Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIKA 2
JURUSAN TEKNIK KIMIA

Percobaan : Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu


Asisten Laboratorium : Fitriatul Untsi
Nama, NIM : Fadila (NIM. D1121181029)
Kelompok / Waktu : 05 / Selasa, 22 Maret 2022
Anggota Kelompok : 1. Benedikta Arni (D1121181020)
2. Eka Yuliastika. N (D1121181015)
3. Nurul Mutia Putri (D1121181018)

LABORATORIUM KIMIA
UPT. LABORATORIUM TERPADU
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA 2
JURUSAN TEKNIK KIMIA

LABORATORIUM KIMIA, UPT LABORATORIUM TERPADU


UNIVERSITAS TANJUNGPURA

Nama : Fadila
NIM : D1121181029
Percobaan : Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu
Kelompok :5
Anggota Kelompok : 1. Benedikta Arni (D1121181020)
2. Eka Yuliastika. N (D1121181015)
3. Nurul Mutia Putri (D1121181018)

Pontianak, 22 Maret 2022


Mengesahkan
Asisten Laboratorium

Fitriatul Untsi
NIM. D11211710
Kelarutan sebagai Fungsi Suhu
Fadila⁵, Benedikta Arni, Eka Yuliastika Nainggolan, Nurul Mutia Putri. Fitriatul
Untsi*
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Tanjungpura
Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Kota Pontianak, Kalimantan Barat
Email : fadiladila687@gmail.com

ABSTRAK
Percobaan kelarutan menentukan kelarutan dari asam oksalat pada variasi
temperatur dan menghitung panas dari pelarut tersebut. Prinsip percobaan pada
percobaan ini adalah menentukan kelarutan dari asam oksalat dengan variasi
temperatur dan menghitung panas dari pelarut berdasarkan prinsip Le-Chateliers.
Kelarutan merupakan harga konsentrasi maksimum suatu solut dalam pelarut
tertentu atau konsentrasi solut pada kondisi larutan jenuh sehingga terjadi
kesetimbangan antara padatan dan larutan jenuh menurut hukum Van-Hoff,
konstanta kesetimbangan pada tekanan tetap merupakan fungsi suhu. Percobaan
dilakukan dengan membuat larutan asam oksalat jenuh dengan variasi suhu 20°C,
15° C, dan 10°C. Selanjutnya larutan ditempatkan dalam piknometer 10 ml dan
diukur densitasnya lalu larutan dititrasi menggunakan NaOH baku 0,05 M dengan
indikator PP. Kemudian kelaruitan asam oksalat dihitung pada tiap suhu dan
menentukan panas kelarutannya. Dimana hasil yang didapat pada suhu 20°C, 15°
C, dan 10°C sama yaitu 0,00041 mol. Panas kelarutan yang diperoleh yaitu yaitu -
0,0277 kJ/mol K. Reaksi berjalan secara endoterm yaitu menghasilkan panas,
sehingga terjadi perpindahan panas dari sistem ke lingkungan
Kata Kunci : kelarutan, temperatur, asam oksalat, panas kelarutan.
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Prinsip Pecobaan


Menentukan kelarutan dari asam oksalat dengan variasi temperatur dan
menghitung panas dari pelarut berdasarkan prinsip Le-Chateliers. Kelarutan
merupakan harga konsentrasi maksimum suatu solut dalam pelarut tertentu atau
konsentrasi solut pada kondisi larutan jenuh sehingga terjadi kesetimbangan
antara padatan dan larutan jenuh menurut hukum Van-Hoff, konstanta
kesetimbangan pada tekanan tetap merupakan fungsi suhu. Percobaan dilakukan
dengan membuat larutan asam oksalat jenuh dengan variasi suhu 25°C, 15° C,
10°C, 5°C, dan 0°C. Selanjutnya larutan ditempatkan dalam piknometer 10 ml
dan diukur densitasnya lalu larutan dititrasi menggunakan NaOH baku 5 M
dengan indikator PP. Kemudian hitung kelaruitan asam oksalat pada tiap suhu dan
menentukan panas kelarutannya.
Reaksi yang terjadi :
H₂C₂O₄ + 2NaOH Na₂C₂O₃ + 2H₂O

1.2. Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kelarutan dari asam
oksalat dengan variasi temperatur dan menghitung panas dari pelarut tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelarutan
Suatu zat dikatakan tak larut, jika zat tersebut larut dalam jumlah yang
sangat sedikit. Kelarutan suatu zat akan tergantung pada temperatur dan tekanan
yang diberikan. Jumlah maksimal zat terlarut dalam sejumlah tertentu pelarut dan
pada suhu tertentu merupakan ukuran kelarutan suatu zat yang larut tersebut
(Chang, 2005).
Dua komponen dalam larutan adalah solute dan solvent. Solute adalah
substansi yang terlarut. Sedangkan solvent adalah substansi yang melarutkan,
contoh sebuah larutan NaCl. NaCl adalah solute dan air adalah solvent. Dari
ketiga materi, padat, cair dan gas, sangat dimungkinkan untuk memiliki semblan
tipe larutan yang berbeda: padat dalam padat, padat dalam cairan, padat dalam
gas, cairan dalam cairan, dan sebagainya. Dari berbagai macam tipe ini larutan
yang lazim kita kenal adalah padatan dalam cairan, cairan dalam cairan, gas dalam
cairan, dan gas dalam gas (Yazid. Estien, 2005).
Yang dimaksud dengan kelautan dari suatu zat dalam suatu pelarut adalah
banyaknya suatu zat yang dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada
kondisi tertentu. Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/ liter. Jadi bila batas
kelarutan tercapai, maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan,
artinya bila zat terlarut ditambah, maka akan terjadi larutan yang belum jenuh.
Dan kesetimbangan tergantung pada suhu pelarutan (Hoedijono, 1990).
Banyaknya kalor yang dilepaskan pada saat proses pencairan disebut kalor
pelarut. Suatu kalor pelarut biasa diberikan simbol pelarutannya. Definisi lain
mengatakan bahwa kalor pelarutan merupakan perbedaan antara energi setelah
berupa cairan dan energi komponen larutan sebelum dicampurkan, dapat
dituliskan sebagai berikut: (Brady, 1999).
ΔH pelarut = H pelarut – H komponen
2.2. Larutan Jenuh
Larutan jenuh adalah larutan yang mengandung zat terlarut dengan jumlah
maksimum. Pada larutan jneuh terdapat kesetimbangan antara partikel yang
melarut dan partikel yang tidak melarut. Larutan yang mengandung zat terlarut
dengan jumlah lebih sedikit dibandingkan dengan kemampuan pelarutnya disebut
larutan tidak jenuh, sedangkan larutan yang mengandung zat terlarut dengan
jumlah lebih banyak dari kemampuan pelarutnya disebut larutan lewat jenuh
(Sumardjo, 2009).
Istilah kelarutan digunakan untuk mengacu pada konsentrasi sebuah
larutan jenuh dari sebuah larutan dalam sebuah temperatur tertentu, faktor-faktor
yang mempengaruhi kelarutan zat adalah temperatur, sifat dari pelarut, dan juga
kehadiran ion-ion lainnya dalam larutan tersebut. (Day, 1998).
2.3. Panas Kelarutan
Panas kelarutan suatu zat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
Van Hoff. Pada umumnya proses pelarutan bernilai positif. Hal itu sesuai dengan
persamaan Van’t Hoff yang menyatakan semakin tinggi temperatur maka
semakin tinggi pula zat yang larut. Sedangkan pada zat yang memiliki panas
pelarutan yang negatif atau bersifat eksoterm maka semakin tinggi temperatur
dalam suatu reaksi menyebabkan semakin berkurangnya zat yang dapat larut
(Silbey, 1996).
Berdasarkan persamaan Van’t Hoff, penggambaran kurva antara log
solubility (log s) vs 1/ T dalam K akan membentuk garis lurus. Pada kurva akan
−∆ H −∆ H
membentuk persamaan In S = +C. Sisi slope ditunjukkan oleh ,
RT R
sedangkan intersepnya C. Sehingga, dapardiperoleh nilai panas pelarutannya ( ∆ H
) (Ahuja, 2001).
2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
Efek dari temperatur terhadap kelarutan, kebanyakan zat terlarut
mempunyai kelarutan yang terbatas pada sejumlah solven tertentu dan pada
temperatur tertentu pula. Temperatur dari solvent memiliki efek yang besar dari
zat yang telah larut. Untuk kebanyakan padatan yang terlarut pada liquid ,
kenaikkan temperatur akan berdampak pada kenaikkan kelarutan(Solubilitas).
Efek tekanan pada kelarutan, perubahan kecil dalam tekanan memiliki efek yang
kecil pada kelarutan dari padatan dalam cairan tetapi memiliki efek yang besar
pada kelarutan gas dalam cairan. Kelarutan gas dalam cairan berbanding langsung
pada tekanan dari gas diatas larutan. Sehingga sejumlah gas yang terlarut dalam
larutan akan menjadi dua kali lipat jika tekanan dari gas diatas larutan adalah dua
kali lipat (Sukardjo, 1997).
Terlebih penting adalah perubahan kelarutan dengan suhu. Umumnya
dapat dikatakan bahwa kelarutan endapan bertambah besar dengan kenaikan
suhu ,meskipun dalam beberapa hal yang istimewa (seperti kalium sulfat) terjadi
hal yang sebaliknya. Laju kenaikan dengan suhu berbeda-beda dalam beberapa hal
sangat kecil sekali dalamhal-hal lainnya sangat besar (Vogel,1990)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.1. Tabel Standarisasi NaOH
No V C₂H₂O₄ V NaOH Indikator PP Perubahan Warna
1 5 ml 4,3 ml 3 tetes Merah muda
2 5ml 4,4 ml 3 tetes Merah muda

3.1.2. Tabel Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu


No T (K) 1/T (K) Mol Log mol
1 293 0,003557 0,00041 -3,38722
2 288 0,003472 0,00041 -3,38722
3 283 0,003533 0,00041 -3,38722

3.2. Pembahasan
kelautan dari suatu zat dalam suatu pelarut adalah banyaknya suatu zat
yang dapat larut secara maksimum dalam suatu pelarut pada kondisi tertentu.
Biasanya dinyatakan dalam satuan mol/ liter. Jadi bila batas kelarutan tercapai,
maka zat yang dilarutkan itu dalam batas kesetimbangan, artinya bila zat terlarut
ditambah, maka akan terjadi larutan yang belum jenuh. Dan kesetimbangan
tergantung pada suhu pelarutan (Hoedijono, 1990).
Percobaan ini meiliki tujuan agar dapat menentukan pengaruh suhu
terhadap kelarutan suatu zat dan menghitung panas pelarutannya. Zat yang
digunakan pada percobaan ini adalah asam oksalat. Digunakan asam oksalat
karena kelarutannya sangat sensitif terhadap suhu sehingga dengan berubahnya
suhu, kelarutan asam oksalat juga akan berubah. Selain itu, asam oksalat memiliki
kelarutan yang kecil bila dilarutkan dalam air. Dalam percobaan ini, kristal
H₂C₂O₄ 2H₂O dilarutkan dalam 100 mL aquades. Untuk dapat menentukan
kelarutan kristal H₂C₂O₄ 2H₂O pada berbagai temperatur dapat dilakukan dengan
cara mentitrasi larutan H₂C₂O₄ 2H₂O dan kemudian menentukanvolume titran
yang digunakan dalam titrasi tersebut. Pada percobaan ini digunakan larutan
NaOH 0,05 M sebagai titran. Titrasi dilakukan secara duplo, tujuannya yaitu agar
didapatkan hasil yang lebih teliti.
Pada saat pembuatan larutan jenuh yang perlu diperhatikan adalah larutan
jangan sampai lewat jenuh, sehingga endapan yang dihasilkan tidak terlalu
banyak. Untuk larutan jenuh, setelah terjadi kesetimbangan antara zat terlarut
dalam larutan dan zat yang tidak larut maka dalam kesetimbangan tersebut
kecepatan melarut sama dengan kecepatan mengendap yang artinya konsentrasi
zat dalam larutan akan selalu tetap. Tetapi apabila kesetimbangan diganggu
misalnya dengan cara suhunya dirubah, maka konsentrasi larutan akan berubah.
Setelah larutan jenuh selesai dibuat, langkah selanjutnya yaitu larutan asam
oksalat jenuh dimasukkan dalam tabung reaksi besar dengan suhu yang bervariasi
yaitu 20°C, 15°C, dan 10°C. Selanjutnya dilakukan titrasi pada tiap-tiap sampel
yang telah diencerkan dengan aquades dengan suhunya masing-masing. Untuk
larutan jenuh dengan suhu 20°C kemudian dipipet 5 ml untuk dititrasi dengan
NaOH 0,05 M ditambahkan indicator PP 3 tetes. Titrasi dilakukan secara duplo (2
kali pengulangan). Dititrasi dengan larutan NaOH yang bertujuan untuk
mengetahui konsentrasi asam oksalat berdasarkan perubahan suhu yang terjadi
yang ditandai dengan larutan berwarna merah muda serta sebagai penyerap
karbon dioksida dari udara bebas, NaOH sangat larut dalam air dan akan
melepaskan panas ketika dilarutkan.
.Dari hasil titrasi diperoleh volume NaOH yaitu titrasi pertama 4.3 ml dan
titrasi kedua 4,4 ml. . Volume NaOH tersebut digunakan untuk menghitung
kelarutan asam oksalat. Kelarutan asam oksalat dapat dicari dengan rumus V1.M1
sehingga kelarutannya dapat diketahui. Molaritas zat yang larut disebut kelarutan
karena larutan tersebut larutan yang jenuh. Besarnya kelarutan dipengaruhi oleh
faktor :
- Jenis pelarut dan zat terlarut : bila zat pelarut sesuai dengan zat terlarut maka
kelarutannya semakin besar
Pengadukan : semakin besar frekuensi pengadukan maka semakin banyak zat
yang terlarut
- Temperatur : semakin tinggi temperatur maka akan semakin besar kelarutannya.
Faktor- faktor lain yang dapat mempengaruhi kelarutan yaitu ukuran zat terlaru
tkarena zat terlarut dengan ukuran kecil (serbuk) lebih mudah melarut
dibandingkan dengan zat terlarut yang berukuran besar. Pada zat terlarut
berbentuk serbuk, permukaan sentuh antara zat terlarut dengan pelarut semakin
banyak. Akibatnya, zat terlarut berbentuk serbuk lebih cepat larut daripada zat
telarut berukuran besar. Kemudian faktor selanjutnya pengadukan, hal tersebut
dikarenakan partikel- partikel antara zat terlarut dengan pelarut akan semakin
sering untuk bertabrakan. Hal ini menyebabkan proses pelarutan menjadi semakin
cepat. Sedangkan pengaruh lainnya ini pada volume pelarut dimana pelarut yang
besar akan lebih mudah melarutkan zat terlarut.
Percobaan pada kelarutan sebagai fungsi suhu ini bertujua nuntuk
menentuka nkelarutan dan menghitung panas pelarutan differensial pada larutan
jenuh asam oksalat. Selain itu percobaan ini juga bertujuan mengetahui pengaruh
suhu dalam kelarutan suatu zat dan mengetahui konsentrasi asam oksalat dari suhu
20°C, 15°C, dan 10°C. Sehingga dari percobaan ini akan didapatkan hubungan
antara fungsi suhu dengan kelarutan. Pada temperatur 20°C volume H₂C₂O₄
sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan indikator pp sebanyak 3 tetes. Fungsi
penambahan indikator pp bertujuan untuk menentukan titik akhir dari titrasi.
Sehingga volume NaOH yang didapatkan yaitu 4,1 ml dengan perubahan warna
merah muda. Temperatur 15°C dan 10°C, volume NaOH yang diperoleh sama
yaitu 4,1 ml. Selanjutnya menimbang pikno kosong dengan berat yang didapatkan
yaitu 15,47 gr. Diambil 10 ml H₂C₂O₄ kemudian dimasukkan kedalam icebath
hingga suhu menjadi 20°C dengan hasil yang didapat massa pikno dan larutan
setelah ditimbang yaitu 25, 31 gr. Selanjutnya untuk suhu 15°C, massa nya yaitu
25,20 gr dan suhu 10°C yaitu 24,99 gr.
Selanjutnya dihitung kelarutan asam oksalat pada tiap suhu dan ditentukan
juga panas kelarutannya. Hasil mol H₂C₂O₄ yang di dapat pada suhu 20°C, 15°C,
dan 10°C sama yaitu 0,00041 mol.
0
-0.5 0.003557 0.003472 0.003533
-1
-1.5

Log Mol
f(x) = − 1.45165714285714 x
-2 R² = 0.857142857142857
-2.5
-3
-3.5
-4
1/T

Dari grafik 1/T terhadap log mol diatas yaitu grafik tidak berubah terhadap
log mol. hal ini tidak sesuai dengan teori, seharusnya grafik 1/T terhadap log mol
berbanding lurus yaitu semakin tinggi suhu kelarutan juga akan semakin
meningkta. Hal ini dikarenakan pada saat titrasi volume yang diperoleh kurang
teliti sehingga mempengaruhi hasil dari kelarutan. Sehingga diperoleh panas
kelarutannya yaitu = -0,0277 kJ/mol K. Hasil panas kelarutan yang diperoleh
yaitu negatif. Hal ini menunjukan bahwa reaksi tersebut bersifat eksoterm atau
menghasilkan/mengeluarkan panas, sehingg aterjadi perpindahan panas dari
sistem ke lingkungan. Hasil dari percobaan ini tidak sesuai dengan teori karena
diperoleh hasil yaitu eksoterm, seharusnya endoterm yang dimana semkain tinggi
suhu kelarutan juga semakin besar dan grafik yang diperoleh berbanding lurus.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4.1. Simpulan
Dari percobaan yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
percobaan kelarutan sebagai fungsi suhu yaitu reaksi berjalan secara eksoterm
yaitu pelepasan panas dari sistem ke lingkungan dan grafik suhu terhadap
kelarutan panas diperoleh sama besar. Hal ini tidak sesuai dengan teori yaitu
grafik berbanding lurus karena semakin tinggi suhu maka kelarutan juga semakin
besar. Hasil panas kelarutan yang diperoleh yaitu -0,0277 kJ/mol K.

4.2. saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu harus lebih teliti dan berhati-
hati dalam melakukan titrasi. Karena jika melebihi titik akhir titrasi maka akan
berpengaruh terhadap hasil yng diperoleh sehingga hasil yang didapatkan tidak
sesuai teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, J. 1999. “Kimia Universitas, Asas dan Struktur”. Bina Aksara. Jakarta
Chang, R. 2005. “Konsep-konsep Inti Kimia Dasar”. Erlangga. Jakarta.
Ismarwanto, Hoedjiono. 1990. Diktat Kuliah Kimia Analisa Bag. 1. Surabaya: FTI
ITS
Sumardjo, D. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
KedokterandanProgram Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta
Vogel, 1990, Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Jakarta: PT
Kalman Media Pustaka.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Penerbit Andi
Lampiran
1. Perhitungan
LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Pembuatan Larutan NaOH


Diketahui:
M = 0,24 M
Mr = 40 gr/mol
V = 100 mL
Massa =?
m 1000
M=
Mr V
M x Mr x V
m=
1000
0,24 x 40 x 100
m=
1000
m=0,96 gram

2. Pembuatan Larutan Asam Oksalat (C2H2O4)


Diketahui:
M = 0,1 M
Mr = 126 gr/mol
V = 100 ml
Massa =?
m 1000
M=
Mr V
M x Mr x V
m=
1000
0,1 x 126 x 100
m=
1000
m=1,26 gram

3. Densitas C2H2O4
Diketahui:
m Pikno kosong = 15,47 gram
m Pikno + destilat1 = 25,31 gram (T = 20 ⁰C)
m Pikno + destilat2 = 25,20 gram (T = 15 ⁰C)
m Pikno + destilat3 = 24,99 gram (T = 10 ⁰C)
( m pikno+ destilat )−(m piknokosong )
ρ(T 25℃)=
V pikno
25,31−15,47
ρ=
10
ρ=0,984 gr /mL

( m pikno +destilat )−( m piknokosong )


ρ(T 15℃)=
V pikno
25,20−15,47
ρ=
10
ρ=0,973 gr /mL

( m pikno +destilat )−( m piknokosong )


ρ(T 10℃)=
V pikno
24,99−15,47
ρ=
10
ρ=0,952 gr /mL
4. Standarisasi NaOH
Diketahui:
Vasam oksalat = 5 mL
Masam oksalat = 0,1 M
VNaOH 1= 4,3 mL
VNaOH 2= 4,4 mL
V 1+V 2
V NaOH =
2
4,3+ 4,4
V NaOH =
2
V NaOH =4,35 mL
Ditanya: MNaOH?
Rx: 2NaOH + H2C2O4  Na2C2O4 + 2H2O
n NaOH = ½ (n H2C2O4)
MNaOH x VNaOH = ½ (MH2C2O4 x VH2C2O4)
MNaOH x 4,35 = ½ (0,1 x 5)
MNaOH = 0,05 M
5. Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu
Diketahui:
V H2C2O4 = 5 mL = 0,005 L
MNaOH = 0,05 M
n H2C2O4 =?
Rx: 2NaOH + H2C2O4  Na2C2O4 + 2H2O
a. T = 20 ⁰C = 293 K
VNaOH = 4,1 mL
n H2C2O4 = 2 (n NaOH)
MH2C2O4 x VH2C2O4 = 2 (MNaOH x VNaOH)
M MH2C2O4 x 5 mL = 2 (0,05 x 4,1 mL)
MH2C2O4 = 0,082 M
n H2C2O4 = MH2C2O4 x VH2C2O4
= 0,082 M x 0,005 L
n H2C2O4 = 0,00041 mol
b. T = 15 ⁰C = 288 K
VNaOH = 4,1 mL
n H2C2O4 = 2 (n NaOH)
MH2C2O4 x VH2C2O4 = 2 (MNaOH x VNaOH)
M MH2C2O4 x 5 mL = 2 (0,05 x 4,1 mL)
MH2C2O4 = 0,082 M
n H2C2O4 = MH2C2O4 x VH2C2O4
= 0,082 M x 0,005 L
n H2C2O4 = 0,00041 mol
c. T = 10 ⁰C = 283 K
VNaOH = 4,1 mL
n H2C2O4 = 2 (n NaOH)
MH2C2O4 x VH2C2O4 = 2 (MNaOH x VNaOH)
M MH2C2O4 x 5 mL = 2 (0,05 x 4,1 mL)
MH2C2O4 = 0,082 M
n H2C2O4 = MH2C2O4 x VH2C2O4
= 0,082 M x 0,005 L
n H2C2O4 = 0,00041 mol

T (K) 1/T (K) Mol Log Mol


293 0,003557 0,00041 -3,3872
288 0,003472 0,00041 -3,3872
283 0,003533 0,00041 -3,3872

Grafik 1/T Terhadap Log Mol


0
-0.5 0.003557 0.003472 0.003533
-1
-1.5
Log Mol

f(x) = − 1.45165714285714 x
-2 R² = 0.857142857142857
-2.5
-3
-3.5
-4
1/T

−∆ H ps 1
mol= x +C
2,303 R T
log −∆ H ps
gradian=
2,303 R
∆ H ps=m x 2,303 x R
m = -1,4517
∆Hps = m x 2,303 x R
= (-1,4517) x (2,303) x (8,314 J/mol K)
= -27,79 J/mol K
∆Hps = -0,0277 kJ/mol K

2.DataPengmaatan
3. foto dokumentasi percobaan

Anda mungkin juga menyukai