Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KESETIMBANGAN KIMIA

VOLUME MOLAL PARSIAL

Oleh :
Nama : Anisatul Afifah S.
NIM : 171810301051
Kelompok :3
Nama Asisten : Nurul Hidayati

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Volume molar parsial adalah peranan pada volume dari satu komponen dalam sample
terhadap volume total. Volum molar parsial komponen suatu campurn berubah-ubah
tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya berubah dari a murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan
perubahan gaya-gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghsilkan variasi sifat
termodinamika campuran jika komposisinya berubah. Salah satu sifat-sifat parsial yang ada
yakni sifat molal parsial yang lebih mudah digambarkan dengan volume molal parsial, yaitu
konstribusi pada volume dari satu komponen dalam sampel terhadap volume total (Dogra,
1990).

Volume molal parsial biasanya digunakan dalam menentukan tekanan uap campuran.
Selain itu dalam mencampurkan suatu zat tertentu dengan zat lain dalam temperatur tertentu,
kita juga harus mengetahui volume molal parsial dari zat-zat tersebut. Jadi, sangatlah penting
untuk mengetahui volume molal parsial komponen larutan. Volume molal parsial suatu zat
dapat dilakukan dengan melakukan percobaan menentukan volum molal parsial pada NaCl
menggunakan piknometer dengan memanfaatkan data kerapatan suatu zat.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan percobaan untuk menentukan


volume molar parsial natrium klorida (NaCl) sebagai fungsi konsentrasi dengan mengukur
densitas larutan menggunakan piknometer.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam praktikum kali ini, yaitu :
1. Bagaimana cara menetukan volum molal parsial komponen dalam larutan ?

1.3 Tujuan
Tujuan percobaan praktikum kali ini, antara lain :
1. Menentukan volum molal parsial komponen dalam larutan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades (H2O)
Akuades memiliki wujud cair, tidak memiliki bau, rasa, dan warna. Akuades
merupakan senyawa netral denga titik didih sebesar 100oC. Tekanan uap akuades sebesar
2,3 kPa dengan densitas uap sebesar 0,62 gram/cm3. Akuades merupakan produk yang tidak
berbahaya. Akuades tidak bersifat korosif, tidak iritatif dan tidak permeator (Sciencelab,
2019).
2.2.2 Natrium Klorida (NaCl)
Natrium klorida merupakan senyawa kimia dengan tidak berwarna, berwujud kristal
putih dengan berat molekul 58,44 gram/mol. Titik leleh NaCl yaitu 801oC dan titik didihnya
1465oC. Natrium Klorida berbahaya apabila terjadi kontak mata. Penanganan yang harus
dilakukan yaitu membasuh mata dalam keadaan terbuka dengan air mengalir selama 15
menit, dan segera hubungi dokter (Sciencelab, 2019).

2.2 Dasar Teori


Sifat ekstensif dari suatu campuran dapat dipertimbangkan sebagai fungsi dari suhu,
tekanan, jumlah mol pelarut-zat terlarut, dimana hal tersebut merupakan sifat molar parsial.
Nilai molar parsial saling berhubungan satu sama lain sebagai nilai total. Fungsi volume,
entropi, dan entalpi merupakan sifat intensif yang memiliki nilai yang sama dimanapun di
dalam sistem yang berada dalam keseimbangan. Pengenceran yaitu teknik mencampur
larutan pekat atau larutan berkonsentrasi tinggi dengan cara menambahkan pelarut agar
diperoleh volume akhir yang lebih besar. Definisi lain, pengenceran diartikan pencampuran
yang bersifat homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya
lebih sedikit didalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya
lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven. Jadi,
pengenceran merupakan suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu senyawa dengan
jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, umumnya menggunakan aquades dalam
jumlah tertentu (Sukardjo, 2003).

Densitas (rapatan) adalah perbandingan massa terhadap volume. Massa dan volume
adalah sifat ekstensif. Sifat ekstensif (extensive property) bergantung pada kuantitas materi
yang diamati. Sifat intensif (intensive property) tidak bergantung pada banyaknya materi
yang diamati. Densitas air murni pada 25 (massa/volume) memiliki nilai yang khas, apakah
sampel mengisi gelas piala kecil (massa kecil/volume kecil) atau kolam renang (massa
besar/volume besar). Kerapatan air berubah dengan berubahnya temperatur. Satuan yang
biasa dijumpai untuk volume adalah liter. Kerapatan air dalam satuan liter adalah 1,00 kg/L.
Kerapatan suatu benda apabila lebih besar dari kerapatan air, maka benda akan tenggelam
dalam air. Kerapatan benda lebih kecil, benda akan mengapung. Berat jenis adalah bilangan
tak berdimensi yang sama dengan besarnya kerapatan ini bila dinyatakan dalam gram per
centimeter kubik (atau dalam kilogram per liter). Berat jenis suatu zat dapat diperoleh dengan
membagi kerapatannya dengan 103 kg/m3 (Tipler, 1998).

Molalitas adalah jumlah mol zat terlarut per satuan massa pelarut, sedangkan
molaritas merupakan jumlah mol zat terlarut per satuan volume. Jumlah tersebut diukur dari
segi molelitas zat terlarut. Volume larutan akan mengalami penambahan seiring adanya
penambahan pelarut dalam larutan. Perbedaan penting antara konsentrasi molar dan
molalitas adalah dalam hal volume larutan. Molalitas didefinisikan sebagai massa pelarut.
Perbedaan yang perlu diingat adalah bahwa konsentrasi molar bervariasi. Larutan encer
dalam air nilai numerik dari molaritas dan konsentrasi molar sangat sedikit dan memilik
massa mendekati 1kg, sedangkan untuk larutan air terkonsentrasi dan untuk semua larutan
dengan kerapatan yang berbeda dari 1g.mL (Monk, 2004)

Volum molar parsial adalah kontribusi pada volum dari satu komponen dalam sampel
terhadap volum total. Volum molar parsial komponen suatu campuran berubah – ubah
tergantung pada komposisi, karena lingkungan setiap jenis molekul berubah jika
komposisinya berubah dari murni ke b murni. Perubahan lingkungan molekuler dan
perubahan gaya yang bekerja antara molekul inilah yang menghasilkan variasi sifat
termodinamika campuran jika komposisinya berubah. Volume molar parsial adalah besaran
termodinamika yang berisi informasi penting tentang adanya interaksi zat terlarut dan zat
pelarut serta strukturr zat terlarutdalam larutan. Volume molar parsial mempunyai kualitas
penting dalam analisis efek tekanan pada reaksi kimia. Perkembangan teori molekul volume
molar parsial terutama model teori interaksi referensi cairan molekul danversi tiga dimensi
generalisasi yang dikombinasikan dengan teori Kirkwood-Buff untuk menghitung volume
molal parsial. ( Atkins,1993).

Sifat-sifat termodinamik molal parsial utama ada 3, yaitu: volume molal parsial dari
komponen-komponen dalam larutan, entalpi molal parsial, dan energi bebas molal parsial.
Sifat molal parsial dari suatu komponen dalam suatu larutan dan sifat molal untuk senyawa
murni adalah sama jika larutan tersebut ideal. Secara matematik sifat molal parsial
didefinisikan dimana Ji merupakan sifat molal parsial dari komponen ke-i.secara fisik Ji
berarti kenaikan dalam besaran termodinamik J yang diamati bila satu mol senyawa i
ditambahkan ke suatu sistem yang besar sehingga komposisinya tetap konstan. Pada
temperatur dan tekanan konstan, persamaan dapat ditulis sebagai

dJ = V1dn1 + V2dn2 + ... ...................(2.1)

...............................(2.2)

Arti fisik dari integrasi ini adalah bahwa ke suatu larutan yang komposisinya tetap, suatu
komponen n1, n2, …, ni (yang komposisinya juga mirip dengan larutan tuanya) ditambahkan
lebih lanjut, sehingga komposisi relative dari tiap-tiap jenis tetap konstan Faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan volume molar parsial adalah adanya perbedaan antara gaya
intermolekular pada larutan dan pada komponen murni penyusun larutan tersebut, dan
adanya perbedaan antara bentuk dan ukuran molekul suatu larutan dan pada komponen
murni penyusun larutan tersebut. (Dogra,1990).

Perhitungan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu metode grafik dan metode
analitik. Metode grafik, nilai J diplot sebagai suatu fungsi komposisi larutan dengan menjaga
semua komposisi komponen lain tetap kecuali satu. Jika plot ini linear, kemiringan garis
tersebut akan menjadi besaran molal parsial dari komponen itu. Ini juga memperlihatkan
bahwa sifat-sifat molal parsial dari komponen-komponen itu tidak bergantung pada
konsentrasi.Dalam metode analitik, jika harga ekstensif dapat dinyatakan sebagai suatu
fungsi aljabar dari komposisi tersebut, sifat molal parsial dapat dihitung secara analitik.
(Dogra, 2009).

Piknometer merupakan peralatan gelas yang digunakan untuk mengukur massa jenis
zat cair. Piknometer tersedia dalam berbagai ukuran.Ukuran yang biasa tersedia di
laboratorium kimia adalah piknometer dengan kapasitas 10 mL. Piknometer umumnya
terbuat dari gelas dengan bentuk badan bulat silinder. Piknometer disertai dengan penutup
yang terdapat rongga kapiler. Rongga kapiler ini berguna untuk menghilangkan gelambung-
gelembung udara yang sangat mungkin berada dalam botol (Khamidinal, 2009).

Volume molal pelarut murni dapat dihitung dari berat moekul air dibagi dengan
massa jenis pada keadaan yang diamati. Persamaan matematis dapat dituliskan sebagai
berikut:

V = (1000 + mM2)/d dan NlVlo=1000/do ............................ (2.2)

dengan d, do berturut!turut adalah berat jenis larutan, berat jenis air murni,sedangkan M2
adalah berat molekul zat terlarut, dimana nantinya akan didapatkan persamaan seperti
berikut:

....(2.3)

Persamaan ini digunakan jika untuk menghitung digunakan piknometer, disini W,Wo, We
berturut-turut adalah berat piknometer yang dipenuhi larutan, dipenuhi air dan piknometer
kosong (Alberty, 1992 ).

Volum molal parsial dari komponen suatu biner dapat dihitung dari penentuan rapat
massa larutan untuk sederet konsentrasi. Metoda perpotongan grafik adalah cara yang paling
jelas setara grafik untuk menggambarkan kuantitas molal parsial. Volume satu mol larutan
yaitu total satu dari dua komponen didenahkan terhadap fraksimol salah satu komponennya.
Titik sifat molal parsial tergantung pada konsentrasi, oleh karena itu dapat mengetahui
ketergantungan konsentrasi sangat penting untuk memahami larutan. Semua sifat
termodinamika yang cukup luas, volume adalah yang paling mudah untuk
divisualisasikan.Hal ini juga berlaku untuk volume molal parsial, yang didefinisikan
sebagai:

............................(2.4)
Volume molal parsial komponen 1 adalah volume per mol senyawa 1 dalam larutan. Volum
molar parsial 2 adalah volume per mol senyawa 2 dalam larutan. Perubahan total volume
untuk perubahan konsentrasi larutan dapat dituliskan sebagai berikut:

...............................(2.5)

(Castellan, 1983)

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Gelas beaker
- Labu ukur
- Neraca
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Termometer
- Piknometer
3.1.2 Bahan
- Akuades
- NaCl

3.2 Skema Kerja


.

Anda mungkin juga menyukai