Anda di halaman 1dari 21

KEKENTALAN DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN

LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA KIMIA

Disusun Oleh :
Nama : Waladatus Sholikhah
NIM : 171810301005
Kelas :B
Kelompok : 3
Asisten : Widya Puspita Dewi

LABORATORIUM KIMIA FISIK ANORGANIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kekentalan adalah suatu sifat zat cair yang bisa digunakan untuk melawan
tegangan geser pada saat mengalir. Kohesi atau adanya gaya tarik menarik antar
suatu partikel zat cair adalah penyebab kekentalan dalam zat cair ada macam dua
zat cair. Zat cair ideal dianggap tidak mempunyai kekentalan dan zat cair riil
dianggap mempunyai kekentalan (Atkins, 1997).
Setiap zat cair memiliki sifat kental dan koefisien kekntalan yang berbeda-
beda. Kekentalan atau viskositas juga terjadi karena hambatan hamabatan yang
terjadi akibat peristiwa gesekan antara permukaan padatan tersebut dengan zat
cair saat padatan yang dimasukkan mendapat gaya tahanan. Akibat viskositas zat
cair itulah yang menyebabkan terjadinya perubahan terhadap kecepatan batu
(Atkins, 1997 ).
Kemampuan sifat kekentalan zat cair ini dapat dicontohkan pada bola kecil
yang dijatuhkan kedalam cairan yang akan dihitung kekentalannya. Bola tersebut
mula-mula akan mengalami suatu percepatan karena gaya berat. Percepatan bola
tersebut akan menurun ketika bola sudah bergesekan dengan zat cair sehingga
percepatan terus berkurang hingga akhirnya nol. Pada saat bola keadaan nol dan
kecepatan bola tetap, itulah yang disebut kecepatan terminal (Bird, 1993).

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada praktikum kekentalan dan tenaga pengaktifan aliran
ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap viskositas suatu zat?
2. Bagaimana pengaruh viskositas terhadap tenaga pengaktifan aliran?
1.3 Tujuan
Tujuan praktikum kekentalan dan tenaga pengaktifan aliran ini adalah
mengamati angka kekentalan relative suatu zat cair dengan cara menggunakan air
sebagai pembanding, dan menentukan tenaga pengaktifan zat cair tertentu.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Akuades
Akuades adalah suatu zat cair yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak
berasa dalam keadaaan standart. Akuades memiliki rumus molekul H2O. Akuades
memiliki sifat fisik dan sifat kimia sebagai berikut, memiliki densitas 1000 kg m-3,
massamolar 18.01528(33) g mol-1, titik leleh 0 °C, titik didih 100°C,bentuk
molekul hexagonal dan kelarutan dalam air berbagai perbandingan. Potensi efekk
yang ditimbulkan akibat terkena akuades yaitu tidak berpotensi menyebabkan
iritasi, karena merupakan bahan yang tidak berbahaya. Tidak berbahaya jika
tertelan. Tidak menimbulkan iritasi bagi paru-paru. Akuades adalah bahan yang
tidak mudah terbakar sehingga penanganan dalam kecelakaan kebakaran tidak
diperlukan. Apabila akuades tumpah dalam volume kcil cukup ditangani dengan
mengepel tempat yang terkena tumpahan (Sciencelab, 2015).
2.1.2 Aseton
Aseton adalah nama lain dari propanon yang memiliki rumus molekul
CH3COCH3 . aseton memiliki sifat fisik dan sifat kimia dengan tidak berwarnana
namun berbau harum manis. Kestabilan aseton baik, namun tidak komportibel
dengan asam halogen dan senyawa halogen, dengan basa kuat, dan agen
oksidasiyang kuat. Teksisitas aseton tidak berbahay jika dihirup, namun ketika
tertelan atau mengenai kulit harus segera menghubungi pihak kesehatan.karena
aseton mudah menyerap kulit. Tindakan pertama jika terkena bahan ini apabila
mengenai mata maka periksa dan lepas lensa kontak. Segera basuh mata dengan
air mengalir minimal 15 menit. Berikan oksigen jika terjadi sesak nafas. Jangan
memaksa korban untuk muntah jika larutan tertelan sebelum ada arahan dari
tenaga medis (Sciencelab, 2015).
2.1.3 Alkohol
Alkohol adalah nama lain dari etanol yang bisa disebut juga grain alcohol
etanol terkadang juga dibuat bahan dasar pembuatan minuman yang mengandung
alcohol. Alcohol adalah istilah istilah yang umum untuk senyawa organic yang
memiliki gugushidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon. Rumus molekul
yang dimiliki alcohol adalah C2H5OH. Sifat fisik dan kimia alcohol adalah
merupakan zat cair yang tidak berwarna dan dapat larut dalam senyawa proporsi
(Sciencelab, 2015).

2.2 Dasar Teori


Kekentalan merupakan suatu sifat sistem yang sangat erat hubungannya
dengan proses aliran. Zat alir jika dipandang dari dua lapisan maka masing-
masing zat memiliki zat A, jarak kedua lapisan dy bergerak kearah yang sama dan
memiliki selisih kecepatan dv, kekntalan η yang dapat didefinisikan sebagai
berikut :
F = -A η dv/dy …………………………………………………………..…..…..(1)
Dimana, F adalah gaya gesek yang bersifat melawan aliran atau tanda negative
yang menunjukkan arah gaya gesek yang berlawanan dengan arah kecepatan nisbi
dv. Pengaruh temperature terhadap kekentalan zat cair dapat dinyatakan dengan
persamaan :
ln η = ln a + E / ( RT ) ……………………………………………….……...…..(2)
dimana a dan E adalah suatu tetapan. Persaan yang lainjuga dapat dituliskan
η = A exp [ E/(RT) ] …………………………………………………...…….…(3)
dimana E adalah suatu tenaga pengaktifan aliran yang memiliki harga yang dapat
ditentukan dengan cara membuat grafik ln η (Sukardjo, 1997 ).
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada
gas,hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas.
Viskositas gas bertambah dengan naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas
pada tekanan tidak terlalu besar, tidak tergantung tekanan,tetapi untuk cairan naik
dengan naiknya tekanan (Bird, 1993).
Viskositas suatu cairan murni atau larutan merupakan indeks hambatan air
cairan. Viskositas dapat diukur dengan mengukur laju aliran cairan yang melalui
tabung yang berbentuk selinder. Cara ini merupakan salah satu cara yang paling
mudah dan dapat digunakan baik untuk cairan ataupun gas. Tanpa menurunkanya,
suatu persamaan yang menghubungkan laju aliran cairan melalui pipa selinder
berjari-jari R dengan viskositas caiaran η adalah jumlah volume cairan yang
mengalir melalui pipa per satuan waktu
η = viskositas cairan
V = Total volume cairan
T = Waktu yang dibutuhkan zat untuk mengalir
P = Tekanan yang bekerja pada cairan
L = Panjang suatu pipa
(Respati, H. 1981).
Kecepatan dapat ditentukan dengan pengenapan dx/dt dari bola yang
diketahui r dan P dalam cairan yang diketahui rapat massanya Po, koefisien
viskositas η dapat dicari. Jadi cara ini khusus berguna untuk larutan dengan
viskositas tinggi,seperti larutan pekat dari polimer tinggi. Sebaliknya, penetuan
laju pengenapan partikel koloid yang diketahui rapat massanya dalam cairan yang
diketahui viskositasnya memberikan cara untuk penetuan jari-jari partikel yang
efektif (Sukardjo, 1997).
Viskometer Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sejumlah tertentu cairan untuk mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada percobaan sebenarnya, sejumlah
tertentu cairan dipipet kedalam viscometer. Cairan kemudian diisap melalui labu
pengukur dari viscometer sampai permukaan cairan lebih tinggi dari pada batas
“a”, stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati batas “b”, stopwatch
dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui jarak antara “a” dan
“b” dapat ditentukan. Tekanan P merupakan perbedaan tekanan antara kedua
ujung pipa U dan besarnya diasumsikan sebanding dengan berat jenis cairan.
Berdasarkan hukum Haegen Poiseuille :
η = π p r4 t / (8VL) ; p = ρ g h
= π p r4 t ρ g h / (8VL)
Dimana :
P = tekanan hidrostatis
r = jari-jari kapiler
t = waktu alir zat cair sebanyak volume V dengan beda tinggi h
L = penjang kapiler
Untuk air :
ηair = π p r4 ta ρa g h / (8VL)
secara umum berlaku :
ηx = π p r4 tx ρx g h / (8VL)
Jika air digunakan sebagai pembanding maka:
ηx / ηair = tx ρx / ta ρa
(Moechtar. 1990).
Viskometer lain yang dapat digunakan untuk mengukur viskositas adalah
viskometer Hoppler. Pada viskometer ini yang diukur adalah waktu yang
dibutuhkan oleh sebuah bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu
benda karena adanya gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas
dengan kecepatan yang semakin besar sampai mencapai kecepatan maksimum.
Kecepatan maksimum akan tercapai apabila gravitasnya sama dengan frinctional
resistance medium (Sukardjo, 1997 ).
Berdasarkan hukum stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi
keseimbangan sehingga: gaya gesek = gaya berat, gaya Archimides :
6πrVmax = 4/3 r3 (ρbola- ρcair)g
η = {2/9 r3 (ρbola- ρcair)g} Vmax
Vmax = h/t
t = waktu jatuh bola pada ketinggian h
Dalam percobaan ini dipakai cara relative terhadap air,
Harganya:
ηa = [2/9 r2 (ρa –ρ1) g ta ] / h
ηx = [2/9 r2 (ρx –ρ1) g tx ] / h
ηx / ηa = [(ρx –ρ1) tx ] / [ (ρa –ρ1) g ta]
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Piknometer
- Stopwatch
- Pipet
- beaker glass 100ml
- beaker glass 50 ml
- Viskometer
- Pipet Tetes
-Pipet mohr 5 ml
-Pipet mohr 10 ml
-Kaki tiga
-Bunsen
-Timbangan
- viscometer
- corong
- Ball pipet
- kawat kassa
- Termometer
- Botol semprot

3.1.2 Bahan
- Akuades
- Alkohol
- Aseton
- Zat X
3.2 Diagram Kerja
3.2.1 Menentukan kerapatan Zat Cair dengan cara ostwald

Akuades

- diisikan ke dalam alat yang sudah dibersihkan dan dikeringkan dan


sudah ditimbang keadaan kosong.
- Diisikan sampai lebih tinggi di atas tanda paling atas
- ditimbang menggunakan neraca analitik
- catat massanya
- diulangi prosedur diatas menggunakan zat lain, yaitu alkohol,
aseton, dan zat X

Hasil

3.2.2 Menentukan Kekentalan Zat Cair Dengan viskometer ( cara hoppler )

Akuades

- Diisi sampai penuh kedalam viskometer


- Dihisap hingga diatas batas paling atas viscometer, hitung suhunya
- Dihidupkan stopwatch
- Lepas ballpipet hingga larutan turun
- Dimatikan stopwatch ketika telah sampai di tanda paling bawah
- Lakukan percobaan tersebut secara duplo
- diulangi prosedur diatas menggunakan zat lain, yaitu alkohol, aseton,
dan zat X

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Uji kerapatan dengan piknometer
Kerapatan ( )
NO. Jenis Zat Suhu (K)
g/mL
307 1,6123
305 1,6129
1. Akuades
303 1,6133
301 1,6136
307 1,4376
305 1,4378
2. Alkohol
303 1,4379
301 1,4383
307 1,3835
305 1,3837
3. Aseton
303 1,3840
301 1,3842
307 1,6217
305 1,6219
4. Zat X
303 1,6224
301 1,6227
4.1.2 Uji kekentalan dan tenaga pengaktifan aliran

Temperatur E
NO. Jenis Zat 1/T ɳ ln ɳ
(K) (J/K.mol)

307 0,029 0,737 -0,305

1. Akuades 305 0,031 0,768 -0,264 176,7


303 0,033 0,827 -0,189
301 0,036 0,836 -0,179

307 0,029 0,699 -0,358

2. Alkohol 305 0,031 0,653 -0,426 175,6


303 0,033 0,724 -0,323
301 0,036 0,748 -0,290

307 -0,452
0,029 0,637

305 0,455
0,031 -0,787
3. Aseton 255,8
303 0,660 -0,415
0,033

301 0,579 -0,546


0,036

307 0,802 -0,220


0,029

305 0,677 -0,389


4. Zat X 0,031 42,7
303 0,774 -0,256
0,033

301 0,789
0,036 -0,237
4.2 Pembahasan
Kekentalan adalah suatu sifat zat cair yang bisa digunakan untuk melawan
tegangan geser pada saat mengalir. Kohesi atau adanya gaya tarik menarik antar
suatu partikel zat cair adalah penyebab kekentalan dalam zat cair ada macam dua
zat cair. Zat cair ideal dianggap tidak mempunyai kekentalan dan zat cair riil
dianggap mempunyai kekentalan (Atkins, 1997).
Percobaan viskositas cairan ini bertujuan untuk mengetahui kekentalan
suatu zat cair dengan menggunakan metode Oswald dan bertujuan untuk
mengetahui suatu kekentalan zat cair. Percobaan ini menggunakan prinsip
membandingkan viskositas fluida dengan cairan pembanding. Cairan pembanding
dalam praktkikum ini menggunakan akuades. Alasan mengunakan akuades karena
viskositas aquades sudah memiliki standart satuan. Prinsipdari metode Oswald
yaitu sejumlah cairan tertentu. Cairan dimasukkan kedalam viscometer dan
menghisap hingga diatas tanda batas atas kemudian di biarkan jatuh hingga batas
bawah viscometer.
Percobaan ini dilakukan dua kali perhitungan (berulang) atau yang biasa
disebut dengan duplo. Duplo dilakukan bertujuan untuk meningkatkan ketepatan
percobaan dan ketelitian. Jika suatu pengukuran dilakukan secara berulang dan
variasinya kecil maka dapat dinyatakan bahwa kecermatan pengukurannya tinggi.
Kecermatan dan ketapatan tidak bergantung satu dengan yang lainnya.
Hasil analisa bisa saja terjadi ketepatannya yang rendah dan kecermatannya
yang tinggi. Hasil analisa yang ideal memiliki sauatu hasil atau nilai yang sangat
baik dalam ketepatan maupun kecermatan pengukuran yang tinggi. Kecermatan
dapat dinyatakan dengan besar kecilnya standart deviasi atau simpangan baku (s)
Hasil pada table 4.1.1 yang dibedakan menurut hasil variasi suhunya dapaat
dinyatakan bahwa semakin tinggi temperature suatu zat maka waktu yang
dibutuhkan akan semakin cepat yang menujukkan bahwa kerapatan suatu zat
tersebut semakin besar. Sebaliknya, semakin rendah suhu suatu zat makan
alirannya akan semakin lama dan mennjukkan bahwa kerapatan zat tersebut
rendah. Sesuai dengan refrensi yaitu kenaikan suhu cairan menyebabkan
kenaikan kecepatan rata-rata molekulnya. Maka suhu cairan akan naik ,
molekulnya bergerak lebij cepat sehingga meningkatkan energy kinetic pada
cairan.
Semakin tinggi suhu suatu zat maka akan semakin rendah viskositasnya
karena peningkatan energy kinetic mengurangi kekuatan daya tarik antar
molekulnya. Viskositas sendiri adalah kuantitas yang menggambarkan ketahanan
cairan terhadap aliran. Karena energy kinetic berbanding lurus dengan suhu,
sehingga cairan yang dipanaskan berlebih akan membentuk gas. Sifat ini dapat
ditunjukkan dalam percobaan dengan memanaskan cairan ( Atkins, 1997).
Pada hasil di tabel 4.1.1 perbedaan karapatan zat dapat di simpulkan bahwa
aseton memiliki kerapatan yang sangat tinggi disbanding alkohol dan aquades.
Sedangkan alkohol memiliki kerapatan yang lebih tinggi dibanding akuades. Hal
ini sudah sesuai dengan literatur yang menyatakan kerapatan pada ketiga jenis zat
tersebut
Alkohol = 0,8828
Akuades = 0,9882
Aseton = 0,7827
(Atkins, 1997)
Viskositas menunjukkan kekentalan suatu bahan yang diukur dengan
menggunakan alat viscometer. Semakin tinggi viskositas suatu bahan makaakan
semakin stabil bahan tersebut. Pergerakan partikel cenderung sulit karena semakin
kentalnya suatu zat atau bahan.
Nilai viskositas berkaitan dengan kestabilan emulsi suatu bahan yan
artinya akan berkaitan pula dengan nilai stabilan bahan. Viskositas terjadi
terutama disebabkan adanya interaksi antar molekul-molekul cairan. Suatu cairan
simana viskositas dinamiknya tidak tergantung pada temperature dan tegangan
gesernya akan proposional atau memiliki hubungan liniear dengan gradien
kecepatan.
Percobaan ini menggunakan metode Oswald. Metode Oswald yang diukur
adalah waktu yang diperlukan oleh sejumlah tertentu cairan untuk mengalir dalam
pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Dapat
ditentukan hubungan waktu alirnya akan semakin lama.
Pada percobaan berikutnya adalah piknometer yaitu alat yang digunakan
untuk menghitung massa jenis suatu fluida. Zat cair yang akan ditentukan
massanya dimasukkan dalam piknometer. Fluida dalam piknometer diusahakan
tidak ada gelembung. Hal ini bertujuan agar zat alir tidak terganggu oleh adanya
gelembung dalam piknometer yang mengakibatkan massa jenis yang dihitung
tidak sesuai. Variasi suhu disini untuk menunjukkan perbedaan kerapatan pada zat
cair.
Diketahui bahwa semakin tinggi suhu larutan maka koefisien viskositas
semakin menurun. Hal itu terjadi karena pada saat temperature tinggi gerakan
partikel dalam larutan akan lebih cepat, sehingga viskositasnya akan menurun dan
mnjadikan padat dan massa jenisnya akan berkurang. Sebaliknya, semakin rendah
suhu suatu larutan maka koefisin viskositasnya akan semakin meningkat hal
tersebut terjadi karena pada saat suhu rendah maka gerakan partikel akan lebih
lambat dan massa jenisnya akan bertambah (Atkins,1997).
Pada percobaan ini menggunakan akuades sebagai pembandingnya.
Akuades digunakan sebagai pembanding karena akuades sudah memiliki
ketetapan untuk nilai viskositasnya. Dari hasil percobaan dapat di nyatakan
semakin tinggi suhu larutan maka koefisien viskositas akan semakin menurun.hal
ini terlihat dari data variasi suhu yang mempermudah dalam menyimpulkan
percobaan.
Viskositas semakin turun terjadi karena suhu yang tinggi membuat partikel
bergerak dengan cepat sehingga viskositasnya menurun. Molekul-molekulnya
pada setiap bahan akan terkumpul dan menyebabkan massa memadat karena suhu
yang digunakan kecil. Terjadi interaksi diantara molekul-molekul zat yang
melibatkan ikatan hydrogen yang menyebabkan jarak antar molekul yang semakin
kecil.
air
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04
-0,05 y = 21,258x - 0,9239
R² = 0,9163
-0,1

-0,15
ln ƞ

ln ƞ terhadap 1/T
-0,2

-0,25 Linear (ln ƞ


terhadap 1/T)
-0,3

-0,35
1/T

Gambar 4.1 Grafik Hubungan 1/T dan ln µ pada akuades

Berdasarkan gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa kerapatan akuades


mengalami penurunan dengan bertambahnya suhu tetap. Hal ini disebabkan
ketika ketika suhu ditingkatkan, maka akuades akan mengalami penguapan
sehingga massa jenis akuades akan menurun. Hasil pada grafik ini sudah sesuai
dengan literature yang menyatakan bahwa peningkatan suhu akan menyebabkan
nilai kekentalan mengalami penurununan. Peningkatan suhu yang menyebabkan
penurunan kerapatan pada zat cair ini karena kerapatan sebanding dengan nilai
kekentalan ().
Menentukan laju alir suatu zat cair tertentu menggunakan alat viskometer
yang digunakan untuk menentukan laju aliran kuat kapiler. Perlakuan ini
didapatkan data waktu dimana waktu sebagai pengukur sejumlah cairan tertentu
untuk mengalir melalui pipa kapiler. Berdasarkan grafik pada gambar 4.1 ini data
waktu pada uji coba akuades duidapatkan secara duplo dan dapat disimpulkan
bahwa semakin besar suhu suatu zat maka, semakin cepat pula zat cair mengalir
pada pipa.
Kerapatan akuades akan menurun dengan menaiknya suatu etemperatur,
semakin tinggi suhu zat cair maka akan semakin renggang gerakna partikelnya.
Temperatur naik, maka energi kinetiknya akan bertambah karenapartikel yang ada
didalam zat tersebut akan bergerak lebih cepat. Gerakan partikelnya semakin
cepat maka jarak antar partikel yang terjadi didalam zat tersebut akan semakin
renggang sehingga volumenya semakin besar. Dan menyebabkan kerapaannya
semakin kecil. Kerapatan suatu zat semakin renggang makakecepatan alirnya juga
akan semakin cepat.energi yang didapatkan adalah 176,7 J/Kmol
Data hasil percobaan tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa peningkatan suatu suhu kekentalan zat cair, ketika kekentalannya
mengalami penurunan maka laju alirnya akan meningkat. Semakin cepat zat cair
mengalir dari batas atas hingga batas bawah pada pipa kailer menunjukkan
peningkatan laju alir zat cair tersebut (Moechtar. 1990).

Alkohol y = 21,125x - 1,0454


R² = 0,7979
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04
-0,1

-0,2 ln ƞ terhadap 1/T


ln ƞ

-0,3 Linear (ln ƞ


terhadap 1/T)
-0,4

-0,5
1/T

Gambar 4.2 Grafik Hubungan 1/T dan ln µ pada alkohol

Berdasarkan grafik 4.2 dalam pengukuran kekentalan alkohol ini


mengalami kesalahan. Hasil pada grafik 4.2 ini terlihat pada data suhu 32oC yang
mengalami penurunan. Hasil ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan
karena terjadi kesalahan pengambilan data penimbangan dan pengukuran suhu
pada penentuan kerapatan yang mana massa jenis digunakan untuk menghitung
nilai kekentalan suatu zat cair saat praktikum.
peningkatan suhu menyebabkan ikatan antar molekul dalam suatu zat akan
merenggang dan akan encer. Hasil pada grafik 4.2 membuktikan bahwa semakin
tinggi maka semakin besar juga nilai kekentalannya. Sesuai dengan literatur yang
mengungkapkan bahwa hubungan antar viskositas dengan massa jenis adalah
sebanding apabila nilai massa jenisnya semakin tinggi, maka angka kekentalannya
juga akan semakin besar (Moechtar. 1990). Hasil energi pengaktifan aliran yang
didapat adalah 175,6 J/K mol

Aseton
-3,3
0 0,01 0,02 0,03 0,04 y = 30,772x - 4,4292
R² = 0,9992
-3,35

-3,4 ln ƞ terhadap 1/T


ln ƞ

-3,45 Linear (ln ƞ terhadap


1/T)
-3,5

-3,55
1/T

Gambar 4.3 Grafik Hubungan 1/T dengan ln µ pada aseton

Berdasarkan gambar grafik 4.3 dapat dilhat kerapatan aseton dalam uji
coba ini mengalami penurunan pada kenaikan suhu.. Kerapatan sebanding dengan
nilai kekentalan. Maka, penurunan kerapatan pada zat cair diakibtkan oleh
semakin tingginya suatu temperatur. Semakin tinggi temperatur maka partikel
akan bergerak dan semakin renggang jarak antar molekul yang menyebabkan
penurunan kerapatanpada zat cair. Hal ini juga terjadi karena saat temperatur
dinaikkan maka bertambah pula energi kinetiknya. Jarak antar molekul yang
semakin renggang ini menyebabkan volume bertambah dan menyebabkan
kerapatannya menurun. Sehingga waktu yang digunakan aseton dalam menalir
dari batas atas hingga batas bawah tidak stabil. Energi pengaktifan yang didapat
dalam praktikum inin adalah 255,8 J/Kmol.
y = 5,138x - 0,4426
Zat X R² = 0,0324

0
0 0,01 0,02 0,03 0,04
-0,1

-0,2 ln ƞ terhadap 1/T


ln ƞ

-0,3
Linear (ln ƞ
-0,4 terhadap 1/T)

-0,5
1/t

Gambar 4.4 Grafik Hubungan 1/T dengan ln µ pada zat X

Berdasarkan pada gambar grafik 4.4 diperoleh hasil pengukuran


kekentalan zat X terjadi kesalahan.kekentalan pada suhu 34oC mengalami
kenaikan. Keslahan ini beda dengan teori yang menyatakan bahwa peningkatan
temperatur seharusnya akan menyebabkan penurunan pada nilai kekentalan. Hail
yang diperoleh tidak sesuai dengan teori .kesalahan tersebut terjadi pada saat
pengukuran waktu. Zat X dibiarkan terlalu lama saat sudah ditentukan suhunya
atau zat X diukur ketika suhunya sudah tidak sesuai dengan yang ditentukan. Hal
ini mempengaruhi hasil kekentalan yang diperoleh karena waktu akan
mengakibatkan suhu berubah dengan cepat.
Hasil pengukuran kekentalan zat tersebut dapat disimpulkan bahwa zat
yang memiliki kekentalan terbesaradalah aseton. Data tersebut berdasarkan dari
waktu yang ditempuh aseton dapat mengalir pada pipa tersebut. Gaya yang
menyebabkan zat tersebut mengalir adalah gaya esek antara lapisan material
sehingga kekentalan menunjukkan tingkat ketahanan cairan untuk mengalir.
Semakin kaental suatu cairan maka semakin membutuhkan energi yang banyak
untuk mengalir pada pipa tersebut.
Zat X dalam percobaan ini adalah zat yang sedang dicari. Dari hasil
percobaan ini zat x memiliki kerapatan yang sama dengan aquades. Hasil dari
percobaan kedua juga memiliki massa jenis yang hamper sama dengan akuades,
dari hasil percobaan tersebut kemungkinan zat X ini adalah akuades.
Kekentalan suatu zat juga dapat digunakan untuk mengetahui besar energy
pengaktifan atau energy aktifasi. Energy pengaktifan aliran adalah energy yang
dibuthkan untuk mengaktifkan gerakan-gerakan partikel zat cair secara continue
sehingga menghasilkan sebuah aliran semakin kental suatu zat cair maka energy
pengaktifan semakin kecil. Sebaliknya semakin rendah tingkat kekentalan maka
waktu yang dibutuhkan oleh zat cair untuk bergerak mengalir akan semakin cepat.
Energy pengaktifan dapat diperoleh dengan memplotkan ln pada sumbu y dan
pada sumbu x.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kekentalan dan tenaga pengaktifan aliran ini
adalah :
1. Pengaruh suhu pada viskositas larutan adalah, semakin tinggi suhu maka
akan semakin kecil harga viskositas suatu zat cair begitupula sebaliknya
2. Semakin tinggi viskositas suatu zat cair maka energy pengaktifannya akan
semakin kecil sehingga memperlambat aliran dari zat tersebut, begitupula
sebaliknya.

5.2 Saran
Praktikan harus lebih hati-hati saat sedang praktikum karena alat yang
digunakan dalam percobaan ini rawan patah atau pecah,. Harga alat ini pun sangat
mahal sehingga harus berhati-hati. Praktikan harus lebih teliti dalan praktikum,
karena praktikum ini sangat membutuhkan ketelitian dalam melihat aliran zat
cairnya
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Material Safety Data Sheet Akuades, serial online


http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9934521. [20 september
2018].
Anonim. 2015. Material Safety Data Sheet Alkohol, serial online
http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 9934561. [20 september
2018].
Anonim. 2015. Mateial Safety Data Sheet Aseton, serial online
http://www.scienelab.com/msds/php?msdsld= 8867321. [20 september
2018].
Atkins, P.W. 1997. Kimia fisika. Jakarta : Erlangga

Bird, Tony. 1993 kimia fisik untuk universitas. Jakarta:EP.T Gramedia

Moechtar. 1990. Farmasi Fisik. Yogyakarta:UGM-Press

Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Jakarta: Erlangga

Sukardjo. 1997 .Kimis Fisik. Yogyakarta : rineka cipta

Anda mungkin juga menyukai