Kesetimbangan Kimia
Disusun oleh :
Kelompok III
PENDAHULUAN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan pengaruh ion senama dan pereaksi lain pada kesetimbangan.
2. Menjelaskan pengaruh konsentrasi pereaksi pada kesetimbangan kompleks beso (III)
tiosianat.
3. Menghitung harga Ksp suatu senyawa berdasarkan hasil percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. DASAR TEORI
2.1. Kesetimbangan Kimia
Kesetimbangan dalam fase cair terbatas pada zat – zat yang terlarut dalam pelarut
tertentu. Untuk larutan elektrolit, zat dalam larutan adallah berupa ion – ion yang terdapat
dalam larutan sebagai contoh : Fe3+ + SCN- = FeSCN2+. Tetapan kesetimbangan reaksi dapat
ditentuan setiap suhu, jika perubahan energi bebas standar Gibbs (▲G0). Diketahui sebagai
fungsi suhu.
(▲G0). = -RT ln K atau K = exp (▲G0 / RT ).
R adalah tetapan gas ideal dam T adalah suhu.
Reaksi ion besi (II) dengan ion tiosianat merupakan pengujian yang sangat sensitif
untuk ion besi (III) dalam larutan. Jika menambahkan ion tiosinat, SCN ke dalam larutan
yang mengandung ion besi (II), akan diperoleh larutan berwarna merah darah kuat yang
mengandung ion [Fe(SCN)(H2O)5]
Kesetimbangan kimia dipengaruhi oleh pengaruh konsentrasi zat yang bereaksi,
pengaruh penambahan salah satu zat yang bereakso, suhu dan perubahan tekanan atau
volume.
2.2. Kelarutan Zat
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat terlarut,
untuk larut dalam suatu pelarut. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat – zat tertentu dapat
larut dengan perbandingan apapun terhadap suatu pelarut, contohnya etaol didalam air.
Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan
suatu larutan yang disebut lewat jenuh yang metastabil. Kelarutan zat AB dalam pelarut
murni (air).
AnB (s) n A+ (aq)+Bn-(aq)
a n.a a
Ksp AnB = (n.a)n.a
Ksp AnB = nn.a(n+1)
Kelarutan= a(n+1) = Ksp AnB / nn
Jika AB A+ + B-
Maka kelarutan zat AB = a = V ksp AB
Keterangan : a = kelarutan, Ksp = hasilkali kelarutan, untuk suatu garam AB yang sukar larut
berlaku ketentuan.
Berdasarkan kelarutan (s) dan hasil kali kelarutan, untuk suatu garam AB yang sukar larut
berlaku ketentuan.
- [A+] x [B-] < Ksp larutan tak jenuh ; tidak terjadi pengendapan
- [A+] x [B-] = Ksp larutan tepat jenuh ; larutan tepat mengendap
- [A+] x [B-] > Ksp larutan kelewat jenuh ; terjadi pengendapan zat
Prose pelarutan suatu zat atau garam dapat terbentuk menjadi 3 jenis, yaitu :
a. Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute kurang dari yang diperlukan
untuk membuat larutan jenuh.
b. Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya.
c. Larutan sangat jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute ari
pada yang diperlukan untuk larutan jenuh.
Secara umum kelarutan suatu zat sebanding terhadap suhu. Hal ini berlaku pada zat
padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum
kurang peka terhadap suhu dari pada kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum
kurang peka terhadap suhu dari pada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas
dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu.
AB(s) A+(aq)+B-(aq)
contoh : bila diketahui Ksp AgCl = 10-10, berapa mol kelarutan (S) maksimal AgCl dalam 1l
larutan 0,1M NaCl?
BAB III
METODELOGI
Pipet 3-4 tets larutan Fe(NO3)3 atau FeCl3 0,2M yang telah disiapkan dalam
gelas kimia ke dalam larutan KSCN, sisa FeCl3 dalam gelas kimia digunakan
untuk percobaan pengaruh konsentrasi
Prosedur Percobaan
Catatan : pipet, gelas ukur yang digunakan untuk mengambil bahan kimia harus bersih dan
dilarang memipet pereaksi langsung dari botol, jika terkontaminasi akan mengganggu
percobaan dan bisa batal praktikum.
Persiapan
Bersihkan peralatakan menggunakan aquades, dan keringkan dengan tisu.
Susun 5 tabung reaksi yang telah bersih pada rak tabung reaksi dan diberi label
nomor 1-5
Ukur 10ml larutan KSCN 0,002M menggunakan gelas ukur 10ml dan masukan
ke dalam gelas kimia 100ml
Catat hasil pengamatan
Siapkan gelas kimmia 100ml yang telah diisi larutan FeCl3 sisa dari percobaan
sebelumnya
Lakukan pengadukan pada gelas kimia berisi larutan KSCN yang telah ditetsi
FeCl3 sampai homogen
Bagikan larutan di atas ke dalam 5 buah tabung yang sudah disiapkan dalam rak
tabung reaksi
Tambahkan 2 tetes larutan KSCN 1,0M (pekat) pada tabung reaksi kedua
Gojok pelan-pelan tabung reaksi kedua ssampai kelima dan diamkan selama
5-10menit
Siapkan gelas kimia 100ml yang bersih dan kering
Siapkan 5 buah tabung reaksi pada rak tabung reaksi dan berilah label 1-5
Isikan 5ml larutan KSCN ke dalam masing-masing tabung reaksi yang telah siap
pada tabung reaksi
Ukur 5ml larutan FeCl3 0,2M ke dalam tabung reaksi pertama sebagai standar
Pipet 10ml larutan FeCl3 masukan ke dalam labu takar 25ml, encerkan dengan
aquades, gojok dan tuangkan ke dalam gelas kimia 100ml
Pipet 5ml larutan FeCl3 encer dan tambahkan ke dalam tabung reaksi kedua
Pipet 10ml larutan FeCl3 masukan ke dalam labu takar 25ml, encerkan dengan
aquades dan cuci gelas kimia yang berisi larutan FeCl3 encer sisa
Tuangkan larutan dalam labu takar ke dalam gelas kimia, kemudian pipet 5ml
larutan FeCl3 encer dan tambahkan ke dalam tabung eaksi ketiga
Ulangi langkah 9 dan 10 untuk tabung keempat dan kelima
Bandingkan warna larutan tabung 2 sampai 5 dengan tabung pertama dan catat
warna larutan dalam tabung kelima
Hitung konsentrasi FeCl3 dalam setiap tabung reaksi dari tabung pertama
sampai tabung kelima
Siapkan 10 tabung reaksi dalam rak tabung reaksi dan berilah label no 1-10
Isikan 5ml larutan Pb(NO3)2 0.075M ke dalam setiap tabung reaksi yang telah
disiapkan
Tambahkan larutan KCl 0,5M ke dalam tabung pertama dengan : 1ml, Tabung
kedua 1,5ml, tabung ketiga 1,75ml, tabung keempat 2ml, tabung kelima 2,25ml,
tabung keenam 2,5ml, tabung ketujuh 2,75ml, tabung kedelapan 3ml, tabung
kesembilan 3,5ml ddan tabung ke sepuluh 4ml
FeCl3 = 0.2M
Tabung 2
V1M1 = V2M2
5 x 0,2 = 25 x M2
M2 = 0.04M
Tabung 3
V1M1 = V2M2
5 x 0,04 = 25 x M2
M2 = 0.008
Tabung 4
V1M1 = V2M2
5 x 0.008 = 25 x M2
M2 = 0.0016M
Tabung 5
V1M1 = V2M2
5 x 0.0016 = 25 x M2
M2 = 0.00032M
2. Penentuan Ksp
Pb(NO3)2 Pb2+ + 2NO3-
KCL K++ Cl-
Pb2+ + 2Cl- PbCl2
M Pb(NO3)2 x V Pb(NO3)2
[Pb2+] =
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
M KCl x V KCl
[Cl-] =
𝑉 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
0.075M X 5ml
[Pb2+] = = 0.054M
7𝑚𝑙
0.5 𝑥 2𝑚𝑙
[Cl-] = = 0.143𝑀
7
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
0.075M X 5ml
[Pb2+] = = 0.052M
7.25𝑚𝑙
0.5 𝑥 2.5𝑚𝑙
[Cl-] = = 0.155𝑀
7.25 𝑚𝑙
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
0.075M X 5ml
[Pb2+] = = 0.048M
7.75𝑚𝑙
0.5 𝑥 2.75𝑚𝑙
[Cl-] = = 0.177𝑀
7.75 𝑚𝑙
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
0.075M X 5ml
[Pb2+] = = 0.044M
8.5
0.5 𝑥 3.5𝑚𝑙
[Cl-] = = 0.206𝑀
8.5 𝑚𝑙
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
[0.044] [0.206]2 = 1.867 x 10-3
0.075M X 5ml
[Pb2+] = = 0.041M
9 𝑚𝑙
0.5 𝑥 4𝑚𝑙
[Cl-] = = 0.222𝑀
9 𝑚𝑙
Ksp = [Pb2+][Cl-]2
3 0.001104
Tabung ke 4 = s = √ 𝑥 227 = 18.035
4
3 0.001249
Tabung ke 5 = s = √ 𝑥 227 = 18.792
4
3 0.001504
Tabung ke 7 = s = √ 𝑥 227 = 19.993
4
3 0.001867
Tabung ke 9 = s = √ 𝑥 227 = 21.486
4
3 0.00202
Tabung ke 10 = s = √ 𝑥 227 = 22.05
4
15
10
0
45 57 78 87 90
T oC
Series1 Ksp
VII. PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan:
a. Dari percobaan yang dilakukan dengan proses pengadukan selama 45 menit diperoleh
nilai k sebesar 0,74 dan nilai n sebesar 0,97
b. Semakin lama proses pengadukan, semakin banyak jumlah mol asam asetat yang
terserap dalam karbon aktif sehingga nilai konsentrasi asam asetat akan semakin kecil.
c. N asetat setelah adsorpsi lebih kecil daripada sebelum adsorpsi karena asam asetat
telah diadsorpsi oleh arang aktif
d. Mengenai gambar grafik log x/m vs log C yang dihasilkan tidak sesuai dengan teori
isotherm adsorpsi Freundlich yaitu grafik berupa garis linear.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J et All. 1987. Text Book of Quantitative inorganic Analysis 4th editiom. New York.
John ans Sons
Bird,Tony. 1987 Penuntun Praktikum Kimia Fisik Untuk Universitas. Jakarta. PT Gramedia
Hulupi,Mentik dkk. 1996. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Bandung. Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik,Bandung
Yahya,Utoro dkk. 1982. Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Labolatorium Kimia Fisika
FMIPA, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
LAMPIRAN