LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA FISIK 1
Entalpi Pelarutan
NamaPraktikan
: Ainul Avida
NIM
: 141810301042
Kelompok
: 5(Lima)
Fak/Jurusan
: MIPA/KIMIA
Nama asisten
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Entalpi merupakan istilah dalam termodinamika yang menyatakan jumlah
energi internal dari suatu sistem termodinamika dan energi yang digunakan untuk
melakukan kerja pada sebuah materi. Entalpi digolongkan menjadi beberapa jenis
yaitu entalpi pembentukan standar, entalpi penguraian standar, entalpi
pembakaran standar, dan entalpi pelarutan standar. Entalpi yang berperan disini
adalah entalpi pelarutan. Entalpi pelarutan sendiri adalah jumlah kalor yang
diperlukan atau dibebaskan untuk melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar.
Termodinamika sangat penting dalam kimia, sebab dengan menggunakan
termodinamika kita dapat menduga apakah suatu reaksi akan berlangsung atau
tidak, dan apabila reaksi itu berlangsung, jika suatu zat yang dilarutkan (dalam
air) bisa jadi melibatkan pembebasan kalor (eksoterm) atau penyerapan kalor
(endoterm). Entalpi bernilai positif berarti bahwa reaksi endoterm dan entalpi
negatif berarti bahwa reaksi eksoterm.
Larutan merupakan campuran yang homogen. Larutan merupakan zat yang
memiliki komposisi yang sama (jumlah mol zat terlarut dan pelarut) pada setiap
larutan, sehingga membentuk satu fasa. Larutan dibagi menjadi tiga jenis
berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan suatu zat, yakni larutan belum
jenuh, jenuh, dan lewat jenuh. Larutan jenuh memiliki keseimbangan antara zat
terlarut dalam larutan dan zat yang tidak larut, atau dalam artian lain suatu zat
dikatakan jenuh apabila konsentrasinya tetap, karena kecepatan pelarutan dan
pengendapan sama, sehingga mengakibatkan jumlah mol zat padat yang berubah
menjadi fasa cair sama dengan jumlah mol zat cair yang berubah menjadi fasa
padat. Larutan belum jenuh berarti kurang dari jumlah zat yang tidak
larut, sedangkan larutan belum jenuh apabila jumlah zat terlarut
lebih dari jumlah zat yang tidak larut.
Kelarutan suatu zat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah suhu.
Suhu dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat karena semakin besar suhu yang
diberikan pada suatu senyawa maka molekul, ion, ataupun atom-atom dari
senyawa tersebut akan memiliki energi kinetik rata-rata yang semakin besar. Vant
Hoff menyatakan bahwa untuk entalpi pelarutan positif (endotermis) semakin
tinggi temperatur maka semakin banyak pula jumlah zat yang akan larut,
sedangkan untuk entalpi pelarutan negatif (eksotermis), semakin tingg.i suhu
maka akan semakin berkurang zat yang dapat larut.
Kehidupan sehari-hari seringkali berhubungan dengan aktivitas yang ada
kaitannya dengan pengaruh suhu terhadap kelarutan zat. Aktivitas tersebut
contohnya yaitu kelarutan gula untuk pembuatan teh pada suhu kamar dan pada
suhu lebih tinggi dari suhu kamar. Percobaan ini perlu dilakukan untuk memahami
lagi pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu zat dan entalpi kelarutannya,
sehingga dapat berguna untuk diterapkan dalam kehidupan.
1.2. Tujuan
Mengetahui pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat dan
menentukan entalpi kelarutannya.
1.3 Rumusan Masalah
1.) Bagaimana pengaruh temperatur terhadap kelarutan suatu zat?
2.) Berapa entalpi kelarutan zat tersebut?
berbahaya dalam kasus kontak kulit (iritan), sistem pencernaan, dan sistem
pernapasan. Lensa kontak harus segera diperiksa dan segera dibasuh mata dengan
air mengalir selama minimal 15 menit, dijaga kelopak mata terbuka. Indikator PP
yang mengenai kulit segera siram dengan banyak air (Anonim, 2013)
2.2 Landasan Teori
Entalpi atau yang biasa dilambangkan dengan H yang merupakan fungsi
keadaan. Fungsi keadaan yaitu suatu fungsi yang tidak bergantung pada jalannya
reaksi namun ditentukan oleh keadaan awal dan keadaan akhir. Entalpi juga
merupakan fungsi termodinamika yang berhubungan dengan energi dalam atau
biasa dilambangkan dengan U. Persamaan untuk entalpi dapat dituliskan seperti
persamaan 2.1 berikut:
H = U + PV
(2.1)
dan keadaan akhir (hasil akhir). Perubahan entalpi reaksi diukur pada keadaan
standar yaitu pada 25C (298 K) dan tekanan 1 atmosfer (1 atm) sehingga disebut
perubahan entalpi standar dan diberi lambang H. Satuan energi yang digunakan
untuk H menurut satuan internasional (SI) adalah joule (J). Entalpi pelarutan
standart merupakan perubahan entalpi standart jika suatu zat terlarut dalam pelarut
dengan sejumlah tertentu. Entalpi pembatas pelarutan adalah perubahan entalpi
standart jika zat melarut dalam pelarut dengan jumlah tak terhingga, sehingga
interaksi antara dua ion (atau molekul terlarut untuk zat bukan elektrolit ) dapat
diabaikan. Perubahan entalpi standart, dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
1.
Entalpi penguapan standart (Huap), adalah perubahan entalpi per mol jika
2.
cairan murni pada tekanan 1 bar menguap menjadi gas pada tekanan 1 bar.
Entalpi peleburan standart (Hfus), dimana es pada tekanan 1 bar meleleh
3.
4.
pengenceran dan kalor reaksi dalam larutan dapat dihitung dari nilai kalor
pembentukan dalam larutan yang ditabelkan. Entalpi pembentukan air dapat
diabaikan dalam perhitungan, bila jumlah mol air sama pada kedua sisi dari kedua
persamaan yang disetimbangkan. Entalpi pembentukan air murni juga digunakan
untuk air dan larutan air (Alberty,1992).
Perubahan entalpi yang terjadi dapat ditentukan jika konsentrasi larutannya
telah ditetapkan terlebih dahulu. Hal-hal yang harus diperhatikan pada perubahan
entalpi yaitu sebagai berikut:
a. H, E atau q positif, artinya sistem memperoleh tenaga
b. W>0 kerja dilakukan oleh sistem
c. W<0 kerja dilakukan terhadap sistem
(Sukardjo, 1997).
Entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar pada reaksi endoterm, sehingga
H positif. Entalpi sesudah reaksi pada reaksi eksoterm menjadi lebih kecil,
sehingga H negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor reaksi.
Kalor reaksi untuk reaksi-reaksi yang khas disebut dengan nama yang khas pula,
misalnya kalor pembentukan,kalor penguraian, kalor pembakaran, kalor pelarutan
dan sebagainya. Reaksi kimia dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri
dari dua bagian yang berbeda, yaitu pereaksi (reaktan) dan hasil reaksi atau
produk. Reaksi yang berlangsung pada sistem tertutup dengan volume tetap (V =
0), maka sistem tidak melakukan kerja, w = 0. Kalor reaksi pada volume tetap
dinyatakan dengan qv , sehingga persamaan hukum I termodinamika dapat ditulis
seperti persamaan 2.2 berikut:
U = qv + 0 = qv = q reaksi
(2.2)
(Atkins, 1999).
Vant Hoff menyatakan jika kesetimbangan terganggu dengan perubahan
temperatur, maka konsentrasi larutannya akan berubah. Pengaruh temperatur
terhadap kelarutan dapat dinyatakan sebagai persamaan 2.3- 2.5 berikut:
2
dln S/dt = H / RT
ln S1/S2 = ( H / RT ) ( T
1
1
ln S =
Keterangan:
1
2
(2.3)
(2.4)
H
+konstanta
(2.5)
RT
= entalpi pelarutan
dilarutkan dalam 100 ml akuades sedikit demi sedikit sampai keadaan jenuh
diambil 5 mL larutan (kristal asam oksalat yang tidak larut tidak boleh
sampai terbawa)
hasil
Pengulanga
Massa
Massa
Volume
Erlenmeyer
erlenmeyer
NaOH (mL)
(gram)
+ H2C2O4
1
2
35,760
34, 801
(gram)
41,137
39,881
19,4
20,1
1
2
34,820
34,817
40,004
40.000
20,9
21,0
1
2
34,819
35,630
34,949
41,038
21,0
21,5
1
2
34,872
34,932
39,965
40,095
21,6
21,5
1
2
35,825
34,814
40,871
34,949
21,6
21,8
5C
10C
15C
20C
25C
Suh
Konsentras
Konsentr
Massa
Mol asam
Kelaruta
i asam
asi NaOH
asam
oksalat
n (g/mL)
(C)
oksalat (M)
(M)
oksalat
(mol)
0,988
0,5
(gram)
0,623
0,00493
0,123
10
1,047
0,5
0,659
0,00523
0,132
15
1,062
0,5
0, 669
0,00531
0,133
20
1,0775
0,5
0,678
0,00538
0, 287
25
1,085
0,5
0,683
0,00542
0, 137
4.2 Pembahasan
Percobaan ketiga pada praktikum kali ini yaitu entalpi
pelarutan, tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur
terhadap kelarutan suatu zat dan menentukan entalpi kelarutannya. Atkins (1999)
menyatakan bahwa entalpi adalah jumlah dari semua bentuk energi yang
tersimpan dalam suatu zat. Perubahan entalpi sistem suatu reaksi ditentukan oleh
keadaan awal (pereaksi) dan keadaan akhir (hasil akhir). Perubahan entalpi reaksi
diukur pada keadaan standar yaitu pada 25C (298 K) dan tekanan 1 atmosfer (1
atm) sehingga disebut perubahan entalpi standar dan diberi lambang H. Entalpi
pelarutan standart merupakan perubahan entalpi standart jika suatu zat terlarut
dalam pelarut dengan sejumlah tertentu.
Percobaan ini diawali dengan membuat larutan jenuh asam oksalat yaitu
dengan cara melarutkan padatan asam oksalat ke dalam 100 mL akuades sampai
ada padatan asam oksalat yang sudah tidak mampu larut lagi atau dengan kata lain
terbentuk endapan asam oksalat. Reaksi pelarutan padatan asam oksalat dalam
akuades ini bersifat endotermis yaitu panas dari lingkungan ditransfer ke sistem.
Hal tersebut ditandai dengan dinding gelas beaker yang terasa dingin saat asam
oksalat dilarutkan karena suhu lingkungan menjadi turun. Asam oksalat padat
yang dilarutkan dalam akuades akan mengionisasi menjadi berikut ini:
H2C2O4 (s) + H2O (l)
dapat terjadi bolak-balik karena H2C2O4 merupakan asam lemah yang tidak dapat
mengionisasi sempurna dalam air.
Larutan asam oksalat jenuh tersebut kemudian diambil 5 mL dan dimasukkan
0.2
0
275
0.14
f(x) = 0x0.13
- 0.89 0.13
0.12
R = 0.17
280
285
290
295
Linear ()
300
H / R , sehingga harga
H
R
(4.1)
R merupakan konstanta gas, pada percobaan ini yang dipakai yaitu 8,314 J/mol.K
dan diperoleh entalpi pelarutan asam oksalat dalam akuades sebesar 0,249 J.
Entalpi pelarutan yang diperoleh bernilai positif yang berarti reaksi bersifat
endotermis sehingga sesuai dengan fenomena yang terjadi saat percobaan ini
dilakukan.
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat di ambil dari dari praktikum percobaan ini yaitu
temperatur mempengaruhi kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu yakni apabila
zat mengalami reaksi endotermis maka peningkatan suhu akan disertai dengan
peningkatan kelarutan suatu zat dalam pelarut tertentu. Entalpi pelarutan asam
oksalat bernilai positif yang berarti reaksi pelarutan asam oksalat ke dalam air
bersifat endotermis
5.2 Saran
Praktikan sebaiknya memahami betul prosedur yang telah ditentukan
sehingga tidak akan menimbulkan kesalahan saat praktikum yang bisa
menimbulkan kegagalan percobaan. Temperatur larutan asam oksalat sebaiknya
benar-benar dijaga setelah diangkat dari water bath sehingga hasil percobaan
yang diperoleh baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2013.Material Safety Data Sheet Akuades.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsld=9927321[diakses
tanggal
25 maret 2016].
Anonim.2013.Material Safety Data Sheet Oxalic Acid.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsld=9927379.[diakses
tanggal
25 maret 2016].
Anonim.2013.Material Safety Data Sheet Phenolphtalein indicator.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsld=9926472.[diakses
tanggal
25 maret 2016].
Anonim.2013.Material Safety Data Sheet Sodium Hidroxide.
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsld=9924998.[diakses
25 maret 2016].
Alberty, R., A. 1991. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga.
Atkin, PW. 1999. Kimia Fisika. Jakarta:Erlangga.
Dogra,S.K dan Dogra,S.1984.Kimia Fisik dan Soal-soal.Jakarta:UI-Press
Sukardjo. 1997. Kimia Fisika. Yogyakarta:Rinaka Cipta.
Syukri,S. 1999.Termodinamika Kimia. Jakarta:Erlangga
tanggal
Lembar Pengamatan
LAMPIRAN
9,7 MmL
10 mL
= 0,97 M
10,05 MmL
10 mL
= 1,005 M
(0,97+1,005) M
2
Mrata-rata =
= 0,988 M
mrata-rata =
( 5,38+5, 08 ) g
2
= 5,23 g
n H 2 C 2O 4
m H 2O
4,9 x 103 mol
4, 607 .103 kg
= 1,06 mol.kg-1
7. Mol solut
Mol solut = molalitas .m H2O
= 1,06 mol.kg-1 . 4,607. 10-3 kg
= 4,88.10-3mol
8. Kelarutan asam oksalat
S=
10,45 MmL
10 mL
= 1,045 M
M1 =
10,5 MmL
10 mL
= 1,05 M
(1,045+1,0 5)M
2
Mrata-rata =
= 1,047 M
( 5,184 +5,183 ) g
2
= 5,183 g
Molalitas =
n H 2 C 2O 4
m H 2O
5,235 x 103 mol
4,5 2 x 103 kg
= 1,16 mol.kg-1
7. Mol solut
Mol solut = molalitas .mH2O
= 1,16 mol.kg-1 . 4,52 . 10-3 kg
= 5,24 . 10-3mol
8. Kelarutan asam oksalat
S=
10,5 MmL
10 mL
= 1,05 M
10,75 MmL
10 mL
Mrata-rata =
= 1,075M
(1,0 5+1,0 7 5) M
2
= 1,06 M
= 5,3. 10 -3mol
3. Massa asam oksalat
m = n .Mr
= 5,3. 10 -3mol. 126,07 g.mol-1
= 0,668 g
4. Massa larutan
m H2C2O4 = (m H2C2O4+erlenmeyer) (m Erlenmeyer kosong)
= 34,949 g 34,81 g
= 0,139 g
m H2C2O4 = (m H2C2O4+erlenmeyer) (m Erlenmeyer kosong)
= 41,038g 35,630 g
= 5,408 g
( 0,139+ 5, 408 ) g
2
mrata-rata =
= 2,77 g
n H 2 C 2O 4
m H 2O
5,3 x 103 mol
2,082 x 103 . kg
= 2,54 mol.kg-1
7. Mol solut
Mol solut = molalitas .m H2O
= 2,54 mol.kg-1 . 2,082. 10-3 kg
= 5,29.10-3mol
8. Kelarutan asam oksalat
S=
0,5 M x 21,6 mL
2 x 5 mL
= 1,08 M
0,5 M x 21,5 mL
2 x 5 mL
Mrata-rata =
1,075M
1,08 M +1,075 M
= 1,0775 M
2
= 5,093 g
m H2C2O4 = (m H2C2O4+erlenmeyer) (m Erlenmeyer kosong)
= 40,095 g 34,932g
= 5,163 g
( 5,093+5,163 ) g
2
mrata-rata =
= 5,128 g
n H 2 C 2O 4
m H 2O
0,0 0538mol
0,00445 kg
= 2,559 mol/kg
7. Mol solut
Molsolut = molalitas .m H2O
= 2,559 mol.kg-1 . 4,450 10-3 kg
= 11,38.10-3mol
8. Kelarutan asam oksalat
S=
= 287 g/L
Suhu 25 C pengulangan dua kali
1. Molaritas asam oksalat
n H2C2O4 = n NaOH
= 1,08 M
Mrata-rata =
0,5 M x 21,8 mL
10 mL
1,08 M +1,09 M
2
= 1,09 M
= 1,085 M
5, 046 g+0,135 g
2
= 2,5905 g
n H 2 C 2O 4
m H 2O
0,00547 mol
3
1,907 . 10 kg
= 2,842 mol.kg-1
6. Mol solut
Molsolut = molalitas .mH2O
= 2,842 mol.kg-1 1,907 x 10-3 kg
= 5,419.10-3 mol
7. Kelarutan asam oksalat
S=
0.29
0.25
0.2
S 0.15
0.1
f(x) = 0x - 0.89
R = 0.17 0.13
0.12
0.14
0.13
0.05
0
275
280
285
290
T
295
300
Linear ()
y = mx + c
y = 0,003x - 0,891
H = m . R
= 0,003 . 8,314 J/mol.K
= 0,249 J/mol.K
Gambar hasil titrasi H2C2O4 dengan NaOH
Temperatur 5C
Temperatur 10 C
Temperatur 15 C