pada hasilnya. Tetapi data tegangan permukaan
yang lain sesuai dengan literatur karena tegangan permukaan tertinggi dimiliki oleh air
dan nilai terendah dimiliki oleh parafin cair.
Titik kritis yang dapat mempengaruhi hasil percobaan tegangan permukaan
diantaranya yaitu :
o Kebersihan pipa kapiler dari kontaminasi zat larutan lain. Jika terkontaminasi zat
akan memberikan tinggi kenaikan pipa tidak sesuai, karena yang terbaca adalah
tinggi cairan yang tercampur atau 2 permukaan.
o Pengukuran tinggi kenaikan pipa kapiler harus tegak lurus, apabila miring akan
terganggu saat cairan masuk/naik sehingga data tidak valid.
o Keseragaman diameter pipa kapiler harus sama, jika tidak akan berpengaruh pada
hasil pengukuran.
o Penentuan tinggi kenaikan pipa kapiler harus dilakukan pada saat cairan tidak
memberikan penambahan tinggi lagi (konstan).
o Adanya gelembung udara yang mengisi pipa kapiler sehingga data tidak akurat. o
Praktikan kurang teliti membaca skala pada pipa kapiler dan kurang tepat konsentrasi
yang dibuat.
b. Saran
Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat praktikum, adalah :
o Nilai kerapatan senyawa/larutan, semakin besar molekul maka semakin besar
kerapatannya.
o Suhu percobaan semakin tinggi suhu maka tegangan permukaan turun. o Posisi
pipa kapiler harus tegak lurus karena apabila miring akan mempengaruhi
kenaikan larutan semakin tinggi.
o Diameter pipa kapiler kecil maka kenaikannya lebih cepat.
o Konsentrasi semakin besar makan kerapatan semakin besar pula.
o Adanya zat pengotor yang membuat cairan susah masuk ke pipa kapiler.
8. DAFTAR PUSTAKA
Farmasetika, M., P. M. Farmasi, F. Farmasi, dan U. Padjadjaran. 2017. Perlukah kita
menggunakan obat kumur? 2(4):14–17.
Juliyanto, E., J. Rofingah, A. F. Sejati, dan F. N. Hakim. Tanpa tahun. Menentukan
Tegangan. 176–186.
Juliyanto, Eko , Janatur Rofingah ,dkk. 2016. Menentukan Tegangan Permukaan Zat
Cair. Jurnal Kajian Pendidikan Sains.
Sinala, Santi. 2016. Farmasi Fisik : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Badan
Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Syamsu dkk. 2007. Kajian ketahanan Surfaktan Metil Ester Sulfonat (Mes) Sebagai Oil
Well Stimulation Agent Terhadap Aktivitas Bakteri Di Lingkungan Minyak Bumi.
Jurnal Tekhnologi Pertanian.
9. PERTANYAAN DISKUSI
1) Jelaskan perbedaan konsep antara tegangan permukaan dengan tegangan antar muka!
Berikan contohnya dalam bidang kefarmasian!
Jawab :
Tegangan permukaan adalah gaya yang terjadi pada permukaan suatu cairan
yang menghalangi ekspansi cairan tersebut. Hal tersebut terjadi karena pada
permukaan, gaya adhesi (antara cairan dan udara) lebih kecil dari pada gaya kohesi
antara molekul cairan sehingga menyebabkan terjadinya gaya kedalam pada
permukaan cairan. Sedangkan tegangan antar muka adalah tegangan yang diukur pada
bidang batas dua cairan yang saling tidak bisa dicampur. Tegangan antar muka selalu
lebih kecil dari pada tegangan permukaan karena gaya adhesi antara dua cairan tidak
bercampur lebih besar dari pada adhesi antara cairan dan udara.
Contoh dalam bidang kefarmasian :
o Tegangan permukaan juga penting dalam pemrosesan formulasi farmas
o Adsorpsi obat pada eksipien dalam sediaan.
o Penitrasi molekul dalam membran biologis.
o Pembuatan suspensi.
o Pembentukan dan stabilan emulsi.
2) Jelaskan manfaat nilai tegangan permukaan di bidang farmasi! Faktor-faktor apa
sajakah yang mempengaruhi tegangan permukaan suatu zat! Dan jelaskan bagaimana
pengaruhnya!
Jawab :
a) Manfaat tegangan permukaan di bidang farmasi yaitu, penggunaan surfaktan
dalam sediaan suspensi. Surfaktan dapat menurunkan tegangan pemukaan,
contohnya dalam pembuatan obat kumur. Pembuatan obat kumur surfaktan
mempunyai aktifitas permukaan sehingga dapat menurunkan tegangan
permukaan antara udara-cairan dan cairan-cairan yang terdapat dalam suatu
senyawa (Farmasetika dkk., 2017) .
b) Faktor-faktor mempengaruhi tegangan permukaan, sebagai berikut (Juliyanto
dkk., tanpa tahun) :
⮚ Suhu
Tegangan permukaan menurun dengan meningkatnya suhu,
karena meningkatnya energi kinetik molekul. Pada umumnya nilai
tegangan permukaan zat cair berkurang dengan adanya kenaikan suhu.
⮚ Surfaktan
Surfaktan (surface active agents), zat yang dapat mengaktifkan
permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi pada permukaan
atau antar muka. Surfaktan mempunyai orientasi yang jelas sehingga
cenderung pada rantai lurus. Sabun merupakan salah satu contoh dari
surfaktan.
⮚ Jenis Cairan
Pada umumnya cairan yang memiliki gaya tarik antara
molekulnya besar, seperti air, maka tegangan permukaannya juga
besar. Sebaliknya pada cairan seperti bensin karena gaya tarik antara
molekulnya kecil, maka tegangan permukaannya juga kecil.
A. JUDUL
Uji Kerapatan dan Bobot Jenis
B. TUJUAN
a. Memahami konsep kerapatan dan bobot jenis
b. Menentukan kerapatan dan bobot jenis
C. DASAR TEORI
a. Kerapatan atau Densitas
Kerapatan atau densitas adalah massa per limit volume. Satuan umumnya
adalah kg per m3atau ungkapan yang umum gram per cm3atau gram per ml.
Kerapatan berubah dengan adanya perubahan temperatur. Kerapatan menurun
dengan adanya kenaikan temperatur, karena hampir semua substansi mengembang
ketika dipanaskan. Dalam sistem Metrik kerapatan diukur dengan satuan gram per
ml atau gram per cm3.
Kerapatan diperoleh dengan cara membagi massa suatu objek dengan
volumenya.
�� =���������� (��������)
������������ (����)
Kerapatan air adalah 1,0 g/ml pada suhu 4ºC. Sistem perhitungan untuk
kerapatan larutan didasari pada nilai ini. Untuk menghitung kerapatan suatu
larutan umumnya larutan itu dibandingkan dengan air. Hal ini memudahkan
untuk melihat apakah suatu larutan akan bercampur atau tidak, karena dua
larutan dengan kerapatan yang sangat berbeda biasanya tidak dapat bercampur.
Terdapat pengecualian, dimana larutan ionik seperti larutan garam akan larut
dalam air karena keduanya bersifat polar. Minyak yang non polar tidak dapat
larut dalam air meskipun kerapatan keduanya tidak jauh berbeda. Keduanya
gagal dicampur kan lebih disebabkan oleh sifat tersebut dibanding dengan
kerapatannya. Contoh kerapatan merkuri (13,5 g/ml) dan air (1,o g/ml) relatif
berbeda. Perbedaan kerapatan relatif ini menyebabkan merkuri terbenam di
dasar wadah yang berisi air. Kerapatan relatif adalah rasio dari kerapatan
sampel pada suhu 20ºC dibagi dengan kerapatan air pada 4ºC.
b. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah konstanta atau tetapan bahan yang bergantung pada
suhu untuk padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai
hubungan dari massa Suatu bahan terhadap volumenya. Bobot jenis merupakan
suatu karakteristik bahan yang penting digunakan untuk pengujian identitas dan
kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu terutama dari cairan dan zat-zat
yang bersifat seperti malam.
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa
dimensi yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang
cocok.
�� =�� ������
�� ������
Bobot jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe
piknometer, neraca Mohr-Westphal, hidrometer dan alat-alat lainnya. Cara
penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis,
karena dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurniaan dari
suatu sediaan khususnya yang berbentuk larutan.
Air digunakan untuk standar zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk
gas. Dalam bidang Farmasi perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan
zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah didapat dan dapat dimurnikan. Disamping itu dengan mengetahui
bobot jenis suatu zat maka akan mempermudah dalam formulasi obat karena
dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat
dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.
D. PERCOBAAN
a. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini meliputi :
- Alkohol - Aquades
- Aseton - Parafin atau lilin
- Kloroform - Air es
b. Alat
Alat yang digunakan dalma praktikum ini meliputi :
- Piknometer - Pemberat logam
- Timbangan analitik - Gelas ukur
- Beaker glass
c. Cara Kerja
Penentuan Kerapatan
Penentuan kerapatan dilakukan dengan menggunakan alat piknometer.
Tahap pertama yang dilakukan adalah penentuan volume piknometer pada suhu
percobaan (20º) :
Diisi piknometer dengan air hingga penuh, lalu direndam dalam air es,
sehingga suhunya kira-kira 2ºC di bbawah suhu percobaan
Piknometer ditutup, pipa kapilernya dibiarkan terbuka dan suhu dibiarkan naik
sampai dengan suhu percobaan, lalu pipa kapiler piknometer ditutup
Dilihat dalam literatur, berapakah kerapatan air pada suhu percobaan dan
digunakan untuk menghitung volume air = volume piknometer
Cara perhitungan :
Misal : Bobot piknometer + air = a + b gram
Bobot piknometer kosong = a gram
Bobot air = b gram
Dari literatur dapat diketahui kerapatan air pada suhu percobaan, sehingga
dapat dihitung :
Volume piknometer = Volume air =�� ��������
�� ������ ��������/����
= V pikno ml
�� ���������� ��������/����
Dimasukkan zat padat tersebut ke dalam piknometer yang sama, lalu diisi
penuh dengan zat cair
Perhitungan :
Bobot piknometer + zat padat + air = d gram
Bobot zat padat = x gram
Bobot piknometer + air = (d-x) gram
Bobot air = (d-x)-a gram
Bobot air yang ditumpahkan oleh adanya zat padat
= (b - (d - x - a)) gram
= (b - d + x + a) gram
Volume air yang ditumpahkan = volume zat padat
=�� −��+ ��+�� ��������
�� ������ ��������/����
=�� −�� + �� + ��
�� ������ ����
Perhitungan :
Bobot piknometer + zat padat + air = E gram
Bobot zat padat (mis. Besi + Lilin) = X gram
Bobot piknometer + air = (e - x) gram
Bobot air = (e - x) - a) gram
�� ������
= V zat y
Kerapatan zat padat (�� zat y) =�� ��������
�� ������ �� ����
Penentuan Bobot Jenis
Secara definitif, dalam percobaan ini dilakukan dengan pengolahan
data yang ada dalam literatur (data standard).
= 24,9506 ��������
0,9982 ��������/����
= 24,996 ml
= 22,5002 ��������
24,996 ����
= 0,9002 gram/ml
= 19,6766
24,996
= 0,787 gram/ml
d. Perhitungan Kerapatan Kloroform
Bobot pikno + Kloroform = 71,2341 gram
Bobot pikno kosong = 34,5421 gram _
Bobot etanol = 36,692 gram
🡺 Kerapatan etanol = ���������� ������������������
������������ ���������� ��������
������������ ������
= 36,692 ��������
24,996 ����
= 1,4679 gram/ml
Bobot air yang ditumpahkan zat padat (peluru besi) = 24,9506 g – 22,0592 g =
2,8914 gram
��
�����
�
= 2,8914 ��������
0,9982 ��������/����
= 2,8967 ml
= 2,8914 ��������
2,8967 ����
= 0,9982 gram/ml
f. Perhitungan Kerapatan Lilin
Bobot piknometer + peluru+ lilin+ air = 57, 9278 gram
Bobot + peluru + lilin = (0, 441g + 0,1052 g) _ Bobot piknometer
+ air = 57, 3816 gram
Bobot piknometer kososng = 34,5421 gram _
Bobot air = 22, 8395 gram
= 2,111 ��������
0,9982 ��������/����
= 2,114 ml
Volume air yang ditumpahkan lilin = volume zat padat – volume peluru besi =
2,114 ml – 2,8967ml
= – 0,7827 ml
= 0,1052 ��������
− 0,7827 ����
= – 0,134 g/ml
= 0,9002 ��������/����
0,9982 ��������/����
= 0,9018
∙ Aseton
= �� ������������
�� ������
= 0,787
��������
/����
0,9982
��������
/����
= 0,7884
∙ Kloroform
= �� ������������������
�� ������
= 1,4679
��������
/����
0,9982
��������
/����
= 1,47
F. PEMBAHASAN
Pada percobaan kali ini, alat yang digunakan untuk menentukan kerapatan dan
bobot jenis adalah piknometer. Adapun bahan-bahan yang akan dihitung kerapatan dan
bobot jenisnya adalah etanol, kloroform, aseton, peluru, dan paraffin (lilin). Suhu yang
digunakan pada praktikum kali ini yaitu 20℃. Tahap awal dari percobaan ini yaitu
menentukan bobot dan volume piknometer, caranya dengan menimbang piknometer
kosong dalam keadaan kering dan bersih. Setelah didapatkan bobot piknometer kosong
sebesar 34, 5421 gram kemudian ditimbang piknometer berisi air untuk mengetahui bobot
air. Setelah didapatkan bobot air, kemudian ditentukan volume piknometer. Volume
piknometer yang sudah ditentukan yaitu sebesar 24,996 ml kemudian digunakan untuk
mecari kerapatan dari bahan lain seperti etanol, aseton, kloroform, peluru, dan lilin.
Sebelum ditentukan kerapatan dan bobot jenisnya, bobot bahan-bahan tersebut harus
diketahui terlebih dahulu. Caranya dengan menghitung selisih dari bobot piknometer
ditambah bahan uji dan dikurangi bobot bahan uji itu sendiri. Dari percobaan ini
didapatkan bobot etanol sebesar 22,5002 gram, aseton sebesar 19,6766gram, kloroform
sebesar 36,692 gram, peluru besi sebesar 0,441 gram, bobot lilin 0,1052 gram. Setelah
bobot bahan-bahan tersebut diketahui kemudian ditentukan kerapatannya. Berikut data
kerapatan dari hasil percobaan dengan literature:
(Rowe, 2006)
Dari data hasil kerapatan yang diperoleh pada saat percobaan menunjukkan
adanya sedikit perbedaan pada hasilnya yaitu pada etanol terjadi selisih nilai sebesar
0,1109, sedangkan pada aseton terjadi selisih sebesar 0,003, dan pada kloroform terjadi
selisih sebesar 0,0211. Sedangkan untuk kerapatan peluru besi dan lilin tidak
dibandingkan karena kedua bahan tersebut tidak memiliki standard pengukuran
kerapatan jelas, keduanya dapat menghasilkan kerapatan yang berbeda-beda tergantung
dengan bobotnya. Selisih nilai tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh factor
penimbangan dan kontaminasi zat (bahan) lain saat penimbangan. Akan tetapi meskipun
terdapat selisih nilai pada penentuan kerapatan bahan-bahan tersebut, urutan kerapatan
antara hasil percobaan
dengan literature adalah sama. Urutan kerapatan dari yang terbesar yaitu
kloroform>air>etanol>aseton. Artinya, kerapatan kloroform lebih besar dari bobot jenis
air, etanol, dan aseton. Sedangkan kerapatan etanol lebih kecil dari air tetapi lebih besar
dari aseton, dan kerapatan aseton lebih kecil dari air dan etanol pada suhu 20℃.
Bobot jenis dapat dihitung setelah diperoleh data kerapatan dari masing-masing
bahan. Berikut data bobot jenis dari hasil percobaan dengan hasil teoritis (literature):
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kerapatan dan bobot jenis antara hasil
percobaan dengan literatur kurang sesuai pada nilai (besarnya) dimungkinkan karena
faktor penimbangan dan kontaminasi bahan lain, akan tetapi sesuai pada urutan
(prinsip)nya.
Dalam melakukan pratikum penentuan kerpatan dan bobot jenis dari suatu zat,
terdapat kemungkinan adanya perbedaan mengenai nilai bobot jenis dan kerapatan zat
dari literatur dengan hasil coba (Januarti, tanpa tahun). Selain faktor human error seperti
kesalahan dalam penimbangan dan kesalahan dalam menggunakan piknometer, berikut
merupakan pemaparan dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi nilai bobot jenis dan
kerapatan suatu zat :
a. Temperature
Pada suhu tinggi terdapat senyawa yang dapat menguap saat diukur berat
jenisnya, sehingga hal ini akan mempengaruhi nilai bobot jenisnya. Demikian pula
pada temperature yang rendah, terdapat senyawa yang menjadi mengembun atau
membeku sehingga kesulitan untuk mengukur bobot jenisnya. Sehingga proses
pengembunan atau pembekuan dan penguapan dapat mempengaruhi kerapatan dan
bobot jenis. Oleh karena itu percobaan sebaiknya dilakukan pada suhu ruang,
sehingga dapat meminimalisir terjadinya penguapan atau pengembunan guna
menjaga nilai bobot jenisnya.
b. Massa zat
Suatu zat atau senyawa yang memiliki massa yang relative besar, maka bobot
jenis dan kerapatannya jua akan semakin besar. Hal ini terjadi dikarenakan
keraptan berbanding lurus dengan massa suatu zat seperti pada rumus berikut :
������������������ =����������
������ (��������)
������������ ������ (����)
Sama halnya dengan kerapatan, bobot jenis juga berbanding lurus dengan
kanikan suatu massa zat atau senyawa. Hal ini sesuai dengan rumus berikut :
���������� ����������
=������������������ ������
������������������ ������
c. Volume zat
Semakin besar volume suatu zat, maka bobot jenisnya akan tergantung dari
massa zat itu sendiri. Dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta
kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
H. PUSTAKA
Januarti, Nana. Tanpa tahun. Penetapan Bobot Jenis dan Rrapat Jenis. Universitas
Hasanuddin.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Edisi
IV. Jakarta: Depkes RI.
Martin, A., 1993, Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Gadjah Mada
University Press : Jogjakarta.
Petruci, R. H. 1999. Kimia Dasar Prinsip dan Teori Modern. Jakarta : Erlangga Rowe, R.
2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients 5th Edition. Edisi 5. London: The
Parmaceuticals Press.
Rusda, M. 2013. Laporan Bobot Jenis Dan Kerapatan.
wordpress.com/2013/06/26/laporan-bobot-jenis-dan-kerapatan/
I. PERTANYAAN DISKUSI
1) Jelaskan perbedaan konsep antara kerapatan dan bobot jenis! Berikan contohnya dalam
bidang kefarmasian!
Jawab :
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan
volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25ºC). Rapat jenis (specific gravity) adalah
perbandingan antara bobot jenis suatu zat pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan
sebagai 25º/25º, 25º/4º, 4º/4º) (Martin, 1993). Kecuali dinyatakan lain dalam masing
masing monografi, penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan, dan kecuali
dinyatakanlain, didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu 250
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam
monografi, bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang
ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu
25ºC zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada
masing
masing monografi, dan mengacu pada air yang tetap pada suhu 25ºC (FI iv).
Sehingga berdasarkan definisi tersebut, dapat diketahui bahwa kerapatan merupakan
suatu rasio yang dinyatakan dalam bentuk decimal, dari berat suatu zat terhadap berat
dari standar dalam volume yang sama dengan temperature yang telah diketahui. Air
digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan
air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah
didapat dan mudah dimurnikan (Januarti, tanpa tahun). Kerapatan berubah dengan
perubahan temperatur (dalam banyakkasus,kerapatan menurun dengan kenaikan
temperatur, karena hamper semuasubstansimengembang ketika dipanaskan).
Konsekuensinya, temperatur harusdicatat dengan nilai kerapatannya. Sebagai
tambahan, tekanan gas harusspesifik (Stoker, 1991).
Berbeda halnya dengan kerapatan, bobot jenis merupakan bilangan murni atau
tanpa dimensi, yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus
yang cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air pada suhu 4ºC
atau temperatur lain yang telah ditentukan (Januarti, tanpa tahun).
������������������
���������� ����������
=������������������ ������
������������������ ������
Salah satu sifat fisika dari suatu obat yang dapat memberikan pengaruh
terhadap bioavaibilitasnya di dalam tubuh adalah bobot jenis dan kerapatan, bobot
jenis zat satu dengan lainnya. Selain itu kelarutan dari suatu senyawa juga bergantung
pada faktor temperature, sifat fisika kimia obat, Di bidang farmasi, berat jenis suatu
senyawa berhubungan dengan zat padat dan zat cair. Dengan mengetahui bobot jenis
suatu zat, maka kita dapat melakukan pemeriksaan identitas, konsentrasi dan
kemurnian senyawa aktif. Di samping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat,
maka akan mempermudah dalam memformulasi obat juga dapat menentukan apakah
suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya.
2) Jelaskan pentingnya kita mengetahui kerapatan dan bobot jenis suatu zat dalam
aplikasinya di bidang kefarmasian!
Jawab :
∙ Dengan mengetahui kerapatan dan bobot jenis suatu bahan obat akan
memudahkan saat proses formulasi. Karena dengan mengetahui bobot jenis
dari suatu bahan obat farmasis dapat menentukan apakah bahan tersebut dapat
bercampur atau tidak dengan bahan lain (Rusda, 2013).
∙ Kerapatan dan bobot jenis dalam bidang farmasi juga digunakan untuk
menentukan kadar kemurnian dari suatu bahan. Kemurnian dalam proses
pembuatan obat sangatlah penting, hal tersebut dikarenakan kemurnian akan
berpengaruh pada efek farmakologis obat pada pasien. Selain itu, bahan-bahan
yang tidak murni atau terkontaminasi jika tetap digunakan akan berisko
terhadap keberhasilan sediaan yang dibuat, dan tentunya juga berbahaya bagi
pasien.