Anda di halaman 1dari 20

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

ALKIL HALIDA

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 (SATU) ;

1. HADELINA DWI PUSPITHA (D1B220006)

2. HASRIANTI (D1B220003)

3. NURULHUDA UMATERNATE (D1B220010)

4. ABDUL SALIM (D1B220001)

5. MUH IKBAL RAMADHAN (D1B220015)

6. NUR RAHMATILLAH (D1B220013)

7. NUR REZEQI OKTAVIANI YUSUF (D1B220012)

8. CHANTIKA NANDA ERNAS (D1B220004)

9. DINI HANDAYANI PUTRI (D1B220016)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alkil halida (organohalogen) merupakan senyawa yang mengandung karbon, hydrogen, dan

halogen. Senyawa organohalogen terbagi atas tiga yaitu alkil halida, aril halida, dan halida vinilik. Alkil

halida adalah senyawa hidrokarbon baik jenuh maupun tak jenuh dimana ada satu atau lebih atom

hidrogen pada sebuah alkana yang digantikan oleh atom-atom halogen (fluorin, klorin, bromin atau

iodin). Kemudian aril halida merupakan senyawa dimana sebuah halogen (F, Cl, Br, I) terikat pada karbon

dari cincin aromatik. Sementara halide vinilik merupakan senyawa dimana sebuah halogen (F, Cl, Br, I)

terikat pada karbon yang berikatan rangkap.

Alkil halida dapat diperoleh dari alkohol melalui reaksi subsitusi alifatik nukleofilik. Reaksi dapat

terjadi melalui mekanisme SN1 atau SN2 yang bergantung pada struktur alkil halida kondisi reaksi. Tahap

pertama masing-masing reaksi adalah protonasi alkohol membentuk ion aksonium yang mengubah gugus

oH menjadi gugus yang bagus. Tahap berikutnya tergantung pada sifat gugus alkil, apabila gugus alkil

lebih mudah membentuk karbokation maka tahap pelepasan molekul air dan ion oksonium lambat.

Karbokation selanjutnya bereaksi secara cepat dengan ion halide menghasilkan alkil halida.

Mekanisme reaksi SN1 melibatkan protonasi alkohol pada tahap 1 yang diikuti pembentukan

karbokation pada tahap 2 melalui ion oksonium. Tahap ke-2 adalah tahap penentu laju reaksi. Serangan

ion halida pada karbokation planar terjadi pada tahap ke 3. Mekanisme ini umumnya terjadi apabila gugus

alkil berupa alkil tersier, alkil sekunder atau alkil dengan karbokation terstabilkan resonansi seperti katin

alkil atau benzyl dapat mengikuti mekanisme yang sama (semaki stabil karbokation, semakin mungkin

mengikuti mekanisme SN1).


Reaksi subsitusi dapat terjadi tanpa melalui pembentukan karbokation. Mekanisme ini dikenal

dengan mekanisme SN2 dan umumnya dialami oleh gugus alkil primer.ion halida menyerang atom karbon

primer ion oksonium pada tahap penentu laju reaksi dan alkil halide terbentuk secara langsung. Gugus

alkil sekunder dapat melewati reaksi subsitusi melalui mekanisme S N1 dan SN2 berganung pada kondisi

reaksi SN1.

Hal yang melatarbelakangi praktikum ini adalah untuk mengetahui sifat dan ciri- dari

reaksi hidrokarbon sehingga percobaan ini dilakukan. Adapun hal yang paling mendasari disini

yaitu, karena didalam bidang farmasi jika kita ingin membuat suatu sediaan obat maka kita harus

mengetahui ciri-ciri dan sifat dari suatu sediaan yang akan dijadikan sebagai bahan obat.

Kegunaan alkil halida dalam bidang kesehatan terutama farmasi sangat banyak

dilakukan. Mulai dari halo alkane yang digunakan sebagai bahan pelarut dan bahan antiseptik.

Alkil halida juga dikenal sebagai bahan pendingin ruangan Freon yaitu CF 2CI CFCI. (Hadelina

Dwi Puspitha)
B. Maksud Percobaan

1. Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada senyawa alkil halida

2. Untuk mengidentifikasi senyawa alkil halida melalui reaksi lucas, uji perak nitrat, dan uji
reaktivitas

C. Tujuan Percobaan

1. Agar mengetahui reaksi yang terjadi pada senyawa alkil halida

2. Agar dapat mengidentifikasi senyawa alkil halide melalui reaksi lucas, uji perak nitrat, dan uji
reaktivitas

D. Prinsip Percobaan

1. Dapat mengetahui reaksi yang terjadi pada senyawa alkil halida

2. Dapat mengidentifikasi senyawa alkil halida melalui reaksi lucas, uji perak nitrat, dan uji
reaktivitas

(Hadelina Dwi Puspitha)


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Alkil halida disebut juga dengan senyawa organik halogen.Kebanyakan senyawa organohalogen

adalah senyawa sintetik, senyawa ini sangat jarang dijumpai di alam. Halogen dikenal sebagaipelarut,

insektisida dan bahan-bahan dalam sintesis senyawa organik.Banyak senyawa halogen yang memiliki

toksisitas tinggi sehinggapenggunaannya harus sangat berhati-hati. Misalnya karbo tetraklorida (CC4l)

dan kloroform (CHCl3) yang merupakan bahan pelarut dapatmengakibatkan kerusakan hati bila dihirup

berlebihan. Insektisida (diklorodifenitrikloroetana atau DDT) yang mengandung organohalogen yang

digunakan dalam bidang pertanian dapat menyebabkan kerusakan lingkungan (Wardiyah, 2016).

Alkil halida mempunyai berat molekul yang lebih besar dari pada alkana yang bersesuaian,

sehingga alkil halida mempunyai titik didih yanglebih besar dari pada alkana. Titik didih bertambah

dengan naiknya beratmolekul. Naiknya titk didih berkisar 20-30°C setiap penambahan satuatom karbon,

kecuali untuk seri homolog akan menurunkan titk didihnya. Alkil halida mempunyai sifat fisik, yaitu

merupakan sanyawa nonpolar danmempunyai interaksi dipol yang rendah atau berkaitan dengan gaya

Vander Waals. Alkil halida tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarutorganik (Riswiyanto, 2009)

Alkil halida dapat diperoleh dari alkohol melalui reakso substitusialifatik nukleofilik. Reaksi

dapat terjadi melalui mekanisme SN1 atau SN2 yang bergantung pada struktur alkil halida dan kondisi

reaksi (Riswiyanto, 2009).

Alkil halida merupakan nama lain untuk alkana halogentersubstitusi. Atom karbon yang terikat

atom halogen, memiliki orbitalikatan hibridisasi spᵌ dan hal ini menunjukkan bentuk tetrahedral(Ila

Rosiawati, 2016).
Alkil halida paling banyak ditemui sebagai zat antara dalam sintesis. Reaksi alkil halida yang

banyak itu dapat dikelompokkan dalam dua kelompok. Reaksi substitusi dan reaksi eliminasi. Dalam

reaksi substitusi halogen diganti beberapa gugus ion (Riswiyanto, 2009).

Suatu reaksi yang sangat bermanfaat adalah reaksi alkil halide dengan suatu anion karbon. Reaksi

ini memerlukan suatu karbonium yang stabil, dan yang memenuhi adalah sianida (Firdaus, 2009).Jika

alkil halida mempunyai atom hidrogen pada atom karbon bersebelahan dengan karbon pembawa halogen

akan bereaksi dengan haloleofil, maka terdapat dua kemungkinan reaksi yang bersaing yaitu subsitusi dan

eliminasi (Firdaus, 2009).

Alkil halida adalah turunan hidrokarbon dalam suatu atau lebihhidrogennya. Hampir setiap

hidrokarbon diganti dengan halogen. Padapembuatan ini dilakukan uji alkil halida yang merupakan

turunanhidrokarbon dalam massa atom lebih hidrogennya diganti dengan halogen(Tim Dosen, 2012).

(Abdul Salim)
B. Uraian Bahan

1. AgNO3 (FI Edisi III, 1979 : hal. 97)

Nama resmi : ARGENTI NITRAS

Nama lain : Perak Nitrat

RM/BM : AgNO3/169,87

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur transparan atau serbuk hablur berwarna putih; tidak berbau;

menjadi gelap jika kena cahaya.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; larut dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.

Khasiat : Antiseptikum ekstern, kaostikum.

Kegunaan : Untuk memisahkan campuran.

2. Aseton (FI Edisi IV, 1995 : hal. 27)

Nama resmi : ACETONUM

Nama lain : Aseton

RM/BM : C3H6O/58,08

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan transparan, tidak berwarna, mudah menguap; bau khas.


Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol, dengan eter, dan dengan

kloroform.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauhkan dari api.

Khasiat : sebagai bahan pelarut.

Kegunaan : sebagai reagen.

3. Aquadest (FI Edisi III, 1979 : hal. 96)

Nama resmi : AQUA DESTILLATA

Nama lain : Aquadest

RM/BM : H2O/18,02

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.

Kelarutan : Larut dengan semua jenis larutan.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Sebagai pengecer atau pelarut.

Kegunaan : Sebagai bahan pelarut dan pencampur dari bahan kimia.

4. 1-Butanol (FI Edisi IV, 1995 : hal. 1142)

Nama resmi : BUTANOL

Nama lain : Butil Alkohol

RM/BM : CH3(CH2)2CH2OH/74,12
Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna.


Kelarutan : Larut dalam 11 bagian air.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Sebagai sampel.

Kegunaan : Sebagai pelarut.

5. Etanol (FI Edisi III, 1979 : hal. 65)

Nama resmi : AETHANOLUM

Nama lain : Etanol

RM/BM : C2H6O/46,07

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak; bau

khas; rasa panas.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofrom P dan eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.

Khasiat : Zat tambahan.

Kegunaan : Sebagai sampel.

6. Indikator Fenolftalein (FI Edisi IV, 1995 : hal. 662)

Nama resmi : PHENOLPHTHALEINUM

Nama lain : Fenolftalein

RM/BM : C20H14O4/318,33

Rumus struktur :
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan lemah; tidak berbau; stabil

diudara.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam etanol; agak sukar larut dalam

eter.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan.

Kegunaan : Sebagai indikator.

7. Larutan NaOH (FI Edisi III, 1979 : hal. 412)

Nama resmi : NATRII HYDROXYDUM

Nama lain : Natrium Hidroksida

RM/BM : NaOH/40,00

Rumus struktur :

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras, rapuh

dan menunjukkan susunan hablur; putih, mudah meleleh basah.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan.

Kegunaan : Sebagai pereaksi.

8. 2-Propanol (FI Edisi III, 1979 : hal. 325)

Nama resmi : ISOPROPANOLUM

Nama lain : Isopropanol


RM/BM : C3H8O/60,10

Rumus struktur :

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna; bau khas mirip etanol; rasa membakar.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam klorofrom P dan dalam eter P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Zat tambahan.

Kegunaan : Sebagai sampel.

9. Sikloheksana (FI Edisi IV, 1995 : hal. 1197)

Nama resmi : SIKLOHEKSANA

Nama lain : Sikloheksana

RM/BM : C6H12/84,16

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur, putih.

Kelarutan : Larut dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Khasiat : Bahan pelarut.

Kegunaan : Sebagai pelarut nonpolar, dan sebagai bahan mentah.

10. ZnCI2 (FI Edisi IV, 1995 : hal. 835)

Nama resmi : ZINCI CHLORIDUM


Nama lain : Zink Klorida

RM/BM : ZnCI2/136,29

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk hablur atau granul hablur; putih atau hampir putih.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol dan dalam

gliseril.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Khasiat : Zat tambahan.

Kegunaan : Sebagai bahan pembuat reagen lucas.

(Chantika Nanda Ernas)


BAB III

METODE KERJA

A. Alat

1. Tabung reaksi
2. Penutup karet
3. Pipet tetes
4. Pengaduk kaca
5. Gelas piala

B. Bahan

1. Etanol (Etil alcohol)


2. 2-propanol (isopropyl alcohol)
3. 1-butanol (n-butil alcohol)
4. 2 metil-2-propanol (test nutilalcohol)
5. Aseton
6. Aquadest
7. Indikator fenolfalein (PP)
8. Sikloheksana
9. AGNO3 0,1 M dalam 9% etanoL
10. NAOH 0,5 M
11. ZNCL dalam HCL (Larutan natrium iodide 10 %
C. Cara kerja

1. Reaksi lucas

a. Disiapkan tabung reaksi

b. Diberi label sesuai dengan sampel yang di gunakan

c. Dimasukkan masing-masing tabung 2 mL pereaksi lucas dan masing-masing 4-5

tetes senyawa uji yang sesuai

d. Diamati perubahan yang terjadi

e. Dicatat hasil perubahan dan waktu

2. Uji perak Nitrat

a. Disiapkan tabung reaksi

b. Diberi label sesuai dengan sampel yang digunakan

c. Dimasukkan 1 tetes hasil reaksi lucas yang sesuai dengan percobaan 1 kedalam

masing-masing tabung yang telah berisi 2mL pereaksi perak nitrat

d. Lalu tutup dengan aluminium foil

e. Diamati perubahan yang terjadi

f. Dicacat hasil perubahan yang terjadi

3. Reaktivitas : pelarut

a. Disiapkan tabung reaksi

b. Diberi label masing-masing tabung reaksi

c. Dimasukkan 2 mL masing-masing campuran pelarut kedalam tabung yang sesuai


d. Ditambahkan 2 tetes larutan NaOH 0,5 M dan 2-3 tetes indikator fenolftalein

e. Lalu tutup dengan dengan aluminium foil dan di masukkan tabung kedalam

penangas air hangat selama 3-4 menit

f. Kemudian dimasukkan 3 tetes hasil reaksi lucas untuk -2 propanol dari percobaan

1 kedalam masing-masing tabung

g. Aduk dan amati dengan teliti

h. Dicacat dengan tepat waktu merah muda indikator hilang

(Dini Handayani Putri, Hasrianti)


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Reaksi Lucas

Uji reaksi Pereaksi Hasil


No

1 Entol Reaksi lucas Tidak berubah

2 2- propanol Reaksi lucas Keruh

3 1-butanol Reaksi lucas Keruh

4 Sikloheksana Reaksi lucas Mengendap

2. Uji Perak Nitrat

No Uji reaksi Pereaksi hasil

1 Etanol Reaksi lucas Mengendap

2 Propanol Reaksi lucas Keruh

3 Butanol Reaksi lucas Mengendap

4 Sikloheksana Reaksi lucas Mengendap


3. Reaktivitas pelarut

No Uji reaksi Pereaksi Hasil

1 Aseton : NaoH 0,5 M bening


air( 55:45)

2 Aseton : air Hasil reaksi lucas Keruh


(60:40)

3 Aseton : Propanol bening


air(65:35)

(Nurulhuda Umaternate)
B. Pembahasan

Adapun percobaan yang di lakukan pada praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui

beberapa reaksi senyawa alkil halida dimana terdiri dari 3 percobaan, yaitu reaksi lucas, uji perak

nitrat dan beraktivitas: pelarut. Adapun alat-alat yang di gunakan yaitu aluminium foil, pipet

tetes, tabung reaksi. Adapun bahan-bahan yang di gunakan yaitu Aquades, Aseton, Etanol,

Indikator fenolfalein (PP), Larutan NaOH 0,5 M, Pereaksi lucas (ZnCl2 dalam HCL),

Sikloheksanol, 1-Butanol (n-butul alkohol) dalam, 2-Propanol ( isopropyl alkohol).

Pada percobaan pertama, reaksi lucas dengan sampel etanol, 2- propanol, 1- butanol, dan

sikloheksanol. Disiapkan empat buah tabung reaksi masing-masing di isi dengan sampel etanol

pada tabung satu, 2-propanol pada tabung dua, 1-butanol pada tabung tiga, dan sikloheksanol

pada tabung keempat sebanyak 5 tetes masing-masing, lalu di tambahkan pereaksi lucas

sebanyak 2 mL pada semua tabung yang berisi sampel. Kemudian diamati kalarutannya. Pada

hasil pengamatan yang di lihat didapatkan hasil etanol tidak larut, 2- propnol didapatkan larutan

menjadi keruh, 1- butanol didapatkan larutan menjadi keruh, dan sikloheksana didapatkan

larutan terjadi pengendapan.

Pada percobaan kedua , uji perak nitrat. Disiapkan alat dan bahan. Diambil empat tabung

reaksi masing-masing tabung di isi dengan etanol pada tabung satu, 2-propanol pada tabung dua,

1-butanol pada tabung tiga, dan sikloheksanol pada tabung empat, lalu dimasukkan 1 tetes hasil

reaksi lucas. Pada tabung 1 terjadi pengendapan, pada tabung 2 menjadi keruh, pada tabung 3

terjadi pengendapan, dan tabung 4 terjadi pengendapan.


Pada percobaan ketiga, reaktivitas : pelarut. Disiapkan alat dan bahan. Diambil tiga

tabung reaksi masing – masing tabung di isi dengan campuran pelarut aseton : air ; 55:45 pada

tabung satu, campuran pelarut aseton : air ; 60:40 pada tabung dua, dan campuran pelarut

aseton : air ; 65 : 35 pada tabung tiga, lalu dimasukkan 2 ml masing – masing campuran pelarut

tersebut kedalam yabung yang sesuai, tambahkan 2 tetes larutan NaOH 0,5 M dan 2-3 tetes

indicator fenolftalein. Kemudian tabung di tutup dengan aluminium foil dan di masukkan tabung

kedalam penangas air hangat selama 3-4 menit. Kemudian diamati, Pada hasil pengamatan yang

di lihat di dapatkan semua pelarut hilang dari warna merah muda

(Rezeqi Nur Oktaviani Yusuf, Dini Handayani)


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan alkil halida dapat disimpulkan bahwa pada reaksi lukas yang berlabel

etanol tidak berubah, pada tabung yang berlabel 2 propanol keruh dalam waktu 2 detik, pada

tabung yang berlabel 1 butanol keruh dalam waktu 3 detik, dan pada tabung yang berlabel

sikloheksanol mengendap pada waktu 5 detik.

Uji perak nitrat yang berlabel etanol membentuk endapan didasar tabung dalam waktu 3

detik, pada tabung yang berlabel propanol keruh dalam waktu 3 detik, pada tabung yang berlabel

butanol membentuk endapan pada dasar tabung dalam waktu 3 detik, pada tabung yang berlabel

sikloheksanol membentuk endapan pada dasar tabung pada waktu 3 detik.

Uji reaktivitas, pelarut pada tabung berlabel 55:45 mengalami perubahan hilang dari

warna merah muda menjadi bening. Pada tabung berlabel 60:40 mengalami perubahan hilang

dari warna merah muda menjadi bening.. Pada tabung berlabel 65:35 juga mengalami perubahan

hilang dari warna merah muda menjadi bening.

Anda mungkin juga menyukai